BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hal. 1-2.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2013, hlm Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Islam dimana norma-norma agama senantiasa dijadikan sumber pegangan. 1

BAB I PENDAHULUAN. dengan menekankan pelajaran agama, baik yang sudah di tambah pelajaran umum

BAB 1 PENDAHULUAN. PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm.1. 2 Tatang S, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.14.

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta,2004, hlm Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Zainy Chalish Hamdy dkk, Administrasi Pendidikan dan Supervisi Pendidikan, IAIN Press, Medan, 2005, hlm. 1

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Press, 2005), h Syafaruddin, dkk, Manajemen Pembelajaran, Cet.1 (Jakarta: Quantum Teaching, PT.

BAB I PENDAHULUAN. Jogjakarta, 2013, hlm Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif, Cv Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 168.

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2005 tentang guru dan dosen serta UU RI No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, (Bandung: Citra Umbara, 2006), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2009, hlm Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Media Tama,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

pembelajaran yang bersifat monoton, yakni selalu itu-itu saja atau tidak ada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Media Wacana Press, Yogayakarta, 2003, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Overseas Publication Ltd, 1959), hlm 4. 1 Frederick Y. Mc. Donald, Educational psychology, (Tokyo:

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun

BAB I PENDAHULUAN. hlm M. Uzer Ustman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1995,

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran atau kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang ada di sekitar kita. tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. 1 SamsulNizar, Filsafat PendidikanIslam(Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 41.

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. 1 Moh.Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Pres, Yogyakarta, 2010, hlm

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab yang berat pula. Kepala sekolah yang menjadi pemimpin sekolah

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia sangat membutuhkannya dan tidak bisa dilepaskan darinya.

BAB I PENDAHULUAN. Press, Jakarta, 2007, Hlm. 4. Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2013, Hlm. 189

BAB I PENDAHULUAN. Rineka Cipta, 2000), hlm Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru yang Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar. Sebagaimana diperbuat dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

DAMPAK STATUS AKRIDITASI SEKOLAH, SARANA PRASARANA DAN KOMPETENSI SOSIAL TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU SD KECAMATAN KEDUNGTUBAN BLORA TESIS.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran merupakan kata khusus dari kata umum pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2008, hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Roesdakarya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari kualitas pendidikan itu sendiri. Banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengamatan penulis di salah satu madrasah di Purbalingga, di mana kepala

BAB I PENDAHULUAN. Agoes Dariyo, Dasar-Dasar Pedagogi Modern, Indeks, Jakarta, hlm. 1

BAB I PENDAHULUAN. Karya, Bandung, 2008, hlm Kamus Besar Bahasa Indonesia lengkap, CV Mini Jaya Abadi, Jakarta, 2000, hlm. 58.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 1997, hlm Engkoswara & Aan komariah, Administrasi Pendidikan, Alfabeta: Bandung, 2012, hlm. 92.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diadakan di Negara tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, Hlm: 28 2

DAFTAR PUSTAKA. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara 1991).

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2012, hal iii

BAB I PENDAHULUAN. Desember Diakses pada tanggal 17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kegiatan proses belajar mengajar. 1. kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh guru.

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal diharapkan mampu. menghasilkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif,mandiri, mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi menjadi pilar utama dalam melahirkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Anwar Hafid dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm. 56.

Pendidikan merupakan unsur yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Hakikat

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang ada berlangsung suatu proses pendidikan sesuai dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, Jakarta, 2010, hlm Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Prenada

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang merupakan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai suatu sistem memiliki komponen-komponen yang berkaitan satu

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan itu dilakukan melalui proses atau tahapan-tahapan kegiatan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Nadi Pustaka, Yogyakarta, 2012, hlm. 73.

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad saw (Q.S Al Anbiya: 107), tetapi kebanyakan manusia masih. Rahmat yang diberikan Allah swt kepada manusia bermacam-macam

BAB I PENDAHULUAN. Agama dan Budaya, Bandung: Pustaka Setia, hal Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha sadar

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI)

. Ayat di atas menjelaskan bahwa seorang pemimpin harus mampu memberi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Prenada Media Group, 2012), hlm Abdul Kadir, dkk., Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. manusia tentang dirinya sendiri, dan tentang dunia dimana mereka hidup.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Madrasah, dalam konteks ini Institusi Pendidikan formal yang berbasis Agama

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Absen Guru Tahun Diklat /2013. Presentasi Kehadiran (%) 2010/ / /2013 Keterangan

BAB I PENDAHULUAN. dari segi intelektual maupun kemampuan dari segi spiritual. Dari segi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006, hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian yang bermakna sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar

BAB I PENDAHULUAN. arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). 1 Istilah pendidikan ini semula

