BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan merupakan hasil persilangan antara ayam ras petelur betina dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu tipe pedaging, tipe petelur dan tipe dwiguna. Ayam lokal yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil

BAB III MATERI DAN METODE. 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 Januari 2017 di kandang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ayam Kampung Super dan Produktivitasnya. Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2014), populasi ayam kampung di

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK UNGGAS DAN NON RUMINANSIA. Penyusunan Ransum dan Pemberian Pakan Pada Broiler Fase Finisher

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

Pengaruh Sumber Protein Berbeda terhadap Laju Alir Pakan, Kecernaan Protein dan Retensi Nitrogen Ayam Lokal Persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AMPAS KECAP DALAM RANSUM AYAM PETELUR TUA TERHADAP KECERNAAN PROTEIN, RASIO EFISIENSI PROTEIN DAN RETENSI NITROGEN SKRIPSI

PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO S E M A R A N G

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

III. KEBUTUHAN ZAT-ZAT GIZI AYAM KUB. A. Zat-zat gizi dalam bahan pakan dan ransum

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen

KEBUTUHAN NUTRISI ITI PEDAGING : SUPRIANTO NIM : I

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

Pengaruh Pemberian Pakan dengan Sumber Protein Berbeda terhadap Persentase Potongan Karkas dan Massa Protein Daging Ayam Lokal Persilangan

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN SUMBER PROTEIN BERBEDA TERHADAP LAJU PAKAN, KECERNAAN PROTEIN DAN RETENSI NITROGEN AYAM LOKAL PERSILANGAN SKRIPSI.

BAB III MATERI DAN METODE. Pertanian, Universitas Diponegoro pada tanggal 22 Oktober 31 Desember 2013.

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam

NUTRISI UNGGAS 11/8/2016. Catootjie L. Nalle, Ph.D. Jurusan Peternakan Program Study Teknologi Pakan Ternak Politeknik Pertanian Negeri Kupang

BAB III MATERI DAN METODE. Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

BAB III MATERI DAN METODE. Kampung Super dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2016 dikandang

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

PEMBERIAN RANSUM BERBEDA LEVEL PROTEIN DAN LISIN TERHADAP PEMANFAATAN PROTEIN PADA AYAM KAMPUNG SKRIPSI TAUFIK NURROHMAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telurnya. Jenis puyuh yang biasa diternakkan di Indonesia yaitu jenis Coturnix

,Vol. 32, No. 1 Maret 2014

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN SUMBER PROTEIN BERBEDA TERHADAP BOBOT AKHIR, POTONGAN KARKAS DAN MASSA PROTEIN DAGING AYAM LOKAL PERSILANGAN SKRIPSI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG DAUN MENGKUDU FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP LAJU DIGESTA, KECERNAAN PROTEIN, DAN ENERGI METABOLIS AYAM KAMPUNG SUPER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagi penghasil daging dengan bobot badan 1,9 kg

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki keunggulan yaitu produksi telur dan daging yang tinggi dan masa

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Wantasen dkk., 2014). Ayam kampung persilangan memiliki warna yang

VI. TEKNIK FORMULASI RANSUM

KAJIAN KEPUSTAKAAN. japanese quail (Coturnix-coturnix Japonica) mulai masuk ke Amerika. Namun,

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai 60%-80% dari biaya produksi (Rasyaf, 2003). Tinggi rendahnya

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN RANSUM YANG BERBEDA TERHADAP RASIO EFISIENSI PROTEIN, MASSA PROTEIN DAGING DAN MASSA KALSIUM DAGING AYAM KAMPUNG SUPER

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo yang bernama ilmiah Clarias geriepinus, masuk di Indonesia

PENGARUH SUPLEMENTASI LISIN DALAM RANSUM RENDAH PROTEIN TERHADAP PERFORMAN AYAM BROILER JANTAN. Jurusan/Program Studi Peternakan

Peubah yang diamati meliputi berat badan awal, berat badan akhir, pertambahan berat badan, konsumsi pakan, feed convertion ratio (FCR), kecernaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Energi Metabolis. makanan dalam tubuh, satuan energi metabolis yaitu kkal/kg.

