PENDAHULUAN Latar Belakang Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) yang berasal dari Brazilia, Amerika Selatan, mulai dibudidayakan di Sumatera Utara pada tahun 1903 dan di Jawa tahun 1906 (Semangun, 1999). H. brasiliensis merupakan sumber produksi karet alam dunia. Karakteristik karet alam sebagai bahan baku berbagai alat belum dapat digantikan sepenuhnya oleh karet sintetis, apalagi bila berkaitan dengan alat alat kesehatan. Indonesia merupakan negara produsen karet alam dunia terbesar kedua setelah Thailand (Sinaga, 2004). Karet dihasilkan oleh negara negara di Afrika, Amerika Tengah dan Selatan serta Asia. Saat ini 80 % karet dunia dihasilkan oleh Indonesia, Thailand, dan Malaysia. Sedangkan Srilanka, India, Liberia, dan Nigeria bersama sama menghasilkan 12 %. Sekitar 85 % luas perkebunan karet tersebut dikelola rakyat, selebihnya diusahakan perusahaan perkebunan negara (PTPN), dan perusahaan swasta. Ekspor karet Indonesia pada tahun 2001 menghasilkan devisa sekitar 786 juta US dolar, yang menduduki peringkat kedua terbesar setelah sawit (Sinaga, 2004). Tanaman karet mudah diserang oleh beberapa penyebab. Penurunan produksi lateks terjadi terutama bila tanaman terinfeksi patogen yang menyebabkan gugur daun atau kerusakan dan kematian akar. Kehilangan hasil karena adanya penyakit berkisar antara 20 100 % (Sinaga, 2004). Menurut laporan Ismail Hashim dalam Disease Survey 1998 terdapat 22 jenis patogen
yang telah dilaporkan menimbulkan kerusakan berat pada berbagai sentra pertanaman karet di seluruh dunia. Dari Indonesia tercatat dua jenis penyakit yang paling merugikan, yaitu jamur akar putih yang disebabkan oleh Rigidoporus microporus dan gugur daun karet yang disebabkan oleh Corynespora cassiicola (Riyaldi, 2004). Penyakit gugur daun yang disebabkan jamur C. cassiicola dikategorikan sebagai salah satu penyakit karet yang penting karena mengakibatkan kerugian ekonomi cukup berarti (Situmorang dkk, 1996). Jamur tersebut menyebabkan kerusakan berat pada beberapa klon yang rentan. Di Indonesia penyakit gugur daun Corynespora pertama kali ditemukan pada tahun 1980 di kebun percobaan Sembawa, Propinsi Sumatera Selatan (Sinulingga dkk, 1996). C. cassiicola telah membentuk berbagai ras dengan patogenitas yang cukup bervariasi. Ras patogen ini terdiri dari tiga kelompok besar yaitu : 1. Ras yang beradaptasi terhadap kondisi geografis, 2. Ras yang beradaptasi terhadap tumbuhan inang selain karet, dan 3. Ras yang beradaptasi terhadap klon karet. Ras kelompok pertama dan ketiga termasuk ras yang sangat penting dibandingkan dengan ras kelompok kedua yang biasanya tidak menular ke tanaman karet. Ras kelompok ketiga ini dapat digolongkan dalam 2 ras yaitu : a) Ras yang muncul sebelum tahun 1986 dan b) Ras yang muncul sesudah tahun 1986. Ras kelompok (a) adalah ras yang menyerang klon yang sebelumnya telah rentan (klon kelompok pertama) dan ras kelompok (b) adalah ras yang telah mulai menyerang klon yang sebelumnya tahan (klon kelompok kedua) (Situmorang, dkk, 1996).