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Pendidikan mempunyai kedudukan sangat penting kehidupan manusia, sebab hidup tanpa didasari oleh pendidikan, manusia tidak akan mengalami kemajuan dan perkembangan. Arti pendidikan itu sendiri adalah suatu proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan.2 Pendidikan sebagai suatu kegiatan bersifat sosial kemasyarakatan sangat dipengaruhi oleh perkembangan masyarakat, dan pada gilirannya hasil pendidikan (lulusan pendidikan) akan terjun ke masyarakat untuk ikut serta membantu dan mengembangkan masyarakat. Atas dasar ini, maka rancangan suatu konsep pendidikan harus mempertimbangkan masyarakat serta konsep tentang masyarakat ideal. 3 Pendidikan di sebuah lembaga sebenarnya itu terjadi hubungan saling mempengaruhi antara, peserta didik, kurikulum pendidikan, tujuan pendidikan, fasilitas belajar dan evaluasi pembelajaran maka sebagai komponen pendidikan. pendidikan merupakan sentral pelaksanaan Berhasil tidaknya sebuah pendidikan akan ditentukan oleh 1 Himpunan Perundang-undangan RI Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Beserta Penjelasannya, Nuansa Aulia, Bandung, hlm. 2. 2 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 10. 3 Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur an, Prenadamedia Group, Jakarta, 2016, hlm. 50. 1

2 kualitas sedang kualitas juga dipengaruhi oleh pendidikan dan kurikulum. Para dipandang sebagai faktor sangat menentukan berlangsungnya kegiatan pendidikan dan pelajaran. Dalam hal ini, ayat alqur an berkaitan dengan berprestasi dan bersungguhsungguh berdasarkan pandangan para ahli pendidikan pada surah Al-Inshiroh ayat 7-8 yaitu:4 Artinya : (7) Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) lain. (8) dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. Ayat diatas mengandung arti bahwa seseorang harus terus bekerja keras dengan kesungguhan hati untuk meningkatkan prestasi. Bekerja tidak hanya sebagai beban, namun setelah bekerja keras harus menikmati hasilnya dengan bergembira dan bersyukur atas pemberian Allah. Guru mempunyai peran sangat penting kegiatan pembelajaran yaitu sebagai pendidik. Kreativitas dan prestasi harus diperhatikan karena menkut keberhasilan pendidikan dan pembelajaran. Oleh karena itu, harus bekerja keras dan bersungguh-sungguh. Pendidikan mengembangkan dilaksanakan kurikulum, sesuai mengatur dengan kinerja kurikulum serta ada, mengelola pembelajaran efektif dan efisien menjadi tanggung jawab bagi sebuah lembaga termasuk. Dalam mengembangkan kurikulum ideal atau kurikulum dari pusat ke kurikulum aktual sesuai dengan situasi sebenarnya di sekolah atau madrasah tertentu, mengatur kinerja mulai dari jadwal mengajar sampai pelatihan pengembangan kreativitas, mengelola pembelajaran agar proses belajar mengajar berjalan dengan lancar dibutuhkan pelaksana mensi hal tersebut. Sehingga tercapailah 4 Kementerian Agama RI, Ai-Qur an Terjemah dan Tajwid, Sygma Examedia Arkanleema, Bandung, 2014, hlm. 596

3 tujuan dari pendidikan dan pembelajaran. Pelaksanaan ini merupakan tanggung jawab dari seorang kepala sekolah. Kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas kelancaran jalannya sekolah secara teknis akademis saja, akan tetapi segala kegiatan, keadaan lingkungan dengan kondisi dan situasinya serta hubungan dengan masyarakat sekitarnya. Inisiatif dan kreatif mengarah pada perkembangan dan kemajuan sekolah adalah merupakan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah.5 Oleh karena itu, kepala madrasah mempunyai wewenang di madrasah, namun kepala madrasah mempunyai wakil kepala madrasah berhubungan dengan kurikulum dan menangani diamanatkan pada seorang wakil kepala sekolah bidang kurikulum. Wakil kepala sekolah adalah administrator profesional kedua wewenang sesudah kepala sekolah. semakin besar dan kompleks sekolah, semakin besar pula kebutuhan akan para wakil. Di sekolah kecil wakil itu mungkin seorang mengambil tanggung jawab bila kepala sekolah tidak hadir. Di sekolah besar wakil kepala sekolah itu mungkin seorang administrator diberi tanggung jawab tentang bidang kegiatan administrasi khusus tertentu, seperti misalnya bidang kurikulum, bidang murid, atau bidang keuangan, pembukuan, dan perbekalan. 6 Wakil kepala madrasah bidang kurikulum merupakan seorang wakil dari kepala madrasah ditunjuk untuk mensi segala masalah berhubungan dengan kelancaran kegiatan belajar mengajar di madrasah baik mengenai maupun peserta didik. Maka dari itu, wakil kepala madrasah bidang kurikulum harus dapat mengatur dan membina. Dalam hal ini termasuk peran wakil kepala madrasah bidang kurikulum mengatur pendidikan dan pembelajaran serta meningkatkan kualitas kinerja atau prestasi khususnya pelajaran agama. Kelemahan ada di madrasah sehingga kurang mampu dan tidak dapat bersaing dengan lembaga pendidikan lain adalah : kurang keterampilan 5 M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, hlm 80. Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan; Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional, Angkasa, Bandung, 1989, hlm. 217. 6

