BAB I PENDAHULUAN. keturunan merupakan hak konstitusional sebagaimana yang telah diatur dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf sebagai perbuatan hukum sudah lama melembaga dan dipraktikan

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Negara. Perkawinan menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 1

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Kototangah Kota Padang Provinsi Sumatera Barat, pada Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan. Pada negara Indonesia, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah merupakan makhluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. bentuknya yang terkecil, hidup bersama itu dimulai dengan adanya sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

SKRIPSI PELAKSANAAN PERKAWINAN MELALUI WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN LUBUK KILANGAN KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, karena tanah

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. dengan tanah, dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Masyarakat Indonesia tergolong heterogen dalam segala aspeknya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dibuktikan dengan adanya peraturan khusus terkait dengan perkawinan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. yang ditakdirkan untuk saling berpasangan dan saling membutuhkan 1. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Secara konstitusional hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat adalah sebagian

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat secara merata oleh segenap lapisan masyarakat. 1. dibentuknya Pemerintah Negara Indonesia yang tercantum dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari

BAB I PENDAHULUAN. haknya. Bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya seorang anak dilahirkan sebagai akibat dari hubungan

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN. hukum adat terdapat pada Pasal 18 B ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. seorang wanita untuk membentuk rumah tangga (keluarga) yang bahagia dan

BAB I PENDAHULUAN. yang stabil dan terjamin untuk terselenggaranya partisipasi serta pengawasan

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dalam Alinea ke-iv Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang hasilnya dipergunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam konsep kesejahteraan (welfare) dalam Pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. ini banyak dijumpai pasangan yang lebih memilih untuk melakukan nikah siri

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

III. METODE PENELITIAN. penelitian guna mendapatkan, mengolah, dan menyimpulkan data yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan bagian yang sangat penting dalam hukum Islam. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi di seluruh sektor kehidupan masyarakat dunia dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 18 B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

KAJIAN YURIDIS PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MUNGKID NOMOR PERKARA 0019/Pdt.P/2012/PA. Mkd TENTANG ITSBAT NIKAH DALAM MENENTUKAN SAHNYA STATUS PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (hidup berkelompok) yang biasa kita kenal dengan istilah zoon politicon. 1

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama/kerohanian sehingga

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap keluarga yang hidup di dunia ini selalu mendambakan agar keluarga itu

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Saat ini permasalahan pendidikan di Indonesia sangatlah penting dan ini

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam ajarannya, bahwa manusia adalah zoon politicon artinya bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa negara hukum (rechtsstaat)

BAB I PENDAHULUAN. membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tahun 1945 yang menyatakan bahwa: Bumi, air, dan kekayaan. dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar 1945 yang berbunyi Negara

STATUS HUKUM ANAK HASIL PERNIKAHAN SIRRI DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang terdapat dalam pembukaan Undang- Undang Dasar (UUD) Negara Republik

segera melaksanakannya. Karena perkawinan dapat mengurangi kemaksiatan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kantor Urusan Agama (KUA) adalah instansi Departemen Agama yang

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dasar-dasar perkawinan dibentuk oleh unsur-unsur alami dari

Prosiding SNaPP2014Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN Sri Turatmiyah

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, segala sesuatu dituntut untuk lebih praktis. Kondisi itu makin

PERKAWINAN USIA MUDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT PERCERAIAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut. rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. 1.

BAB I PENDAHULUAN. yang berdasarkan atas hukum (Rechstaat) dalam arti negara pengurus. 1 Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa..., dalam rangka mencapai tujuan negara. dalam bentuk pemberian pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang akan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB I PENDAHULUAN. terhadap manusia dengan berbagai konsekuensi hukumnya. Karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Allah telah menetapkan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS ANAK PADA PERKAWINAN SIRRI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. tersebut senada dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 1.

