KUALITAS BATUBARA BERDASARKAN CALORIFIC VALUE (CV) DI MUARA TIGA BESAR PT. BUKIT ASAM DAERAH SIRAH PULAU DAN SEKITARNYA, KABUPATEN LAHAT, SUMATERA SELATAN A.D Clara 1* E. Sutriyono 2 1 Mahasiswa Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya, Palembang 2 Dosen Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya, Palembang *corresponding author: anggelahasandewi@gmail.com ABSTRAK Lokasi penelitian berada di Daerah Sirah Pulau dan sekitarnya, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Sikuen batubara yang menjadi objek penelitian terkandung di dalam Formasi Muara Enim yang berumur Miosen Tengah-Awal. Pada formasi ini dijumpai tiga lapisan batubara yang dikelompokkan ke dalam batubara Mangus (A), Suban (B) dan Petai (C). Hasil analisa uji proksimat kualitas batubara memperlihatkan batubara Seam A memiliki total moisture 26,93%, air dried basis 10,41%, calorific value 5303 Kcal/Kg, air dried 6502 Kcal/Kg, dan dry basis 7258 Kcal/Kg. Seam B memiliki total moisture 22,78%, air dried basis 12,84%, calorific value 5360 Kcal/Kg, air dried 6050 Kcal/Kg, dan dry basis 6941 Kcal/Kg. Seam C memiliki total moisture 3,29%, air dried basis 1,83%, calorific value 8096 Kcal/Kg, air dried 8218 Kcal/Kg, dan dry basis 8371 Kcal/Kg. Dapat disimpulkan bahwa dari ketiga seam tersebut nilai calorific value yang baik terdapat pada Seam C. Kata kunci : calorific value, muara enim fm, muara tiga besar, bukit asam 1. Pendahuluan Daerah penelitian secara administrasi berada pada Desa Sirah Pulau dan sekitarnya, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan (Gambar 1). Luas daerah mencakup 9x9 km², dengan koordinat 103 38 01,00 BT - 103 45 52,00 BT dan 03 39 41.05 LS - 3 44 32.00 LS. Jarak tempuh dari Kota Palembang ke Desa Sirah Pulau berkisar 7 jam menggunakan mobil. Secara geologi daerah penelitian berada pada Cekungan Sumatera Selatan yang merupakan cekungan belakang busur, dimana terdapat banyak sumberdaya alam berupa migas dan batubara. Berdasarkan Badan Pertambangan Sumatera Selatan tahun 2015, sumber daya batubara pada cekungan ini merupakan terbesar di Indonesia. Salah satu daerah yang terdapat pada Daerah Sirah Pulau. 2. Metode Penelitian 2.1 Studi Pustaka Pada tahap ini dilakukan persiapan berupa pembuatan peta dasar daerah penelitian, peralatan lapangan, dan studi literatur. Persiapan tersebut dilakukan sebelum penelitian di lapangan, studi pustaka meliputi studi geologi regional dan stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan. Studi ini juga digunakan sebagai acuan dan penunjang dalam penelitian yang akan dilakukan. 2.2 Pengumpulan Data Lapangan Pengumpulan data lapangan dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke daerah penelitian dengan menyesuaikan studi pustaka dengan lapangan. Pada tahap ini dilakukan pengamatan, pengukuran, pengambilan contoh sampel batuan/hand spacement, plotting lokasi, deskripsi fisik, dan foto batuan. Adapun, pengamatan di lapangan meliputi observasi 486
