PENDAHULUAN. dan ada yang menyebut lanjut usia (lansia) (Pujiastuti, 2002).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan dalam bidang pendidikan dan teknologi yang pesat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradapatasi dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

Sedeangkan jumlah lansia Sumatera Barat pada tahun 2013 sebanyak 37,3795 jiwa

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah kelompok lanjut usia (usia 60 tahun menurut Undang-

HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI DESA PABELAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA II

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Population Prospects: the 2015 Revision, pada

BAB I PENDAHULUAN diprediksikan mencapai jiwa atau 11,34%. Pada tahun terjadi peningkatan mencapai kurang lebih 19 juta jiwa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia ini memiliki beberapa dampak yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan menjadi 3 yakni young old (70-75 tahun), old ( laporan PBB, populasi lansia meningkat sebesar dua kali lipat hanya

BAB I PENDAHULUAN. suatu konsep mengenai perubahan pola kesehatan dan penyakit. Konsep tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakberdayaan. Menurut UU No.13 tahun 1998, lansia adalah seseorang yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat alamiah dan normal terjadi pada setiap manusia. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia adalah seorang laki-laki atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia populasi lanjut usia juga mengalami peningkatan (Tanaya, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses menua adalah sebuah proses yang mengubah orang dewasa sehat menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU No.13 tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

PENDAHULUAN. Peringkat IV di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat Sensus BPS 1998 UHH pria = 63 tahun, dan wanita = 67 tahun

BAB I PENDAHULUAN. berusia diatas 50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu berganti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

kehidupan yaitu anak, dewasa, dan tua. Seseorang yang melewati fase dewasa usia 60 tahun ke atas dalam kehidupannya dikatakan sebagai lanjut usia.

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

BAB I PENDAHULUAN. seorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih. menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu juga mulai terlihat hilangnya bentuk-bentuk dukungan keluarga terhadap lansia (

BAB 1 PENDAHULUAN. secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan. sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih (WHO, 1965). Saat ini di seluruh dunia jumlah lanjut usia di

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

EKA SETYAWAN J Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Ada tiga aspek yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang dan semua orang akan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun bersama anak dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut organisasi kesehatan dunia (WH O), ada empat tahapan batasan-batasan

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUHAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AGAMA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mulus sehingga tidak menimbulkan ketidakmampuan atau dapat terjadi sangat nyata

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Seseorang yang berusia lanjut akan mengalami perubahan-perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses. pembangunan,terutama di bidang kesehatan (Komnas Lansia, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pedoman untuk rehabilitasi medik (Gallo, 1998). Kualitas hidup dipakai

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia, salah satu dampak

BAB 1 PENDAHULUAN. dan ini dapat dijadikan petunjuk terjadinya menopause. Ada 3 periode menopause,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan warga lansia terbesar di seluruh dunia pada tahun yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupannya. Mulai dari masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

BAB I. empat dekade mendatang, proporsi jumlah penduduk yang berusia 60 tahun. 10% hingga 22% (World Health Organization, 2012).

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PADA LANSIA DI DESA LEYANGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh

PROYEKSI PENDUDUK BERLIPAT GANDA DI KOTA BAU-BAU 1) Oleh : Wali Aya Rumbia 2) ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. emosional, penyakit fisik atau kematian (Hamid, 2000). Erb, Blais & Wilkinson, 1995). Menurut Roper (2002) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan pada berbagai bidang terutama dibidang. (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan. masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. yakni setelah Cina (200 juta), India (100 juta) dan menyusul

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia lanjut bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang. Istilah untuk manusia yang usianya sudah lanjut belum ada yang baku. Ada yang menyebutnya manusia usia lanjut (manula) dan ada yang menyebut lanjut usia (lansia) (Pujiastuti, 2002). Transisi demografi pada kelompok lanjut usia terkait dengan status kesehatan lansia yang lebih terjamin, sehingga usia harapan hidup lansia lebih tinggi dibandingkan masa-masa sebelumnya. Pertumbuhan jumlah lansia di Indonesia dalam kurun waktu tahun 1990-2025 tergolong tercepat di dunia. Pada tahun 2002 jumlah lansia di Indonesia berjumlah 16 juta dan diproyeksikan akan bertambah menjadi 25,5 juta pada tahun 2020 atau sebesar 11,37% penduduk dan ini merupakan peringkat ke-4 setelah Cina, India, dan Amerika Serikat (Darmogo, 2000). Hasil sensus penduduk di Jawa Tengah pada tahun 2000 adalah 2.864.003 jiwa dan hasil sensus penduduk di Semarang adalah 57.747 jiwa (BPS, 2005). Menjadi tua seringkali identik dengan ketidakberdayaan serta kesepian. Satu persatu anak pergi dari rumah membentuk keluarga sendiri, kehidupan sosial dan keberdayaan finansial menurun setelah pensiun. Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu

