Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode CAMEL (Capital, Asset Quality, Management, Earnings, Liquidity) Pada PT.Bank Sulut-Go Ireyne Filania Raturandang Joula Rogahang Dantje Keles Jurusan Ilmu Administrasi, Program Studi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sam Ratulangi ireynefilania@gmail.com ABSTRACT The Purpose of the Study statement helps the subject assess the importance of the study with data issues and the measurement, to analyze the health of the Bank at PT. Bank SulutGo using CAMEL method. The results of this study may be able to provide benefits for various parties related to this research, that is for the company as a consideration in decision-making and policy that will be done for the sustainability of the company's business. And for the community as the representative of the health of PT. Bank SulutGo, so that the public can have consideration to choose the bank institution. This research uses descriptive analysis technique, that is explaining the health level of the bank by using CAMEL method in which some aspects of Capital increase the ratio of CAR (Capital Adequacy Ratio), Asset Quality underlying KAP (Productivity Asset Quality) ratio, Management based on NPM ratio (Net Profit Margin), Profit resulting ROA (Return On Asset) and BOPO (Operating Income Operating Cost) and Liquidity based on LDR (Loan to Deposit Ratio) ratio. The results of this study indicate that the calculation the health level of the bank for the last 3 years (2015 to 2017) at PT. Bank SulutGo is on the predicate Simply Healthy. However, a statement for this research, PT. Bank SulutGo is in a stagnant position or did not experience a breakthrough. People who look for 3 consecutive years in 2015-2017 have the same results and only on the predicate Simply Healthy. Keywords: CAMEL, Bank, Health of the bank PENDAHULUAN Perbankan merupakan tulang punggung dalam membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary institution yaitu lembaga yang mampu menyalurkan kembali dana- dana yang dimiliki oleh unit ekonomi yang surplus kepada unit-unit ekonomi yang membutuhkan bantuan dana atau defisit. Fungsi ini merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena berkaitan dengan penyediaan dana sebagai investasi dan modal kerja bagi unit-unit bisnis dalam melaksanakan fungsi produksi. Oleh karena itu agar dapat berjalan dengan lancar maka lembaga perbankan harus berjalan dengan baik pula (Susilo, 2000:159). 18
Dewasa ini istilah bank sehat atau tidak sehat semakin populer. Berbagai kejadian aktual, tentang perbankan seperti merger dan likuidasi selalu dikaitkan dengan kesehatan bank. Oleh karenanya sebuah bank tentunya memerlukan suatu analisis untuk mengetahui kondisinya setelah melakukan kegiatan operasionalnya dalam jangka waktu tertentu. Analisis yang dilakukan disini berupa penilaian tingkat kesehatan bank. Adanya bank yang dilikuidasi atau dalam kondisi bank yang tidak diperbolehkan beroperasi oleh pemerintah dikarenakan kondisi dan keadaan bank menurut penilaian Bank Indonesia telah membahayakan bagi kepentingan masyarakat dan cukup membuat keresahan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan perekonomian nasional khususnya pada sektor perbankan nasional. Dengan kata lain bahwa bank yang telah dilarang beroperasi adalah bank yang dinyatakan tidak sehat menurut ketentuan Bank Indonesia. Perlunya melakukan kajian atas tingkat kesehatan bank yang dilakukan setiap saat agar kekurangan yang didapat segera diatasi serta menentukan arah untuk kemajuan bank, para lembaga keuangan perbankan juga lebih hati-hati mengelolah dan menjaga kualitas keadaan keuangan mereka. Selain itu, penilaian kesehatan bank ini juga sangat penting agar dapat membentuk dan menjamin kepercayaan masyarakat, dikarenakan saat ini masyarakat semakin hati-hati dan cermat dalam memilih bank untuk menempatkan asetnya. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kesehatan suatu bank adalah dengan menggunakan rasio keuangan Capital, Assets quality, Management, Earnings, dan Liquidity yang biasa disebut dengan Metode CAMEL, sebagaimana ditetapkan dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 dan Surat Edaran No.30/3/UPPB tanggal 30 April 1997 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank Menurut A. Abdurahman (2001) dalam Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan, bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaanperusahaan dan lain-lain. 19
Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 Pasal 1 tentang Pokok-pokok Perbankan, bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank Bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalulintas pembayaran serta dapat dipergunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank Menurut Kasmir (2008:41) Tingkat kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan caracara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 dan Surat Edaran No.30/3/UPPB tanggal 30 April 1997 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank, menyatakan bahwa tingkat kesehatan bank pada dasarnya dinilai dengan pendekatan kualitatif terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi kondisi dan perkembangan bank dalam hal ini adalah faktor permodalan, aktiva produktif, faktor manajemen, faktor rentabilitas, serta faktor likuiditas. Tabel 2.1 Nilai Kredit Penggolongan Tingkat Kesehatan Bank Nilai Kredit Predikat 81-100 Sehat 66 - < 81 Cukup Sehat 51 - < 66 Kurang Sehat < 51 Tidak Sehat Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan (financial statements) merupakan produk akhir dari serangkaian proses pencatatan dan pengikhtisaran data transaksi bisnis. Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan kata lain, laporan keuangan ini berfungsi sebagai alat informasi yang menghubungkan perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan, yang menunjukkan kondisi kesehatan keuangan perusahaan dan kinerja perusahaan. 20
Susanto (2005 : 3) mengemukakan bahwa : "Laporan keuangan ialah neraca dan perhitungan rugi-laba serta segala keterangan-keterangan yang dimuat dalam lampiran-lampirannya antara lain laporan sumber dan penggunaan dana." Metode CAMEL Analisa rasio CAMEL yaitu suatu analisis keuangan bank dan alat pengukuran kinerja bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk mengetahui tentang tingkat kesehatan bank yang bersangkutan dari berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank dengan menilai faktor-faktor penilaian tingkat kesehatan bank. Menurut Riyadi (2006 : 150) yang meliputi faktor-faktor sebagai berikut : a. Faktor Modal (Capital) b. Faktor Kualitas Aktiva Produktif (Asset) c. Faktor Manajemen (Management) d. Faktor Rentabilitas (Earning) e. Faktor Likuiditas (Liquidity) Adapun kelima aspek tersbut dapat diuraikan sebagai berikut : a. Capital (Faktor Modal) Penilaian menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko. Setiap bank yang beroperasi di Indonesia diwajibkan untuk memelihara Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sekurang-kurangnya 8%. b. Asset Quality (Faktor Kualtias Aktiva Produktif) Asset (aktiva) bank akan dinilai berdasarkan kualitas aktiva produktif (KAP) dan rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif yang diklarifikasikan (PPAPWD). Aktiva produktif adalah semua harta yang ditanamkan bank dalam bentuk rupiah maupun dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya seperti kredit yang diberikan penanaman dalam bentuk surat berharga dan penyertaan. Penggolongan aktiva produktif yang diklasifikasikan adalah berdasarkan kolektibilitas aktiva produktif yaitu keadaan pembayaran pokok atau angsuran dan bunga kredit oleh nasabah serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat berharga dan penanaman lainnya. c. Management (Faktor Manajemen) Dalam penelitian ini aspek manajemen diproksikan dengan profit 21
margin dengan pertimbangan rasio ini menunjukkan bagaimana manajemen mengelola sumber-sumber maupun penggunaan atau alokasi dana secara efisien. Penggunaan Net Profit Margin (NPM) juga erat kaitannya dengan aspekaspek manajemen yang dinilai, baik dalam manajemen umum maupun manajemen risiko, di mana net income dalam aspek manajemen umum mencerminkan pengukuran hasil dari strategi keputusan yang dijalankan dan dalam tekniknya dijabarkan dalam bentuk sistem pencatatan, pengamanan, dan pengawasan dari kegiatan operasional bank dalam upaya memperoleh operating income yang optimum. d. Earning (Faktor Rentabilitas) Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Analisis rasio rentabibitas suatu bank antara lain: 1. ROA (Return on Asset) Return on Asset (ROA) adalah perbandingan antara laba sebelum pajak pada bank dengan total aktiva bank, rasio yang menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. 