PEMBENTUKAN KARAKTER DAN PENGENALAN BUDAYA PADA ANAK MELALAUI OLAHRAGA TRADISIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
MEMBENTUK KARAKTER ANAK DENGAN OLAHRAGA TRADISIONAL. Zen Fadli *

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sendi Fauzi Giwangsa, 2015

MEMBANGUN KARAKTER ANAK MELALUI PERMAINAN ANAK TRADISIONAL. Haerani Nur FP Universitas Negeri Makassar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai di dalam Tugas Akhir ini adalah membuat sebuah

Melatih Motorik Anak dengan beragam Permainan Tradisional

PERANAN PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DALAM PENGEMBANGAN ASPEK MOTORIK DAN KOGNITIF ANAK TK PILANGSARI I GESI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi hingga kelahiran menjadi seorang bayi, tumbuh menjadi anak-anak,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salina Mayo Safitri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Bermain berasal dari kata dasar main, yakni merupakan sebuah hiburan atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam permainan tradisional lompat tali ialah permainan yang

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai bentuk permainan pada manusia yang terus berkembang, pada

PERMAINAN TRADISIOANAL. A. Sasaran Belajar 1. Sebagai wahana pendidikan 2. Per. tradisional sebagai bahan ajar Penjas

MENINGKATKAN KOMPETENSI SOSIAL MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepuasan yang tinggi pula terhadap aktivitas belajar (Chang, 2012), sehingga apa pun yang

2015 PENERAPAN NILAI-NILAI PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembelajaran yang optimal menuju tujuan yang diharapkan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses belajar mengajar adalah suatu hal penting yang menjadi kunci

Aan Budi Santoso Ninda Beni Asfury ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. disetiap kalangan umumnya. Sekarang ini banyak kita jumpai warung internet

BAB I PENDAHULUAN. lihat di kota-kota besar, tidak terkecuali juga kota-kota kecil, banyak sekali game

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha SMARATUNGGA Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena tentang maraknya perilaku-perilaku yang negatif pada anakanak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Pendidikan bagi anak usia dini bukan sekedar meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi. Hal itu juga membuat kemajuan yang cukup signifikan. pengaruh sangat besar dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pada aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 KAULINAN BUDAK SEBAGAI BAHAN AJAR UNTUK MENSTIMULUS MINAT TARI SISWA DI SD LABSCHOOL UPI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing individu. Karakter yang dimunculkan pada tiap individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Khaidir Yusup, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

Indonesia yang Berbudaya Gobak Sodor, Gasing, Congklak Apa Kabar Permainan Tradisional Indonesia?

Biya Ebi Praheto Mahasiswa S3 Pendidikan Bahasa Indonesia UNS Dosen Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa anak merupakan masa keemasan atau sering disebut masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. macam skenario kegiatan pembelajran di kelas. Pembelajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN. didik kurang inovatif dan kreatif. (Kunandar, 2007: 1)

IDEN WILDENSYAH BERMAIN BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain mampu merumuskan tujuan pendidikan yang berisikan

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala perubahan yang terjadi pada anak yang meliputi seluruh perubahan, baik

BAB I PENDAHULUAN. dan moral ini merupakan dampak negatif dari proses globalisasi yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan. Nasional, yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mendorong, mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UPI Kampus Serang Yeni, 2016

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sosial dan kebijakan sosial muncul sebagai konsep. baru yang mewarnai konstalasi paradigma pembangunan sebelumnya yang

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden age)

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peserta didik merupakan aset suatu negara yang nantinya akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat transisi, yaitu dari masyarakat agraris menjadi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memberikan contoh hal-hal yang baik dan positif. Penanaman karakter yang

kehidupan anak. Dharmamulya (dalam Ariani, 1998, hlm.2) menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. lebih nikmat, lebih cepat, dan lebih lancar karenanya. Dengan kemajuan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

SEPAK BOLA EGRANG. Arif Rohman Hakim, S.Or,. M.Pd 1 dan Slamet Santoso, M.Pd 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan sebuah harapan bersama yang didalamnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ahmad Fajar, 2014

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),

15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. patriotisme, dan ciri khas yang menarik (karakter) dari individu dan masyarakat bangsa

2014 PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP KERJASAMA DAN KEMAMPUAN FISIK PADA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL

PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN-PERMAINAN EDUKATIF

Transkripsi:

PEMBENTUKAN KARAKTER DAN PENGENALAN BUDAYA PADA ANAK MELALAUI OLAHRAGA TRADISIONAL 1 Azwar Lubis, 2 Novita Universitas Negeri Medan, Medan, Indonesia E-mail: azwarlubis15@gmail.com, novipko@gmail.com Abstrak Maraknya kelakuan ramaja khusunya pelajar akhir-akhir ini menjadi perhatian serius bagi semua kalangan tidak terkecuali orang tua. Hal ini tidak terlepas dari zaman yang semakin modern sementara banyak pelajar yang tidak siap menerima perubahan tersebut. Contoh yang bisa kita lihat adalah ketika anak terpengaruh pada permainan game yang disajikan di hp maupun warnet-warnet yang bisa dimainkan secara online. Pengaruh dari game online yang sangat luar biasa menyebabkan anak kecanduan sehingga mereka sering lupa diri akan kewajiban dan tanggung jawab mereka sebagai pelajar. Kurangnya pengawasan dan kepedulian orang tua terhadap anak menjadikan masalah ini semakin besar. Dimana kita lihat akibat kecanduan banyak anak-anak sekolah yang terjaring razia dikarenakan bolos sekolah hanya gara-gara ingin bermain game di warnet. Hal ini jelas akan sangat berpengaruh terhadap karakter anak. Tentunya permasalah tersebut tidak boleh dibiarkan. Kita harus mencari solusi yang pas utnuk menangani permasalahan tersebut. Mengenalkan olahraga tradisional kepada anak diharapkan bisa menjadi solusi untuk membangun kembali karakter anak melalui permainan tersebut. Selain sebagai wadah untuk mengenalkan budaya nilai-nilai yang terkandung di dalam olahraga tradisional sangat cocok untuk diajarkan kepada anak. Kata Kunci : Karakter, Budaya, Anak, Olahraga Tradisional Pendahuluan Permasalahan dikalangan remaja khususnya pelajar pada saat ini sudah sangat menghawatirkan, hal ini tidak terlepas dari zaman yang semakin canggih dan modern, sementara itu banyak pelajar yang belum siap untuk menerima perubahan tersebut. Dengan kecanggihan teknologi tersebut tidak sedikit pelajar yang menyalah gunakan teknologi untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Salah satu kecanggihan teknologi yang sangat jelas kita lihat adalah banyaknya game-game yang bisa di download dan dimainkan oleh siapapun tidak terkecuali anak-anak. Contoh nyata yang sekarang bisa kita lihat adalah kegemaran anak dalam bermain game, dan orang tua sudah tidak berfikir panjang lagi untuk menyuguhkan game yang praktis pada anak. Kebiasaan anak dalam bermain game, tanpa kita sadari dapat membuat ketagihan. Hal yang lebih parah adalah di saat orang tua menjadikan game yang ada di hp serta sebagai alternative untuk dapat menenangkan anak ketika mereka rewel. Selain itu hp, gadget sudah dijadikan sebagai pengukur tingkat sosialita 12

