BAB I PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pembangunan di Indonesia pada era demokratisasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata di Kota Padang sangat penting dikarenakan Kota Padang

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok di dalam wilayah sendiri atau negara lain dengan

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. unggulan di Indonesia yang akan dipromosikan secara besar-besaran di tahun 2016.

BAB I PENDAHULUAN. daya hayati tropis yang tidak hanya sangat beragam tetapi juga unik. Keragaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

2015 PENGARUH PENYAMPAIAN PEOPLE,PHYSICAL EVID ENCE D AN PROCESS TERHAD AP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi agenda utama pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata memiliki multiplayer effect atau efek pengganda yaitu berupa

BAB. I PENDAHULUAN. Negara adalah sektor pariwisata. Negara-negara di dunia seakan bersepakat

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. adalah Kabupaten Bojonegoro. Terdapat suatu tempat wisata yang disebut

LAMPIRAN. Pertanyaan wawancara untuk Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul. kelebihannya bila dibandingkan dengan pariwisata di daerah lain?

NUR END NUR AH END JANU AH AR JANU TI AR

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai negara kepalauan terbesar di dunia. Kekayaan alam

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

Tujuan Pembelajaran. Mahasiswa mampu memahami tinjauan kebijakan pariwisata Mahasiswa mengidentifikasi interaksi wisatawan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam programnya Wonderful of Indonesia yang diharapkan memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kota Cilacap merupakan kota yang terletak di sebelah selatan dari

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

BUTIR-BUTIR KONSOLIDASI PENYATUAN LANGKAH AKSELERASI PENCAPAIAN SASARAN 2016 per-bidang PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan destinasi wisata yang sudah

BAB VI PENUTUP. kualitas maupun kuantitas komponen wisata. Secara garis besar kegiatan


I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata telah diasumsikan sebagai industri yang dapat diandalkan untuk

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. dipandang sebagai pemenuhan terhadap keinginan (hasrat) mendapatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata merupakan industri yang banyak dikembangkan di negaranegara

2017, No Republik Indonesia Nomor 5262); 4. Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang Kementerian Pariwisata (Lembaran Negara Republik In

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara saat ini. Potensi pasar global yang amat besar

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pariwisata di Indonesia mendapat perhatian cukup besar dari

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. kawasan wisata primadona di Bali sudah tidak terkendali lagi hingga melebihi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara,misalnya dengan mengadakan pameran seni dan budaya, pertunjukkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mengesankan dalam hal total kunjungan turis internasional. Jumlah kunjungan

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan menuju daerah tujuan wisata. Terdapat dua fungsi dari atraksi

PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA DI NAGARI KOTO HILALANG, KECAMATAN KUBUNG, KABUPATEN SOLOK

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi Indonesia dan melebihi perkembangan pariwisata dunia

PT. SANJI WANATIRTA INDONESIA. Jalan Anggrek No. 09, Sambilegi Baru, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta Telp: Fax:

2015 PENGARUH KOMPONEN PAKET WISATA TERHADAP KEPUASAN BERKUNJUNG WISATAWAN DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal.

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas yang mempunyai peran penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Era otonomi daerah, sektor pariwisata memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan

Rangkuman Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata telah menjadi salah satu sektor penting di dunia pada saat sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma pembangunan di Indonesia pada era demokratisasi dan otonomi daerah yaitu dari sentralistik menjadi partisipatif memberikan kesempatan lebih terbuka bagi keterlibatan masyarakat di tingkat lokal mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan. Dari berbagai macam sektor yang dibangun tersebut, pariwisata merupakan salah satu industri di Indonesia yang memiliki potensi dan peluang untuk dikembangkan. Menurut KBBI, pariwisata ialah suatu kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan rekreasi; turisme; dan pelancongan. Menurut World Tourism Organization (WTO) pariwisata merupakan suatu kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan kesehariannya. Keberhasilan perkembangan pariwisata lahir dari perencanaan yang melibatkan pemerintah, industri atau swasta, dan masyarakat sebagai pemangku kepentingan atau stakeholder. Keberhasilan ini juga bergantung pada kerjasama sektor swasta dan kemitraan di tingkat lokal (Bramwell & Lane, 1999; Hall, 1994). Di Indonesia sektor pariwisata adalah kontributor yang signifikan dalam perekonomian negara, dimana sektor pariwisata menjadi penyumbang devisa sebesar 172 triliun dari tahun 2016 hingga 2018 yang meningkat menjadi 223 triliun dan menyerap tenaga kerja sebanyak 11 sampai 12 juta orang dari tahun

