BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Wijaya (2008) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Rasio Modal Saham Terhadap return saham Perusahaan Telekomunikasi Go Public di Indonesia Periode 2007 dengan mengambil sampel 3 perusahaan telekomunikasi listing di Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampling dilakukan berdasarkan non-probabilitas sampling dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu dengan teknik tertentu pada periode 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial maupun simultan variabel ROE, PER, BVPS, dan PTBV tidak mempunyai pengaruh secara signifikan dan positif terhadap return. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti mengimplementasikan bahwa investor mempertimbangkan informasi rasio modal saham yang diukur dengan ROE, PER, BVPS, dan PTBV. Minar (2009) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Rasio Leverage Keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan Makanan dan Minuman Terbuka di Indonesia dengan mengambil 16 perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampling dilakukan berdasarkan non-probabilitas sampling dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu dengan teknik tertentu pada periode 2004-2007. Hasil uji serempak (uji F) menunjukkan bahwa semua variabel independen yaitu ROA, ROE, dan DTA berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (return saham). Sedangkan secara parsial (uji t) menunjukkan bahwa profitabilitas yang diwakili oleh ROA (Return On Asset) tidak mempunyai pengaruh
terhadap return saham, ROE (Return On Equity) mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham, sedangkan DTA (Debt Total Asset) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham. Timbul (2009) melakukan penelitian dengan variabel ROA, ROE, EVA, dan Persentase Kepemilikan Modal Saham Asing Terhadap Harga Saham di Perbankan yang terdaftar di BEI dengan jumlah sampel 20 perusahaan untuk periode 2005-2008. Teknik pengambilan sampel dengan cara random sampling. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa EVA, ROA, dan Persentase Kepemilikan Modal Saham Asing mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perbankan di Indonesia, akan tetapi untuk ROE tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham perbankan di BEI. B. Saham 1. Pengertian Saham Saham (stock) merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrument investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum pemegang Saham (RUPS). Saham yang diperjualbelikan di pasar modal adalah saham perusahaan-perusahaan yang telah go public. Dengan memilki saham suatu perusahaan akan memberikan berbagai manfaat. Manfaat yang diperoleh antara lain:
1. Dividen, bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada para pemilik saham. 2. Capital Gain, adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual dengan harga belinya. 3. Manfaat non-finansial, yaitu timbulya kebanggaan dan kekuasaan memperoleh hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan. (Anoraga 2003:54) Saham juga memiliki risiko yaitu tidak dibayarkan dividen atau mengalami capital loss. Dividen dibayarkan apabila perusahaan mendapatkan laba bersih. Perusahaan yang tidak membayarkan dividen selama tiga tahun berturut-turut akan mendapatkan sanksi dri Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), yaitu sahamnya akan di-delist atau dikeluarkan dari pencatatan bursa efek. Saham yang di-delist tidak dapat diperdagangkan dibursa tetapi dapat diperdagangkan diluarbursa dengan konsekuensi tidak terdapat patokan harga yang jelas. Resiko lain dari saham yaitu apabila saham di suspend atau diberhentikan perdagangannya oleh otoritas bursa efek. Hal ini membuat investor tidak dapat menjual sahamnya hingga suspend dicabut. Suspend biasanya dilakukan apabila saham mengalami lonjakan harga atau apabila terdapat isu bahwa perusahaan di pailitkan oleh kreditornya dan akan dicabut apabila perusahaan telah memberikan konfirmasi sehingga saham dapat diperdagangkan dilantai bursa. 2. Return Saham Pada dasarnya harga saham dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran saham. Untuk melakukan penilaian harga saham dengan baik, maka diperlukan data operasional perusahaan seperti laporan keuangan yang telah diaudit, kinerja perusahaan di masa yang akan datang, dan kondisi ekonomi. Dalam penelitian ini, penilaian saham dilakukan
dengan menggunakan fundamental approach yang menitikberatkan pada nilai intrinsik saham, yaitu kemampuan perusahaan di masa yang akan datang dilihat dari keadaan aktiva, produksi, pemasaran, dan pendapatan, yang kesemuanya itu menggambarkan prospek perusahaan. Perhitungan return saham dapat ditunjukkan dalam persamaan berikut ini (Jogiyanto:2000): Return = HHHHHHHHHH PPPPPPPPPPPPPPPPPP SSSSSSSSSS HHHHHHHHHH AAAAAAAA SSSSSSSSSS HHHHHHHHHH AAAAAAAA SSSSSSSSSS 3. Harga Saham Secara umum, pergerakan harga saham dipengaruhi oleh factor-faktor sebagai berikut: 1. Kondisi fundamental emiten Faktor fundamental merupakan factor yang berhubungan dengan kondisi perusahaan yaitu kondisi manajemen organisasi sumber daya manusia, kondisi keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja keuangan perusahaan. 2. Hukum permintaan dan penawaran Faktor hukum permintaan dan penawaran digunakan investor untuk mengetahui kondisi perusahaan dalam melakukan transaksi jual beli. 3. Tingkat suku bunga Investor harus memperhatikan factor suku bunga untuk mengetahui harapan hasil dari setiap investasi yang dilakukannya. Dengan adanay perubahan suku bunga, tingkat pengembalian hasil berbagai sarana investasi akan mengalami perubahan, ada yang cenderung naik dan ada pula yang ceenderung turun. 4. Valuta asing Dolar Amerika merupakan mata uang kuat yang mempengaruhi nilai dari mata uang negara-negara lain.