anak. Game online, playstation, ninetendo, hingga gadget yang makin popular dikalangan anak-anak dan orang tua tanpa disadari dapat menjadikan anak memiliki pribadi yang tertutup dan tidak peka terhadap lingkungan sekitar sehingga menjadikan anak seorang yang individualis. Kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak dalam memanfaatkan teknologi dikhawatirkan akan lebih banyak memberikan dampak negatif terhadap anak. Kesan modern ternyata tidak selamanya berdampak positif. Fenomena yang terjadi akhir-akhir ini, permainan digital berdampak buruk pada anak. Di berbagai media baik cetak maupun elektronik saat ini, marak diberitakan tentang berbagai dampak permainan digital pada anak, khususnya games online. Anak yang bermain games online tanpa adanya kontrol, khususnya dari orang tua, cenderung mengalami kecanduan. Akibatnya, sebagian besar waktu anak digunakan untuk bermain games online. Fenomena ini terjadi hampir diseluruh kota-kota besar di Indonesia, dimana pada saat pembelajaran berlangsung banyak sekali kita perhatikan anakanak yang seharusnya menghabiskan waktunya di bangku sekolah mereka malah bolos hanya untuk bisa bermain game di warnet. Apabila hal ini terus dibiarkan tanpa ada pengawasan bukan tidak mungkin karakter generasi dan bahkan pendidikan kita akan hancur. Dilansir dari Tribun News pada tanggal 26 Juli 2018 tentang data pelajar yang membolos sekolah gara-gara ingin bermain game online di Depok berjumlah 19 orang. Sementara Razia yang dilakukan oleh Satpol-PP di Kota Medan pada tanggal 24 Januari 2018 (sumber: Tribun Medan) menjaring 27 pelajar dari dalam warnet. Siswa yang di razia tersebut mulai dari siswa Sekolah Dasar (SD) hingga Siswa Menengah Atas (SMA). Jika kita lihat kedua angka tersebut jumlah pelajar yang terjaring razia sangatlah menghawatirkan karena razia hanya dilakukan di beberapa warnet saja. Dikutip dari jurnal Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 1, Februari 2013 yang dilansir oleh Tempo.com (2/7/2012) tentang Dian Sasmita, Koordinator Yayasan Sahabat Kapas yang menyatakan bahwa kecanduan anakanak pada game online sudah seperti kecanduan seseorang kepada narkotika, karena ketika ingin bermain dan tidak punya uang, anak akan melakukan segala cara, termasuk berbuat tindakan kriminal. Berdasarkan data dari yayasannya, dalam enam bulan terakhir ini, di Surakarta ada tujuh anak yang melakukan pencurian demi bisa bermain game online (http://tempo.-com, diakses tanggal 24 September 2012). Tentunya permasalahan di atas tidak boleh kita biarkan dan harus menjadi tanggung jawab bersama. Dalam hal ini orang tua juga harus jeli memperhatikan mana yang terbaik untuk anaknya. Jangan karena orang tua tidak mau repot malah lebih menuruti kemauan anak tanpa memikirkan dampak yang akan ditimbulkan dikemudian hari. Sifat yang demikian akan membentuk karakter yang tidak baik dan tidak dianjurkan untuk diajarkan secara berlebihan dari lingkungan keluarga maupun lingkungan pendidikan. Dari data di atas bisa kita lihat bahwasanya begitu besar pengaruh karakter yang tidak ditanamkan dari kecil, sehingga terbangun karakter yang tidak baik dan 13

membahayakan terhadap perkembangan kejiwaan sesorang anak. Itu terlihat dengan karakter pelajar yang sudah semakin rusak. Apabila hal tersebut terus dibiarkan karakter anak pun akan semakin menurun. Tentunya kita harus mencari solusi untuk mengatasi permasalah tersebut. Dalam hal ini untuk mengatasi permasalahan di atas kita tidak boleh melupakan yang namanya permainan tradisional. Permainan tradisional kita ketahui bersama sudah sejak lama dimainkan di Indonesia. Jika kita perhatikan sangat banya sekali nilai-nilai yang bisa diajarkan kepada anak melalui permainan tersebut seperti kerjasama, kejujuran, disiplin, tanggung jawab dan yang terpenting anak bisa mengembangkan sosialisasi mereka terhadap orang lain Hasil penelitian Kurniati (2011) menunjukkan bahwa permainan anak tradisional dapat mestimulasi anak dalam mengembangkan kerjasama, membantu anak menyesuaikan diri, saling berinteraksi secara positif, dapat mengkondisikan anak dalam mengontrol diri, mengembangkan sikap empati terhadap teman, menaati aturan, serta menghargai orang lain. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa permainan tradisional dapat memberikan dampak yang sangat baik dalam membantu mengembangkan keterampilan emosi dan sosial anak. Berdasarkan uraian di atas, pelestarian permainan tradisional penting untuk dilakukan dengan cara memperkenalkan dan memainkan permainan tradisional bersama anak, disertai dengan upaya penyadaran kepada pihak-pihak terkait khususnya orang tua akan bahaya games. Orang tua adalah pihak yang memiliki peran penting terkait dengan masalah kecanduan games online pada anak karena orang tua adalah pihak yang paling dekat dan paling bertanggung jawab terhadap anak, yang seharusnya memiliki waktu paling banyak bersama anak dengan perhatian dan kasih sayangnya. Selain untuk pembentukan karakter pengenalan permainan tradisional tersebut diharapkan bisa mengenalkan budaya-budaya yang ada di Indonesia. Sehingga walaupun zaman terus berkembang pengetahuan anak tentang budaya terus akan berkembang. Melihat fenomena di atas, jika terus dibiarkan bukan tidak mungkin kepedulian anak-anak untuk mengenal budaya akan terus menurun. Kehawatiran ini tentunya harus dipikirkan sejak dini. Jangan sampai generasi muda kita nantinya sama sekali tidak perduli dengan kekayaan budaya yang kita miliki. Karakter Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010) Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Karakter berarti tabiat atau kepribadian seseorang. Coon Zubaedi (2011) mendefinisikan karakter sebagai suatu penilaian subjektif terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan dengan atribut kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima masyarakat. Karakter merupakan keseluruhan kodrati dan disposisi yang telah dikuasai secara stabil yang mendifinisikan seseorang individu dalam 14