BAB I PENDAHULUAN. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila mereka melangsungkan perkawinan maka timbullah hak dan

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan

BAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya,

BAB I PENDAHULUAN. dinegara Indonesia. Semakin meningkat dan bervariasinya kebutuhan masyarakat menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. menegakkan rumah tangga (keluarga) yang bahagia dan berdasarkan

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan yang lainnya untuk dapat hidup bersama, atau secara logis

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak setiap warga negara untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan merupakan hak konstitusional sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 28B ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah.undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan juga mengatur bahwa Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang perempuan sebagai seorang isteri dengan tujuan untuk menmbentuk keluarga, rumah tangga yang bahagia serta kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dalam Pasal 2 disebutkan bahwa, Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagi orang-orang yang beragama islam, perkawinan dicatat oleh KUA yang terletak di kecamatan pihak yang berkepentingan sedangkan untuk orang-orang non-islam pencatatan perkawinan dilakukan oleh Kantor Catatan Sipil. Perkawinan yang tidak dicatat atau disebut dengan nikah sirri tidak memiliki kekuatan hukum walaupun sah didalah hukum islam sehingga jika terjadi permasalah setelah pernikahan, maka perkara tersebut tidak bisa di selesaikan di pengandilan agama. 1 1 Pasal 6 ayat (2) Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Dalam hal ini Undang-Undang No. 22 Tahun 1946 Tentang Pencatatan nikah, talak dan rujuk Pasal 1 ayat (1), (2), dan (3) menyebutkan bahwa nikah yang dilakukan menurut agama islam, selanjutnya disebut nikah, diawasi oleh pegawai pencatat nikah yang diangkat oleh Menteri Agama atau pegawai yang ditunjuk olehnya dan yang berhak melakukan pengawasan atas nikah dan menerima pemberitahuan tentang talak dan rujuk hanya pegawai yang diangkat oleh Menteri Agama. Bila pegawai itu tidak ada atau berhalangan, maka pekerjaan itu dilakukan oleh orang yang ditunjuk sebagai wakilnya oleh Kepala Jawatan Agama Daerah. Pencatatan perkawinan sendiri bertujuan untuk mewujudkan ketertiban perkawinan dalam masyarakat, baik perkawinan yang dilaksanakan berdasarkan hukum Islam maupun perkawinan yang dilaksanakan oleh masyarakat yang tidak berdasarkan hukum Islam.Pencatatan perkawinan merupakan upaya untuk menjaga kesucian (mitsaqan galidzan) aspek hukum yang timbul dari aspek perkawinan. Realisasi pencatatan itu melahirkan akta nikah yang masing-masing dimiliki oleh suami dan istri yang melakukan perkawinan.akta tersebut dapat digunakan oleh masing-masing pihak bila ada yg merasa dirugikan dari adanya ikatan perkawinan itu untuk mendapatkan haknya. 2 Kompilasi Hukum Islam Pasal 7 Ayat (1) hingga (4) menyebutkan bahwa perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan akta nikah yang dibuat oleh pegawai pencatat nikah, dalam hal perkawinan jika tidak dapat dibuktikan dengan akta nikah, dapat diajukan itsbat nikahnya kepengadilan agama. 2 Zainuddin Ali, 2006, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Sinar Grafika, Jakarta), hlm. 26.

Itsbat nikah yang dapat diajukan ke pengadilan agama terbatas mengenai hal-hal yang bekenan dengan : a) Adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian. b) Hilangnya akta nikah. c) Adanya keruan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat perkawinan. d) Adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya Undang-Undang No. 1Tahun 1974. e) Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan perkawinan menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974. Perkawinan bukan hanya sekedar untuk menyalurkan kebutuhan biologis semata dengan cara yang sah, melainkan mengandung nilai-nilai yang luhur dan hanya dapat dicapai melalui perkawinan. Salah satu tujuan dari perkawinan adalah memperoleh keturunan dan membangun rumah tangga yang baik, sah secara hukum dan agama. Dengan mengacu kepada Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan maka perkawinan yang baik adalah perkawinan yang memiliki kekuatan hukum. Perkawinan yang memiliki kekuatan hukum adalah perkawinan yang dicatatkan di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan atau Kantor Catatan Sipil. Perkawinan tidak tercatat/sirri banyak dijumpai di Negara Indonesia tidak terkecuali di wilayah kota padang, khususnya di wilayah Kecamatan Lubuk Kilangan.Data terakhir menunjukan selama tahun 2017 ada sekitar 10 pasangan yang datang ke Kantor Urusan Agama Kecamatan Lubuk Kilangan untuk