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

I. PENDAHULUAN. industrialisasi yang sudah dicanangkan dalam program pemerintah. Masyarakat dapat mengembangkan dan memanfaatkan potensi sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan tempat asal dari itik ini. Itik Tegal memiliki kelebihan dibanding

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 28 April 2016 di CV.

Efisiensi penggunaan protein pada puyuh periode produksi yang diberi ransum mengandung tepung daun Kayambang (Salvinia molesta)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bermukim di wilayah pedesaan (Rusdiansyah, 2014). Ayam kampung

Transkripsi:

3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Lokal Persilangan Peningkatan produktivitas ayam lokal salah satunya yaitu dengan perbaikan mutu genetik dengan cara melakukan persilangan (Hidayat, 2012). Ayam lokal persilangan merupakan hasil persilangan antara ayam ras petelur betina dengan ayam bukan ras jantan, untuk meningkatkan produktivitas ayam bukan ras (Fanani dkk., 2014). Ayam lokal persilangan merupakan hasil persilangan antara ayam ras telur betina dengan ayam buras Bangkok jantan (Kususiyah, 2011). Ayam lokal persilangan merupakan hasil persilangan yang dapat memperbaiki genetik ayam kampung sehingga memiliki pertumbuhan yang cepat dengan hasil maksimal dan dalam waktu yang singkat (Munandar dan Pramono, 2014). Ayam lokal persilangan memiliki dua fase pertumbuhan, yaitu fase starter dimana pada fase ini pertumbuhan paling cepat, yang kedua adalah fase finisher, dimana pada fase ini pertumbuhan ayam dalam memperbaiki kualitas daging (Iskandar, 2006). Produktivitas ayam lokal persilangan dapat dilakukan dengan perbaikan kualitas dan kuantitas pakan sesuai dengan kebutuhan nutrisinya. Pakan yang berkualitas baik harus mengandung zat-zat nutrisi yang sesuai dengan fase perkembangannya. Pakan yang baik mengandung zat nutrisi seimbang, diantaranya yaitu protein dan energi metabolis (Aenih dkk., 2016). Konsumsi pakan ayam persilangan pejantan Bangkok dan betina ras petelur yaitu 50,04 g/ekor/hari untuk pejantan dan betina yaitu 42,68 g/ekor/hari.

4 Pertambahan bobot badan per hari untuk pejantan yaitu 16,92 g/ekor sedangkan betina yaitu 13,02 g/ekor. Konversi pakan atau FCR pejantan yaitu 2,99 dan betina 3,36 (Kholik dkk., 2016). Ayam kampung umur 10 minggu memiliki bobot badan sebesar 769,57 g, pertambahan bobot badan 109,12 g/minggu, konsumsi pakan 423 g/minggu, konsumsi protein 125,46 g, rasio efisiensi protein (REP) 0,576, konsumsi energi 2484 kkal/g dan rasio efisiensi energi 10,462 (Kompiang dkk., 2001). 2.2. Sumber Protein Tinggi rendahnya nilai biologis protein tergantung dari jumlah, macam dan imbangan asam amino essensial yang menyusunnya. Semakin banyak macam bahan pakan sumber protein maka semakin seimbang imbangan asam amino yang menyusunnya, sehingga semakin tinggi pula nilai biologis protein tersebut. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh saling melengkapi dari berbagai macam protein. (Zuprizal dan Kamal, 2005). Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan ayam, mengganti jaringan tubuh yang rusak, bulu dan berproduksi daging. Protein terbagi menjadi dua yaitu protein hewani dan nabati. Protein hewani memiliki nilai hayati yang lebih tinggi, tingkat Ca dan lebih tinggi, vitamin B12 yang terdapat dalam semua pakan hewani, asam amino metionin dan lisin pada protein hewani lebih banyak daripada protein nabati. Protein nabati berasal dari tumbuhan (Rahayu dkk., 2011). Sumber protein terbagi menjadi dua yaitu protein nabati (bungkil kedelai dan kacang hijau), sedangkan protein hewani (tepung ikan, tepung daging tulang dan tepung darah) (Achmanu dan Muharlien, 2011).