keseluruhan tata perilaku psikisnya yang menjadikan tipikal dalam cara berfikir dan bertindak. Zainal dan Sujak (2011) menyatakan karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (bahaviors), motivasi (motivation), dan ketrampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark atau menandai dan memfokuskan bagimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Menurut Megawangi dalam buku Darmiyati (2004) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai Sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif pada lingkungannya. Dari defensi-defenisi di atas dapat di simpulkan bahwa karakter merupakan sebuah sikap yang dimiliki masing-masing orang dan kemampuan mereka untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam hal pengambilan keputusan dan kebijakan. Nilai-Nilai Karakter Untuk Siswa Nilai-nilai karakter yang dijadikan sekolah sebagai nilai-nilai utama yang diambil/disarikan dari butir-butir standar kompetensi lulusan dan mata pelajaran yang ditargetkan untuk diinternalisasi oleh peserta didik. Tim Pendidikan Karakter Kemendiknas (2010) nilai-nilai tersebut antara lain: a. Nilai karakter dalam hubungan dengan Tuhan (religius). Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ajaran agamanya. b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri. 1. Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain. 2. Bertanggung jawab: Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME. 3. Bergaya hidup sehat: Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. 4. Disiplin: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5. Kerja keras: Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya. 6. Percaya diri: Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan 15

Budaya atau Kebudayaan Menurut E.B. Tylor dalam bukunya yang berjudul primitive culture bahwa kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan lain, serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai angota masyarakat. Pada sisi yang agak berbeda, Koentjaningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatnya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupanya dengan cara belajar yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Jadi, kebudayaan adalah kebudayaan manusia. Hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan. Kata Budaya berasal dari Bahasa Sansekerta Buddhayah, yakni bentuk jamak dari Budhi (akal). Jadi, budaya adalah segala hal yang bersangkutan dengan akal. Selain itu kata budaya juga berarti budi dan daya atau daya dari budi. Jadi budaya adalah segala daya dari budi, yakni cipta, rasa dan karsa. Menurut Malinowski yang terkenal sebagai salah satu pelopor teori fungsional dalam antropologi,menyebut unsur unsur pokok kebudayaan sebagai berikut : a. Sistem normal yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masayarakat didalam upaya menguasai alam sekelilingnya. b. Organisasi ekonomi c. Alat alat dan lembaga atau petugas pendidikan :perlu di ingat bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama d. Organisasi Hakekat kebudayaan dibagi menjadi empat bagian, yaitu : a. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan melalui perilaku manusia. b. Kebudayaan sudah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu,dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan. c. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingkah lakunya Hakekat kebudayaan dibagi menjadi empat bagian, yaitu : a. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan melalui perilaku manusia. b. Kebudayaan sudah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu,dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan. b. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingkah lakunya Membangun Karakter Anak Melalui Permainan Tradisional Menurut Sukirman (2004), permainan tradisional anak merupakan unsur kebudayaan, karena mampu memberi pengaruh terhadap perkembangan kejiwaan, 16

