BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya hidup sehat bagi setiap penduduk. Salah satu bentuk pokok pelayanan kesehatan adalah puskesmas yang merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan tingkat pertama. Karena jangkauan pelayanan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dari Puskesmas masih terbatas, diharapkan posyandu dapat merupakan perpanjangan jangkauan pelayanan puskesmas (Budioro, 2000). Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam hidup sehat maka salah satu usaha pemerintah adalah meningkatkan peran serta aktif masyarakat dalam pembangunan. Bentuk dari partisipasi itu adalah posyandu, yang bertujuan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan serta status gizi balita. Dimana balita merupakan salah satu sasaran dari posyandu. Posyandu merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan dukungan dari petugas kesehatan pada tingkat puskesmas dan kegiatan ini umumnya dilaksanakan satu kali dalam satu bulan. Posyandu meliputi 5 program prioritas yaitu : Keluarga Berencana, KIA, Perbaikan Gizi, Imunisasi, dan Penanggulangan Diare. Dalam pelaksanaan posyandu digunakan sistem 5 meja dimana 4 meja dikelola oleh kader dan 1 meja oleh petugas puskesmas (Depkes, 1985). Kunjungan balita ke posyandu adalah datangnya balita ke posyandu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan seperti penimbangan, imunisasi,
2 penyuluhan gizi, dan lain sebagainya. Kunjungan balita yang paling baik adalah secara teratur setiap bulannya. Dalam hal ini kunjungan balita sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur balita, jumlah anak dalam keluarga, status pekerjaan ibu, dan jarak tempat tinggal dengan posyandu. Sehingga dapat diidentifikasikan bahwa balita yang berumur 12-35 bulan sangat berpengaruh terhadap kunjungan, kesenjangannya walaupun balita berumur 12-35 bulan ada juga yang tidak datang ke posyandu. Semakin besar jumlah anak dalam keluarga semakin sulit ibu mengatur waktu untuk hadir ke posyandu, kesenjangannya walaupun anaknya banyak tetapi ibu tetap hadir ke posyandu. Pada ibu yang bekerja maka waktu untuk berpartisipasi ke posyandu kurang, kesenjangannya walaupun ibu harus bekerja tetapi masih meluangkan waktu datang ke posyandu. Semakin jauh tempat tinggal dengan posyandu maka partisipasi ke posyandu juga kurang, kesenjangannya walaupun jaraknya jauh tetapi ada juga yang datang ke posyandu. Dilihat dari fenomena akhir-akhir ini banyak bermunculan penyakit seperti polio, campak dan gizi buruk. Oleh karena itu dapat diasumsikan bahwa betapa pentingnya posyandu di masyarakat. Sehingga apabila balita tidak dibawa ke posyandu dapat berdampak buruk bagi perkembangan kesehatan balita tersebut, selain itu juga dikhawatirkan alih informasi tentang kesehatan tidak mencapai sasaran dan tujuan. Sehingga untuk merubah pola perilaku hidup sehat bagi masyarakat sulit tercapai (Effendy, 1998). Menurut laporan Dinas Kesehatan Kota Semarang, jumlah posyandu di Kota Semarang pada tahun 2006 ada 1.409 posyandu namun pada
3 pelaksanaannya hanya 1.401 posyandu yang aktif (99,43%). Sedangkan jumlah balita 1-5 tahun ada 121.215 balita, yang datang ke posyandu ada 97.971 balita (80,82 %) (DKK Semarang, 2007). Di kelurahan Kalipancur terdapat 11 Rw dan 11 posyandu dengan jumlah balita 1-5 tahun ada 1.028 balita. Berdasarkan interview dengan salah satu kader menyebutkan bahwa di kelurahan Kalipancur ternyata Rw.01 yang paling baik pelaksanaan posyandunya, hal ini didukung dengan adanya perolehan juara I pada lomba balita sehat tingkat kelurahan Kalipancur. Selain itu juga dapat dilihat dengan adanya penurunan jumlah balita (1-5 tahun) dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 tercatat ada 276 balita, tahun 2006 tercatat ada 197 balita (71,38%) dan pada bulan Januari 2007 tercatat sejumlah 136 balita (69,04%) sedangkan yang menimbang ke posyandu tiap bulan rata-rata ada 65 balita (47,79%). Berdasarkan fenomena di atas peneliti ingin meneliti pemanfaatan posyandu oleh masyarakat. Dalam hal ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu di wilayah Rw.01 Kelurahan Kalipancur, Kecamatan Ngaliyan Semarang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat dibuat perumusan masalah yaitu : Faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu di wilayah Rw.01 Kelurahan Kalipancur, Kecamatan Ngaliyan Semarang?.
4 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu di wilayah Rw.01 Kelurahan Kalipancur Kecamatan Ngaliyan Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Identifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu : umur balita, jumlah anak dalam keluarga, status pekerjaan ibu, jarak antara tempat tinggal dengan posyandu b. Mengetahui hubungan antara umur balita dengan kunjungan balita ke posyandu c. Mengetahui hubungan antara jumlah anak dalam keluarga dengan kunjungan balita ke posyandu d. Mengetahui hubungan antara status pekerjaan ibu dengan kunjungan balita ke posyandu e. Mengetahui hubungan antara jarak tempat tinggal dengan kunjungan balita ke posyandu
5 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menemukan masalah yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu sehingga pelaksanaan posyandu dapat dilaksanakan secara optimal. 2. Bagi masyarakat Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya meningkatkan kunjungan balita ke posyandu serta menambah wawasan dan pengetahuan tentang pemanfaatan posyandu. 3. Bagi penelitian lanjut Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan kunjungan balita ke posyandu. 4. Bagi institusi pendidikan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi serta menambah wawasan bagi mahasiswa khususnya bidang keperawatan dalam memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu. E. Bidang Ilmu Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu Keperawatan Komunitas.