meminta surat rekomendasi agar pernikahan mereka dapat di daftarkan ke Pengadilan Agama KLS I A Padang untuk dapat di laksanakannya itsbat nikah. Alasan kepengurusan akta kelahiran anak mereka adalah alasan yang paling banyak dikemukakan kepada Kepala (KUA) Kecamatan Lubuk Kilangan. Dari Kepala KUA Kecamatan Lubuk Kilangan diketahui pula bahwa perkawinan yang tidak dicatatkan ini banyak dilakukan oleh kalangan mahasiswa, TNI, maupun Polri yang masih dalam ikatan dinas dan alasan hamil di luar nikah merupakan alasan yang paling banyak dikemukakan. Dari Kepala KUA Kecamatan Lubuk Kilangan diketahui bahwa, Perkawinan semacam ini jika terjadi kemungkinan yang terburuk seperti perceraian maka istri dan anak-anak yang ditinggalkan tidak memiliki payung hukum yang kuat karena tidak tercatat dalam administrasi pemerintahan yang sebagaimana seharusnya di catatkan di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang. 3 Kantor Urusan Agama selanjutnya yang disebut KUA sebagai lembaga yang diberi amanat oleh Undang-Undang untuk melakukan pencatatan perkawinan sebaiknya tidak bersikap pasif melainkan memberikan penyadaran kepada masyarakat agar keberadan Kantor Urusan Agama bukan hanya sebagai pencatatan perkawinan semata. Dengan Peran Kantor Urusan Agama yang lebih aktif diharapkan perkawinan tidak tercatat dapat di minimalisir. 3 Wawancara dengan Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Lubuk Kilangan Ali Amran S.Ag.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menjadikan suatu karya ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul : PERAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MEMINIMALISIR PERKAWINAN TIDAK TERCATAT (STUDI DI KUA KECAMATAN LUBUK KILANGAN, KOTA PADANG) B. Rumusan Masalah : 1. Bagaimanakah Peran Kantor Urusan Agama (KUA) dalam meminimalisir terjadinya perkawinan tidak tercatat di Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang? 2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perkawinan tidak tercatat di Kecamatan Lubuk Kilangan dan upaya yang dapat dilakukan jika perkawinan tidak tercatat sudah terlanjur terjadi C. Tujuan Penulisan Adapun maksud dan tujuan penulisan ini adalah : 1. Untuk mengetahui Peran Kantor Urusan Agama Kecamatan Lubuk Kilangan dalam meminimalisir terjadinya perkawinan tidak tercatat di Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya perkawinan tidak tercatat di Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya.

D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang penulis lakukan berupa : 1. Manfaat Teoritis a. Melatih kemampuan untuk melakukan penelitian secara ilmiah dan merumuskan hasil penelitian tersebut ke dalam bentuk tulisan. b. Menerapkan teori-teori yang telah di peroleh dari bangku perkuliahan dan menghubungkan kedalam praktek lapangan. c. Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di bidang hukum pada umumnya maupun hukum perkawinan pada khususnya yakni dengan mempelajari literatur dan kombinasikan dengan perkembangan hukum yang timbuk dalam masyarakat. d. Hasil penelitian yang di dapat menjadi suatu sumbangan pemikiran dalam ilmu hukum pada umumnya hukum perkawinan pada khususnya. 2. Manfaat Praktis a. Agar penelitian yang dilakukan dapat berguna bagi masyarakat, mahasiswa, akademisi maupun pihak Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang. b. Agar mengetahui bagaimana Peran Kantor Urusan Agama (KUA) dalam meminimalisir perkawinan tidak tercatat di Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang.

E. Metode Penelitian 1. Pendekatan Masalah Pendekatan masalah yang di lakukan adalah yuridis sosiologis yakni pendekatan masalah melalui penelitian hukum yang memperoleh data dari sumber dan data primer dengan melihat norma hukum yang berlaku dan menghubungkan dengan fakta yang ada di lapangan sehubungan dengan permasalahan yang ditemui dalam penelitian. 4 2. Sifat Penelitian Sifat penelitian dalam penelitian ini bersifat deskriptif yaitu, menjabarkan atau menggambarkan bagaimana Peran Kantor Urusan Agama Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang dalam meminimalisir perkawinan tidak tercatat di Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang. 3. Sumber dan Jenis Data a. Sumber Data 1. Penelitian Kepustakaan (library research) Penelitian bersumber pada buku atau literatur yag berkaitan dengan masalah yang diteliti. Studi kepustakaan dilakukan dibeberapa tempat, yaitu pustaka Universitas Andalas, pustaka Fakultas Hukum Universitas Andalas, maupun sumber dan bahan bacaan lainnya. 5 4 Soemitro dalam Soejono & Abdurrahman, 2003, Metode Penelitian Hukum, (Rineka Cipta, Jakarta), hlm. 56. 5 Ibid

