BAB I PENDAHULUAN. kecukupan zat gizi yang diperoleh dari makanan sejak bayi. Untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal, World Health

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2006 WHO (World Health Organization) mengeluarkan Standar

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung secara optimal

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

BAB I PENDAHULUAN. suplemen,vitamin, mineral, dan atau obat obatan untuk keperluan medis

BAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan WHO, 2009). Pemberian ASI Ekslusif harus terinisiasi dini ASI saja dengan 1

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

serta suami sangat dibutuhkan. Karena pikiran pikiran negatif atau rasa kurang

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Makanan utama bayi adalah air susu ibu (ASI) sehingga perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya. pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi

BAB I PENDAHULUAN. ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan anak. Proses menyusui secara alami

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

1

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. operasional, pertanyaan penelitian dan hipotesis serta manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

LEMBAR PERTANYAAN. Frekuensi. Informasi 1. Presentational media - Petugas Puskesmas. a. 1-3 bulan. Asi saja - Bidan. b. 4-6 bulan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB I PENDAHULUAN. Menyusui merupakan cara alami memberi makan bayi. Sejak terjadinya pembuahan, tubuh ibu mempersiapkan diri untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pola menyusui yang dianjurkan (Suradi, 1995).

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

I. PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh perangkat reproduksi yang dimilikinya, yaitu rahim dan semua bagiannya, untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu dari delapan target Millenium Development Goals (MDGs). yang mesti

BAB I PENDAHULUAN. terdapat 14% ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai

BAB I PENDAHULUAN. harus dipelajari kembali, karena menyusui sebenarnya tidak saja memberikan

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh zat gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. enam bulan pertama kehidupan bayi (Saleha, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam hal pemberian makanan yang baik (Akhsan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang baik pada balita (Dinkes, 2007). Perwakilan UNICEF di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mengurangi mortalitas dan morbiditas anak, Word

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran hidup, sesuai dengan target pencapaian Sustainable Development

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi

BAB I PENDAHULUAN. ASI merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sampai bayi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kebutuhan gizi secara kuantitatif

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pertumbuhan otak bayi yaitu sesuatu yang tidak dapat diperoleh

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu dilaksanakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi tingginya yang berpedoman pada Sistem Kesehatan Nasional Tahun 2009 ( Depkes, 2009). Salah satu indikator kesehatan tersebut adalah status gizi manusianya. Gizi memegang peranan penting dalam menciptakan generasi yang berkualitas. Kualitas sumber daya manusia ini ditentukan oleh makanan yang di konsumsi ibu sejak dari dalam kandungan dan kecukupan zat gizi yang diperoleh dari makanan sejak bayi. Untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal, World Health Organization (WHO) dan World Health Assembly (WHA) merekomendasi jangka waktu pemberian ASI eksklusif yaitu selama 6 bulan ( Roesli, 2008). Pentingnya ASI terlihat pada acara dunia yaitu pekan ASI sedunia tiap awal minggu pertama bulan Agustus. Pada tahun 2008, The World Alliance For Breast Feeding Action (WABA) memilih tema Mother Support: Going For The Gold. Makna tema tersebut adalah mengajak semua orang meningkatkan dukungan kepada ibu untuk memberikan makanan kepada bayi mereka yang berstandar emas yaitu ASI yang diberikan secara eksklusif selama 6 bulan pertama dan melanjutkan ASI bersama makanan pendamping ASI lainnya sampai berusia 2 tahun atau lebih (Depkes,

2010). ASI dianjurkan pada beberapa bulan pertama kehidupan karena ASI tidak terkontaminasi dan banyak mengandung gizi yang diperlukan anak pada umur tersebut. ASI adalah makanan yang terbaik dan bergizi sehingga tidak memerlukan tambahan komposisi. Disamping itu ASI mudah dicerna oleh bayi dan langsung diserap. ASI eksklusif adalah bayi hanya di beri ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi sampai bayi berumur 6 bulan. Manfaat pemberian ASI bagi bayi yaitu bayi tetap sehat dan tumbuh menjadi manusia yang sehat secara fisik, cerdas, meningkatkan daya tahan tubuh, mempunyai emosional yang stabil, perkembangan spritual yang positif dan perkembangan sosial yang baik, meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan anak, dan anti alergi. Keuntungan menyusui bagi ibu adalah mengurangi risiko kanker payudara, metode KB paling aman, berat badan lebih cepat kembali normal, membantu mengurangi kelaparan dan kemiskinan (Roesli, 2008). United Nation Child s Fund (UNICEF) tahun 2005-2011 mendapati bayi Indonesia yang mendapat ASI Ekslusif selama 6 bulan pertama ialah sebanyak 32% dan 50% anak diberikan ASI sampai usia 24 bulan. Tetapi persentase ini masih rendah bila dibandingkan dengan negara berkembang lain seperti Bangladesh 43% anak di berikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan 91% anak mendapat ASI sampai usia 24 bulan. Tahun 2012 UNICEF mencatat sekitar 39% anak-anak di bawah enam bulan mendapat ASI eksklusif. Ini disebabkan

