BAB I PENDAHULUAN. paling banyak jumlahnya dan dapat membantu mempercepat laju pertumbuhan. daya tahan tinggi terhadap krisis ekonomi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu elemen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia sendiri telah ditetapkan sebuah peraturan yang mewajibkan

BAB I PENDAHULUAN. usaha kecil atau usaha mikro dan sektor informal, terutama di daerah pedesaan.

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil (Megginson et al., 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Perekonomiaan yang baik adalah perekonomian yang harus

BAB I PENDAHULUAN. sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah termasuk Indonesia. Dalam perkembangan perekonomian Indonesia, bernilai tinggi hingga usaha kecil dan menengah.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Perkembangan perekonomian nasional yang dihadapi dunia usaha saat ini

BAB I PENDAHULUAN. sehat (Keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998).

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2014, pada tahun lalu terdapat 55,2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Implementasi SAK ETAP dalam Penyajian Laporan Keuangan UMKM NukitaFood

BAB I PENDAHULUAN. menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sebagai bentuk integrasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Usaha mikro, kecil dan menengah yang dalam penelitian ini disingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang didukung oleh sanksi-sanksi untuk setiap ketidakpatuhan (Belkaoui,

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, perkreditan, kegiatan pemasaran, atau kegiatan lain. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. dicapai pemulihan ekonomi. UMKM sendiri pada dasarnya sebagian besar bersifat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi global yang semakin pesat menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN ,83 % , ,10 13,15 % Sumber :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal pemberian kredit modal kerja. Koperasi adalah salah satu badan usaha

AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK ( SAK ETAP) PADA USAHA KECIL MENENGAH SEKTOR JASA DI KOTA BANDUNG PROPOSAL

BAB I PENDAHULUAN. inovasi (Urata, 2000). Akterujjaman (2000) menyatakan bahwa UKM di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kecil dan menengah. SAK ETAP ini dimaksudkan agar semua unit usaha

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) memainkan suatu peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. Namun dibalik semua itu ternyata Koperasi dan UMKM memliki permasalahan yang. rendahnya kompetensi kewirausahaan UMKM (DSE:2010).

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu wahana. angka pengangguran, UMKM juga memegang peranan penting bagi

BAB 5 PENUTUP. adopsi dari IFRS for SMEmasih diangap terlalu rumit untuk diterapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Permasalahan. PSAK atau Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan adalah suatu standar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini perkembangan perekonomian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Tak terkecuali di dunia perbankan. Kehadiran bank mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kunci bangsa indonesia keluar dari krisis. UKM banyak yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. pemulihan ekonomi nasional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi

BAB 5 SIMPULAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

PENDAHULUAN. dengan tujuan untuk memudahkan para penggunanya dalam menerapkan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memegang peranan yang

I. PENDAHULUAN. Skala Usaha UK UM UB Jumlah (Unit/%) /99, /0, /0,01 Kesempatan kerja (%) 88,92 10,54 0,54 Nilai tambah

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil (Megginson et al., 2000).

BAB I PENDAHULUAN. semakin keteat seiring mulai berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Diajukan oleh : Irma Dianita /FE/EA. Kepada FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2011

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangannya, keberadaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

ANALISIS PENCATATAN PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN (PPh 21) PADA UMKM DI WILAYAH BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sedang menjadi sorotan publik di

BAB I PENDAHULUAN. kembang sejak sebelum berdirinya Negara ini. Hal ini patut kita banggakan.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, penggerak utama kondisi perekonomian negara adalah dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. stabilitas ekonomi pada khususnya (Ardiana dkk, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan ekonomi. Informasi tersebut dapat digunakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi merupakan suatu ilmu yang terus berkembang dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. bersaing dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Negara-negara di ASEAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. negara Indonesia. Penerimaan negara Indonesia berasal dari penerimaan dari

BAB I PENDAHULUAN. rasional, karena pada kenyataannya ratio antara jumlah wajib pajak dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan dan menghasilkan output yang berguna bagi. rakyat kecil atau rakyat kebanyakan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pengepulan kardus dan kertas bekas yang semakin berkembang saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan UMKM dan Usaha Besar. Mikro, Kecil dan Menengah ,55 47, ,93 47, ,75 46,25

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang sangat pesat dalam dunia bisnis saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah mempunyai peranan penting. dalam kemajuan perekonomian Indonesia dimana pertumbuhan terus

