BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. dunia, menurut Arthritis Research UK (2013) osteoartritis dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri pinggang bawah atau dalam istilah medisnya Low Back Pain (LBP)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. baru pada permukaan sendi (Khairani, 2012). Terjadinya osteoarthritis itu

OSTEOARTHRITIS GENU. 1. Definisi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap grade osteoarthritis menurut Kellgren dan Lawrence. Diagnosis. ditegakkan berdasarkan klinis dan radiologinya.

BAB I.PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Masalah. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi yang. paling sering dijumpai pada masyarakat dan jumlah

Pembimbing Residen : dr. Praharsa Akmaja Chaetajaka Supervisor : dr. Taufiqqulhidayat, Sp.Rad. Anggota : Monareza Restantia Shirly D.

TUTORIAL OSTEOARTHRITIS. Oleh :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. degeneratif atau osteoarthritis (OA). Sendi merupakan faktor penunjang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Disusun Oleh : Nama : Ariyanto Nim : J

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan tulang rawan

Mata Ajar                   : Keperawatan Komunitas. Pokok Pembahasan    : Rematik (Artritis reumatoid dan Osteoartritis)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dan lansia di seluruh dunia (Joern, 2010).OA juga dikenal sebagai

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Usia, Jenis Kelamin, dan Indeks Masa Tubuh dengan Osteoartritis Lutut.

BAB I PENDAHULUAN. klinis, histologist, dan radiologi. Penyakit ini bersifat asimetris, tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental. Akan tetapi, olahraga yang dilakukan tanpa mengindahkan

osteoarthritis By : Kelompok 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN MWD DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP DENGAN TENS DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA OA LUTUT

BAB 1 PENDAHULUAN. semua organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan

Kiat-Kiat Menjaga Kesehatan Sendi Lutut. Fanny Aliwarga Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Artritis reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi kronik yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai khusus pada orang lanjut usia atau sering disebut penyakit

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia prevalensi OA lutut yang tampak secara radiologis mencapai 15,5%

Tulang dan sendi merupakan kerangka tubuh yang menyebabkan tubuh dapat berdiri tegak,

BAB I PENDAHULUAN. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin tingginya. tuntut untuk memperbaiki kualitas kehidupan manusia, karena banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

dalam tubuh dapat mempengaruhi kadar asam urat dalam darah. Makanan yang mengandung zat purin yang tinggi akan diubah menjadi asam urat. b. Seseorang

Tinjauan Pustaka DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN OSTEOARTHRITIS TANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis (OA) merupakan salah satu penyakit muskuloskeletal yang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi yang sangat modern untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbentang antara dua Condylus femoris. Sumbu longitudinal yang. Tuberculum intercondylare mediale (Paulsen & Waschke, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap warga Negara Republik Indonesia berhak memperoleh kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar

Apakah Anda menderita nyeri. MAKOplasty. pilihan tepat untuk Anda

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

RUPTUR TENDO ACHILLES

BEDA PENGARUH TERAPI INFRA RED DENGAN PARAFFIN BATH TERHADAP PENGURANGAN NYERI AKIBAT REMATOID ARTRITIS JARI-JARI TANGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Artritis reumatoid/rheumatoid Arthritis (RA) adalah

Peran Latihan Fisik dalam Manajemen Terpadu Osteoartritis

TUGAS MAKALAH OSTEOARTHRITIS

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37 per 1000

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan kekuatan dari otot ke tulang sehingga dapat. menghasilkan gerakan pada sendi. Tendon memiliki kekuatan yang lebih besar

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh para penggerak yang produktif. Namun hal ini sedikit terganggu

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah tahun, lanjut usia

ANAMNESIS. dengan anamnesis yang benar.

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

Penetapan Masalah Penelitian

OSTEOARTHRITIS GENU (

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas dinegara yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Gangguan Pada Bagian Sendi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Lampung pada Poli Ortopedi dengan judul Hubungan Intensitas Nyeri dan

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan penting sebagai penopang berat badan dalam aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan menjadi sekitar 11,34%. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Osteoarthritis. Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior padabagian/smf Ilmu Bedah RSUDZA/FK Unsyiah Banda Aceh

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Sintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu jalur de novo dan jalur penghematan (salvage pathway).

