2016 PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ida Rosita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Elin Budiarti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perubahan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 siswa di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang mempunyai objek

BAB I PENDAHULUAN. agar menjadi manusia yang cerdas, kreatif, berakhlak mulia dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami dan menemukan sendiri apa

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pencapaian suatu tujuan pendidikan. Oleh sebab itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia mengandung keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

ABSTRAK. ike et al., Penerapan Metode Discovery Learning...

BAB I PENDAHULUAN. lebih kearah penanaman pengetahuan tentang konsep-konsep dasar, sebagaimana para saintis merumuskan hukum-hukum dan prinsip-prinsip

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. kunci penting dalam abad ke 21 ini. Oleh karena itu, siswa perlu dipersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1. belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan (Sani, RA.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iis Teguh Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. seminar, dan kegiatan ilmiah lain yang di dalammnya terjadi proses tanya-jawab,

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No.

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 4

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

Sejalan dengan ini Cornelius (dalam Abdurrahman,2009: 253)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum istilah sains memiliki arti kumpulan pengetahuan yang tersusun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting dalam pembinaan sumber daya manusia. Oleh karena itu, pendidikan

2015 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS SD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah .

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. dengan tanggung jawab, sehigga kebebasan yang bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ulin Ni mah, 2014 Metode tanya jawab untuk meningkatkan keterampilan bertanya siswa dalam pembelajaran sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berpikir merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dalam

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-1 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di MAN Ciparay pada saat pembelajaran sejarah di kelas X-1 Program Ilmu Ilmu Sosial, peneliti menemukan bahwa saat ini pembelajaran sejarah lebih mengembangkan hal-hal yang bersifat hapalan dibandingkan meningkatkan keterampilan berfikir kritis, permasalahan tersebut terjadi karena guru belum mengembangkan pembelajaran dengan maksimal. Meskipun didalam kurikulum tertulis bahwa pembelajaran sudah bersifat student center, namun dikelas ini guru masih menjadi pusat pembelajaran. Dalam hal ini, siswa hanya menjadi penerima informasi secara pasif sehingga hal ini menyebabkan tidak adanya interaksi yang berlangsung secara dua arah baik antara siswa dan guru maupun antara siswa dengan siswa. Dengan kata lain, selama proses pembelajaran siswa cenderung kurang aktif, kurang berpartisipasi, dan tidak punya inisiatif. Hal ini bisa dilihat pada saat guru mengajukan pertanyaan ataupun sebuah kasus, siswa hanya diam dan tidak ada yang menjawab atau merespon. Pada saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, siswa pun tetap diam tidak ada yang mau bertanya. Dengan demikian, baik kemampuan berpikir kritis maupun berbicara siswa dapat dikatakan masih kurang karena siswa belum terampil dalam mengemukakan pendapat, ide pikiran baik melalui pertanyaan maupun dalam bentuk pernyataan. Temuan lain memperlihatkan bahwa; (1) Kondisi siswa kurang fokus pada permasalahan ketika belajar; (2) Siswa tidak mampu memberikan alasan-alasan yang sesuai fakta hal itu ini terlihat dari jawaban siswa yang asal ketika diberikan pertanyaan; (3) Kurang memiliki kemampuan dalam membuat kesimpulan baik dari hasil diskusi maupundi akhir pembelajaran; (4) Situasi berpikir siswa kurang 1

2 terkonsentrasi kedalam situasi berpikir; (5) Siswa kurang memiliki kemampuan dalam menjelaskan istilah-istilah yang digunakan; dan (6) Siswa kurang mampu mengembangkan keputusan yang di ambil dari kesimpulan yang mereka kemukakan sebelumnya. Berbagai temuan tersebut memperlihatkan bahwa proses pembelajaran belum terlaksana dengan optimal. Pembelajaran merupakan salah satu bagian dari proses pendidikan yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam prosesnya, pembelajaran bukanlah merupakan kegiatan parsial, namun merupakan kegiatan yang melibatkan banyak aspek. Dengan kata lain, pembelajaran bukan hanya sekedar memberikan informasi kepada siswa, namun lebih dari itu karena pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dalam upaya memberikan rangsangan, bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan termasuk pada mata pelajaran sejarah. Didalam standar isi disebutkan bahwa mata pelajaran sejarah bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut; 1) Membangun kesadaran siswa tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan; 2) Melatih daya kritis siswa untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan; 3) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan siswa terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau; 4) Menumbuhkan pemahaman siswa terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang; dan 5) Menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam

3 berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional (Standar Isi, 2006, hlm. 187-188). Pendapat lain dikemukakan oleh Ismaun (2005, hlm. 224) yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan sejarah secara rinci adalah: Pertama, agar siswa memiliki kesadaran sejarah dalam arti siswa memiliki kesadaran akan penting dan berharganya waktu untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya, memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi nilai nilai yang terkandung dalam suatu peristiwa sejarah, memiliki kemampuan untuk memilah nilai-nilai yang terkandung dalam peristiwa sejarah dan mentransformasi nilai-nilai positif untuk menjadi miliknya. Kedua, agar siswa mampu memahami sejarah di mana siswa memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang peristiwa, memiliki keterampilan sejarah yang dapat digunakan untuk mengkaji berbagai informasi yang sampai kepadanya guna menentukan keabsahan informasi, memahami dan mengkaji setiap perubahan yang terjadi dalam masyarakat dilingkungan sekitarnya serta digunakan dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis. Berdasarkan pendapat di atas, dapat dilihat bahwa pembelajaran sejarah dapat mengembangkan berbagai kemampuan salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis. Melalui mata pelajaran sejarah diharapkan kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilatih dan dikembangkan sehingga siswa bukan hanya menghafal fakta-fakta sejarah namun juga mampu menganalisis dan memberikan sudut pandang yang berbeda melalui daya kritisnya. Namun, tentu saja hal tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan, terlebih dalam pembelajaran sejarah yang memang banyak menggunakan fakta sejarah yang berasal dari berbagai sumber sejarah. Temuan dilapangan berdasarkan hasil observasi yang telah dipaparkan sebelumnya menunjukkan bahwa pembelajaran sejarah belum sepenuhnya sesuai dengan yang diharapkan.

4 Saat ini, pembelajaran sejarah masih mengarah pada hal-hal yang bersifat faktual dan didominasi oleh kenyataan bahwa siswa harus menghafal fakta sejarah, nama-nama tokoh maupun tanggal dari peristiwa sejarah sehingga siswa hanya dituntut untuk mengetahui sesuatu tanpa diajak untuk berpikir dan memahaminya. Dengan kata lain pembelajaran sejarah selama ini lebih ditekankan pada orientasi target penguasaan materi saja tanpa melatih kemampuan berfikir kritis. Padahal, kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang perlu dilatihkan pada siswa agar siswa cepat tanggap dan dapat memecahkan masalah yang mungkin terjadi dilingkungan sekitarnya. Pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi hanya mampu membuat siswa mengingat materi pelajaran dalam waktu yang relatif pendek, tetapi seringkali siswa tidak memahami dan mengetahui secara mendalam, selain itu pengetahuan yang didapat hanya bersifat hapalan yang menyebabkan anak mudah lupa, sehingga gagal dalam membekali anak untuk memecahkan masalah dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban guru untuk mengembangkan proses pembelajaran untuk meningkatkan berbagai kemampuan siswa salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis. Untuk meningkatkan kemampuan tersebut, dibutuhkan sebuah metode pembelajaran yang efektif agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Keterampilan berpikir kritis diperlukan dalam pembelajaran sejarah karena siswa mendapat kesempatan untuk mengklarifikasi pemahamannya dan mengevaluasi pemahaman siswa lain, mengobservasi strategi berpikir dari orang lain untuk dijadikan panutan, membantu siswa lain yang kurang untuk membangun pemahaman, meningkatkan motivasi, serta membentuk sikap yang diperlukan seperti menerima kritik dan menyampaikan kritik dengan cara yang santun. Melalui keterampilan berpikir kritis, siswa diajak berperan serta secara aktif dan efektif untuk membangun pengetahuannya sendiri (King, 1994; Mayborn dan Lesher, 2000; Sullenger et al., 2000).