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia,

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi merupakan lembaga dimana orang-orang yang memiliki kepentingan relatif

BAB I PENDAHULUAN , , ,35 Menengah B. Usaha Besar

BAB I PENDAHULUAN. dibanding usaha besar yang hanya mencapai 3,64 %. Kontribusi sektor

KATA PENGANTAR. segala berkat dan rahmat-nya yang dilimpahkan, sehingga penulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan buku besar tersendiri dengan buku tambahan masing masing. tahun di dalam neraca disajikan sebagai aktiva lancar.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian daerah maupun perekonomian negara. UKM di Indonesia saat

I. PENDAHULUAN. negaranya, yaitu sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan progres

MAKNA PENERAPAN PENCATATAN KEUANGAN BAGI PELAKU USAHA KECIL MENENGAH (UKM) ; (STUDI KASUS PADA UD. INDAH FURNITURE DI TUBAN) SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pesat dan memegang peranan penting dalam kekuatan perekonomian di

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN AKUNTANSI DALAM UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI KEUANGAN PADA PELAKU USAHA MIKRO,KECIL dan MENENGAH (UMKM) DI PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. orang. Manfaat bagi kegiatan setiap orang yakni, dapat mengakomodasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan benteng penyelamat

`BAB I PENDAHULUAN. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil menengah (UMKM) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dilakukan oleh manusia tidak terlepas dari adanya pajak. Pajak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

Penyajian Laporan Keuangan Koperasi RRKR Berdasarkan SAK ETAP

BAB I PENDAHULUAN. dan harus siap dalam menghadapi pasar bebas dimana setiap sekat. dan makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian. karena sektor ini akan banyak menyerap tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam praktek sederhana pada kehidupan sehari-hari maupun dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah),

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kegiatan usaha yang mandiri berdiri sendiri, bukan anak cabang dari sebuah perusahaan. Dalam perekonomian Indonesia UMKM merupakan kelompok usaha yang paling banyak jumlahnya dan dapat membantu mempercepat laju pertumbuhan ekonomi suatu negara. UMKM tergolong kedalam sektor riil yang memiliki daya tahan tinggi terhadap krisis ekonomi. Berdasarkan data tentang kontribusi UMKM di Indonesia yang diakses di www.depkop.go.id menjelaskan bahwa kontribusi sektor usaha mikro kecil dan menengah terhadap Produk Domestik Bruto meningkat pada tahun 2012 sampai tahun 2013 sebanyak Rp 844.978,7 miliar atau 17,35%. Serapan tenaga kerja juga meningkat pada tahun 2013 sebanyak 895.717 orang, tahun 2014 sebanyak 1.146.795 orang dan tahun 2015 sebanyak 1.487.048 orang. Kontribusi UMKM menurut data dari Kementrian KUKM (Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah) yang didasarkan pada perhitungan BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2015 yaitu untuk Produk Domestik Bruto sebesar 61,41% dan tenaga kerja sebesar 96,71%. Dari data tersebut, terbukti bahwa UMKM sangat berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja dan mampu meningkatkan perekonomian. 1

2 Usaha Mikro Kecil dan Menengah diatur pada UU No. 20 Tahun 2008. ( www.bi.go.id). Dengan diberlakukannya Undang-Undang tersebut, maka UMKM mendapat jaminan dan keadilan usaha, selain itu dapat meningkatkan kedudukan, peran dan potensi UMKM dalam pemerataan dan peningkatan ekonomi, pendapatan rakyat dan penciptaan lapangan kerja. Menurut Kristanto (2011), Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah pada Statistik UKM mengatakan bahwa upaya pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dari tahun ke tahun selalu dimonitor dan dievaluasi perkembangannya baik dalam hal kontribusinya terhadap penciptaan produk domestik bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja, ekspor dan perkembangan pelaku usahanya serta keberadaan investasi Usaha Kecil Menengah melalui pembentukan modal tetap (investasi). Namun terkadang UMKM masih mengalami masalah tentang permodalan, kekurangan modal maupun kehabisan modal. Pemerintah sudah mencoba membantu mengatasi permasalahan tersebut seperti melakukan pembinaan dan pemberian kredit untuk usaha. Permasalahannya yang terjadi lagi, dalam melakukan pinjaman sebagai modal usaha pelaku UMKM harus bisa menunjukkan/mempunyai laporan keuangan usahanya. Lembaga pemberi pinjaman harus menerima laporan keuangan peminjam modal karena untuk mengetahui kinerja perusahaan tersebut, mempertimbangkan layak atau tidaknya diberi pinjaman dan seberapa besar jumlah yang layak untuk diberikan pinjaman pada perusahaan tersebut.

