BAB I PENDAHULUAN. kompleks terus mengalami perkembangan dan perubahan. Perkembangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gigih Juangdita

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

1 Mundofar_ BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Identitas, suatu objek harus dapat dibedakan dengan objek-objek lain sehingga dikenal sebagai sesuatu yang berbeda atau mandiri.

SENTRA BATIK TULIS LASEM Nanda Nurani Putri BAB I PENDAHULUAN

PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Konsep Perancangan dari 5 Elemen Kawasan. berdasarkan Teori Kevin Lynch menyimpulkan bahwa dari 5 elemen yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGEMBANGAN TAMAN JURUG SEBAGAI KAWASAN WISATA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PERKEMBANGAN KOTA BATANG BERDASARKAN STRUKTUR RUANG KOTA TUGAS AKHIR

PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. 1.2 Tujuan dan Sasaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan. Pengembangan Kawasan Kerajinan Gerabah Kasongan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENATAAN KORIDOR JALAN LETJEN S. PARMAN SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN DI PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Menurut sejarah yang diceritakan K.R.T. Darmodipuro, dahulu di tepi sungai

PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG

1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No

PASAR IKAN DAN PASAR FESTIVAL IKAN DI SUNDA KELAPA

MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PUSAT INFORMASI, PROMOSI DAN PERDAGANGAN KERAJINAN BATIK SURAKARTA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran

CITY HOTEL BINTANG 3 DI PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Page 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SENTRA BATIK & TENUN DI PEKALONGAN Dengan Penekanan Desain Sustainable Settlement

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

LANDASAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KORIDOR KEBONDALEM PURWOKERTO SEBAGAI KAWASAN WISATA BELANJA

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia) QS. Al-Hijr: 76.

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SENTRA BATIK & TENUN DI PEKALONGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN SUSTAINABLE SETTLEMENT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PANTAI WIDURI KABUPATEN PEMALANG

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesat, khususnya pada kota-kota yang mempunyai kegiatan perekonomian

BAB. I PENDAHULUAN. Negara adalah sektor pariwisata. Negara-negara di dunia seakan bersepakat

TEORI PERANCANGAN KOTA. Pengantar Perancangan Perkotaan

BAB II KAJIAN TEORI...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEKALONGAN BATIK CENTER

BAB I PENDAHULUAN. secara tidak terencana. Pada observasi awal yang dilakukan secara singkat, Kampung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

DAFTAR ISI BAB I... 0 PENDAHULUAN PENGERTIAN JUDUL LATAR BELAKANG Kawasan Betawi Condet Program Pemerintah

BAB I PENDAHULUAAN. 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN KEMBALI OBYEK WISATA PANTAI PURWAHAMBA INDAH KABUPATEN TEGAL

PENATAAN KORIDOR JALAN KASONGAN DI BANTUL

PUSAT BATIK DI PEKALONGAN (Showroom,Penjualan,Pelatihan Desain,dan Information center)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PANTAI PASIR KENCANA DI PEKALONGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR REGIONALISM BERTEMA EKOTURISME

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUANG KOMUNAL KELURAHAN KEMLAYAN SEBAGAI KAMPUNG WISATA DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR KONTEKSTUAL

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PANTAI ALAM INDAH KOTA TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Peta Wisata Kabupaten Sleman Sumber : diakses Maret Diakses tanggal 7 Maret 2013, 15.

III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PUSAT PERBELANJAAN PASAR FESTIVAL Di Kawasan Waterfont Pusat Kota Pelembang