2 2016 hingga 2018 berdasarkan rilis yang dikeluarkan oleh Kementrian Pariwisata Indonesia melalui situs mereka. Untuk meningkatkan perekonomian negara melalui pariwisata, salah satu strategi yang dilakukan oleh Pemerintah Negara Republik Indonesia melalui Kementrian Pariwisata adalah dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata no. 11 PM 17/PR.001/MKP/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Tahun 2010-2014. Peraturan tersebut berisi tentang hal-hal yang harus dipersiapkan oleh sebuah desa dalam rangka mempersiapkan otonomi desa menjadi desa yang mandiri, maka suatu desa harus dapat mengembangkan potensi dan kelestarian alam yang ada di desa tersebut. Oleh karena itu perlu disadari bahwa keberhasilan desa adalah merupakan partisipasi dari masyarakat dan langsung akan dirasakan oleh masyarakat, maka potensi dan kekayaan alam dan budaya yang ada di desa sangat perlu dilestarikan dan dikembangkan. Dengan adanya peraturan tersebut setiap daerah bisa menggali potensi pariwisata yang ada di daerah untuk memberdayakan masyarakat yang ada dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan atau stakeholder. Berdasarkan data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada tahun 2014, Kemenparekraf menargetkan sebanyak 2000 desa yang dapat dikembangkan menjadi desa wisata pada tahun 2014. Tujuannya adalah untuk membentuk masyarakat sadar wisata, yang memahami potensi wisata yang ada di desanya sehingga dapat dikembangkan sekreatif mungkin untuk menjadi sebuah objek wisata.

3 Sesuai dengan keinginan Presiden Joko Widodo yang ingin membangun Indonesia mulai dari pinggiran Indonesia maka dikembangkanlah konsep desa wisata. Desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku (Nuryanti, Wiendu. 1993). Di Sumatra Barat sendiri Pemerintah Daerah telah menetapkan Perda Provinsi Sumatera Barat Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014-2025 pada bagian kelima tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kepariwisataan pada pasal 29 yang berisi mengenai strategi untuk peningkatan kapasitas dan peran masyarakat dalam pembangunan bidang kepariwisataan pada huruf g dengan cara: mengembangkan potensi sumber daya lokal melalui nagari (desa) wisata. Pemerintah Sumatera Barat telah mendorong Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Barat untuk mengembangkan desa wisata di daerahnya untuk dipromosikan kepada wisatawan dalam dan luar negeri. Beberapa daerah yang ada di Sumatra Barat sedang didorong untuk menyiapkan desa wisata yaitu Padang Pariaman, Agam, Padang Panjang, Sawahlunto, Pesisir Selatan, Tanah Datar dan Solok Selatan. Hal ini bertujuan agar terjadinya peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat pedesaan di Sumatra Barat serta semakin bertambahnya objek wisata yang ada di Sumatra Barat. Sampai saat ini baru terdapat 7 daerah di Sumatra Barat yang sedang mengembangkan desa wisata baru dan 6 daerah yang sudah terdaftar dalam desa wisata yang aktif di Sumatera Barat yaitu:

4 No Nama Desa 1 Desa Lambeh 2 Desa Rantih Tabel 1.1 Daftar Desa Di Sumatra Barat Alamat/Lokasi Kec. Sungai Geringging Kab Padang Pariaman Kota Sawah Lunto Daya Tarik Panorama alam, air terjun Panorama alam, air terjun Amenitas Homestay, toilet Homestay, toilet, mushola Aksesibilitas Jalan aspal, tidak ada transportasi umum Jalan aspal, tidak ada transportasi umum 3 Kampung Budaya Jawi-Jawi, Guguak 4 Kampung Kapo- Kapo 5 Desa Sungai Nyalo Kabupaten Solok Kawasan Mandeh. Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Selatan Budaya masyarakat, panorama alam bahari bahari Homestay, mushola, toilet umum Homestay, toilet, mushola Toilet, mushola Jalan aspal, tidak ada transportasi umum Transportasi menggunakan kapal kecil/boat Transportasi menggunakan kapal kecil/boat 6 Desa Kubu Gadang Kota Padang Panjang alam, wisata edukasi, wisata kuliner. Homestay, toilet, mushola Akses jalan aspal, transportasi umum ada Sumber: Arsip Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat, 2018 Salah satu kota di Sumatra Barat yang sedang mengembangkan serta memanfaatkan potensi wisata alam dan budaya masyarakat yang dimiliki menjadi obyek dan daya tarik wisata adalah Kota Padang Panjang. Sesuai dengan visi Kota Padang Panjang dalam bidang pariwisata yaitu Terwujudnya Padang Panjang Sebagai Kota Tujuan Yang Berdaya Saing. Dengan visi pemerintah Kota