5. Dana asing di Bursa Mengamati jumlah dana investasi asing merupakan hal yang penting, karena dengan semakin besarnya dana yang ditanamkan, hal ini menandakan bahwa kondisi investasi di Indonesia telah kondusif yang berarti pertumbuhan ekonomi tidak lagi negtif, yang tentu saja akan merangsang kemampuan emiten mencetak laba. 6. Indeks harga saham Kenaikan indeks harga saham gabungan sepanjang watu tertentu, tentunya menandakan kondisi investasi dan perekonomian negara dalam keadaan baik. 7. News dan Rumors Berita yang beredar di masyarakat yang menyangkut berbagai hal, baik masalah ekonomi, social, politik, keamanan, hingga berita seputar reshuffle kabinet. C. Rasio Modal Saham Di antara berbagai instrumen pasar modal, saham merupakan instrumen yang memiliki return dan resiko yang tinggi. Nilai transaksi (tingkat kapitalisasi) yang tinggi mengindikasikan adanya perolehan laba yang tinggi. Laporan keuangan perusahaan korporasi (tidak seperti firma dan CV) meliputi modal saham. Manajemen perusahaan korporasi harus melaporkan keadaan perusahaan kepada pemilik perusahaan, yaitu pemegang saham. Salah satu teknik yang digunakan untuk melaporkan keadaan perusahaan adalah rasio modal saham. Manajemen juga harus berlatih untuk mengatasi hutang. Penggunaan rasio modal saham dapat membantu manajemen melakukannya. Gill (2004) mengklasifikasikan rasio modal saham menjadi empat rasio, yaitu sebagai berikut:
1. ROE (Return On Equity) Suatu angka ROE yang bagus akan membawa keberhasilan bagi perusahaan yang mengakibatkan tingginya harga saham dan membuat perusahaan dapat dengan mudah menarik dana. Hal ini juga akan memungkinkan perusahaan untuk berkembang, menciptakan kondisi pasar yang sesuai dan pada gilirannya akan memberikan laba yang lebih besar (Walsh, 2004:56). ROE mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan, apabila proporsi hutang makin besar maka rasio ini juga akan semakin besar. Gill (2004) mengatakan bahwa rasio laba atas ekuitas (ROE) mengukur besarnya pengembalian terhadap investasi para pemegang saham. Perhitungan ROE ditunjukkan dalam persamaan berikut ini: ROE = PPeeeeeeeeeeeeeeeeee SSSSSSSSSSSSSS PPPPPPPPPP MMMMMMMMMM PPPPPPPPPPPPPPPP SSSSSSSSSS Besarnya hasil perhitungan pengembalian atas ekuitas menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa dengan modal ekuitas yang dimilikinya. 2.Price Earning Ratio (PER) Rasio harga laba (PER) merupakan salah satu rasio keuangan perusahaan yang dapat mempengaruhi harga saham lebih dominan disbanding Laba Per Saham. Oleh karena itu, dalam analisis mengenai pergerakan harga saham, pertimbangan tentang Rasio Harga Laba sangat penting. Terlebih jangka panjang, rasio harga laba lebih volatile dibanding laba per saham. PER lebih memperlihatkan seberapa besar harga yang para investor bersedia untuk membayar setiap rupiah laba yang dilaporkan. Besarnya hasil perhitungan rasio harga/pendapatan menunjukkan harga setiap unit yang berlaku untuk setiap pendapatan per lembar sahamnya. (Warsono:2003)