BAGIAN 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan utama setiap pembangunan daerah adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Redesain Tengah 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata kini menjadi sektor yang sangat berkembang di Indonesia. Sektor pariwisata dianggap mampu untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota sebagai bentuk fisik dari ekspresi kehidupan manusia yang kompleks terus mengalami perkembangan dan perubahan. Perkembangan suatu kota terus berjalan secara dinamis mengikuti perkembangan zaman dan kondisi sosial masyarakatnya. Perkembangan suatu kota pada dasarnya dipengaruhi oleh budaya dan kebiasaan masyarakat yang menghuni di dalamnya. Sehingga dapat dikatakan perkembangan suatu kota merupakan ungkapan dari perkembangan masyarakatnya (Zahnd, 2006). Budaya dan kebiasaan masyarakat inilah yang menjadi salah satu faktor yang membentuk karakteristik sebuah kota. Karakteristik yang kuat dari sebuah kota tersebut kemudian menjadi sebuah identitas yang membedakan dengan kota-kota lainnya. Seperti halnya dengan kota Pekalongan yang sudah dikenal dengan julukan kota batik, kota yang berada di jalur pantura ini terus mengalami perkembangan dan perubahan pada elemen-elemen kotanya. Identitas kota batik yang kemudian di angkat sebagai sebuah branding bagi kota Pekalongan The world s city of batik muncul dalam merespon kondisi globalisasi guna mengangkat dan mengembangkan potensi local wisdom yang dimiliki Pekalongan berupa batik yang bernilai jual tinggi. Dalam upaya mendukung branding tersebut salah satu misi yang dilakukan oleh pemerintah kota Pekalongan adalah mengembangkan infrastruktur demi

2 pengembangan batik. Upaya pengembangan infrastruktur tersebut membawa pengaruh bagi beberapa elemen kota Pekalongan itu sendiri. Elemen-elemen yang dimaksud disini adalah elemen pembentuk citra kota sebagaimana yang dipaparkan oleh Lynch (1960), ada lima elemen pembentuk citra kota yaitu path, edge, district, nodes, dan landmark. Sebagai contoh perubahan dan perkembangan elemen-elemen perkotaan yang ada di kota Pekalongan guna membentuk karakteristik dan identitas kota tersebut nampak pada district, salah satu district atau kawasan yang mengalami perkembangan adalah kampung wisata batik Pesindon. Kampung wisata batik Pesindon merupakan salah satu kampung kota yang ada di kota Pekalongan. Keberadaan kampung kota yang menjadi ciri khas dari kota-kota Indonesia menunjukkan realitas fisik dan sosial masyarakat di perkotaan. Kampung kota sebagai tatanan sebuah permukiman di wilayah perkotaan menjadi akar budaya permukiman yang ada di Indonesia. Kampung kota menampilkan wujud permukiman masyarakat di tengah-tengah perkotaan yang masih memiliki karakteristik lokal, terutama kampung kota yang memiliki nilai historis dan karakteristik budaya yang unik dan khas. Potensi yang dimiliki sebuah kampung kota dengan karakteristik dan keunikannya menjadi sebuah alasan yang mendasari pengembangan dan transformasi sebuah kampung kota menjadi kampung wisata. Kampung wisata atau yang dapat digolongkan ke dalam jenis destinasi wisata alternatif merupakan sebuah kawasan yang sengaja disusun dalam

3 skala kecil dan memperhatikan kelestarian lingkungan serta aspek-aspek sosial (Adisasmita,2010). Keberadaan suatu destinasi wisata alternatif berupa kampung wisata ini membawa dampak bagi masyarakat baik dari segi ekonomi, segi fisik dan tata ruang di dalam kawasan tersebut. Dari segi ekonomi, keberadaan kampung wisata atau destinasi wisata alternatif ini memberi dampak yang langsung dapat dirasakan oleh masyarakat setempat sebagai pemilik, penyelenggara jasa pelayanan dan fasilitas wisata. Sedangkan dari segi fisik, keberadaan kampung wisata berdampak pada kondisi fisik permukiman dan ruang-ruang yang ada di dalam permukiman tersebut. Lingkungan fisik suatu permukiman tidak terlepas dari bagaimana tata ruang di dalam permukiman itu terbentuk. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, sebuah kampung wisata (destinasi wisata) berkembang dari sebuah kampung kota yang memiliki karakteristik yang khas. Seperti halnya pada kampung wisata batik Pesindon, yang memiliki karakteristik sebagai permukiman para pengrajin batik kota Pekalongan dan budaya batik yang melekat sebagai warisan budaya lokal. Secara administratif, kampung Pesindon merupakan sebuah perdukuhan yang ada di wilayah kelurahan Kergon, Pekalongan Barat. Kampung Pesindon merupakan salah satu sentra industri batik yang ada di kota Pekalongan. Kampung wisata batik Pesindon yang terbentuk pada Maret 2010 tersebut kini menjadi sebuah tujuan wisata yang populer di kota Pekalongan. Pada tahun 2013 ini kampung wisata batik Pesindon dijadikan salah satu destinasi wisata andalan kota Pekalongan bersama dengan