5 Padang Panjang tersebut, saat ini Kota Padang Panjang terus meningkatkan sektor pariwisata dan melakukan pengembangan pada objek-objek wisata yang dianggap potensial untuk mendatangkan wisatawan ke Kota Padang Panjang. Di kota Padang Panjang sampai saat ini baru terdapat 8 objek atau lokasi wisata, yaitu : 1. Air Terjun Lembah Anai. 2. Minang Fantasi. 3. Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau. 4. Masjid Asasi Sigando. 5. Lubuk Mata Kucing. 6. Air Terjun Tujuh Tingkat. 7. Goa Batu Batirai. 8. Desa Kubu Gadang Padang Panjang mempunyai satu desa wisata yang bernama Desa Kubu Gadang. Desa Kubu Gadang adalah sebuah desa wisata yang memiliki konsep perpaduan antara wisata alam, budaya dan man made atau buatan manusia. Tujuan pengembangan kawasan ini menjadi desa wisata bagi masyarakat adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui kegiatan pariwisata yang terjadi didesa mereka yaitu dengan meningkatnya perekonomian, edukasi serta informasi yang akan diterima oleh masyarakat desa Kubu Gadang. Sementara bagi turis adalah agar pengunjung dapat merasakan pengalaman atau experience yang membekas sehingga mereka ingin kembali lagi ke desa ini.

6 Pengalaman (experience) itulah menjadi kunci keberhasilan industri pariwisata. Setiap destinasi, antraksi, dan produk pariwisata lainnya harus memberikan pengalaman yang tak terlupakan bagi wisatawan. Desa Kubu Gadang memberikan banyak pengalaman yang bisa dinikmati oleh turis dan juga masyarakat setempat sebagai pengelolanya. Desa Kubu Gadang menghadirkan wisata alam atau eco tourism, wisata kuliner serta wisata budaya dan olahraga yang dimuat kedalam paket wisata sesuai keinginan turis atau pengunjung nantinya. Dalam sebuah pengembangan objek wisata tidak akan terlepas dari peran pemangku kepentingan atau stakeholder yang terlibat. Stakeholder adalah masyarakat, kelompok, komunitas ataupun individu manusia yang memiliki hubungan dan kepentingan terhadap suatu isu atau proyek dari sebuah organisasi atau perusahaan. Suatu masyarakat, kelompok, komunitas ataupun individu tersebut dapat dikatakan sebagai stakeholder jika mereka memiliki karekteristik seperti memiliki kekuasaan (power) dan kepentingan (interest) terhadap isu, organisasi atau perusahaan. Dalam sebuah proyek pengembangan dan pembangunan, harus terjalin kerjasama antara pemangku kepentingan atau stakeholder ini. Salah satu aspek kerjasama yang sangat berpengaruh terhadap program pembangunan adalah komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat. Setiap pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal harus berusaha untuk membangun komunikasi yang efektif dalam sebuah proyek pembangunan. Untuk itu dalam sebuah proyek pembangunan harus diidentifikasi siapa saja pihak yang terlibat, termasuk pihak

7 yang akan terkena dampak dari pembangunan tersebut, baik terdampak secara positif maupun secara negatif. Stakeholder yang terlibat ini dibagi menjadi dua kategori yaitu Stakeholder Primer atau utama yaitu stakeholder yang memiliki kaitan kepentingan secara langsung dengan suatu kebijakan, program, proyek, lalu Stakeholder Sekunder atau pendukung, yaitu stakeholder yang tidak memiliki kepentingan secara langsung tetapi memiliki kepedulian terhadap isu dan proyek yang dilaksanakan. Masing-masing kelompok mempunyai tujuan dan kepentingan yang berbeda sesuai dengan konsep stakeholder. Hubungan dan komunikasi yang baik antar stakeholder merupakan keharusan agar adanya keseimbangan dan keharmonisan dalam sebuah lingkaran bisnis atau proyek. Siapa saja para stakeholder dalam pengembangan Desa Kubu Gadang, peran, komunikasi beserta saluran komunikasi yang digunakan dalam penyampaian pesan mereka dalam pengembangan Desa ini akan dikaji menggunakan pendekatan Stakeholder Engagement. Stakeholder Engagement diartikan sebagai suatu kolaborasi berbasis kepercayaan antara para individu atau institusi sosial dengan objektif-objektif berbeda yang hanya dapat diraih dengan komunikasi dan kebersamaan (Andriof dan Waddock 2002). Dengan demikian, organisasi perlu mengetahui permintaan dari para pemangku kepentingannya yang mana dapat dilakukan dengan mencari tahu tentang apakah ada perbedaan kepentingan, kepedulian, dan ekspektasi dari bermacam-macam kelompok para pemangku kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan organisasi. Dalam kaitannya dengan hal-hal tersebut, Stakeholder Engagement dapat