5 Siregar (2010, hlm. 75) mengemukakan bahwa pendekatan inovatif dalam pembelajaran dibutuhkan untuk mengaktifkan keterlibatan siswa secara mandiri dalam proses pembelajaran. Ada banyak metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah salah satunya adalah dengan metode Discovery Learning. Discovery Learning merupakan pembelajaran yang menekankan siswa untuk belajar sendiri untuk menjabarkan persoalan yang diberikan selama proses pembelajaran dan guru sebagai pembimbingnya. Muhammad Takdir (2012, hlm 33-34) mengemukakan Discovery Learning merupakan salah satu metode yang memungkinkan para anak didik terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga mampu menggunakan proses mentalnya untuk menemukan suatu konsep atau teori yang sedang dipelajari. Dalam metode Discovery Learning siswa harus mampu menemukan konsep atau prinsip yang sebelumnya belum diketahui, dan guru berperan sebagai pembimbing untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif. Metode ini memungkinkan siswa untuk mencari informasi sesuai dengan rasa keingintahuannya. Metode Discovery Learning menurut Castronova (2002, hlm. 10) merupakan proses pembelajaran aktif dimana siswa mengembangkan keterampilannya untuk membangun pemahaman yang mendalam tentang konsep- konsep utama. Hal ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Castronova menambahkan bahwa dengan metode Discovery Learning siswa dapat mengingat lebih dari apa yang dipelajari dalam kegiatan belajar tradisional. Metode Discovery Learning dipandang sebagai cara yang menjanjikan dalam proses pembelajaran karena keterlibatan siswa akan menghasilkan pengetahuan yang lebih terstruktur dibanding dengan cara-cara belajar tradisional. Penelitian yang dilakukan oleh Alfieri, Brooks, Aldrich & Tenenbaum (2011, hlm. 13) menunjukkan bahwa metode Discovery Learning dapat merangsang peseta didik untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Metode metode Discovery

6 Learning menjadi tempat bagi siswa untuk melahirkan ide-ide baru dalam menemukan suatu konsep atau mencari solusi dari sebuah permasalahan. Metode Discovery Learning lebih menekankan pada pentingnya pemahaman dalam memakai suatu konsep dalam pembelajaran sejarah. siswa dapat terlibat langsung secara aktif dalam proses menemukan suatu konsep atau prinsip. Selain itu, siswa mendapat pengalaman langsung dalam proses pembelajaran sehingga pengetahuan yang diperoleh lebih mudah diingat dan bertahan lama apabila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dari buku pedoman pelajaran. Metode Discovery Learning juga dapat melatih siswa untuk lebih kreatif menemukan suatu konsep dan mampu untuk mencari solusi dari suatu permasalahan dalam pembelajaran sejarah. Oemar Malik (dalam Takdir, 2012, hlm. 29) menyatakan bahwa Discovery Learning adalah proses pembelajaran yang menitik beratkan pada mental intelektual pada anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep yang dapat diterapkan di lapangan. Selain itu Mulyasa (dalam Takdir, 2012, hlm. 32) menyatakan bahwa Discovery Learning merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pengalaman langsung di lapangan, tanpa harus selalu bergantung pada teori-teori pembelajaran yang ada dalam pedoman buku pelajaran. Pada dasarnya, kemampuan berpikir kritis siswa dapat dikembangkan melalui metode ini. Selain karena metode ini merupakan metode yang menekankan pada pengalaman langsung selama proses pembelajaran, metode ini juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menelaah berbagai sumber-sumber sejarah maupun konsep-konsep dalam sejarah untuk kemudian diolah dan dianalisis sehingga menghasilkan sudut pandang yang baru. Selain itu, keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah dapat diwujudkan dalam proses pembelajaran selama penggunaan Discovery Learning berlangsung, misalnya ketika siswa menunjukkan kemampuan menganalisis dengan indikator yang terlihat dari: (1) Meningkatnya aktivitas dan kemampuan siswa dalam