4 kampung batik Kauman (Suara Merdeka, 10 Januari 2013). Kampung wisata batik Pesindon dan kampung batik Kauman adalah dua kampung batik yang sudah terbentuk dan telah mengalami penataan secara fisik. Jika dilihat secara kasat mata penataan fisik kampung wisata batik Pesindon lebih tertata dan lebih baik sehingga lebih memunculkan suasana kampung batik dibandingkan dengan kampung batik Kauman. Selain itu, letaknya yang strategis di tepi jalur utama pantura Pekalongan Jalan Hayam Wuruk menjadi salah satu faktor pendukung kampung wisata tersebut. Kampung wisata batik Pesindon selain menjadi salah satu destinasi wisata belanja yang ada di kota Pekalongan juga menjadi perwujudan pengenalan budaya berupa batik Pekalongan kepada masyarakat luas. Pada kawasan ini pengunjung tidak hanya dapat memperoleh kepuasan berbelanja, tetapi dapat memperoleh pengalaman mengenai proses pembuatan batik dari proses produksi hingga pemasaran. Perkembangan kampung Pesindon menjadi kampung wisata telah membawa berbagai perubahan, baik dari segi fisik maupun non fisik. Perubahan yang terjadi dipengaruhi faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor ini sangat beragam seperti budaya penerimaan terhadap konsep-konsep baru penataan permukiman, dan kebijakan pemerintahan. Perubahan-perubahan yang terjadi pada kampung Pesindon ini dapat terlihat dari tata ruang permukimannya yang mencakup bentuk spasial kawasan maupun bentuk hunian di dalam kawasan tersebut. Tata ruang

5 permukiman kampung Pesindon mengalami transformasi sebagai wujud penyesuaian dengan aktifitas dan fungsi baru permukiman tersebut. Dari uraian di atas, kampung kota sebagai ciri khas kota-kota di Indonesia dengan karakteristik khas yang dimiliki menjadi wacana yang menarik untuk diangkat sebagai fenomena perkotaan. Adanya fenomena perubahan pada permukiman kampung kota menjadi kampung wisata batik, memunculkan dugaan bahwa di kawasan permukiman kampung Pesindon tersebut terjadi perubahan baik perubahan bentuk, maupun perubahan fungsi. Perubahan bentuk, sifat dan fungsi tersebut dapat diartikan sebagai sebuah transformasi. Fenomena transformasi yang terjadi di kampung wisata batik Pesindon ini dapat dilihat dari bentuk tata ruang di dalam kawasan permukiman tersebut. Oleh karena itu, penelitian yang akan dilakukan ini mencakup bagaimana tata ruang permukiman itu terbentuk dalam jangka waktu tertentu, sekaligus menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi transformasi tersebut. 1.2. Rumusan Masalah Eksistensi kota sebagai wadah aktivitas manusia yang selalu mengalami perkembangan dan memunculkan fenomena-fenomena menarik untuk menjadi pembahasan. Kampung kota sebagai salah satu bagian sebuah kota juga tidak terlepas menjadi sebuah pokok bahasan yang menarik karena karakteristik dan kekhasannya yang tidak akan pernah sama dengan kawasan yang lain.

6 Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, kampung kota adalah tatanan sebuah permukiman di wilayah perkotaan yang menjadi akar budaya permukiman di Indonesia. Meskipun kampung kota sering diidentikkan dengan permasalahan fisik yang kurang baik, tetapi keberadaan kampung kota memiliki karakteristik khas dalam tata ruang permukimannya karena budaya tradisional, kebersamaan, dan gotong royong yang masih dipertahankan oleh masyarakat. Seperti halnya kampung Pesindon sebagai salah satu kampung kota yang ada di Pekalongan, kawasan ini memiliki karakter yang khas sebagai permukiman pengrajin batik dan budaya batik yang melekat sebagai warisan budaya lokalnya. Kawasan kampung Pesindon yang hidup dari geliat perkembangan batik pun semakin berkembang baik dari segi fisik, sosial, maupun ekonomi. Potensi batik sebagai local wisdom yang dimiliki oleh kampung Pesindon memunculkan kampung Pesindon sebagai kampung wisata batik. Terbentuknya kampung wisata tersebut membawa perubahan pada tata ruang permukimannya. Perkembangan baik dari segi fisik maupun non fisik sebagai wujud penyesuaian pada fungsi baru yang disebut sebagai transformasi, memunculkan pertanyaan dalam penelitian sebagai berikut : Bagaimana bentuk transformasi yang terjadi pada tata ruang kampung wisata Pesindon? Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi transformasi tata ruang kampung wisata batik Pesindon, Pekalongan?