Rasio harga laba saham dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: PER = HHHHHHHHHH PPPPPPPPPP PPPPPP LLLLLLLLLLLL SSSSSSSSSS PPPPPPPPPPPPPPPPPPPP pppppp LLLLLLLLLLLL SSSSSSSSSS Salah satu faktor yang mempengaruhi Rasio Harga Laba adalah pertumbuhan dividen (yang berarti juga laba). Semakin tinggi pertumbuhan deviden semakin tinggri Rasio Harga Laba apabila factor-faktor yang lain sama. Perusahaan yang berada dalam industri yang pada tahap pertumbuhan (growing stage) akan mempunyai Rasio Harga Laba yang tinggi dibandingkan dengan perusahaaan yang berada pada industri yang sudah mapan. Apabila perusahaan mempunyai nilai Rasio Harga Laba yang tinggi akan menjadi daya tarik investor untuk membeli. Sehingga permintaan saham tersebut akan naik. Hal ini akan mendorong harga saham akan naik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan semakin tinggi Rasio Harga Laba semakin tinggi tingkat kepercayaan investor terhadap masa depan perusahaan dilihat dari pertumbuhan perusahaan tersebut, maka akan mendorong harga saham naik. 3. Book Value Per Share (BVPS) Nilai buku per lembar saham menunjukkan jumlah rupiah yang akan dibayarkan kepada setiap lembar saham apabila perusahaan pada saat itu dibubarkan dengan anggapan bahwa semua aktiva dapat direalisir atau dijual dengan harga yang sama dengan nilai bukunya. Dalam penghitungannya nilai buku saham jika ada saham yang sudah dipesan (subscribed) walaupun saham tersebut belum diserahkan kepada pemesan, maka jumlah tersebut harus ditambahkan pada jumlah modal yang sudah beredar. Sebaliknya bila ada saham yang dibeli kembali oleh perusahaan (treasury stock) maka harus dikurangkan terhadap jumlah modal saham yang beredar. (Gill:2004) BVPS = TTTTTTTTTT EEEEEEEEEEEEEE JJJJJJJJJJJJ SSSSSSSSSS BBBBBBBBBB yyyyyyyy BBBBBBBBBBBBBB
Prediksi Pertumbuhan BVPS Setelah menentukan periode tampilan BVPS sekaligus besarnya rata-rata pertumbuhan tahunan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan prediksi pertumbuhan BVPS di masa mendatang. Prediksi ini terbagi menjadi tiga asumsi, yaitu : 1. Optimis artinya jika kita menganggap kondisi perusahaan di masa mendatang jauh lebih baik atau mempunyai peluang besar untuk bertumbuh. Rata-rata BVPS yang digunakan adalah rata-rata pertumbuhan BVPS + standar deviasi. 2. Moderat artinya jika kita sulit memperkirakan bagaimana kondisi perusahaan untuk 1 tahun mendatang. Rata-rata pertumbuhan BVPS yang digunakan adalah hanya ratarata pertumbuhan BVPS. 3. Pesimis, artinya jika kita menganggap kondisi perusahaan di masa mendatang jauh lebih buruk atau tidak ada peluang lagi untuk bertumbuh. Rata-rata pertumbuhan BVPS yang digunakan adalah rata-rata pertumbuhan BVPS - standar deviasi. 4. Price To Book Value (PTBV) Semakin rendah PTBV rasionya berarti harga saham tersebut murah atau berada dibawah harga sebenarnya, namun hal ini juga dapat berarti ada sesuatu yang merupakan kesalahan mendasar pada perusahaan tersebut. Dengan menggunakan PTBV, investor juga bisa mengukur apakah harga suatu saham masih murah atau sudah kemahalan. Semakin tinggi PTBV suatu saham, analis biasanya menganggap harganya semakin mahal. Sebaliknya, semakin rendah PTBV semakin murah saham tersebut. Atau dapat dinilai bahwa semakin tinggi PTBV yang dihasilkan menunjukkan bahwa kinerja perusahaan di masa mendatang dinilai semakin prospektif oleh investornya. Namun Jogiyanto (2000) mengatakan bahwa rasio harga saham per nilai buku (PTBV) mengukur apakah harga saham (harga pasarnya) diperdagangkan di atas atau di
bawah nilai buku saham tersebut. Perhitungan PTBV ditunjukkan dalam persamaan berikut: PTBV = HHHHHHHHHH PPPPPPPPPP PPPPPP LLLLLLLLLLLL SSSSSSSSSS NNNNNNNNNN BBBBBBBB PPPPPP LLLLLLLLLLLL SSSSSSSSSS