7 memfokuskan pertanyaan pada permasalahan; (2) Meningkatnya aktivitas dan kemampuan siswa dalam menentukan alasan-alasan yang mendukung atau melawan asumsi yang dibuat berdasarkan fakta yang relevan; (3) Meningkatnya aktivitas dan kemampuan siswa dalam menentukan kesimpulan dari solusi permasalahan yang diperoleh; (4) Meningkatnya aktivitas dan kemampuan siswa dalam memahami situasi dan selalu menjaga situasi dalam berpikir; (5) Meningkatnya aktivitas dan kemampuan siswa dalam mengetahui dan menjelaskan istilah-istilah yang digunakan; dan (6) Meningkatnya aktivitas dan kemampuan siswa dalam meninjau kembali keputusan yang telah diambil dan mengembangkannya. Oleh karena itu, berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul Penerapan Metode Discovery Learning Untuk meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas X-1 Program Ilmu-Ilmu Sosial MAN Ciparay Kabupaten Bandung). B. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, rumusan masalah yang peneliti ambil adalah Bagaimana Meningkatkan Keterampilan Berpikir kritis Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Melalui Penerapan Metode Discovery Learning?. Agar rumusan masalah tersebut tidak meluas dan lebih fokus, maka peneliti menyusunnya ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran sejarah untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran sejarah melalui penerapan metode Discovery Learning di Kelas X-1 program Ilmu-Ilmu Sosial MAN Ciparay Kabupaten Bandung?

8 2. Bagaimana implementasi penggunaan metode Discovery Learning untuk Meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran sejarah di Kelas X-1 program Ilmu-Ilmu Sosial MAN Ciparay Kabupaten Bandung? 3. Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa setelah digunakannya metode Discovery Learning di Kelas X-1 program Ilmu-Ilmu Sosial MAN Ciparay Kabupaten Bandung? 4. Bagaimana kendala yang dihadapi dalam menggunakan metode Discovery Learning untuk Meningkatkan keterampilan berpikir kritis Siswa dalam mata pelajaran di Kelas X-1 program Ilmu-Ilmu Sosial MAN Ciparay Kabupaten Bandung? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui perencanaan pembelajaran sejarah untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran sejarah melalui penerapan metode Discovery Learning di Kelas X-1 program Ilmu-Ilmu Sosial MAN Ciparay Kabupaten Bandung. 2. Mendeskripsikan implementasi penggunaan metode Discovery Learning untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran sejarah di Kelas X-1 program Ilmu-Ilmu Sosial MAN Ciparay Kabupaten Bandung. 3. Menganalisis hasil peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa setelah digunakannya metode Discovery Learning dalam mata pelajaran sejarah di Kelas X-1 program Ilmu-Ilmu Sosial MAN Ciparay Kabupaten Bandung. 4. Mengidentifikasi bagaimana kendala yang dihadapi dalam menggunakan pembelajaran metode Discovery Learning untuk meningkatkan keterampilan

9 berpikir kritis Siswa mata pelajaran sejarah di Kelas X-1 program Ilmu-Ilmu Sosial MAN Ciparay Kabupaten Bandung. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengembangan ilmu pendidikan, terutama pendidikan sejarah. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan menambah informasi dan wawasan terkait penggunaan metode Discovery Learning dalam pembelajaran sejarah sebagai acuan melakukan penelitian sejenis untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis siswa. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi guru untuk menambah pengetahuan mengenai metode pembelajaran yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran sejarah dan memberikan alternatif solusi terhadap kendala pelaksanaan pembelajaran sejarah khususnya mengenai fenomena rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa dengan cara membuat pembelajaran yang menarik. D. Struktur Organisasi Penelitian Bab I Pendahuluan, dalam Bab ini dijelaskan tentang bagaimana latar belakang yang diungkapkan peneliti tentang permasalahan yang akan diteliti. Selanjutnya berisi perumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi penelitian. Bab II merupakan kajian pustaka, dalam bab ini dijelaskan berbagai kajian pustaka yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas yang diperoleh dari berbagai sumber yang didapatkan oleh peneliti, selain itu terdapat pula penelitian terdahulu dan paradigma berpikir penelitian.

10 Bab III berisi tentang metode penelitian, dalam bab ini dibahas mengenai metodologi penelitian dan alasan menggunakan penelitian, desain penelitian, lokasi dan waktu penelitian, subjek penelitian, langkah-langkah penelitian, teknik pengumpulan data serta analisis data, evaluasi dan refleksi. Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan, dalam bab ini disajikan gambaran tentang setting, uraian penelitian secara keseluruhan, penjelasan persiklus, proses menganalisis data, serta pembahasan dan pengambilan kesimpulan. Bab V Penutup terdiri dari simpulan dan rekomendasi, dalam bab terakhir ini berisi simpulan akhir dari hasil penelitian serta saran-saran untuk tindak lanjut yang bisa dilakukan oleh semua pihak yang berkepentingan.