4 mengorganisasikan kelembagaan. Keadaan tersebut berkenaan dengan pengembangan sumber daya manusia, dan tenaga kependidikan lainnya, pembelajaran, supervisi, kurikulum, dan manajemen sarana prasarana. Semuanya bertumpu pada kelemahan sumber daya menjadi pelaku manajemen pendidikan di madrasah. Indikator kurang profesional manajemen madrasah antara lain terlihat dari lemahnya disiplin kerja berakibat rendahnya produktivitas, lemahnya orientasi pada sistem belajar peserta didik, lemahnya pengawasan mutu para. Manajemen madrasah kurang profesional mengakibatkan madrasah keadaan tidak memenuhi enrollment, mutu rendah, dan pimpinan lembaga pendidikan tidak efektif menjalankan manajemen dan kepemimpinan madrasah. Dengan demikian, maksud kegiatan pendidikan untuk meningkatkan mutu jadi tidak tercapai. Sebab, tidak mungkin dari lembaga pendidikan tidak berkualitas akan muncul lulusan berkualitas. 7 Salah satu permasalahan pendidikan di madrasah adalah prestasi kerja rendah, untuk meningkatkan kualitas pendidikan tentunya seorang dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuan mengajar dan memberikan materi ajar tentunya dapat melihat kondisi peserta didiknya, sehingga dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar aktif, agar penyelenggaraannya dapat mencetak peserta didik meningkatkan berkualitas. prestasi Namun kerja kenyataannya, sangatlah sulit untuk usaha untuk dilaksanakan. Permasalahan tersebut biasanya menkut sumber daya manusia. Banyak faktor mempengaruhi prestasi kerja, diantaranya gaji diterima rendah, gaya kepemimpinan tidak sesuai, fasilitas tidak menunjang, serta motivasi rendah. Prestasi menekankan pengertian sebagai hasil atau apa keluar (outcomes) dari sebuah pekerjaan dan kontribusi mereka pada organisasi. Salah satu indikator prestasi kerja ditentukan oleh kemampuan menyampaikan materi baik, sebenarnya hal tersebut sudah menjadi 7 Supardi, Kinerja Guru, Rajawali Pers, Jakarta, 2014,, hlm. 5-6.

5 keharusan bagi seorang. tidak hanya itu tetapi juga mampu mengikuti perkembangan teknologi semakin maju, dan dapat mengaplikasikan kemampuan tersebut kegiatan belajar dan mengajar dengan variasi penggunaan metode serta media sesuai, sehingga materi ajar dapat tersampaikan dengan baik. Dalam pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan, merupakan satu kesatuan dari sistem pendidikan. Pimpinan memiliki peran penting, pelaksanaannya seorang pimpinan harus menciptakan iklim atau suasana kerja kondusif. Gaya memimpin seorang pimpinan dapat mendorong prestasi kerja, salah satunya dengan cara mengadakan pelatihan memberikan mendukung motivasi produktivitas bagi para agar mengajar meningkatkan serta prestasi mengajarnya, akan tetapi walaupun gaya kepemimpinan sudah cukup baik, tetapi prestasi kerja saat ini masih rendah. Selain itu prestasi terkadang tidak diperhatikan oleh pimpinan, ketika pelajaran agama berhasil membawa peserta didik menjadi anak berprestasi dibidang keagamaan setidaknya tersebut mendapat apresiasi atas kinerja atau prestasi telah ia raih. Dengan ini, wakil kepala bidang kurikulum sebaiknya menindaklanjuti apa harus dibenahi hal mengatur dan membina. Peran wakil kepala bidang kurikulum madrasah sangatlah penting untuk mengatur aktivitas proses belajar mengajar. Di samping itu wakil kepala madrasah bidang kurikulum bertanggung jawab langsung terhadap pelaksanaan segala jenis dan bentuk peraturan atau tata tertib harus dilaksanakan baik oleh maupun siswa kegiatan belajar mengajar. Apalagi sebagai profesional harus menguasai betul seluk beluk pendidikan dan pembelajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu.8 8 Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 5.

