BAB 1 PENDAHULUAN. badan dunia, seperti World Health Organization (WHO) maupun para ahli

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat. menyerang anak dibawah usia lima tahun (Widodo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sehingga berkontribusi besar pada mortalitas Balita (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dari 17 program pokok pembangunan kesehatan adalah program

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010).

BAB 1 : PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan kesehatan tersebut difokuskan pada usaha promotif dan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bebas dari penyakit cacar oleh WHO sejak tahun 1974.

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan tentang imunisasi sangat penting untuk ibu, terutama ibu

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB 1 PENDAHULUAN. serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap status gizi anak. upaya kesehatan masyarakat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. imunisasi antara lain untuk menurunkan kesakitan dan kematian akibat penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Anak balita adalah anak yang berusia dibawah 5 tahun. Balita usia 1-5

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development

DEA YANDOFA BP

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9

BAB I PENDAHULUAN. tujuan utama dari pemberian vaksinasi. Pada hakekatnya kekebalan tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Balita (AKBA) di Indonesia telah menurun, dimana rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. mencegah tubuh dari penularan penyakit infeksi. Penyakit infeksi. adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN), salah satu indikator kerjanya ditinjau dari angka

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat nasional cukup kuat. Hal ini dirumuskan dalam Undang-Undang No.17

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun menunjukkan adanya penurunan Angka Kematian Balita (AKABA) dibandingkan

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB I PENDAHULUAN. ini mencakup 1,4 juta anak balita yang meninggal. Program Pengembangan

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mempersiapkannya diperlukan anak-anak Indonesia yang sehat baik fisik

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. Program kesehatan di Indonesia periode adalah Program

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kesehatan nasional (Budioro. B, 2010). Dalam lingkup pelayanan

Sagacious Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial Vol. 3 No. 2 Januari-Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. di paru-paru yang sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak (Bindler dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi pada anak pra sekolah akan menimbulkan. perbaikan status gizi (Santoso dan Lies, 2004: 88).

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

BAB 1 : PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kualitas hidup yang lebih baik pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban

BAB I PENDAHULUAN. tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Lienda Wati, FKM UI, 2009 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehat, cerdas dan produktif. Pencapaian pembangunan manusia yang diukur

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

Angka kematian bayi dan anak merupakan salah satu indikator penting yang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. atau calon ibu merupakan kelompok rawan, karena membutuhkan gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat sepanjang tahun. Di dunia diperkirakan setiap tahun terdapat 30 juta

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. (1)

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menurunkan prevalensi kurang gizi sesuai Deklarasi World Food Summit 1996

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Developments Program), Indonesia menempati urutan ke 111

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. golongan usia memiliki resiko tinggi terserang penyakit-penyakit menular

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak menjadi salah satu penyakit infeksi masih menjadi masalah bukan

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, imunisasi merupakan andalan program kesehatan, diatur oleh negara dalam hal ini oleh Departemen Kesehatan. Dalam pelaksanaannya selain oleh unit-unit pelayanan kesehatan pemerintah, pelayanan imunisasi juga dilakukan oleh swasta dan masyarakat dengan keterpaduan dan kebersamaan antara berbagai pihak. Pemerintah dan tentu saja berdasarkan analisa para ahli dari badan dunia, seperti World Health Organization (WHO) maupun para ahli nasional menetapkan sasaran jumlah penerima imunisasi, kelompok umur, serta tata cara bagaimana memberikan vaksin kepada anak-anak atau kelompok umur penerima vaksin lainnya. Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit, dengan memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan. Dengan memasukkan kuman atau bibit penyakit tersebut diharapkan tubuh dapat menghasilkan Antibody yang pada akhirnya nanti yang digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh (Hanum, 2015). Imunisasi yang wajib diperoleh anak adalah imunisasi dasar. Imunisasi ini harus diperoleh anak sebelum usia 12 bulan. Usia 12 bulan merupakan usia dimana seorang anak harus sudah mendapatkan lima macam imunisasi dasar yaitu BCG, DPT 1,2,3, Polio 0,1,2,3, Hepatitis B 1,2,3, dan Campak. Kelengkapan imunisasi dapat mencegah berbagai penyakit infeksi pada anak batita, selain itu 1