8 memfasilitasi organisasi untuk mengenal permintaan-permintaan atau keinginankeinginan dari pada pemangku kepentingannya melalui komunikasi (Isenmann dan Kim, 2006). Didalam Stakeholder Engagement terdapat beberapa langkah yaitu yang pertama di dalam memahami isu-isu sosial yang berkembang mengacu kepada beberapa isu utama yang dihadapi oleh perusahaan/organisasi. Isu-isu sosial yang dihadapi oleh perusahaan meliputi : (1) keterlibatan masyarakat; (2) pendidikan dan budaya; (3) penciptaan pekerjaan dan pengembangan keterampilan; (4) pengembangan teknologi dan akses masyarakat; (5) kesejahteraan dan penciptaan pendapatan; (6) kesehatan; (7) lingkungan. Yang kedua adalah analisis stakeholder yaitu melakukan identifikasi terhadap stakeholder yang terlibat, Dari tipenya, stakeholder dapat dibagi menjadi stakeholder primer atau utama dan stakeholder sekunder atau pendukung. Yang ketiga adalah melakukan analisis stakeholder dengan menilai pengaruh fungsi, peranan dan kontribusi stakeholder terhadap kegiatan atau proyek yang akan dilaksanakan perusahaan atau organisasi sesuai dengan kebutuhan perusahaan atau proyek. Lalu yang keempat adalah engagement itu sendiri, yaitu bagaimana organisasi atau perusahaan melakukan pelibatan terhadap stakeholder yang terkena dampak atau berpotensi terkena dampak dalam pengembangan proyek mereka secara positif maupun negatif. Saluran atau media komunikasi dalam Stakeholder Engagement ini disesuaikan dengan tingkat pengaruh dan kepentingan stakeholder yang terlibat atau terkena dampak dalam sebuah proyek

9 tersebut. Hampir semua organisasi perlu membangun hubungan dan berkomunikasi secara efektif dengan pemerintah lokal dan pusat, organisasi masyarakat, kelompok kepentingan dan pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya. Seperti yang dijelaskan dalam konsep Stakeholder Engagement diatas, melalui konsep ini komunikasi tetap merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan organisasi atau kelompok, namun konsep Stakeholder Engagement belum dapat menjelaskan secara detail komunikasi yang dilakukan oleh masing-masing stakeholder secara menyeluruh walaupun sudah menjelaskan apa saja media atau saluran serta bentuk komunikasi yang harus dilakukan terhadap masing-masing stakeholder sesuai dengan tingkat kepentingan dan pengaruh mereka. Kegiatan pembangunan sebuah destinasi wisata atau objek wisata sama halnya dengan pembangunan di sektor lainnya pasti akan melibatkan kerjasama dari seluruh pemangku kepentingan meliputi 3 (tiga) pihak yaitu: Pemerintah, Swasta dan Masyarakat, dengan segenap peran, kontribusi dan fungsinya masingmasing. Dalam sebuah kerjasama yang melibatkan banyak individu ataupun kelompok tidak akan bisa berjalan secara efektif tanpa adanya komunikasi diantara kelompok dan individu tersebut, karena itu komunikasi merupakan faktor yang dapat meningkatkan peluang keberhasilan tujuan organisasi. Begitu juga halnya dengan pengembangan Desa Kubu Gadang, terdapat banyak stakeholder yang terdiri dari berbagai macam individu dan kelompok, walaupun memiliki kepentingan dan pengaruh yang berbeda-beda namun tujuan mereka

10 tetap satu yaitu kerjasama agar berdiri dan berkembangnya Desa Kubu Gadang dan adanya manffat yang diterima oleh semua pihak. Untuk menjelaskan komunikasi yang terjadi antara stakeholder dalam pengembangan desa wisata Kubu Gadang yang terdiri dari individu dan kelompok dengan kepentingan dan pengaruh yang berbeda-beda ini akan dilihat bagaimana proses komunikasinya menggunakan model komunikasi oleh Philip Kotler dalam Onong Uchjana Effendy ( 2006) yang menjelaskan bahwa terdapat 8 unsur komunikasi yang terdiri dari : 1) Sender : Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang. 2) Encoding : Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang. 3) Message : Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang di sampaikan oleh komunikator. 4) Media : Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan. 5) Decoding : proses penerimaan pesan yang disampaikan tersebut dan mencerna makna dari pesan tersebut yang dilakukan oleh penerima pesan (receiver). 6) Receiver : Komunikan yang menerima pesan dari komunikator.