rendahnya tingkat menyusui di beberapa negara berkembang dan kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar. Dari data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2012) tentang pemberian makanan pada bayi untuk semua anak terakhir yang dilahirkan ibu dalam kurun waktu dua tahun sebelum survei menunjukkan bahwa hanya 27% bayi umur 4-6 bulan mendapat ASI eksklusif. Selain ASI, 8% bayi pada umur yang sama telah di beri susu lain dan 8% air putih (SDKI, 2012). Pemberian ASI eksklusif kepada bayi berusia 4-6 bulan dalam SDKI 2012 lebih tinggi di bandingkan dengan hasil SDKI 2007 (masing-masing 27% dan 17%). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) menunjukkan persentase bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 38 %. Pemberian ASI kurang dari 1 jam setelah bayi lahir tertinggi di Nusa Tenggara Barat (52,9 %) dan terendah di Papua Barat (21,7 %). Sebagian besar proses menyusui dilakukan pada kisaran waktu 1-6 jam setelah bayi lahir, namun masih ada 13,7 % yang dilakukan setelah 48 jam (Riskesdas, 2013). Untuk mendukung pemberian ASI eksklusif ini, maka Pemerintah Republik Indonesia mendukung dengan mengeluarkan peraturan hukum terkait ASI eksklusif yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 yaitu pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya. Banyak faktor yang mempengaruhi pemberian ASI pada bayi usia 0-6 bulan. Penelitian Fikawati dan Syafiq (2010) menyatakan bahwa kegagalan ASI eksklusif adalah karena faktor predisposisi yaitu pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang dan faktor pemungkin penting yang menyebabkan terjadinya

kegagalan adalah karena ibu tidak difasilitasi melakukan IMD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan pengalaman ibu sangat menentukan dalam pemberian ASI eksklusif pada bayinya. Rendahnya cakupan ASI eksklusif di Indonesia dibandingkan dengan negara berkembang lainnya menyumbang akibat yang tidak baik bagi kesehatan bayi. Akibat bayi yang tidak diberi ASI eksklusif adalah alergi, diare, infeksi saluran pernapasan, gizi kurang dan penurunan perkembangan kecerdasan kognitif (Roesli, 2008). Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara 2012, jumlah bayi di Propinsi Sumatera Utara berjumlah 276.202 bayi dan yang mendapat ASI eksklusif hanya 56.142 bayi atau sekitar 20,33% (Dinkes Propinsi Sumatera Utara, 2013). Tahun 2013 di Propinsi Sumatera Utara, cakupan ASI eksklusif sebesar 27,06% dengan 5 Kabupaten/Kota dengan pencapaian < 10 % yaitu Nias (7,7%), Medan (7,6%), Humbang Hasundutan (7,3%), Tanjung Balai (4,3%) dan Nias Barat (2%). Penelitian yang dilakukan Renata (2009) di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, pemberian makanan pendamping ASI berupa susu formula dan nasi tim telah dilakukan sejak umur bayi < 1 bulan dengan alasan ibu sibuk bekerja dan anggapan ibu bahwa bayi yang diberikan makanan pendamping ASI akan lebih sehat. Penelitian ini juga menyatakan bahwa resiko dari pemberian makanan pendamping ASI adalah setelah pemberian makanan tambahan bayi sering susah buang air besar dan diare. Hal ini sesuai dengan penelitian Safitri (2014) di Desa Kwala Pesilam kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat, bahwa adanya hubungan yang signifikan dengan pemberian makanan pendamping ASI dengan kejadian diare.

Profil Kesehatan Kabupaten Nias 2013, dari 1.387 bayi menunjukkan sebanyak 222 bayi mendapatkan ASI eksklusif (16.01%) selebihnya bayi telah di berikan makanan tambahan (Dinkes Kabupaten Nias, 2014). Data dari laporan gizi Puskesmas Hiliduho Kabupaten Nias tahun 2014 jumlah bayi 0 bulan 12 bulan berjumlah 171 bayi dan yang di berikan ASI ekslusif sebanyak 11 bayi (6,4%). Angka ini jauh dari target cakupan ASI eksklusif nasional yaitu 80% (Depkes, 2003). Desa Mazingo Tanoseo merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Hiliduho yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 966 orang dengan jumlah KK 212 KK. Desa Mazingo Tanoseo mempunyai geografi di wilayah perbukitan. Desa Mazingo Tanoseo berjarak 8 km dari Kecamatan Hiliduho dengan rata-rata jarak tempuh sekitar 30 menit dengan kendaraan motor dua. Mata pencaharian penduduknya mayoritas berkebun yaitu penyadap karet, coklat dan sebagian lagi pemecah batu. Penghasilan penduduk tidak sama setiap bulan karena sesuai dengan harga dari hasil kebun mereka. Di dalam sistem keluarga, masyarakat Desa Mazingo Tanoseo mengikuti sistem kekeluargaan patrineal yaitu mengikuti garis keturunan laki-laki dan mengandung sistem keluarga luas virilokal dimana laki-laki yang telah menikah akan tinggal serumah dengan orangtuanya dalam waktu yang tidak ditentukan dan segala keputusan dalam keluarga diputuskan oleh suami atau orangtua dari pihak laki-laki (mertua). Sebagian besar, masyarakat di Desa Mazingo Tanoseo tinggal dengan orang tua atau mertua dari pihak laki-laki dalam waktu yang tidak ditentukan. Dalam kegiatan sehari-hari ayah dan ibu sibuk mencari nafkah dari kebun, memecahkan