singkapan batuan, kontrol struktur geologi, dan satuan geomorfologi. Selain itu, secara khusus pada singkapan batubara dilakukan deskripsi secara megaskopik, kemudian dibedakan kedalam beberapa kelompok seam yang termasuk pada coal bearing formation di Cekungan Sumatera Selatan. 2.3 Analisis Tahapan ini merupakan penghimpunan data lapangan dan pengolahan baik dilakukan di studio maupun laboratorium. Pertama, analisis studio bertujuan untuk mengolah data struktur di lapangan berupa sesar dan lipatan. Kedua, analisis laboratorium dengan menggunakan metode proksimat pada tiga seam batubara daerah penelitian, meliputi beberapa komponen yaitu total moisture, moisture in the analysis sample, dan gross calorofic valeu. 3. Data Secara regional, geologi daerah penelitian termasuk ke dalam Formasi Air Benakat (Miosen Tengah-Akhir), Formasi Muara Enim (Miosen Akhir - Pliosen Awal), dan Formasi Kasai (Pliosen Akhir Pleistosen)(Gafoer dkk, 1986). Ketiga formasi tersebut dikenal sebagai coal bearing formation atau formasi pembawa batubara di Cekungan Sumatera Selatan. Satuan geomorfologi yang terdapat di daerah penelitian dikelompokkan ke dalam dua satuan bentuk lahan denudasional yaitu Perbukitan Bergelombang Kuat dan Lembah Bukaan (Pit) Tambang. Formasi pembawa batubara pada daerah penelitian adalah Formasi Muara Enim. Menurut Shell (1976) dalam Wisnugroho (2014) membagi seam group di formasi ini menjadi empat kelompok yaitu M1, M2, M3 dan M4 (Gambar 2). Menurut Wisnugroho (2014), bahwa seam group M2 dan M4 mengandung lapisan batubara yang paling potensial. Selain itu, seam group M2 merupakan target operasi penambangan PT. Bukit Asam yang terdiri dari lapisan petai, suban, dan mangus. Pengambilan sampel batubara berada di lokasi Muara Tiga Besar PT. Bukit Asam dan termasuk ke dalam M2. Pada lapisan mangus memiliki dua percabangan akibat terjadinya splitting yaitu Mangus Atas (10 meter) dan Mangus Bawah (8-12 meter). Pada lapisan Seam Suban ketebalan batubaranya lebih dari 20 meter namun terjadi splitting yang menghasilkan lapisan suban atas (10-15 meter) dan suban bawah (2-5 meter). Sedangkan, lapisan Petai memiliki ketebalan 5-9 meter namun terjadi pemisahan sehingga menjadi Petai Atas dan Bawah. Struktur geologi yang dijumpai di daerah penelitian yaitu lipatan dan sesar mendatar kiri. Kontrol struktur lipatan yang mempengaruhi seluruh area dan termasuk ke dalam Antiklonarium Muara Enim. Struktur antiklin yang ditemukan merupakan rekonstruksi dari kedudukan sayap dan diperkuat dengan dijumpai sumbu lipatan di lapangan. Berdasarkan hasil rekonstruksi didapatkan secara umum lapisan batuan di Muara Tiga Besar Utara (MTBU) memiliki kemiringan mengarah ke Utara-Timur laut. Sedangkan, Muara Tiga Besar Selatan (MTBS) memiliki kemiringan umum berarah Selatan- Barat daya. 4. Hasil dan Pembahasan Pengambilan sampel batubara berada di Muara Tiga Besar (MTB) PT. Bukit Asam. Ada tiga sampel yang diambil yaitu seam A (Mangus), seam B (Suban) dan seam C (Petai). Hasil Analisa Proksimat Batubara bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan kualitas batubara dalam kaitannya dengan penggunaan batubara tersebut. Parameter yang digunakan dalam analisa proksimat yaitu Total Moisture, Moisture in The Anaysis Sample, Gross Calorific Value, dan dikalkulasikan dalam beberapa different bases seperti AR (as-received) basis, AD (air-dried) basis, DB (dry-basis), DAF (dry, ash free) basis. 487
Hasil analisa uji proksimat kualitas batubara memperlihatkan batubara Seam A memiliki total moisture 26,93%, air dried basis 10,41%, calorific value 5303 Kcal/Kg, air dried 6502 Kcal/Kg, dan dry basis 7258 Kcal/Kg (Tabel 1). Seam B memiliki total moisture 22,78%, air dried basis 12,84%, calorific value 5360 Kcal/Kg, air dried 6050 Kcal/Kg, dan dry basis 6941 Kcal/Kg (Tabel 2). Seam C memiliki total moisture 3,29%, air dried basis 1,83%, calorific value 8096 Kcal/Kg, air dried 8218 Kcal/Kg, dan dry basis 8371 Kcal/Kg (Tabel 3). Berdasarkan klasifikasi peringkat batubara menurut ASTM (1981, dalam Wood, 1983) hasil uji kualitas yang dilakukan di laboratorium dari ketiga seam tersebut nilai calorific value yang baik pada seam C karena dari hasil analisa yang di dapatkan nilai total moisture 3,29%, air dried basis 1,83%, calorific value 8096 Kcal/Kg, air dried 8218 Kcal/Kg, dan dry basis 8371 Kcal/Kg memeiliki nilai yang rendah sehingga kualitas calorific value (CV) nya baik. Lingkungan pengendapan daerah penelitian adalah Transtional Lower Delta Plain. 5. Kesimpulan Penelitian berada pada Cekungan Sumatera Selatan. Formasi penyusun pada daerah penelitian yaitu Formasi Air Benakat, Formasi Muara Enim, dan Formasi Kasai. Terdapat dua satuan bentuk lahan yaitu perbukitan bergelombang kuat dan lembah bukaan (Pit) tambang. Struktur yang berkembang pada daerah penelitian yaitu sesar dan lipatan. Hasil analisa uji proksimat pada Formasi Muara Enim di kelompok M2 di dapatkan bahwa batubara berada pada peringkat High Volatile C Bituminous Coal dan dari ketiga seam A, B, dan C dapat disimpulkan bahwa Seam A mempunyai kualitas batubara yang lebih baik. Acknowledgements Penggunaan dana penelitian di lapangan menggunakan dana pribadi dan analisa proksimat mendapat potongan 30% dari pihak PT Geoservices Palembang. Studi literatur mengacu kepada Wisnugroho (2014) dan peneliti lainnya yang membahas Cekungan Sumatera Selatan. Ucapan terima kasih kepada pembimbing Prof. Dr. Ir Edy Sutriyono, M.Sc serta kedua orang tua yang memberikan semangat dan doa. Daftar Pustaka Gafoer, S., Cobrie, T., dan Purnomo, J. (1986). Peta Geologi Indonesia Lembar Lahat, Sumatera Selatan. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Shell Mijnbouw. (1976). Geological Study of the Bukit Asam Coal Mines, Jakarta. Wisnugroho, P. H.. (2014). Coal Deposits in Tanjung Enim Coal Field Bukit Asam, South Sumatera Province. Proceedings of Sundaland Resources 2014 MGEI Annual Convention, p.451-459. 488
Lokasi daerah telitian Batas wilayah Gambar 1. Lokasi Kesampaian Daerah Penelitian Gambar 2. Skematik Stratigrafi Formasi Muara Enim (Wisnugroho, 2014) 489
Tabel 1. Hasil analisa batubara Seam A di MTB dengan Metode Standar ASTM Tabel 2. Hasil analisa batubara Seam B di MTB dengan Metode Standar ASTM Tabel 3. Hasil analisa batubara Seam C di MTB dengan Metode Standar ASTM Attachments Cleat Measurement Area Seam Average Spacing Average aperture Lucia (Cubes) (Darcy) Lucia (Macth Sticks) (Darcy) Cleat 1 A2 3,593 0,0536 12,79 9,5922 Cleat 2 A2 2,484 0,0672 45,82 34,363 Cleat 3 A2 2,565 0,051 14,73 11,045 Cleat 4 A1 2,65 0,062 31,13 23,344 Cleat 5 A2 3,724 0,0343 2,07 1,5525 Cleat 6 A2 3,197 0,0434 6,161 4,6207 490
Cleat 7 A1 3,809 0,0413 4,261 3,1958 Cleat 8 A1 2,624 0,0394 5,112 3,8339 Cleat 9 B1 2,673 0,0423 6,677 5,008 Cleat 10 B1 4,577 0,0417 3,676 2,7569 Cleat 11 A1 2,943 0,0344 2,658 1,9937 Cleat 12 A1 3,655 0,0403 4,027 3,0201 Cleat 13 B1 3,327 0,0353 2,585 1,9385 Cleat 14 B1 3,208 0,0348 2,544 1,9077 Cleat 15 A2 2,885 0,0395 4,679 3,5089 Cleat 16 A2 3,277 0,0359 2,811 2,1084 [Table] Calculation of permeability based on cleat attribute (Taslim Maulana and Ferian Anggara., 2016) [Figure 1] Reasearch Area (Taslim Maulana and Ferian Anggara., 2016) 491
[Figure 2]. Regional geology research area (PT. Bukit Asam, 2014 modified by Taslim Maulana and Ferian Anggara., 2016) [Figure 3]. Regional Stratigraphic Research Area (Taslim Maulana and Ferian Anggara., 2016) 492