11 7) Feedback : Umpan balik, yakni tanggapan komunikan terhadap pesan yang disampaikan kembali kepada komunikator. Bisa secara positif maupun negatif 8) Noise : Gangguan dalam berkomunikasi dapat berupa semantik, psikis dan fisik. Komunikasi antar stakeholder ini akan dikaji dengan melihat unsur-unsur komunikasi diatas dan dengan melihat aktivitas dan keadaan dilapangan yang terjadi dalam pengembangan Desa Kubu Gadang. Stakeholder yang terdiri dari individu-individu dan kelompok yang terlibat dalam komunikasi mengenai perencanaan, implementasi dan evaluasi sesuai penjelasan informan yang berakhir pada berhasilnya pembentukan desa Kubu Gadang menjadi desa wisata. Melalui penjelasan oleh informan yang merupakan pengurus Kelompok Sadar Kubu Gadang yang menyatakan bahwa terdapat beberapa pihak yang mereka ajak berkomunikasi, bekerjasama dan berkolaborasi dengan alasan pihak-pihak tersebut memang memiliki kapasitas pada bidang pariwisata dan dianggap punya dampak positif terhadap perkembangan desa mereka menjadi desa wisata. Dalam masa inisiasi dan pengembangan Desa Kubu Gadang terdapat beberapa pihak dan kelompok yang terlibat. Namun dalam sebuah isu atau proyek yang melibatkan banyak orang, maka akan terdapat berbagai hambatan yang menyebabkan tidak efektifnya keterlibatan pemangku kepentingan. Terlepas dari itu, ketidakpercayaan dan salah persepsi di antara para pemangku kepentingan karena komunikasi tidak memadai juga menjadi hambatan

12 dalam kerjasama antara stakeholder. (Ladkin &Bertramini, 2002; Tosun, 2006). Melalui penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dalam sebuah komunikasi yang melibatkan banyak individu maupun kelompok akan terdapat berbagai macam bentuk hambatan dalam penyampaian pesannya. Hambatanhambatan ini juga termasuk salah satu poin yang akan diteliti dalam penelitian ini. Dengan belum adanya penelitian yang dilakukan mengenai bagaimana komunikasi antar stakeholder dalam pengembangan Desa Kubu Gadang, maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian terhadap keberhasilan desa Kubu Gadang dalam mengembangkan desa mereka menjadi desa wisata dengan berfokus kepada bagaimana komunikasi yang terjadi antar stakeholder ini dengan melihat unsur-unsur komunikasi oleh Philip Kotler. Selain itu dalam penelitian ini akan dikaji bagaimana peran, kepentingan dan pengaruh stakeholder didalam pengembangan Desa Kubu Gadang ini dengan menggunakan konsep Stakeholder Engagement serta hambatan-hambatan dalam komunikasi \antar stakeholder ini. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, maka ditetapkanlah rumusan masalah sebagai berikut, yaitu : 1. Bagaimanakah peran stakeholder yang terlibat dalam pengembangan Desa Kubu Gadang ini? 2. Bagaimanakah komunikasi yang terjadi antar stakeholder dalam pengembangan Desa Kubu Gadang?

13 1.3 Tujuan Penelitian 1. Menjelaskan peran stakeholder yang terlibat dalam pengembangan Desa Kubu Gadang. 2. Menjelaskan komunikasi antar stakeholder yang terjadi dalam pengembangan Desa Kubu Gadang. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan keilmuan tentang pentingnya dilakukan identifikasi terhadap peran dan komunikasi antar stakeholder dalam suatu program kerjasama pembangunan dan pengembangan sebuah destinasi wisata yang melibatkan banyak pihak, dalam hal ini pengembangan Desa Kubu Gadang. Penelitian ini diharapkan bermanfaat khususnya bagi Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Andalas. 2. Manfaat Praktis Sebagai bahan referensi atau evaluasi bagi masyarakat, swasta dan pemerintah dalam mengkaji komunikasi dan peran stakeholder atau pemangku kepentingan dalam menjalankan program kerjasama yang bertujuan untuk mengembangkan sebuah destinasi wisata dalam bentuk desa wisata yang berbasis budaya atau tradisi masyarakat.