2 dapat pula meningkatkan status gizi pada anak batita. Status gizi anak batita bisa dipengaruhi oleh penyakit infeksi yang diderita anak, pemberian ASI pada anak, dimana ASI mengandung closterum yang baik bagi imunitas anak serta pola makan anak batita yang dapat memengaruhi status gizi anak batita. Pada tahun 2007, 18,4% balita di Indonesia mengalami gangguan gizi kurang dan pada tahun 2010 menunjukan prevalensi gizi kurang di Indonesia adalah 17,9% yang terdiri dari 4,9% gizi buruk dan 13,0% gizi kurang (Riskesdas, 2013). Masih tingginya prevalensi gizi buruk-kurang tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan imunisasi di Indonesia belum memadai, termasuk dalam hal ini cakupan imunisasi berbagai daerah diseluruh pelosok tanah air masih belum maksimal. Cakupan imunisasi lengkap pada anak umur 12-23 bulan, yang merupakan gabungan dari satu kali imunisasi HB-0, satu kali BCG, tiga kali DPT-HB, empat kali polio, dan satu kali imunisasi campak. Cakupan imunisasi lengkap cenderung meningkat dari tahun 2007 (41,6%), 2010 (53,8), dan 2013 (59,2%). Berdasarkan jenis imunisasi persentase tertinggi adalah BCG (87,6%) dan terendah adalah DPT-HB3 (75,6%). Papua mempunyai cakupan imunisasi terendah untuk semua jenis imunisasi, meliputi HB-0 (45,7%), BCG (59,4%), DPT-HB 3 (75,6%), Polio 4 (48,8%), dan campak (56,8%). Provinsi DI Yogyakarta mempunyai cakupan imunisasi tertinggi untuk jenis imunisasi dasar HB-0 (98,4%), BCG (98,9%), DPT-HB 3 (95,1%), dan campak (98,1%), sedangkan cakupan imunisasi polio 4 tertinggi di Gorontalo (95,8%) (Riskesdas, 2013).

3 Menurut WHO tahun 2013, di Indonesia ada 1,5 juta anak mengalami kematian tiap tahunnya oleh penyakit yang sebetulnya bisa dicegah dengan imunisasi. Pada tahun 2013, lebih dari 2 juta balita melewatkan imunisasi DPT-3 dimana banyak dari mereka adalah masyarakat tidak mampu. Tercatat pula di 10 provinsi dengan populasi termiskin di Indonesia, ada sekitar 70% anak-anak yang tidak diberi imunisasi (Kemenkes R.I, 2013). Anak yang tidak mendapatkan imunisasi lebih rentan terkena penyakit infeksi, yang menyebabkan anak mengalami sakit, yang dapat menurunkan status gizi anak. Hal ini karena penyakit infeksi dan fungsi kekebalan saling berhubungan erat satu sama lain, dan pada akhirnya akan memengaruhi status gizi berupa penurunan status gizi pada anak (Wilhendra, 2010). Penyebab langsung gangguan gizi adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang diperoleh anak batita dari makanan dengan kebutuhan tubuh anak batita dan penyakit infeksi yang menyebabkan sejumlah protein dan kalori habis yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan anak batita, sedangkan penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak dalam merawat dan memberikan makanan, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan, tingkat ekonomi, pendidikan dan sosial budaya atau kebiasaan (Hanum, 2015). Menurut hasil WHO The World Bank joint child malnutrition estimates 2012, diperkirakan terdapat 101 juta anak usia dibawah lima tahun diseluruh dunia mengalami masalah berat badan kurang. Berdasarkan laporan hasil Riskesdas 2013 secara nasional prevalensi berat-kurang pada tahun 2013 adalah