2. BOPO (Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional) BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya opersional dengan pendapatan operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan. e. Liquidity (Faktor Likuiditas) Likuiditas adalah kemampuan bank untuk membayar semua hutang- hutangnya terutama simpanan tabungan, giro dan deposito pada saat ditagih dan dan dapat pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Adapun faktor likuiditas yang dinilai dalam analisa CAMEL adalah: LDR (Loan to Deposito Ratio), Ini menggambarkan kemampuan suatu bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif, yaitu menjelaskan penilaian tingkat kesehatan bank dengan 22
menggunakan metode CAMEL. Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, penelitian ini menggunakan variable Analisis CAMEL yaitu faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas dengan indikatornya komponen-komponen factor CAMEL, yaitu : Aspek Capital, Aspek Asset Quality, Aspek Management, Aspek Earning dan Aspek Liquidity. PEMBAHASAN PENELITIAN Analisis Data Berikut ini adalah analisis CAMEL terhadap laporan keuangan PT. Bank SulutGo yang digunakan untuk menganalisis kesehatan bank tersebut selama periode tiga tahun berjalan 2015-2017 : a) Capital (Permodalan) Hasil perhitungan CAR untuk 3 tahun terakhir (tahun 2015 s/d 2017) yang menunjukkan bahwa CAR untuk tahun 2016 mengalami kenaikan sebesar 3,32% dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2015 yang rasionya adalah 13,79% menjadi 17,11%. Kemudian rasio CAR ini mengalami kembali penurunan sebesar 0,5% ditahun 2017 dari 17,11% menjadi 16,61%. Selama kurun waktu 2015 hingga 2010, PT.Bank SulutGo mampu mempertahankan nilai rasio CAR berada pada predikat sehat sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu dimana nilai rasio ( 12%) dianggap Sehat. Sehingga penilaian nilai kredit CAR selama tiga tahun terakhir (tahun 2015 sampai dengan tahun 2017) mendapatkan hasil yang bahkan melebihi batas maksimum yang ditetapkan. b) Asset (Aktiva) Hasil perhitungan KAP untuk 3 tahun terakhir (tahun 2015 s/d 2017) menunjukkan bahwa pada tahun 2015 dan 2016 PT. Bank SulutGo menghasilkan nilai rasio KAP yang sama yaitu 0,5% yang kemudian naik pada tahun 2017 menjadi 1,2%. Hal ini terjadi karena adanya kenaikan yang sangat signifikan pada jumlah aktiva produktif yang diklasifikasikan pada tahun 2017. Selama kurun waktu 2015 hingga 2010, PT.Bank SulutGo mampu mempertahankan nilai rasio KAP berada pada predikat sehat sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu dimana nilai rasio (0-10,35%) dianggap Sehat. Sehingga penilaian nilai kredit ROA pada tahun 2015-2016 menunjukkan hasil yang melebihi batas maksimum dan pada tahun 2017 menunjukkan hasil yang juga baik. c) Management (Manajemen) Rasio NPM PT. Bank SulutGo pada tahun 2016 naik sebesar 1,92% dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2015 yang hanya sebesar 6,47% menjadi 8,39%. Kemudian 23
pada tahun 2017 terjadi lagi kenaikan yang lebih besar yaitu sebesar 4,3% dari 8,39% (pada tahun 2016) menjadi 12,69%. Hal ini disebabkan terjadinya kenaikan Laba bersih dan juga laba usaha dari tahun ke tahun. d) Earning (Rentabilitas) ROA PT.Bank SulutGo pada tahun 2016 naik sebesar 0,53% menjadi 2,28% dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2015 yang hanya sebesar 1,75%. Kemudian pada tahun 2017 terjadi lagi kenaikan sebesar 0.52% menjadi 2,80%. Hal ini disebabkan terjadinya kenaikan laba bersih sebelum pajak dan juga total aktiva dari tahun ke tahun. Selama kurun waktu 2015 hingga 2010, PT.Bank SulutGo mampu mempertahankan nilai rasio ROA berada pada predikat sehat sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu dimana nilai rasio (>1,5) dianggap Sehat. Sehingga penilaian nilai kredit ROA selama tiga tahun terakhir (tahun 2015 sampai dengan tahun 2017) mendapatkan hasil yang bahkan melebihi batas maksimum yang ditetapkan. Rasio BOPO PT.Bank SulutGo mengalami penurunan setiap tahunnya. Yakni pada tahun 2016 menurun sebesar 0,67%, kemudian pada tahun 2017 kembali menurun sebesar 4,89%. Hal ini disebabkan oleh kenaikan jumlah biaya operasional dan pendapatan operasional setiap tahunnya. selama kurun