batu dan beternak. Mereka bekerja mulai dari jam 06.00-11.00 wib lalu pulang untuk beristirahat dan kemudian dilanjutkan dari jam 14.00-18.00 wib. Sementara anak kecil di jaga oleh mertua, adik perempuan dari suami ataupun anak yang usianya lebih besar yang tinggal satu rumah. Sarana kesehatan yang tersedia di Desa Mazingo Tanoseo terdiri dari Puskesmas Pembantu Mazingo Tanoseo, bidan desa dan posyandu balita. Posyandu balita di Desa Mazingo Tanoseo ini dilaksanakan di dua tempat dengan pelaksanaan sekali dalam sebulan. Data dari bidan desa Mazingo Tanoseo tahun 2014, dari 19 orang bayi yang berumur 0-6 bulan yang mendapat ASI eksklusif hanya 2 orang. Dalam tradisi melahirkan, masyarakat Desa Mazingo Tanoseo di bantu oleh bidan yang persalinannya di praktik bidan. Setelah melahirkan 2-3 minggu, ibu kembali melakukan pekerjaan rumah tangga seperti biasanya. Perawatan ibu menyusui di desa ini dengan memakan ayam sup dan sayuran yang direbus supaya air susu ibu banyak. Ibu mertua yang akan mengajari cara menyusui dan makanan apa yang diberikan kepada bayi dan ibu bayi. Survei awal yang dilaksanakan di Desa Mazingo Tanoseo dengan mewawancarai beberapa ibu menyusui, mereka telah memberikan makanan pendamping ASI sejak umur 3 bulan. Pemberian makanan pendamping ASI pada bayi umur kurang dari 6 bulan karena ibu menyusui ikut berperan serta dalam mencari nafkah sehingga bayi harus dibiasakan makan makanan pendamping ASI. Pemberian MP-ASI ini juga sudah menjadi kebiasaan masyarakat terutama orang tua dan mertua yang turun temurun dengan alasan supaya bayi tidak rewel, cepat

besar dan kuat. Makanan atau minuman yang di berikan berupa air putih, air gula, susu formula, bubur instan dan bubur nasi. Masyarakat di desa ini terutama ibu menyusui juga mempunyai kebiasaan membuang atau tidak memberikan kolostrum kepada bayi yang baru lahir karena mereka beranggapan bahwa ASI tersebut adalah ASI yang basi dan kotor yang bisa menyebabkan bayi sakit perut seperti bayi sering buang air besar dan muntah. Ibu akan mulai menyusui bayinya setelah ASInya berwarna putih, sehingga sebelum keluar ASI yang berwarna putih tersebut, keluarga dan ibu menyusui akan memberikan air gula atau susu formula. Melihat kondisi di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pemberian ASI eksklusif di masyarakat Desa Mazingo Tanoseo Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias Tahun 2015. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan yang menjadi permasalahan dalam penelitian bagaimana pemberian ASI eksklusif pada masyarakat di Desa Mazingo Tanoseo Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias Tahun 2015. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pemberian ASI eksklusif pada masyarakat di Desa Mazingeo Tanoseo Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias Tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mendeskripsikan perilaku ibu menyusui dalam pemberian ASI eksklusif di Desa Mazingo Tanoseo Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias 2015 2. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemberian ASI eksklusif pada masyarakat di Desa Mazingo Tanoseo Kabupaten Nias 2015. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi petugas kesehatan di Puskesmas Pembantu Mazingo Tanoseo dan Puskesmas Hiliduho dalam upaya pelaksanaan dan peningkatan cakupan pemberian ASI eksklusif. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Nias dalam upaya rencana promosi kesehatan. 3. Bagi tokoh masyarakat sebagai bahan masukan untuk memberikan dukungan dan motivasi kepada warga masyarakat terutama ibu hamil dan ibu menyusui untuk menghadiri kegiatan posyandu di wilayah setempat. 4. Sebagai pengembangan pemikiran serta referensi bagi rekan rekan mahasiswa khususnya para peneliti berikutnya.