5 2.3. Bahan Pakan Jagung adalah salah satu pakan sumber energi untuk ternak unggas. Energi ini berasal dari zat pati yang ada di jagung. Kandungan protein kasar jagung yaitu 8 10% rata-rata 8,7%. Protein memiliki kandungan energi metabolisme (EM) yaitu 3360 kkal/kg jagung (Rizal, 2006), sedangkan menurut (Mulyantini, 2010), jagung bisa diberikan kepada unggas sebanyak 20-70% dalam pakannya. Jagung memiliki kandungan protein yang bervariasi antara 8-11%. Bekatul mengandung protein kasar sebesar 11,4% dan nitrogen sebesar 1,91% (Suprijana dkk., 2002). Bekatul memiliki kandungan sebagai berikut bahan kering sebesar 88,64%, protein kasar 10,64%, serat kasar 6,42% dan energi metabolisme 2980 Kkal/Kg (Supartini dan Fitasari, 2011), sedangkan menurut (Mulyantini, 2010), bekatul merupakan bahan pakan sumber energi pada unggas yang mengandung protein sekitar 13%. Bungkil kedelai merupakan bahan pakan nabati sumber protein dengan kandungan asam amino paling sempurna dibandingkan dengan bahan pakan nabati sumber protein lainnya. Kandungan protein bungkil kedelai yaitu 44,0-48,5% sedangkan kandungan energi metabolis (EM) berkisar 2285-2576 kkal/kg bahan (Rizal, 2006). Bungkil kedelai merupakan pakan sumber protein untuk ayam karena mengandung protein yang tinggi (Sitompul, 2004). Kandungan PK bungkil kedelai yaitu 49,45%, SK sebesar 7,88% dan kandungan nitrogen sebesar 0,08% (Zuprizal dkk., 2001). Bungkil kedelai dapat meningkatkan nilai energi metobolis pada pakan. mengandung energi metabolis sebesar 3350 kcal/kg,

6 protein kasar sebesar 38% dan mengandung keseimbangan asam amino yang tinggi dan lengkap (Mulyantini, 2010). Tepung ikan merupakan pakan sumber protein untuk ayam karena mengandung protein yang tinggi (Sitompul, 2004). Tepung ikan adalah pakan sumber protein yang mengandung asam amino ensensial dan sumber utama lisin dan metionin yang sangat bagus untuk kebutuhan ayam (Wahju, 2004). Kandungan PK tepung ikan yaitu 60,71%, kandungan asam amino lisinnya sebesar 3,53%, SK sebesar 0,32% dan nitrogen sebesar 0,11% (Zuprizal dkk., 2001). Tepung ikan merupakan bahan pakan sumber protein hewani yang baik untuk unggas yang mengandung asam amino terutama metionin dan lisin. Tepung ikan mengandung protein kasar sebesar 55-60%, lemak kasar 5,2%, serat kasar 1,1%, kalsium 6,4% dan fosfor 2,03% (Mulyantini, 2010). Tepung daging dan tulang atau disebut meat bone meal (MBM) memiliki kandungan mineral yang cukup tinggi, kaya Ca (8%), P (4,4%) dan protein kasar berkisar antara 45-50% (Rizal, 2006). Meat Bone Meal (MBM) merupakan pakan unggas yang merupakan sumber protein yang mengandung protein lebih dari 30%. MBM juga mengandung Kalsium, Posfor dan Mineral (Hendriks dkk., 2002). Meat Bone Meal (MBM) merupakan bahan pakan yang berasal dari daging dan tulang yang mengandung PK sebesar 53,70% dan kandungan asam amino lisinnya sebesar 2,03%, SK sebesar 0,32% dan nitrogen sebesar 0,08% (Zuprizal dkk., 2001). Meat bone meal mengandung protein sebesar 50-55%, kandungan lisinnya tinggi, tetapi kandungan asam amino lainnya rendah seperti metionin, sistin dan triptofan (Mulyantini, 2010).