4 19,6%, terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4%) dan tahun 2010 (17,9%) terlihat meningkat. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun 2007, 4,9% pada tahun 2010, dan 5,7% tahun 2013. Untuk mencapai sasaran SDGs (Sustainable Development Goals) tahun 2015 yaitu 15,5% maka prevalensi gizi buruk-kurang secara nasional harus diturunkan 4,1% dalam periode 2013 sampai 2015. Atas dasar sasaran SDGs 2015, terdapat tiga provinsi yang memiliki prevalensi gizi buruk-kurang sudah mencapai sasaran yaitu : (1) Bali, (2) DKI Jakarta, (3) Bangka Belitung. Masalah kesehatan masyarakat dianggap serius bila prevalensi gizi buruk-kurang antara 20,0%-29,0%, dan dianggap prevalensi sangat tinggi bila 30% (Riskesdas, 2013). Diantara 33 provinsi di Indonesia, 19 provinsi memiliki prevalensi gizi buruk-kurang diatas angka prevalensi nasional yaitu berkisar antara 21,2% sampai 33,1%. Pada tahun 2013, secara nasional prevalensi gizi buruk-kurang pada anak balita sebesar 19,6%, yang berarti masalah gizi berat-kurang di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat mendekati prevalensi tinggi. Diantara 33 provinsi, terdapat tiga provinsi termasuk kategori prevalensi sangat tinggi, yaitu Sulawesi Barat (28,3%), Papua Barat (30,5%) dan Nusa Tenggara Timur (34,7%). Di Sumatera Utara sendiri, ada 23,6% bayi yang memiliki prevalensi gizi buruk-kurang (Riskesdas, 2013). Berdasarkan data Puskesmas Pegagan Julu II, Tanjung Beringin Kabupaten Dairi sepanjang tahun 2015, diperoleh data hasil cakupan imunisasi

5 balita di Desa Tanjung Beringin, diimunisasi BCG (74,44%), Polio (72,73%), Hepatitis B (52,44%), Campak (64,67%) dan DPT sebanyak (76,81%). Berdasarkan data di atas, pelaksanaan imunisasi di Puskesmas Pegagan Julu II, Tanjung Beringin belum mencapai standar nasional yaitu 80%. Kunjungan rata-rata balita ke Posyandu tahun 2015 sebanyak 82,77% dari 2.612 balita (Puskesmas Pegagan Julu II Tanjung Beringin, 2015). Dari survei pendahuluan pada bulan Maret tahun 2016 di Puskesmas Pegagan Julu II Tanjung Beringin, diperoleh data status gizi buruk pada anak balita 6,13% dan status gizi kurang pada anak balita 18,40%. Hal ini didukung dengan adanya 3 orang anak batita yang menderita status gizi buruk dan 9 orang anak balita yang menderita status gizi kurang. Salah satu faktor penyebab status gizi buruk pada seorang anak batita yaitu anak batita mengalami Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) serta pola makan dan pola asuh yang kurang dari keluarga dengan didukungnya keluarga anak batita berasal dari keluarga miskin. Dari anak batita yang mengalami status gizi kurang dan gizi buruk memiliki ibu yang bekerja sebagai petani yang berdampak pada status ekonomi keluarga sehingga dapat memengaruhi pola asuh dalam hal penyediaan makanan pada anak batita serta memengaruhi pengaturan gizi anak. Hasil penelitian Diana (2004) di Kecamatan Kuranji Kelurahan Pasar Ambacang Kota Padang mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara karakteristik ibu dengan status gizi anak batita (p > 0,05). Hasil penelitian Vidya (2012) didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara Kelengkapan Imunisasi dengan Status Gizi di Kelurahan