waktu 2015 hingga 2010, PT.Bank SulutGo mampu mempertahankan nilai rasio BOPO berada pada predikat sehat sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu dimana nilai rasio (< 94%) dianggap Sehat. sehingga penilaian nilai kredit BOPO selama tiga tahun terakhir (tahun 2015 sampai dengan tahun 2017) mendapatkan hasil yang bahkan melebihi batas maksimum yang ditetapkan. e) Liquidity (Likuiditas) Rasio LDR PT.Bank SulutGo mengalami kenaikan sebesar 8,23% pada tahun 2016 menjadi 111,85% yang pada tahun sebelumnya hanya sebesar 103,62%, lalu kemudian turun kembali sebesar 15,5% pada tahun 2017 menjadi 96,35%. Selama kurun waktu 2015 hingga 2017, PT.Bank SulutGo memperoleh nilai rasio LDR tahun 2017 yang berada pada predikat Kurang Sehat sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu dimana nilai rasio ( 85% - 100%) dianggap kurang sehat. Dan rasio LDR tahun 2015-2016 yang berada pada predikat Tidak Sehat sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu dimana nilai rasio ( 100% - >120%) dianggap tidak sehat. Sehingga penilaian nilai kredit BOPO selama tiga tahun terakhir (tahun 2015 sampai dengan tahun 2017) mendapatkan hasil yang kurang dari batas maksimum nilai kredit yang 24
ditentukan. Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada tahun 2015 sampai dengan tahun 2017, dapat dilihat hasil penelitian tingkat kesehatan bank pada PT. Bank SulutGo pada table berikut ini : Hasil Analisis CAMEL PT. BANK SULUTGO Periode tahun 2015 s/d 2017 Tahun Nilai CAMEL Tingkat Kesehatan Bank 2015 71,26 Cukup Sehat 2016 68,45 Cukup Sehat 2017 74,62 Cukup Sehat KESIMPULAN Berdasarkan analisis metode CAMEL, PT. Bank SulutGo tergolong perusahaan perbankan yang berpredikat cukup sehat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai CAMEL sejak tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 berturut-turut adalah; 71,26%, 68,45% dan 74,62%. Berdasarkan hasil tersebut, PT. Bank SulutGo berada pada posisi stagnant atau tidak mengalami terobosan. Dapat dilihat dari hasil yang didapatkan selama 3 tahun berturut-turut yaitu pada tahun 2015-2017 memiliki hasil yang sama dan hanya pada predikat Cukup Sehat. Ini berarti juga PT. Bank SulutGo perlu melakukan atau berusaha lebih keras lagi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. SARAN Dari hasil kesimpulan yang sebagaimana telah diuraikan, maka akan diberikan beberapa saran-saran yaitu sebagai berikut : 1. Disarankan kepada manajemenn PT. Bank SulutGo untuk meningkatkan perolehan Laba dan/atau menekan jumlah biaya untuk memperoleh nilai profit margin yang lebih baik. 2. Disarankan kepada manajemen PT. Bank SulutGo secara konsisten dapat meningkatkan dan memperhatikan kualitas manajemen dalam mengelola sumber-sumber maupun penggunaan atau alokasi dana secara efisien. 3. Disarankan kepada manajemen PT. Bank SulutGo untuk memperhatikan dan meningkatkan kualitas SDM dalam bekerja sehingga dapat memperoleh nilai profit margin yang lebih baik lagi. 4. Disarankan kepada manajemen PT. Bank SulutGo untuk melakukan pengawasan yang lebih ketat khususnya dalam hal pemberian kredit, hal ini dimaksudkan untuk dapat mengurangi tingkat kredit macet di masa yang akan datang. 25
DAFTAR PUSTAKA Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004. Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Bank Indonesia, SK DIR BI Nomor 30/21/KEP/DIR tanggal 30April 1997. Perihal Tatacara Penilaian Kesehatan Bank Umum. Bank Indonesia, Surat Edaran Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004. Perihal Tatacara Penilaian Kesehatan Bank Umum. Harahap, S.S. 2016, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Cetakan ke tiga belas. Edisi pertama. Jakarta : Rajawali Pers. Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Edisi pertama. Cetakan pertama, Jakarta : Rajawali Pers. Kasmir. 2016. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Cetakan ke tujuh belas. Edisi revisi. Jakarta : Rajawali Pers. Riyadi, S. 2006. Banking Assets and Liability Management. Edisi ketiga, Jakarta : Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Susanto, B. 2005. Manajeman Akuntansi. Cetakan pertama. Jakarta : Penerbit Sansu Moto. Susilo, S. 2000. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Cetakan pertama. Jakarta : Salemba Empat. Undang-undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998. 26