7 PMM mengandung protein sebesar 72,3%, lysine 4,53%, metionin 0,91%, Ca 3,38% dan P sebesar 2,07% (Kureshy dkk., 2000). Poultry Meat Meal (PMM) merupakan bahan pakan yang berasal dari daging ayam yang mengandung PK sebesar 61,49%, mengandung asam amino lisinnya sebesar 3,57%, SK sebesar 0,79% dan nitrogen 0,10% (Zuprizal dkk., 2001). 2.4. Pakan Bebas Memilih Sistem pemberian pakan bebas memilih merupakan suatu metode pemberian pakan secara satu tempat pakan berisi satu jenis bahan pakan. Kelebihan metode ini yaitu ayam mengkonsumsi sendiri sesuai dengan kebutuhannya, exercise dan untuk mengadaptasi diri dengan lingkungan sekitarnya (Widodo, 2010). Jumlah konsumsi pakan unggas tergantung dengan cara pemberian pakannya seperti sistem pemberian pakan bebas memilih yaitu metode alternatif pemberian pakan dengan kandungan nutrisi pakan yang utama adalah protein tanpa memperhatiakan komposisi pemberian pakannya (Moyle dkk., 2014). Sistem pemberian pakan bebas memilih yaitu pemberian bermacam-macam jenis pakan yang bertujuan untuk memberikan kesempatan lebih besar bagi unggas untuk memilih jenis pakan yang disukai, terutama terkait pemenuhan nutrisi berdasarkan kebutuhan fisiologisnya (Diwayani dkk., 2012). Pakan bebas memilih dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi ayam itu sendiri (Sahin dkk., 2006). Biaya pakan yang diberikan secara bebas memilih lebih murah daripada pakan yang diformulasi (Fanatico dkk., 2013). Pemberian pakan bebas memilih dengan cara satu tempat pakan satu jenis bahan

8 pakan akan memungkinkan ayam memilih pakan yang palatabilitasnya tinggi (Rack dkk., 2009). 2.5. Laju Pakan Laju pakan pada ayam lokal selama 296,82 menit (Prawitasari dkk., 2012), sedangkan menurut laju pakan pada ayam kampung yaitu selama 219,56 240,00 menit (Setyanto dkk., 2012). Faktor yang mempengaruhi laju pakan yaitu kandungan nutrisi dan bentuk fisik bahan pakan (Hughes, 2004). Pakan dengan protein rendah menyebabkan cepatnya pakan meninggalkan saluran pencernaan, sedangkan pakan dengan protein tinggi akan meninggalkan saluran pencernaan secara perlahan untuk mendapatkan waktu yang lebih banyak untuk penyerapan protein yang dikonsumsi (Wahju, 2004). Lamanya laju pakan di dalam saluran pencernaan ayam dipengaruhi oleh variasi jenis pakan yang beragam maupun konsumsi pakan pada masing-masing perlakuan, semakin tinggi kandungan protein dalam pakan maka laju pakan akan semakin lama pula (Irawan dkk., 2012),. Laju pakan merupakan kecepatan gerak pakan dalam saluran pencernaan mulai dikonsumsi sampai keluar ekskreta. Laju pakan dipengaruhi oleh kualitas pakan, konsumsi pakan, imbangan energi dan protein serta volume pakan di dalam lambung. Semakin perlahan laju pakan pada ayam maka semakin baik pakan dicerna di dalam tubuh sehingga kecernaan semakin baik pula (Setyanto dkk., 2012). Laju pakan di dalam saluran pencernaan yang lambat dapat memberikan kesempatan dalam mencerna pakan lebih baik pula (Atmomarsono, 2000).