2. Penelitian Lapangan (field research) Penelitian dilakukan di lapangan yaitu, di Kantor Urusan Agama Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang. b. Jenis Data 1. Data Primer Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang bagaimana Peran Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang dalam meminimalisir perkawinan tidak tercatat, serta faktor apa saja yang mempengaruhi perkawinan tidak tercatat dan juga upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya melalui sesi wawancara. 2. Data Sekunder hukum seperti : Data yang didapat melalui penelitian pustaka terhadap bahan-bahan 1. Bahan Hukum Primer : 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1946 Tentang Pencatatan Perkawinan 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 4. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 5. Peraturan Menteri Agama Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Pencatatan Nikah

6. Peraturan Menteri Agama Nomor 34 Tahun 2016 Tentang Organisasi dan Tata Cara Kerja Kantor Urusan Agama Kecamatan 7. Peraturan-pertaturan terkait lainnya : 2. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder, adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan atau ketetangan-keterangan mengenai peraturan-peraturan perundangundangan, berbentuk buku yang ditulis oleh para sarjana Hukum, literatur-literatur hasil penelitian yang di publikasikan, makalah, jurna hukum, dan lain-lain. 6 3. Bahan Hukum Tersier Bahan hukum tersier, adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, berupa kamus yang digunakan untuk membantu penulis dalam menerjemaahkan berbagai istilah dalam penulisan ini, serta browsing internet yang membantu penulis untuk mendapatkan bahan untuk penulisan yang berhubungan dengan masalah penelitian. 7 4. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang berada di wilayah Kantor Urusan Agama Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi yaitu keseluruhan masyarakat Kecamatan 6 Soemitro dalam Soejono & Abdurrahman, Op.Cit., hlm. 57. 7 Ibid

Lubuk Kilangan Kota Padang yang terdiri dari tujuh kelurahan yang melakukan perkawinan tidak tercatat. b. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalahpelaku perkawinan tidak tercatat di Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sample, yaitu dengan tidak memberikan kesempatan yang sama terhadap semua kelurahan di Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang untuk terpilih sebagai sampel, tetapi sampel telah ditentukan sebelumnya berdasarkan pertimbangan kriteria tertentu. 5. Teknik Pengumpulan Data Mengenai teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : a. Studi Doumen Dengan mempelajari buku-buku dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. b. Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara lisan guna memperoleh informasi dari responden, yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti oleh penulis dilapangan. 8 Dalam penelitian ini, dipergunakan teknik wawancara semi struktur, karena dalam penelitian ini terdapat pertanyaan- 8 Ibid, hlm. 67.

pertanyaan yang sudah pasti akan ditanyakan kepada narasumber, dimana pertanyaan-pertanyaan tersebut terlebih dahulu telah dibuatkan daftarnya, namun tidak tertutup kemungkinan dilapangan nanti akan ditanyakan pertanyaanpertanyaan yang peneliti baru didapatkan setelah melakukan wawancara dengan narasumber nanti. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada parah pihak yang erat kaitannya dengan permasalahan yang diteliti yaitu : 1. Yelti Mulfi, S.H. (Panitera Pengadilan Agama KLS I A Padang) 2. Ali Amran, S.Ag (Kepala KUA Kecamatan Lubuk Kilangan) 3. Fahrur Razy, S.Ag (Staff/Penghulu KUA Kecamatan Lubuk Kilangan) 4. Syamsiwar (Pelaku Perkawinan Tidak Tercatat) 5. Muhammad Yusman (Pelaku Perkawinan Tidak Tercatat) 6. Analisis Data Dalam menganalisis data, dilakukan dengan analisis kualitatif dan juga kuantitatif, yaitu dimana hasil penelitian baik data primer maupun sekunder akan dipelajari yang kemudian dijabarkan dalam bentuk kalimat dan juga angka yang disusun secara sistematis. 9 9 Soejono Soekanto, Op.Cit.,