Penyakit gugur daun menyebabkan pengguguran daun yang terus menerus terutama jika patogen menyerang pada periode pembentukan daun muda setelah gugur daun alami. Pembentukan daun baru yang berulang ulang menyebabkan mati ujung, terutama pada tanaman muda. Pada tanaman dewasa / telah disadap, pembentukan daun muda yang jelek yang disebabkan oleh penyakit gugur daun seringkali menyebabkan stres fisiologi, menyebabkan kehilangan hasil lateks sampai 45 % (Achuo dkk, 2001). Epidemi penyakit gugur daun Corynespora telah terjadi di negara produsen karet di Asia meskipun sebagian diantaranya terjadi pada klon yang ditanam dalam skala kecil. Timbulnya epidemi ini belum banyak diketahui faktor penyebab utamanya, apakah faktor kerentanan klon karet atau pembentukan ras yang lebih virulen atau pengaruh faktor lingkungan (Situmorang dkk, 1996). C. cassiicola menyerang tanaman karet di pembibitan, kebun entres dan tanaman muda serta tanaman menghasilkan di lapangan. C. cassiicola lebih menyukai daun yang masih muda sampai umur 4 minggu, meskipun daun tua dapat diinfeksinya (Situmorang dkk, 1996). Kebun entres disebut juga dengan kebun kayu okulasi. Kebun entres merupakan klon penghasil mata tunas yang akan digunakan sebagai batang atas dalam perbanyakan tanaman karet secara okulasi. Di kebun entres ditanam klon klon komersil maupun klon harapan (Siagian, 2007). Klon karet anjuran untuk penanaman komersial merupakan klon karet yang telah teruji secara luas, baik dari segi potensi produksi maupun karakteristik sekundernya. Klon klon unggul anjuran memiliki ketahanan
genetik yang berbeda satu sama lain terhadap gangguan penyakit. Bagaimanapun tingkat resistensi klon terhadap penyakit dapat dipengaruhi kondisi agroklimat ( curah hujan dan kelembaban) daerah penanaman (Daslin, 2007). Penggunaan klon tahan merupakan salah satu cara pengendalian penyakit yang terbukti efektif dan efisien pada tanaman karet (H. brasiliensis). Klon Klon yang tahan yang sekarang dibudidayakan pada suatu saat nanti ketahanannya dapat terpatahkan oleh munculnya ras ras fisiologi baru C. cassiicola. Terjadinya proses adaptasi ras patogen tersebut terhadap ketahanan klon karet telah dilaporkan peneliti terdahulu (Hadi, 2003). Agar ketahanan tanaman karet terhadap penyakit gugur daun Corynespora dapat berlangsung lebih lama, maka perlu diciptakan klon klon unggul baru yang mempunyai ketahanan poligenik (Hadi, 2005). Klon Klon seperti AVROS 2037, BPM 24, BPM 107, PB 217, PB 260, PR 255, RRIC 100, RRIC 102, RRIM 712, TM 2 dan TM 9 merupakan klon anjuran dalam skala besar (luas) selama tahun 1996 hingga 1998, dikategorikan sebagai klon yang resisten (Mathew, 2006). Klon klon yang diketahui sangat rentan sampai moderat adalah RRIC 103, KRS 21, RRIM 725, PPN 2058, PPN 2444, PPN 2447, RRIM 600, IRR 104, TM 5, PR 303 dan GT 1 (Soekirman, 2003). Berdasarkan uraian di atas penulis melakukan penelitian yang berjudul uji ketahanan beberapa klon tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) terhadap penyakit gugur daun Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei di Kebun Entres.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketahanan beberapa klon tanaman karet (H. brasiliensis) terhadap penyakit gugur daun C. cassiicola di Kebun Entres. Hipotesis Penelitian 1. Klon tanaman karet yang berbeda mempunyai ketahanan yang berbeda terhadap penyakit gugur daun yang disebabkan oleh jamur C. cassiicola. 2. Isolat C. cassiicola dari daerah yang berbeda memiliki tingkat virulensi yang berbeda. 3. Adanya interaksi beberapa klon karet dengan beberapa isolat C. cassiicola terhadap tingkat ketahanan klon karet. Kegunaan Penelitian 1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. 2. Sebagai bahan informasi tambahan bagi pihak pihak yang membutuhkan.