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Osteoartritis Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi yang paling sering mempengaruhi usia menengah dan lanjut usia. Hal ini sering disebut sebagai osteoartritis atau penipisan sendi. OA adalah penyakit seluruh sendi, yang melibatkan tulang rawan, lapisan sendi, ligamen, dan tulang (American College of Rheumatology Research and Education Foundation, 2012). 2.2. Klasifikasi Osteoartritis OA terbagi dua yaitu OA primer dan OA sekunder. OA primer sering berubah dari waktu ke waktu dan lebih sering dikaitakan dengan hal-hal seperti usia, obesitas atau kelebihan berat badan, dan riwayat keluarga menderita OA. OA sekunder disebabkan oleh kondisi yang merusak tulang rawan. OA primer dianggap penipisan pada sendi terkait dengan penuaan dan tidak ada hubungan dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal sendi. Manakala OA sekunder memiliki penyebab spesifik, seperti cedera, efek dari obesitas atau kelebihan berat badan, genetik atau riwayat keluarga menderita OA, atau penyakit lain (WebMD, 2014). 2.3. Patogenesis Osteoartritis OA sering dipandang sebagai akibat dari proses penuaan dan tidak dapat dihindari. Namun telah diketahui bahwa OA merupakan gangguan keseimbangan dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur yang penyebabnya masih belum jelas diketahui. Kerusakan tersebut diawali dengan kegagalan mekanisme perlindungan sendi serta beberapa mekanisme lain sehingga menimbulkan cedera. Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi yaitu : Kapsula dan ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan tulang di dasarnya. Kapsula dan ligamen-ligamen sendi memberikan batasan pada rentang gerak sendi. Cairan sendi (sinovial) mengurangi gesekan antara kartilago pada permukaan sendi

6 sehingga mencegah terjadinya penipisan kartilago akibat gesekan. Protein yang disebut dengan lubricin merupakan protein pada cairan sendi yang berfungsi sebagai pelumas. Protein akan berhenti dihasilkan apabila terjadi cedera dan peradangan pada sendi. Ligamen, bersama dengan kulit dan tendon mengandung suatu reseptor yang tersebar di sepanjang gerak sendi. Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi merupakan pelindung sendi. Kontraksi otot yang terjadi ketika pergerakan sendi memberikan tenaga dan akselerasi yang cukup pada anggota gerak untuk menyelesaikan tugasnya. Kontraksi otot turut meringankan stres yang terjadi pada sendi dengan cara melakukan deselerasi sebelum terjadinya pergesekan. Gesekan yang diterima akan didistribusikan ke seluruh permukaan sendi sehingga meringankan dampak yang diterima. Tulang di balik kartilago memiliki fungsi untuk menyerap goncangan yang diterima. Kartilago berfungsi sebagai pelindung sendi. Kartilago dilapisi oleh cairan sendi sehingga mampu menghilangkan gesekan antara tulang yang terjadi ketika bergerak. Kekakuan kartilago yang dapat dirapatkan berfungsi sebagai penyerap gesekankan yang diterima sendi. Terdapat dua jenis makromolekul utama pada kartilago, yaitu Kolagen tipe dua dan Aggrekan. Kolagen tipe dua terjalin dengan ketat, membatasi molekul molekul aggrekan di antara jalinan-jalinan kolagen. Aggrekan adalah molekul proteoglikan yang berikatan dengan asam hialuronat dan memberikan kepadatan pada kartilago. Kondrosit adalah sel yang terdapat di jaringan avaskular, mensintesis seluruh elemen yang terdapat pada matriks kartilago. Kondrosit menghasilkan enzim pemecah matriks, Sitokin Interleukin-1 (IL-1), Tumor Necrosis Factor (TNF), dan faktor pertumbuhan. Umpan balik yang diberikan enzim akan merangsang kondrosit untuk melakukan sintesis dan membentuk molekul-molekul matriks yang baru. Pembentukan dan pemecahan terjadi untuk menjaga keseimbangannya oleh sitokin faktor pertumbuhan, dan faktor lingkungan. Kondrosit menghasilkan Metaloproteinase Matriks (MPM) untuk memecah kolagen tipe dua dan aggrekan.