sifat, dan kehidupan sosial anak. Permainan tradisional anak ini juga dianggap salah satu unsur kebudayaan yang member ciri khas pada satu kebudayaan tertentu. Oleh karena itu, permainan tardisional merupakan aset budaya, yaitu modal bagi suatu masyarakat untukmempertahankan eksistensi dan identitasnya di tengah masyarakat lain. Permainan tradisonal bisa bertahan atau dipertahankan karena padaumumnya mengandung unsur-unsur budaya dan nilai-nilai moral yang tinggi, seperti: kejujuran, kecakapan, solidaritas, kesatuan dan persatuan, keterampilan dan keberanian. Sehingga, dapat pula dikatakan bahwa permainan tradisional dapat dijadikan alat pembinaan nilai budaya pembangunan kebudayaan nasional Indonesia. Depdikbud (1996). Permainan tradisional sesungguhnya sama tuanya dengan usia kebudayaan kita. Mereka adalah bagian yang tak terpisahkan dari kebudayaan tersebut. Indonesia yang sangat kaya dengan berbagai budaya peninggalan leluhur sangat kaya dengan ragam permainan tradisional. Permainan tradisional mengajarkan anak untuk berkreasi. Pada beberapa macam permainan dibutuhkan sarana dan prasarana pendukung, sehingga anak didorong untuk kreatif menciptakan alat-alat permainan tersebut seperti egrang dari bambu, mobil-mobilan dari kulit jeruk. Permainan tradisional juga mengajarkan nilai-nilai kerja sama sportifitas, kejujuran dan kreatifitas. Permainan yang dilakukan secara berkelompok mengajarkan anak-anak untuk bersosialisasi dan menjalin kerja sama di antara teman. Sementara game-game modern tidak mengajarkan hal-hal tersebut. Permainan modern berbasis computer membuat anak cenderung asocial karena memang cukup dimainkan seorang diri di depan computer. Belum lagi beberapa permainan yang terkadang mengandung muatan negatif, seperti unsur-unsur kekerasan dan sadisme juga pornografi. Dari segi kesehatan, disinyalir duduk berjam-jam di depan computer juga dipercaya mampu menyebabkan obesitas pada anak. Rogers & Sawyer s, Iswinarti (2010) mengemukakan bahwa hingga pada anak usia sekolah bermain bagi anak memiliki arti yang sangat penting. Adapun nilai-ni-lai penting dalam bermain bagi anak, yaitu sebagai berikut: Meningkatkan kemampuan problem solving pada anak. Menstimulasi perkembangan bahasa dan kemampuan verbal. Mengembangkan keterampilan sosial. Merupakan wadah pengekspresian emosi. Mutiah (2010) juga mengemuka-kan bahwa permainan dan bermain memi-liki banyak fungsi bagi anak, khususnya da-lam menstimulasi tumbuh-kembang, fungsi yang dimaksud antara lain seperti berikut: Permainan sebagai sarana menumbuhkan kemampuan sosialisasi pada anak. Bermain memungkinkan anak untuk ber-interaksi dengan lingkungan sosialnya yang dapat mengajarkan anak untuk mengenal dan menghargai orang lain. Eliasa (2012) juga mengemukakan bah-wa bermain juga dapat mengajari anak mengurangi egosentrisnya karena berusaha bersaing dengan jujur, sportif. 17