7 1.3. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk transformasi tata ruang permukiman yang terjadi di kampung wisata batik Pesindon dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi transformasi tersebut. 1.4. Sasaran penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka sasaran penelitian yang harus dicapai antara lain : Analisis tata ruang kampung Pesindon sebelum dan sesudah menjadi kampung wisata batik dengan jangka waktu tertentu. Mengetahui apa saja yang mengalami transformasi, waktu, tempat, dan pelaku transformasi tersebut. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi transformasi yang didapatkan di dalam observasi lapangan pada kampung wisata Pesindon, Pekalongan. 1.5. Manfaat penelitian Manfaat penelitian ini untuk memberikan pemahaman mengenai fenomena transformasi kampung kota menjadi destinasi wisata yang mencakup proses, faktor yang mempengaruhi, serta dampak dan manfaat muncul. Sehingga tren transformasi permukiman kampung kota menjadi kampung wisata yang terjadi di Indonesia dapat menjadi proses yang baik tanpa menghilangkan karakter asli dari kampung kota itu sendiri. Selain itu manfaat yang bisa diambil adalah pemahaman mengenai tata ruang

8 permukiman kampung kota, baik sebelum menjadi kampung wisata maupun setelah dijadikan kampung wisata. 1.6. Lingkup pembahasan 1.6.1. Ruang lingkup substansial Ruang lingkup sustansial pada penelitian ini dibatasi pada fenomena transformasi yang terjadi di kampung wisata batik Pesindon Pekalongan. Mencakup bagaimana karakteristik kampung kota secara umum sebagai bagian dari uraian history dan kondisi tata ruang permukiman kampung Pesindon Pekalongan saat ini sebagai hasil dari proses transformasi yang telah terjadi. 1.6.2. Ruang lingkup wilayah penelitian Ruang lingkup wilayah penelitian adalah kampung wisata batik Pesindon, Pekalongan. Kampung wisata batik Pesindon merupakan bagian dari kampung Pesindon. Kampung Pesindon adalah salah satu perdukuhan yang berada di dalam wilayah kelurahan Kergon, kecamatan Pekalongan Barat, Kota Pekalongan. Cakupan wilayah penelitian dibatasi pada bagian kampung Pesindon yang menjadi kampung wisata batik. Dalam cakupan penelitian yang dilakukan, membahas tata ruang permukiman pada kampung wisata batik Pesindon, tetapi memungkinkan untuk masuk ke dalam unit hunian jika memiliki kaitan fenomena transformasi yang diteliti. Karena pada dasarnya pada sebuah kampung kota, antara tata ruang permukiman dengan unit hunian di dalamnya memiliki kaitan yang sangat erat dan saling mempengaruhi satu sama lain.

9 U (a) (b) U (c) GAMBAR 1.1 Peta ruang lingkup wilayah penelitian (a)opeta administratif Kota Pekalongan, (b) (c) Citra satelit lokasi kampung wisata batik Pesindon Sumber : http://www.pekalongankota.go.id/, http://earth.google.com. 1.7. Sistematika Pembahasan Bab I Pendahuluan Bagian pendahuluan menguraikan latar belakang penelitian, yang terdiri atas perumusan masalah sehingga memunculkan pertanyaan penelitian

