BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sangat penting bagi suatu bangsa, karena keberhasilan dan kemajuan bangsa sangat bergantung kepada pendidikan yang ditekankan kepada penduduknya. Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan pendidikan sampai pada jenjang yang setinggi-tingginya. Oleh karena itu, pendidikan jasmani sebagai salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan kepada sisiwa yang tertera dalam program pemerintah serta ditetapkan pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan jasmani di sekolah memiliki peran yang cukup banyak karena tidak hanya dapat mengembangkan aspek psikomotor saja melainkan dapat mengembangkan aspek kognitif dan afektif secara serasi dan seimbang. Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan jasmani menurut Abduljabar (2009, hlm. 8) yaitu: Pendidikan jasmani dilaksanakan melalui media fisikal, yaitu beberapa aktifitas fisikal atau beberapa tipe gerak tubuh. Meskipun para siswa mendapat keuntungan bagi siswa tidak selalu harus berupa fisikal, non fisikal pun bisa diraih seperti: perkembangan intelektual, sosial dan estetika,seperti juga perkembangan kognitif dan afektif. Ketiga aspek (kognitif, afektif, dan psikomotor) ini tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran pendidikan jasmani, karena diantara satu aspek dengan aspek yang lainnya saling berkaitan. Oleh karena itu, pendidikan jasmani dianggap sangat penting, sehingga pemerintah menetapkan tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dalam pasal 42 Undang-Undang No 20 tahun 2003. Khusus tentang kurikulum pendidikan dasar yang wajib memuat mata pelajaran sebagai berikut: 1) pendidikan agama, 2) pendidikan kewarganegaraan, 3) bahasa, 4) matematika, 5) ilmu pengetahuan alam, 6) ilmu pengetahuan sosial, 7) seni dan budaya, 8) pendidikan jasmani dan olahraga, 9) keterampilan dan kejujuran,dan 10) muatan lokal. Masalah umum yang sering dihadapi seorang guru pendidikan jasmani di sekolah adalah kurangnya sarana, prasarana dan penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat dengan materi pembelajaran. Seperti halnya dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga permainan
tradisional yang pernah dilakukan di SDN Gegerkalong Girang Kota Bandung, siswa-siswi banyak yang tidak mau bergabung dengan teman yang lainnya dan terkesan individual dalam pembelajaran olahraga permainan tradisional, hal ini disebabkan pada saat pembelajaran penjas guru membiarkan dan tidak memberikan pemahaman kepada siswa yg tidak mau bergabung dengan teman lainnya, sehingga siswa menjadi kebiasaan pada saat guru memberikan kelompok banyak siswa yang tidak mau di pecah dengan kelompok biasanya. Dan olahraga permainan tradisional juga merupakan salah satu materi yang tidak banyak diberikan pada siswa sekolah. sarana dan prasarana yang kurang mendukung, dan pengunaan metode pembelajaran yang kurang tepat yaitu masih banyak guru yang hanya terpaku pada sarana dan prasarana yang ada tanpa mau memodifikasi serta penggunaan metode pembelajaran tradisional yang terlalu dominan, sehingga siswa tidak memahami dan waktu belajar terlalu banyak dihabiskan untuk latihan-latihan teknik dasar oleh guru. Dengan demikian ada gejala-gejala rendahnya keterampilan sosial pada siswa. Sehingga siswa merasa bosan dan tidak mengalami proses permainan yang sebenarnya dan siswa kurang terekplorasi kebutuhannya dalam pembelajaran. Adapun gejala-gejala keterampilan sosial yang ditemukan penieliti antara lain adalah siswa tidak mau bekerjasama dengan teman, siswa tidak saling menghormati dengan teman, siswa tidak jujur, siswa tidak disiplin, dan lain-lain. Maka dari itu peneliti menyimpulkan bahwa keterampilan sosial siswa yang masih rendah, apabila permasalahan ini tidak segera diatasi maka hasil belajar siswa pun tidak kompetitif. Untuk melihat perkembangan intelektual anak bisa dilihat dari kemampuannya menggunakan atau memanfaatkan lingkungannya. Perkembangan emosi dapat dilihat ketika anak merasa senang, tidak senang, marah, menang dan kalah. Perkembangan sosial bisa dilihat dari hubungannya dengan teman sebaya, menolong dan memperhatikan kepentingan orang lain. Menurut Adella (2007, hlm. 7) dalam Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia menyatakan bahwa keterampilan sosial mencakup kecakapan komunikasi dengan empati, kecakapan bekerjasama, simpati, sikap penuh pengertian dan seni komunikasi dua arah. Pada proses pertumbuhan dan perkembangannya anak umumnya memiliki kecenderungan selalu ingin bergerak sambil bersenang-senang untuk menyalurkan segala potensi yang ada pada dirinya. Biasanya bentuk-bentuk kegiatan tersebut disalurkan melalui permainan.