Misbach (2006) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa permainan tradisional dapat menstimulasi berbagai aspek perkembangan anak yang dapat meliputi hal-hal sebagai berikut: Aspek motorik dengan melatih daya tahan, daya lentur, sensorimotorik, motorik kasar, dan motorik halus. Aspek kognitif dengan mengembangkan imaginasi, kreativitas, problem solving, strategi, kemampuan antisipatif, dan pe-mahaman kontekstual. Aspek emosi dengan menjadi media katarsis emosional, dapat mengasah empati dan pengendalian diri. Aspek bahasa berupa pemahaman konsep-konsep nilai. Aspek sosial dengan mengkondisikan anak agar dapat menjalin relasi, bekerja-sama, melatih kematangan sosial dengan teman sebaya dan meletakkan pondasi untuk melatih keterampilan sosialisasi dengan berlatih peran dengan orang yang lebih dewasa dan masyarakat secara umum. Aspek spiritual, permainan tradisonal dapat membawa anak untuk menyadari keterhubungan dengan sesuatu yang bersifat Agung (transcendental). Aspek ekologis dengan memfasilitasi anak untuk dapat memahami pemanfaatan elemen-elemen alam sekitar secara bijaksana. Aspek nilai-nilai/moral dengan memfasilitasi anak untuk dapat menghayati nilai-nilai moral yang diwariskan dari generasi terdahulu kepada generasi selanjutnya. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Iswinarti (2010) pada 30 anak usia Sekolah Dasar kelas III dan IV di Kabupaten Malang menunjukkan bahwa permainan tradisional Engklek memiliki nilai-nilai terapiutik dan bermanfaat dalam mengatasi permasalahan anak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai-nilai terapuji yang terkandung dalam permainan tradisional Engklek meliputi hal-hal berikut: Nilai deteksi dini untuk mengetahui anak yang mempunyai masalah. Nilai untuk perkembangan fisik yang baik. Aktivitas fisik meliputi kegiatan untuk berolah raga, meningkatkan koor-dinasi dan keseimbangan tubuh, dan mengembangkan keterampilan dalam pertumbuhan anak. Nilai untuk kesehatan mental yang baik, yaitu: membantu anak untuk mengko-munikasikan perasaannya secara efektif dengan cara yang alami, mengurangi kecemasan, pengendalian diri, pelatihan konsentrasi. Nilai problem solving, anak belajar memecahkan masalah sehingga kemampuan tersebut bisa ditransfer dalam kehidupan nyata. Nilai sosial, anak belajar ketrampilan sosial yang akan berguna untuk bekal dalam kehidupan nyata. Sebagaimana kita ketahui Indonesia mempunyai banyak sekali permainan tradisional, di setiap daerah pasti mempunyai permainan tradisional. Begitu banyaknya permainan tradisional di Indonesia dan begitu banyaknya manfaat yang dapat diambil dari permainan-permainan tersebut. Berikut beberapa macam permainan tradisional Indonesia yaitu: 18

1. Congklak: Manfaat bermain congklak: melatih kemampuan manipulasi motorik halus, melatih konsentrasi, mendidik sifat sportifitas anak, melatih kemampuan mengatur strategi, sarana belajar berhitung, melatih koordinasi 2 sisi tubuh. 2. Galah Asin (Gobak Sodor): Galah Asin atau di daerah lain disebut Galasin atau Gobak Sodor adalah sejenis permainan daerah dari Indonesia yang saat ini masih dapat kita jumpai dimainkan anak-anak SD. Permainan ini adalah sebuah permainan grup yang terdiri dari dua grup, di mana masing-masing tim terdiri dari 3-5 orang. Inti permainannya adalah menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan. 3. Kelereng: Kelereng (atau dalam bahasa Jawa disebut nèkeran) adalah mainan kecil berbentuk bulat yang terbuat dari kaca, tanah liat, atau agate. Ukuran kelereng sangat bermacam-macam. Umumnya ½ inci (1.25 cm) dari ujung ke ujung. Kelereng dapat dimainkan sebagai permainan anak, dan kadang dikoleksi, untuk tujuan nostalgia dan warnanya yang estetik. Manfaat bermain kelereng adalah sebagai berikut: a. Mengatur Emosi b. Melatih Kemampuan Motorik c. Melatih Kemampuan Berfikir (Kognitif) d. Kemampuan Berkompetensi e. Kemampuan Sosial f. Bersikap Jujur 4. Kejar-Kejaran: Walaupun jenis permainan ini banyak di temukan di berbagai daerah di Indonesia dengan berbagai perbedaan masing-masing daerah namun inti permainan ini tetaplah sama yaitu kejar-kejaran, yang menang berlari agar tidak tertangkap oleh pengejar yang kalah dalam hompipa dengan berbagai cara. Nilai-nilai dan makna yang terkandung: Nilai keberanian: Permainan ini mengajarkan bahwa para pemain harus berani mengambil resiko. Begitu juga hidup pasti harus mengambil keputusan. Nilai pendidikan: mengajarkan cara-cara berpikir keluar dari kondisi dan situasi, mengajarkan cara berpikir dalam situasi yang terjempit. Nilai sosial: pemain akan saling membantu apabila ada pemain lainya yang menjadi patung, dengan cara membebaskannya. Fungsi permainan ini diantaranya: Menghibur diri Membentuk kreatifitas Melatih fisik, dan Melatih ketangkasan. 5. Lompat Tali: Permainan lompat tali adalah permainan yang menyerupai tali yang disusun dari karet gelang, ini merupakan permainan yang terbilang sangat populer sekitar tahun 70-an sampai 80-an, menjadi favorit saat keluar main di sekolah dan setelah mandi sore di rumah. Sederhana tapi bermanfaat, bisa dijadikan sarana bermain sekaligus olahraga. Manfaat lompat tali: Motorik Kasar 19