6 Berdasarkan wawancara dilakukan oleh peneliti dengan kepala madrasah di MTs Matahalibul Huda bernama Bapak Nor Kholik. Beliau menjelaskan bahwa Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama Mathalibul Huda Mlonggo Jepara berdiri di pusat kecamatan Mlonggo dan termasuk sekolah unggulan di kabupaten Jepara. Madrasah ini mempunyai wakil kepala karena sudah menjadi kebijakan dari pihak lembaga karena tugas kepala madrasah sudah mencakup dari aspek pengelolaan sekolah sangat komplek. Untuk itu agar proses pembelajaran di madrasah semakin maju dan terkendali sesuai dengan tujuan pendidikan, maka wakil kepala madrasah bidang kurikulum mempunyai tugas pokok mengelola kurikulum juga bertugas membimbing para. Di madrasah ini pada semua mata pelajaran menggunakan kurikulum 2013 satu-satunya sekolah/madrasah di jepara menggunakan kurikulum tersebut. Karena menyampaikan pelajaran agama sudah dicanangkan bagi seluruh sekolah menggunakan kurikulum 2013, maka ini menjadi tanggung jawab wakil kepala madrasah bidang kurikulum mengkoordinasi dan mengevaluasi para mempunyai kreativitas dan prestasi di madrasah.9 Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik dan termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul Peran Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum Meningkatkan Prestasi Guru Pelajaran Agama di MTs Mathalibul Huda Mlonggo Jepara Tahun Pelajaran 2016/2017. B. Fokus Penelitian Menurut penelitian kualitatif ini, gejala itu holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan) sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitianya hanya berdasarkan variabel penelitian tetapi keseluruhan situasi 9 Wawancara dengan Bapak Nor Kholik (Kepala Madrasah), dikutip pada tanggal 28 Januari 2017.

7 diteliti meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktifitas (actifity) berinteraksi secara sinergis.10 Berdasarkan segi penelitian itu sendiri menjadi sorotan situasi tersebut adalah: 1) Tempat (place): sasaran tempat penelitian ini adalah di MTs Mathalibul Huda Mlonggo Jepara; 2) pelaku (actor) : pelaku utama akan penulis teliti adalah kepala madrasah, wakil kepala madrasah bidang kurikulum, pelajaran agama, dan peserta didik di MTs Mathalibul Huda Mlonggo Jepara; 3) aktifitas (actifity): aktifitas diteliti penelitian ini meliputi aktifitas wakil kepala madrasah bidang kurikulum melaksanakan tugasnya meningkatkan prestasi pelajaran agama. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah telah penulis uraikan, maka penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana kegiatan dilakukan wakil kepala madrasah bidang kurikulum di MTs Mathalibul Huda Mlonggo Jepara tahun pelajaran 2016/2017? 2. Bagaimana peningkatan prestasi pelajaran agama di MTs Mathalibul Huda Mlonggo Jepara tahun pelajaran 2016/2017? 3. Bagaimana peran wakil kepala madrasah bidang kurikulum meningkatkan prestasi pelajaran agama di MTs Mathalibul Huda Mlonggo Jepara tahun pelajaran 2016/2017? D. Tujuan Penelitian Jika melihat rumusan masalah telah ada maka dapat diketahui tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui kegiatan dilakukan wakil kepala bidang kurikulum di MTs Mathalibul Huda Mlonggo Jepara tahun pelajaran 2016/2017. 10 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), Alfabeta, Bandung, 2014, hlm. 285.

8 2. Mengetahui peningkatan prestasi pelajaran agama di MTs Mathalibul Huda Mlonggo Jepara tahun pelajaran 2016/2017. 3. Mengetahui peran wakil kepala madrasah bidang kurikulum meningkatkan prestasi pelajaran agama di MTs Mathalibul Huda Mlonggo Jepara tahun pelajaran 2016/2017. 4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian bahasan ini, dibedakan menjadi dua yaitu: 1. Manfaat teoritis Manfaat teoritis ini sebagai bahan informasi penting bagi pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik melaksanakan kegiatan belajar mengajar, dan kajian tentang wakil kepala madrasah bidang kurikulum meningkatkan prestasi pelajaran agama. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca, khususnya wakil kepala madrasah bidang kurikulum serta pendidik dapat menunjukkan prestasinya baik juga dapat meningkatkan kemajuan kegiatan belajar mengajar di madrasah. b. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan mengenai peran wakil kepala madrasah bidang kurikulum meningkatkan prestasi agama terhadap keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar dilakukan oleh serta dapat memberikan sarana dan prasarana memadai untuk mencapai tujuan pembelajaran diharapkan.