10 yang menjadi dasar dalam menentukan tujuan penelitian. Tujuan penelitian merupakan arahan utama dalam penelitian sehingga diperoleh kesimpulan penelitian yang sesuai. Berkaitan dengan tujuan, diperlukan sasaransasaran penelitian sebagai penjabaran mendetail dari tujuan penelitian. Dalam mencapai sasaran penelitian, perlu lingkup pembahasan yang jelas baik lingkup substansial maupun lingkup wilayah penelitian. Bab II Tinjauan Pustaka Bagian kedua menguraikan tinjauan pustaka yang digunakan sebagai kerangka konseptual penelitian. Tinjauan pustaka meliputi tinjauan kampung kota, transformasi, tata ruang permukiman, teori urban spatial design serta tinjauan mengenai pariwisata dan kampung wisata. Tinjauan pustaka ini sebagai langkah awal dalam usaha memahami dan mengerti tentang kata kunci dalam penelitian yang selanjutnya akan dipakai sebagai framework dalam proses pengumpulan data dan analisis. Bab III Metode Penelitian Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah disusun, diperlukan metode yang digunakan untuk menyelesaikan penelitian. Metode penelitian terdiri dari pendekatan metode penelitian, tahapan penelitian, kerangka kerja penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data yang digunakan dalam penelitian. Bab IV Tinjauan Kampung Wisata Batik Pesindon Bagian ini menguraikan deskripsi kampung wisata batik Pesindon sebagai lingkup spasial dalam penelitian ini. Dalam bagian ini diuraikan gambaran

11 kampung wisata batik Pesindon baik secara umum maupun secara khusus. Termasuk di dalamnya menguraikan sejarah perkembangan batik Pekalongan dan perkembangan kampung Pesindon itu sendiri serta kondisi faktual saat ini yang didukung dengan foto-foto dan peta kawasan. Bab V Bentuk Transformasi Tata Ruang Permukiman Bagian ini merupakan salah satu bagian analisis dalam penelitian mengenai transformasi tata ruang permukiman kampung wisata batik Pesindon. Dalam bagian ini analisis yang dilakukan mengacu pada tujuan pertama penelitian yaitu mengetahui bentuk transformasi tata ruang permukiman kampung wisata batik Pesindon.Analisis yang dilakukan berupa analisis deskriptif berdasarkan framework dan data informasi yang diperoleh. Bab VI Faktor Pengaruh Transformasi Tata Ruang Permukiman Bagian ini merupakan lanjutan analisis yang mengacu pada tujuan kedua penelitian yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi transformasi tata ruang permukiman. Analisis pada bagian ini tidak terlepas dari analisis yang telah dilakukan pada sub bab sebelumnya. Bab VI Kesimpulan dan Rekomendasi Pada bagian akhir dalam penelitian ini disusun kesimpulan secara keseluruhan mengenai substansi penelitian guna menjawab tujuan penelitian yang sudah ditentukan. Selain itu juga diuraikan beberapa rekomendasi lanjutan yang dapat dilakukan baik bagi peneliti lain maupun bagi masyarakat kampung wisata batik Pesindon.

12 1.8. Keaslian Penelitian Berikut ini adalah beberapa penelitian sebelumnya yang pernah ada dan menjadi sumber referensi penyusun dalam penelitian ini. TABEL I.1 Penelitian-penelitian sebelumnya sebagai referensi No Jenis Penelitian Judul Penelitian 1. Karya Tulis Morfologi sebagai Pendekatan Memahami Kota 2. Tesis Perubahan Pola Ruang Perkotaan dalam Transformasi Sosial Budaya Masyarakat Tepian Sungai di Pontianak Kalimantan Barat 3. Tesis Morfologi Kampung Kalengan Bugangan Semarang 4. Karya Tulis Pengaruh Perkembangan Perkotaan Terhadap Morfologi Kampung Kauman Kota Semarang 5. Karya Tulis Penerapan City Branding di Indonesia : Studi Kasus Kota Pekalongan, Jawa Tengah Sumber : jurnal ilmiah, tesis, 2014 Penulis Tahun Tujuan Penelitian Weishaguna dan Ernady Saodih Chandra Bayu Arief Fadhillah Cynthia Putriyani Alie Ali Akbar Fadallah 2004 Memaparkan morfologi kota sebagai pendekatan dalam memahami kota sebagai produk sosio-spatial. Mendapatkan pemahaman definisi yang tepat, argumentasi dibutuhkannya kajian morfologi dalam perancangan kota dan ruang lingkup morfologi kota secara komprehensif. 2007 Mengetahui intensitas dan integritas serta transformasi yang terjadi dalam perubahan perkembangan pola ruang kawasan. Mengetahui nilai sosial budaya masyarakat yang terjadi antar tahapan perkembangannya. 2013 Mengetahui fenomena perkembangan morfologi Kampung Kalengan Bugangan Semarang yang terjadi dalam beberapa fase secara kontekstual. 2013 Mengetahui pengaruh dari perkembangan perkotaan Kota Semarang terhadap morfologi Kampung Kauman. 2014 Mengidentifikasi proses penerapan konsep city branding di kota Pekalongan sebagai kota yang telah menerapkan konsep city branding.