6 Watonea wilayah kerja Puskesmas Katobu Kabupaten Muna dengan hasil uji Chi- Square diperoleh nilai p = 0,001 yang berarti lebih kecil dari nilai ( ) Hasil survei pendahuluan pada bulan Maret tahun 2016 di Puskesmas Pegagan Julu II, Tanjung Beringin Kabupaten Dairi, diperoleh jumlah anak batita sebanyak 245 anak batita pada tahun 2015. Dimana sebagian dari anak batita tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar dan status gizi anak batita tersebut dalam keadaan status gizi baik. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang Hubungan Karakteristik Ibu dan Pemberian Imunisasi dengan Status Gizi Anak Batita umur 1-3 tahun di Desa Tanjung Beringin Kabupaten Dairi. 1.2 Permasalahan Penelitian Belum diketahui hubungan karakteristik ibu dan pemberian imunisasi dengan status gizi anak batita umur 1-3 tahun di Desa Tanjung Beringin Kabupaten Dairi tahun 2016. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan karakteristik ibu dan pemberian imunisasi dengan status gizi anak batita umur 12-36 bulan di Desa Tanjung Beringin Kabupaten Dairi Tahun 2016. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Mengetahui kelengkapan imunisasi dasar anak batita umur 12-36 bulan di Desa Tanjung Beringin Kabupaten Dairi Tahun 2016.

7 b. Mengetahui status gizi anak batita umur 12-36 bulan di Desa Tanjung Beringin Kabupaten Dairi Tahun 2016. c. Mengetahui hubungan imunisasi dasar dengan status gizi anak batita umur d. Mengetahui hubungan umur ibu dengan status gizi anak batita umur 12-36 bulan di Desa Tanjung Beringin Kabupaten Dairi Tahun 2016. e. Mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan status gizi anak batita umur f. Mengetahui hubungan pekerjaan ibu dengan status gizi anak batita umur g. Mengetahui hubungan jumlah anak ibu dengan status gizi anak batita umur h. Mengetahui hubungan umur anak batita dengan status gizi anak batita umur i. Mengetahui hubungan jenis kelamin anak batita dengan status gizi anak batita umur 12-36 bulan di Desa Tanjung Beringin Kabupaten Dairi Tahun 2016. j. Mengetahui hubungan pemberian imunisasi dengan status gizi anak batita umur

8 1.4 Hipotesis a. Ada hubungan imunisasi dasar dengan status gizi anak batita umur 12-36 bulan di Desa Tanjung Beringin Kabupaten Dairi Tahun 2016. b. Tidak ada hubungan umur ibu dengan status gizi anak batita umur 12-36 bulan di Desa Tanjung Beringin Kabupaten Dairi Tahun 2016. c. Tidak ada hubungan pendidikan ibu dengan status gizi anak batita umur d. Tidak ada hubungan pekerjaan ibu dengan status gizi anak batita umur 12-36 bulan di Desa Tanjung Beringin Kabupaten Dairi Tahun 2016. e. Tidak ada hubungan jumlah anak ibu dengan status gizi anak batita umur f. Ada hubungan umur anak batita dengan status gizi anak batita umur 12-36 bulan di Desa Tanjung Beringin Kabupaten Dairi Tahun 2016. g. Tidak ada hubungan jenis kelamin anak batita dengan status gizi anak batita umur 12-36 bulan di Desa Tanjung Beringin Kabupaten Dairi Tahun 2016. h. Tidak ada hubungan pemberian imunisasi dengan status gizi anak batita umur

9 1.5 Manfaat Penelitian a. Sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan untuk pengembangan program kebijakan kesehatan, khususnya pemantauan terhadap pemberian imunisasi lengkap pada anak batita umur 12-36 bulan di Desa Tanjung Beringin Kabupaten Dairi. b. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas tentang perlunya memantau pemberian imunisasi dasar dan status gizi anak. c. Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman dibidang pemberian imunisasi dan status gizi anak batita umur 12-36 bulan.