7 MPM memiliki tempat kerja di matriks yang dikelilingi oleh kondrosit. Namun, pada fase awal OA, aktivitas serta efek dari MPM menyebar hingga ke bagian permukaan (superficial) dari kartilago. Stimulasi dari sitokin terhadap cedera matriks adalah menstimulasi pergantian matriks, namun stimulasi IL-1 yang berlebih memicu proses degradasi matriks. TNF menginduksi kondrosit untuk mensintesis prostaglandin (PG), oksida nitrit (NO), dan protein lainnya yang memiliki efek terhadap sintesis dan degradasi matriks. TNF yang berlebihan mempercepatkan proses pembentukan tersebut. NO yang dihasilkan akan menghambat sintesis aggrekan dan meningkatkan proses pemecahan protein pada jaringan. Hal ini terjadi pada proses awal timbulnya OA. Kartilago memiliki metabolisme yang lambat karena pergantian matriks yang lambat dan keseimbangan yang teratur antara sintesis dengan degradasi. Namun, pada fase awal perkembangan OA, kartilago sendi memiliki metabolisme yang sangat aktif. Pada proses timbulnya OA, kondrosit yang terstimulasi akan melepaskan aggrekan dan kolagen tipe dua yang tidak adekuat ke kartilago dan cairan sendi. Aggrekan pada kartilago akan sering habis serta jalinan-jalinan kolagen akan mudah mengendur. Kegagalan dari mekanisme pertahanan oleh komponen pertahanan sendi akan meningkatkan timbulnya OA pada sendi (Felson, 2009). 2.4. Faktor Risiko Osteoartritis Terdapat beberapa faktor risiko yang menyebabkan OA, yaitu: a. Usia: OA lebih sering diderita oleh usia lanjut, namun pada orang muda juga dapat menderita OA. Pada laki-laki berusia 45 tahun ke bawah menderita OA disebabkan riwayat trauma yang dimiliki. Berdasarkan hasil radiografi pada individu yang berusia 45-65 tahun memiliki 30% yang menderita OA manakala 80% pada individu usia 80 tahun ke atas (Shiddiqui, 2008). b. Jenis Kelamin: prevalensi OA pada wanita meningkat setelah monopause (Guillemin, 2011). Hasil penelitian membuat teori bahwa tingkat estrogen menurun memainkan peran dalam patogenesis OA. Data dari First National Health and Nutrition Survey (NHANESI) di Amarika Serikat menunjukan bahwa faktor

8 etiologi yang berhubung dengan OA prevalensi gejala OA meningkat dengan usia pada kedua jenis kelamin 0,9-3,9% pada laki-laki, dan 0,7-5,1% pada perempuan (Riikka EJ, 2013). c. Obesitas: peningkatan berat badan menambahkan stres pada sendi tubuh bagian bawah yang merupakan faktor risiko dalam OA. Lutut menahan beban berat badan. Bertambahnya berat badan pada usia muda dapat meningkatkan risiko menderita OA. Penelitian terbaru menunjukan bahwa kelebihan lemak tubuh memproduksi bahan kimia yang berjalan ke seluruh tubuh dan menyebabkan kerusakan sendi (Arthritis Foundation, 2014). d. Trauma: Sering terjadi pada atlet dan individu dengan pekerjaan yang memerlukan gerakan berlebihan memiliki risiko tinggi menderita OA karena riwayat trauma dan trauma meningkatkan stres pada sendi. Pada sendi dengan trauma patah tulang sebelumnya dan pernah dioperasi juga memiliki risiko OA (Arthritis Foundation, 2014). e. Genetik atau keturunan: genetik memainkan peran dalam perkembangan OA. Kelainan tulang bawaan yang mempengaruhi bentuk sendi atau stabilitas dan pada individu yang berkaki bengkok atau mempunyai dua sendi yang bertindih juga memiliki risiko OA (Arthritis Foundation, 2014). f. Komplikasi dari penyakit lain: Individu dengan reumatoid atritis juga dapat menderita OA. Kelebihan zat besi atau hormon pertumbuhan berlebih dapat meningkatkan risiko terjadinya OA (WebMD, 2014). g. Merokok: Dapat meningkatkan kandungan karbon monoksida dalam darah sehingga menyebabkan jaringan kekurangan oksigen dan menghambat pembentukan tulang rawan (Amin, 2006). 2.5. Tanda dan Gejala Osteoartritis a. Nyeri sendi Nyeri sendi merupakan keluhan utama pasien. Nyeri bertambah apabila melakukan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat (Soeroso, 2006).