Emosi Ketelitian dan Akurasi Sosialisasi Intelektual Moral 6. Ular Naga: Permainan ini dimainkan secara berkelompok dua orang anak menjaga gerbang dan sisanya membentuk barisan seperti ular. Sambil menyanyikan lagu kelompok yang membentuk barisan seperti ular berputar sambil melewati terowongan atau gerbang yang dijaga dua orang tersebut, dan ketika lagunya habis dua penjaga gerbang menangkap salah satu anak untuk dijadikan penjaga berikutnya, dan si anak tersebut memilih untuk ditempatkan di salah satu gerbang dan seterusnya. Pembahasan Berdasarkan teori dan uraian di atas, bahwa permainan tradisional memang berbeda dengan permainan digital. Tidak hanya dari kesan yang ditimbulkannya, tetapi juga dari makna dan penga-ruhnya pada anak-anak Indonesia. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa pemilih-an permainan dalam hal ini apakah permainan digital yang kesannya modern dan canggih, tetapi berdampak buruk atau permainan tradisional yang kesannya kam-pungan dan ketinggalan zaman, tetapi berdampak baik akan menentukan karakter yang tercipta pada anak-anak Indonesia, generasi penerus dan harapan bangsa. Olahraga tradisional sangat cocok diterapkan untuk anak sebagai media pembentuk karakter dan sekaligus pengenalan budaya yang ada di Indonesia. Pada hakekatnya permainan tradisional dimainkan secara berkelompok, hal ini dapat membentuk karakter anak yang berjiwa sosial. Selain beberapa contoh yang telah disebutkan di atas masih banyak lagi macam-macam permainan tradisional di Indonesia lainnya yang harus kita jaga dan kita lestarikan. Selain menyenangkan olahraga tradisional juga membawa kegembiraan untuk anak, yang tanpa mereka sadari jika mereka sudah diajarkan bagaimana untuk disiplin, bekerja sama, menghargai kawan, tanggung jawab dan masih banyak lagi. Kesimpulan Dengan kembali dikenalkannya olahraga tradisional diharapkan karakter anak terus tertanam. Karakter tersebut tanpa disadari akan terbentuk ketika anak bermain. Contoh kecilnya ketika bisa kita lihat ketika anak bermain congklak dimana ketika ia membagi batu kelobang-lobang tersebut kalau anak tidak jujur bisa saja anak tersebut membohongi kawannya. Namun disinilah uniknya permainan tradisional ini ketika kita bermain kita akan sangat merasa bersalah ketika kita ingin melakukan kecurangan. Dengan demikian walaupun sudah banyak permainan-permainan modern yang lebih praktis diharapkan permainan tradisional diharapkan menjadi media untuk pembentukan karakter anak kedepannya. Selain itu pentingnya kepedulian orang tua terhadap anak menjadi salah satu faktor penting untuk menyelamatkan karakter anak. Jika orang tua lebih 20

mengikutkan kemauan anak disinilah awal mula rusaknya karakter anak terjadi. Karena tanpa disadari anak akan mulai menjadi anak yang individualis dan tidak peka terhadap lingkungannya. Sehingga untuk berinteraksi dengan sesamanya pun anak akan merasa malas dan memilih cuek dengan orang disekitarnya. Melalui olahraga tradisional ini juga diharapkan anak lebih mengenal kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga wawasan anak akan budaya yang benar-benar dapat dijadikan anak sebagai momentum mengembangkan ide-ide kreatif dan inovatif sehingga akan terwujud generasi-genarasi emas yang siap memajukan Indonesia khususnya dalam bidang pendidikan Daftar Pustaka Dahramamulya, Sukirman, 2005. Permainan Tradisional Jawa, Purwanggan: Keppel Press. Departemen Pendidikan Nasional, 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Edisi ke-3. Jakarta: Balai Pustaka. Kurniati, E, 2011. Program Bimbingan untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak Melalui Permainan Tradisional. Surakarta: Skripsi Universitas Mu-hammadiyah Surakarta Tidak diter-bitkan. 21