2 cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia (Darmojo,2000). Menurut Suparto (2000) dalam Darmojo (2004) secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial. Jika proses menua mulai berlangsung, di dalam tubuh timbul kondisi fisik penurunan jumlah sel-sel otak disertai penurunan fungsi indera pendengaran, penglihatan, pembauan yang sering menimbulkan keterasingan bagi lansia. Kulit juga mengalami perubahan karena penurunan lemak di bawah kulit yang menyebabkan hilangnya elastisitas kulit, sehingga kulit menjadi keriput (Kuntjoro, 2002). Proses menua menyebabkan kemunduran fungsi organ tubuh. Kemunduran fungsi akan tampak secara fisik sehingga disebut kemunduran fisik. Kemunduran fisik dapat memicu timbulnya stres pada lanjut usia. Stres dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu hal yang dipengaruhi faktor internal stres adalah harga diri (Brunner dan Suddarth, 2001). Menurut Dariyo dan Ling (2002) dalam Widodo (2004) harga diri adalah evaluasi terhadap dirinya sendiri secara positif atau negatif. Evaluasi ini memperlihatkan bagaimana individu menilai dirinya sendiri, dan diakui atau tidaknya kemampuan dan keberhasilan yang diperolehnya. Harga diri juga berpengaruh besar terhadap kualitas dan kebahagiaan hidup lansia. Lansia yang memiliki harga diri tinggi akan merasa tenang, mantap, optimis

3 dan lebih mampu mengendalikan situasi dirinya (Dariuszky, 2004). Lansia dengan harga diri yang tinggi akan menunjukkan ciri-ciri menunjukkan hubungan erat dengan lansia yang lain, mampu menghargai dan menghormati diri sendiri, berpandangan bahwa dirinya sejajar dengan orang lain, cenderung tidak menjadi perfect, mengenali keterbatasannya, dan berharap selalu berkembang. Sebaliknya harga diri yang rendah akan membawa pada perilaku yang kurang baik bagi lansia. Ini terjadi karena lansia dengan harga diri rendah biasanya bersifat bergantung, kurang percaya diri dan pesimistis (Widodo, 2004). Individu yang memiliki harga diri yang tinggi cenderung akan menerima dan menghargai dirinya sendiri apa adanya. Ketika individu bisa menerima dirinya sendiri dengan mengenal segala keterbatasannya, maka akan timbul keyakinan terhadap kekuatan, kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Sedangkan individu yang belum mempunyai harga diri yang tinggi disertai dengan kondisi psikis yang masih labil akan sulit berhadapan dengan lingkungan sosial. Dengan adanya keyakinan yang mendukung akan membuat individu merasa percaya diri ketika menghadapi masalah baru yang penuh dengan tantangan. Sedangkan individu yang memiliki harga diri rendah memerlukan usaha untuk mengelola tuntutan lingkungan dan koping diri (Hartiti, 2001). Koping merupakan upaya individu untuk mengatasi keadaan atau situasi yang menekan, menantang atau mengancam dirinya yang berupa pikiran atau tindakan dengan menggunakan sumber dalam dirinya maupun

4 lingkungannya, yang dilakukan secara sadar untuk meningkatkan perkembangan individu (Lazarus, 1999). Koping merupakan usaha-usaha baik kognitif maupun perilaku yang bertujuan untuk mengelola konflik atau stresor yang dihadapinya. Koping berkaitan dengan mekanisme koping. Mekanisme koping digunakan individu untuk melindungi diri dari situasi yang mengancam (Hudjana, 2000). Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada 5 orang lanjut usia yang tinggal di Desa Batursari Mranggen, dan hasil wawancara yang dilakukan menunjukkan adanya anggapan yang berbeda, pada 3 orang lansia merasa sudah tidak berguna, kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari keluarga, kadang suka menarik diri dari teman dan tidak percaya diri. Lansia sering marah, tidak dapat mengontrol diri, tidak dapat menerima masalah yang rumit. Hal ini menunjukkan adanya koping negatif pada diri lansia. Sedangkan pada 2 orang lanjut usia lainnya merasa hidupnya senang karena diurus dengan baik oleh keluarganya, cenderung santai dan tidak ada sikap bermusuhan, yang menunjukkan adanya koping positif. Merujuk dari fenomena tersebut dan berkaitan dengan konsep teori yang sudah ada maka perlu dilakukan penelitian. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas bahwa permasalahan yang diajukan adalah adakah hubungan antara harga diri dengan mekanisme koping pada lansia di Desa Batursari Mranggen, kabupaten Demak.

5 B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara harga diri dengan mekanisme koping pada lansia di Desa Batursari, Mranggen. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui harga diri lansia di di Desa Batursari, Mranggen. b. Mengetahui mekanisme koping lansia di Desa Batursari, Mranggen. c. Mengetahui hubungan antara harga diri dengan mekanisme koping pada lansia di Desa Batursari, Mranggen. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi Ilmu Keperawatan Memberikan manfaat dalam meningkatkan profesionalisme perawat dalam asuhan keperawatan khususnya keperawatan gerontik. 2. Manfaat bagi Profesi Memberikan masukan bagi peningkatan motivasi pengabdian perawat terutama dalam keperawatan gerontik. 3. Manfaat bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat tentang harga diri dengan mekanisme koping pada lansia.

6 4. Manfaat bagi Peneliti a. Sebagai upaya proses belajar dalam kegiatan penelitian. b. Memperoleh gambaran mengenai hubungan antara harga diri dengan mekanisme koping pada lansia. D. Bidang Ilmu Bidang ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah ilmu keperawatan jiwa dan ilmu keperawatan gerontik.