9 Penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa nyeri yang timbul berasal dari peradangan sendi (sinovitis), efusi sendi dan edema sumsum tulang (Felson, 2008). b. Kaku sendi Kaku sendi juga disebut kaku pagi, biasanya berlangsung singkat dan ringan dan tidak lebih dari 10-15 menit. Timbul setelah duduk lama, istirahat atau bangun pagi dan berkurang setelah digerakkan. Kekakuan timbul akibat desakan cairan di sekitar jaringan yang meradang seperti di kapsul sendi, sinovia atau bursa (Felson, 2008). c. Pembengkakan sendi Pembengkakan disertai warna kulit di sekitarnya menjadi merah dan panas bila diraba. Pembengkakan pada sendi dapat disebabkan karena adanya cairan atau proses peradangan akan menumpuk di sekitar kapsul sendi dan menyebabkan kekakuan atau karena adanya osteofit dapat mengubah permukaan sendi (Felson, 2008). d. Perubahan gaya berjalan Gejala ini selalu menyusahkan pasien dan merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien, selalunya pada pasien lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubung dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat badan terutama pada lutut (Felson, 2008). 2.6. Pemeriksaan Diagnostik Osteoartritis Diagnosis OA biasanya berdasarkan tanda-tanda klinis dan radiogafi. Pada tahap awal, radiografinya bisa normal tetapi penyempitan ruang sendi tampak nyata apabila kartilago artikuler semakin menghilang. Selain itu, karakteristik yang dapat diketemui adalah sklerosis tulang subkondral, kista subkondral, dan osteofitosis. Tetapi, biasanya dapat ditemukan perbedaan yang besar diantara tingkat keparahan radiografi, tingkat keparahan simptom, dan abilitas fungsional. Pemeriksaan laboratorium biasanya tidak digunakan untuk mendiagnosa OA, tetapi pemeriksaan ini dapat membantu untuk menentukan penyebab OA sekunder. Oleh karena OA primer bukan sistemik, laju endap darah, serum kimia,

10 dan urinalisis adalah normal. Analisa cairan sinovial dapat membantu menyingkirkan kemungkinan lain seperti gout atau artritis sepsis. Pemeriksaan MRI dan ultrasonografi tidak digunakan untuk mendiagnosa OA ataupun untuk pemantauan perkembangan penyakit (Fauci A.S., 2006). 2.7. Penatalaksanaan Osteoartritis 2.7.1. Terapi non-farmakologis Osteoartritis a. Edukasi: Menjelaskan kepada pasien agar pasien mengetahui serta memahami tentang penyakit yang dideritanya, cara untuk mencegah agar penyakit tidak menjadi semakin parah dan agar persendiannya tetap terpakai (Soeroso, 2006). b. Terapi fisik dan penurunan berat badan: Bertujuan agar penderita dapat melakukan aktivitas fisik dan tidak tergantung pada orang lain. Terapi ini terdiri dari pendinginan, pemanasan dan latihan penggunaan alat bantu. Dalam terapi fisik dianjurkan latihan yang bersifat penguatan otot, memperluas lingkup gerak sendi dan latihan aerobik. Latihan tidak hanya dilakukan pada pasien yang tidak menjalani tindakan bedah, tetapi juga dilakukan pada pasien yang akan dan sudah menjalani tindakan bedah, sehingga pasien dapat segera mandiri setelah pembedahan dan mengurangi komplikasi akibat pembedahan. Berat badan berlebihan memicu faktor terjadinya OA. Oleh itu, berat badan harus dijaga agar tidak berlebihan dan diupayakan untuk melakukan penurunan berat badan apabila berat badan berlebihan. Penurunan berat badan dilakukan dengan cara diet dan olah raga (Soeroso, 2006). 2.7.2. Terapi Farmakologis Osteoartritis Terapi farmakologis bertujuan untuk penurunan rasa nyeri yang timbul, mengoreksi gangguan yang timbul, dan mengidentifikasi manifestasi-manifestasi dari ketidakstabilan sendi (Felson,2009).

11 a. Obat Antiinflamasi Nonsteroid (AINS), Inhibitor Siklooksigenase-2 (COX-2), dan Asetaminofen Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada OA lutut, penggunaan obat AINS dan Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif daripada penggunaan asetaminofen. Namun karena risiko toksisitas obat AINS lebih tinggi daripada asetaminofen, asetaminofen tetap menjadi obat pilihan pertama dalam penanganan rasa nyeri pada OA. Cara lain untuk mengurangi dampak toksisitas dari obat AINS adalah dengan cara mengombinasikannya dengan menggunakan inhibitor COX-2 (Felson, 2009). b. Chondroprotective Agent Chondroprotective Agent adalah obat obatan yang dapat menjaga atau merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obat obatan yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah : tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C, dan sebagainya (Felson, 2009). 2.7.3. Terapi Pembedahan Osteoartritis Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang mengganggu aktivitas seharian (Felson, 2009).