Karena bermain bagi anak-anak khususnya murid-murid sekolah dasar merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting di dalam kehidupannya, bahkan hampir sebagian dari waktunya dihabiskan untuk bermain. Adapun upaya untuk meningkatkan keterampilan sosial anak salah satunya dengan bermain, karena dunia anak-anak adalah dunia bermain. Bagi anak-anak kegiatan bermain selalu menyenangkan. Melalui kegiatan bermain ini, anak bisa mencapai perkembangan fisik, intelektual,emosi dan sosial. Perkembangn secara fisik dapat dilihat saat bermain Berdasarkan uraian diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa keterampilan sosial itu adalah usaha aktif seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya dalam konteks kemampuan sosial dengan cara-cara khusus supaya dapat di terima di lingkungan tempat dia berada dan terjadinya sifat saling menguntungkan dengan yang lainnya. Adapun materi bahan ajar yang peneliti berikan sebagai materi bahan mengajar diantaranya adalah permainan tradisional, karena di dalamnya permainan tradisonal terdapat bentuk-bentuk permainan, dan di dalam permainan tradisional juga terdapat nilai-nilai budaya yang terkandung didalamnya. Sehubungan dengan hal tersebut, permainan tradisional adalah bentuk kegiatan permainan atau olahraga yang berkembang dari suatu kebiasaan masyarakat tertentu. Menurut Sukiman (2005, hlm. 29) menjelaskan bahwa Permainan tradisional merupakan unsur-unsur kebudayaan yang tidak dapat dianggap remeh, karena permainan tradisional memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan kejiwaan, sifat, motivasi dan kehidupan sosial anak dikemudian hari. Dengan demikian ada hubungannya antara permainan tradisional dengan keterampilan sosial karena permainan tradisional memberikan alternatif yang kaya dengan nilai budaya, dan permainan tradisional juga memberikan peran terhadap pengembangan potensi anak seperti perkembangan motorik, sosial, kognitif serta aspek perkembangan lainnya. Interaksi yang terjadi pada saat anak melakukan permainan tradisonal memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kemampuan sosial, melatih kemampuan bahasa, dan kemampuan emosi. Dari beberapa manfaat yang dikemukakan di atas, salah satunya adalah permainan tradisional yang dapat menumbuhkan keterampilan sosial pada setiap anak dalam mengikuti pembelajaran khususnya penjas, karena melalui permainan tradisional maka anak akan lebih aktif bergerak dalam hal ini adalah bermain dan akan meninimbulkan rasa senang, gembira dan
kompak sehingga anak akan merasakan pentingnya kerjasama dengan teman-temannya dalam permainan tradisional tersebut di dalam pembelajaran penjas disekolah. Kegiatan untuk menumbuhkan keterampilan sosial siswa bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Rendahnya kepedulian siswa pada siswa lain, merupakan salah satu penyebab sulitnya menumbuhkan keterampilan sosial pada anak. Fakta yang terjadi selama ini menunjukan bahwa ketika ada permasalahan tentang rendahnya keterampilan sosial siswa khususnya di sekolah, guru terkesan tidak mau peduli terhadap hal itu, guru membiarkan siswa yang tidak mau bergaul dengan siswa lainnya. Maka untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa. guru perlu mengetahui penyebab rendahnya keterampilan sosial siswa dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Masalah-masalah di atas terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial siswa baik faktor yang ada dalam diri siswa seperti tidak ada kemauan berinteraksi dengan teman sebayanya ataupun faktor yang ada di luar siswa seperti guru, orang tua, lingkungan sosial budaya dan ekonomi. Agar dapat mengatasi permasalahan tersebut, peneliti akan mencoba menggunakan permainan tradisional dalam Implementasi pembelajaran