3 Namun UMKM masih mempunyai beberapa permasalahan, seperti hasil penelitian yang dilakukan Elisabeth, dkk (2012 ) membuktikan bahwa UMKM mengalami kendala-kendala dalam usahanya salah satunya yaitu masalah pencatatan keuangan sesuai standar akuntansi. Pelaku UMKM tidak atau belum melakukan penerapan akuntansi sesuai standar. Sebagian dari mereka hanya melakukan pencatatan dan penghitungan selisih uang masuk dan uang keluar. Hal yang terpenting bagi pelaku UMKM adalah cara menghasilkan laba yang banyak tanpa repot melakukan pencatatan keuangan sesuai standar akuntansi. Seringkali dalam usaha skala kecil menengah menilai usaha bagus jika pendapatan sekarang lebih besar dari pendapatan sebelumnya. Padahal indikator keberhasilan dari sebuah usaha bukan hanya dinilai dari besar pendapatan ataupun labanya, diperlukan akuntansi yang disebut laporan keuangan untuk menganalisis kinerja keuangannya. Hasil penelitian Alfitri dkk. (2014) tentang penerapan SAK ETAP pada UMKM Perajin Mebel Desa Gondangsari Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten, menunjukkan bahwa banyak pelaku UMKM tersebut tidak melakukan pencatatan dan penyusunan laporan keuangan. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pentingnya pencatatan dan penyusunan laporan keuangan belum dipahami oleh pelaku UMKM. Padahal dengan adanya pencatatan dan penyusunan laporan keuangan sangat penting bagi pelaku usaha untuk mengetahui kinerja perusahaan, perputaran dan posisi dana, informasi perhitungan pajak dan memudahkan kerjasama yang terkait keuangan ketika akan melakukan penambahan modal

4 dengan peminjaman di Lembaga Keuangan (Bank) untuk mengembangkan usahanya. Menurut Warren (2006), Akuntansi bermanfaat untuk menghasilkan laporan yang berfungsi sebagai sumber informasi utama yang menjadi dasar dalam pengambilan keputusan bagi pemangku kepentingan atau stakeholder. Laporan keuangan sangat dibutuhkan oleh Kreditur (Bank) untuk mengambil keputusan apakah UMKM tersebut layak diberikan pinjaman modal atau tidak. Walaupun UMKM tersebut memiliki prospek yang bagus tetapi tidak melakukan pencatatan dan penyusunan laporan keuangan sehingga pihak Kreditur (Bank) tidak mengetahui kinerja perusahaan, maka tidak mudah bagi UMKM tersebut dalam mendapatkan pinjaman modal. Menurut Kieso (2011) laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Menurut Putri dalam Lutfiaazahra (2015), terkait kondisi seperti diatas, untuk mempermudah UMKM dalam melakukan penyusunan laporan keuangan, maka pada tanggal 17 Juli 2009 IAI (Ikatan Akuntan I ndonesia) menerbitkan standar akuntansi khusus untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah dan disahkan pada tanggal 19 Mei 2009 oleh DSAK IAI (Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntansi Indonesia) kemudian mensosialisasikan kepada masyarakat pentingnya penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi. Standar akuntansi untuk UMKM ini dikenal dengan SAK ETAP (Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik). SAK ETAP diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2011.