9 2.6. Kecernaan Protein Kecernaan protein yang terdapat di dalam protein pakan penyusun pakan unggas yaitu berkisar antara 75-90% (Wahju, 2004). Kecernaan protein pada ayam kampung sebesar 80,65% (Setyanto dkk., 2012). Kecernaan suatu bahan pakan merupakan pencerminan dari tinggi rendahnya nilai manfaat dari bahan pakan tersebut. Apabila kecernaannya rendah maka nilai manfaatnya rendah pula sebaliknya apabila kecernaannya tinggi maka nilai manfaatnya tinggi pula (Pujianti dkk., 2012). Nilai kecernaan protein tidak berpengaruh tetapi protein yang tercerna akan meningkat dengan meningkatnya kandungan protein bahan pakan (Ariesta dkk., 2015). Suatu bahan pakan sumber protein dikatakan berkualitas baik apabila persentase protein tercerna tinggi sehingga mencukupi kebutuhan sintesis protein karena adanya satu atau lebih asam amino ensensial yang berarti sebagian besar kandungan proteinnya dapat dimanfaatkan oleh ternak (Wahju, 2004). Kecernaan protein dipengaruhi oleh kandungan energi dan kandungan protein (Hernandes dkk., 2004). Kecernaan bahan pakan yang tinggi menunjukkan sebagian besar dari zat zat makanan yang terkandung di dalamnya dapat dimanfaatkan oleh ternak (Situmorang dkk., 2013). Faktor yang mempengaruhi kecernaan protein adalah kandungan protein pada pakan, semakin tinggi protein yang terkandung dalam pakan maka semakin tinggi konsumsi proteinnya sehingga nilai kecernaan protein akan tinggi pula (Prawitasari dkk., 2012). Nilai kecernaan dipengaruhi oleh kandungan dan kualitas bahan pakan (Pishnamazi dkk., 2005). Kecernaan protein dipengaruhi oleh kualitas protein, kandungan nitrogen dan asam amino bahan pakan (Saki dkk., 2010).

10 Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai kecernaan adalah konsumsi pakan, perbedaan sifat fisik bahan pakan, kandungan nutrisi pakan dan laju perjalanan pakan di dalam saluran pencernaan (Abun dkk., 2007). Semakin tinggi konsumsi protein maka semakin tinggi pula kecernaan proteinnya. Semakin tinggi konsumsi protein maka semakin lama laju pakan sehingga semakin tinggi pula nilai kecernaan proteinnya (Irawan dkk., 2012). Kecernaan protein terbagi menjadi dua yaitu kecernaan protein semu dan sebenarnya. Kecernaan protein semu dipengaruhi oleh konsumsi pakan, semakin rendah konsumsi pakan maka semakin berbeda dengan nilai kecernaan protein sebenarnya, sedangkan nilai kecernaan protein sebenarnya tidak dipengaruhi oleh konsumsi pakan (Widodo, 2010). 2.7. Retensi Nitrogen Nilai retensi N pada ayam lokal persilangan (ayam lokal jantan dengan ayam niaga petelur betina) yaitu 1,3 gram (Fanani dkk., 2014). Nilai retensi N persilangan antara ayam lokal jantan dengan ayam petelur betina adalah 1,11 gram (Ma rifah dkk., 2013). Nilai retensi nitrogen dipengaruhi oleh kandungan energi pakan (Mahfudz dkk., 2010). Kandungan protein dan energi suatu bahan pakan akan mempengaruhi nilai retensi N (Resnawati, 2006). Peningkatan retensi nitrogen merupakan salah satu indikasi bahwa protein yang tercerna semakin banyak (Fanani dkk., 2014). Banyaknya protein yang dapat diserap oleh tubuh mengakibatkan tubuh ayam memiliki kesempatan untuk meretensi nitrogen lebih banyak (Maghfiroh dkk., 2012).

11 Faktor yang mempengaruhi retensi N yaitu konsumsi pakan konsumsi protein dan kualitas pakan semakin tinggi konsumsi protein maka semakin tinggi pula nilai retensi nitrogen (Dady dkk., 2016). Retensi nitrogen berkaitan dengan efisiensi penggunaan protein, dimana protein berkolerasi positif dengan konsumsi protein, sedangkan retensi nitrogen dipengaruhi oleh konsumsi protein (Ma rifah dkk., 2013). Retensi bernilai positif apabila nitrogen yang dikonsumsi lebih banyak dibandingkan dengan yang keluar melalui ekskreta, sedangkan retensi bernilai negatif jika nitrogen yang dikonsumsi lebih sedikit dibandingkan dengan yang keluar melalui ekskreta (Zuprizal dan Kamal, 2005).