13 Berdasarkan tabel I.1 di atas dapat diuraikan kaitan penelitianpenelitian sebelumnya dengan penelitian ini sehingga dapat ditunjukkan keunikan penelitian Transformasi Tata Ruang Permukiman Kampung Wisata Batik Pesindon Pekalongan. Pada penelitian dengan judul Morfologi sebagai Pendekatan Memahami Kota hanya membahas tentang morfologi kota guna mencari argumentasi kebutuhan kajian morfologis, pemahaman istilah, dan ruang lingkup kajian morfologi kota. Penelitian ini berperan sebagai referensi dalam teori morfologi kota yang digunakan untuk melakukan pendekatan mengenai pemahaman transformasi. Penelitian Perubahan Pola Ruang Perkotaan dalam Transformasi Sosial Budaya Masyarakat Tepian Sungai di Pontianak Kalimantan Barat menekankan pada nilai-nilai sosial budaya masyarakat yang terjadi di dalam masa perkembangan pola ruang kawasan. Mengetahui seberapa besar perkembangan pola ruang yang terjadi di dalam transformasi nilainilai budaya di dalam kawasan penelitian. Penelitian ini berperan sebagai referensi dalam teori tata ruang. Penelitian Morfologi Kampung Kalengan Bugangan Semarang kesimpulan yang dihasilkan membahas bentuk morfologi kampung secara fisik dalam lingkup makro dan mezo yang terjadi dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Di dalam penelitian ini juga menguraikan tentang latar belakang yang mempengaruhi morfologi tersebut. Penelitian ini berperan sebagai referensi mengenai morfologi kampung kota.

14 Jika dikaitkan dengan penelitian penulis, penulis memiliki analisis yang berbeda dengan penelitian Morfologi Kampung Kalengan Bugangan Semarang. Hasil analisis penulis dalam penelitian ini berupa bentuk transformasi fisik dan non fisik yang terjadi di dalam wilayah penelitian dengan menunjukkan transformasi yang paling dominan yang terjadi di antara fase-fase transformasi yang ada. Penelitian dengan judul Pengaruh Perkembangan Perkotaan Terhadap Morfologi Kampung Kauman Kota Semarang memiliki tujuan mengetahui pengaruh dari perkembangan perkotaan Kota Semarang terhadap morfologi Kampung Kauman. Faktor pengaruh morfologi di dalam penelitian tersebut sudah ditentukan, sehingga hasil analisisnya hanya berupa identifikasi bentuk morfologi kampung Kauman yang dikaitkan dengan perkembangan Kota Semarang. Penelitian ini berperan sebagai referensi dalam memahami morfologi kampung kota. Penelitian Penerapan City Branding di Indonesia : Studi Kasus Kota Pekalongan, Jawa Tengah yang bertujuan mengidentifikasi proses penerapan konsep city branding di kota Pekalongan menjadi refererensi untuk pemahaman wilayah penelitian. Berdasarkan uraian-uraian tersebut, posisi penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian ini tidak berhenti pada transformasi fisik yang identik dengan morfologi kota saja, tetapi juga menganalisis transformasi non-fisik yang terjadi dengan menunjukkan transformasi yang paling dominan yang terjadi di antara fase-fase

15 transformasi yang ada. Penelitian ini memunculkan faktor-faktor yang mempengaruhi transformasi tersebut yang mencakup aspek-aspek ekonomi, sosial dan budaya masyarakat di dalam lingkup wilayah penelitian. Sehingga dapat dikatakan bahwa permasalahan yang diangkat di dalam penelitian Transformasi Tata Ruang Permukiman Kampung Wisata Batik Pesindon Pekalongan merupakan permasalahan yang belum pernah dibahas dan dipecahkan oleh peneliti-peneliti sebelumnya.