5 Salmiah dkk. (2015 ), menyatakan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) merupakan Standar Akuntansi Keuangan yang diperuntukkan bagi entitas tanpa akuntabilitas publik yang signifikan. SAK ETAP disusun dan diterbitkan untuk menjadi pedoman atau acuan menyusun laporan keuangan bagi UMKM. Entitas yang dimaksud dalam SAK ETAP adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik dan yang menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal. Namun pada kenyataannya, banyak perusahaan UMKM yang belum melakukan pencatatan dan penyusunan laporan keuangan yang mengacu pada SAK ETAP. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Andriani, dkk. (2014) yang berjudul Analisis Penerapan Pencatatan Keuangan Berbasis SAK ETAP pada UMKM (Sebuah Studi Intrepetatif pada Peggy Salon), mengungkapkan bahwa pelaku UMKM tidak atau belum menerapkan SAK ETAP dalam pencatatan dan penyusunan laporan keuangan. Hal tersebut terjadi karena kurang luasnya sosialisasi pemerintah tentang SAK ETAP bagi pelaku UMKM dalam melakukan pencatatan dan penyusunan laporan keuangan. Selain itu, terdapat kendala-kendala bagi pelaku UMKM dalam melakukan pencatatan dan penyusunan laporan keuangan yang mengacu SAK ETAP. Kendala-kendala tersebut antara lain kurangnya pengetahuan dan pemahaman dalam membuat laporan keuangan sesuai SAK ETAP. Jika membayar akuntan untuk melakukan penyusunan laporan keuangan, merasa terlalu mahal. Menurut Elisabeth dan Hermon (2012), dalam penelitiannya menyatakan bahwa

6 kendala-kendala yang dihadapi pelaku UMKM dalam melakukan pencatatan dan penyusunan laporan keuangan antara lain kekurangan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam menyusun laporan keuangan serta kurangnya waktu yang difokuskan untuk membuat laporan keuangan karena waktu yang ada lebih difokuskan pada kegiatan operasional usaha. Diharapkan bagi pemerintah untuk memberikan perhatian yang lebih lagi kepada pelaku UMKM dalam sosialisasi dan pembinaan khususnya tentang pencatatan dan penyusunan laporan keuangan sesuai SAK ETAP. Seperti halnya UMKM di Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo. Banyak pengusaha UMKM di Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo. Hal ini menimbulkan keinginan penulis melakukan penelitian tentang penerapan akuntansi dan kesesuaiannya dengan SAK ETAP pada UMKM di Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo. Pencatatan keuangan yang dilakukan, persepsi tentang SAK ETAP dan mencoba menerapkan akuntansi berupa laporan keuangan SAK ETAP untuk membantu memudahkan pelaku UMKM tersebut dalam melakukan pencatatan dan penyusunannya. Laporan keuangan tersebut diharapkan dapat membantu mengevaluasi usahanya oleh pemilik UMKM dan dapat dijadikan sebagai dasar bahan pengambilan keputusan untuk mengembangkan usahanya. Seperti menambah modal dengan melakukan peminjaman ke Bank atau Lembaga Keuangan lain dan juga dapat digunakan yang terkait dengan pajak.

7 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan fenomena pada latar belakang tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini adalah : 1. Bagaimana penerapan akuntansi yang dilakukan oleh pengelola UMKM di Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo? 2. Apakah penerapan akuntansi yang dilakukan oleh pengelola UMKM di Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo sudah mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)? 3. Bagaimana persepsi pengelola UMKM di Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo mengenai Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)? 4. Apa kendala-kendala yang dihadapi pengelola UMKM di Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo dalam melakukan penerapan akuntansi yang mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)? 1.3 Batasan Masalah Sejalan dengan yang akan diteliti, penelitian ini dibatasi : 1. Penelitian ditujukan pada UMKM di Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo 2. Penerapan akuntansi disesuaikan dengan SAK ETAP.

8 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui penerapan akuntansi yang dilakukan oleh pengelola UMKM di Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo. 2. Untuk mengetahui penerapan akuntansi yang dilakukan oleh pengelola UMKM di Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo, sudah mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) atau belum. 3. Untuk mengetahui persepsi pengelola UMKM di Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo mengenai Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). 4. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi pengelola UMKM di Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo dalam melakukan penerapan akuntansi yang mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). 1.4.2 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain: 1. Manfaat Teoritis Dapat mengembangkan ilmu akuntansi dan pengetahuan penerapannya yang sesuai Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

9 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Sebagai sarana pembelajaran bagi peneliti untuk terjun langsung di lapangan dan mengetahui perbedaan antara teori dengan kondisi yang sebenarnya lapangan serta untuk meningkatkan kemampuan di bidang penelitian ilmiah dalam mengungkap permasalahan tertentu dan berusaha memecahkan permasalahan tersebut. b. Bagi Lembaga Pendidikan Dapat menjadi salah satu referensi materi perkuliahan yang terkait dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan UMKM. c. Bagi pihak UMKM Dapat dijadikan bahan pertimbangan tentang penerapan SAK ETAP pada UMKM agar mengetahui pentingnya akuntansi yang sesuai standar pada bisnis mereka dan dapat mengembangkan usahanya.