aktivitas permainan tradisional untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa sekolah dasar (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas IV di SDN Gegerkalong Girang kota Bandung). B. Identifikasi Masalah Seperti yang telah dijelaskan dilatar belakang masalah, yang menjadi masalah bagi peneliti adalah kurangnya keterampilan sosial siswa yang disebabkan kurangnya interaksi siswa dengan teman sebayanya. Sehingga siswa tidak ada kerjasamanya saat melakukan aktivitas pembeljaran penjas dan kurang menariknya model pembelajaran yang di ajarkan oleh guru terhadap siswanya itu sendiri, seperti model pembelajrannya yang monoton, masih sedikitnya unsur-unsur permainan yang di ajarkan serta terlalu banyaknya materi bahan ajar yang lebih menekankan pada penguasaan teknik dalam salah satu cabang permaianan olahrga dan tidak sesuai dengan kemampuan siswa yang diajarnya sehingga keterampilan sosial siswa berkurang. Melihat penjelasan diatas penulis berpendapat, untuk menarik minat anak agar mau berinteraksi dengan teman sebayanya atau melakukan kerjasama penulis bermaksud melakukan variasi dengan memasukan permainan tradisional sebagai materi dalam penjas. Atas dasar itu,
beberapa masalah yang berkaitan dengan keterampilan sosial siswa dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan permainan tradisional dalam pembelajran pendidikan jasmani terhadap keterampilan sosial siswa? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi kurangnya keterampilan sosial siswa di sekolah? C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan sebelumnya, maka masalah dalam penelitian ini adalah Apakah dengan mengiplementasikan pembelajaran aktivitas permainan tradisional dapat meningkatkan keterampilan sosial ssiswa sekolah dasar?. D. Tujuan Penelitian Suatu kegiatan perlu adanya penetapan tujuan karena penting sebagai awal untuk kegiatan selanjutnya, artinya ada upaya untuk mencapai tujuan yang digariskan tersebut. Adapun dalam penelitian ini yang menjadi tujuan penelitiannya adalah : 1. Untuk mengetahui apakah permainan tradisional dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharpkan dapat bermanfaat bagi semua orang maupun semua kalangan terutama yang berkecimpung didunia pendidikan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Adapun manfaat penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat praktis. 1. Manfaat secara teoritis: diharapkan dapat menambah pemahaman dan keilmuan dalam bidang pendidikan jasmani dan olahraga. 2. Manfaat secara praktis: a. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk meningkatkan pengetahuan tentang keterampilan sosial.
b. Sebagai bahan masukan bagi guru pendidikan jasmani dalam proses belajar mengajar permainan tradisional dalam meningkatkan keterampilan sosial. c. Bagi lembaga, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik dalam rangka inovasi pembelajaran dan meningkatkan jumlah peralatan yang ada. d. Memberikan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang ingin atau hendak meneliti mengenai keterampilan social dengan objek yang berbeda. F. Batasan penelitian Untuk menghindari berbagai penafsiran yang terlalu luas dan supaya masalah yang dibahas tidak menyimpang dari masalah yang sebenarnya, maka penulis membatasi penelitian sebagai berikut: 1. Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi aktivitas pembelajaran permainan tradisional dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa di SDN Gegerkalong Girang kota Bandung 2. Peneliti menggunakan permainan tradisional yaitu bebentengan,,boy-boyan, dan cingciripit 3. Penelitian dalam skripsi ini dilakukan di SDN Gegerkalong Girang kota Bandung. 4. Objek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Gegerkalong Girang berjumlah 20 orang.