BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Jalur pendidikan di Indonesia terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

Bab I PENDAHULUAN. belajar selama 12 tahun dimanapun mereka berada, baik di desa maupun di kota

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, pertumbuhan di bidang pendidikan kian

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya ( Oleh

BAB I PENDAHULUAN. universitas, institut atau akademi. Sejalan dengan yang tercantum pasal 13 ayat 1

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga pendidikan, idealnya harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. sedang terjadi dalam diri individu yang sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (

BAB I PENDAHULUAN. heran bila kesadaran masyarakat awam tentang pentingnya pendidikan berangsurangsur

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyelesaikan Tugas Akhir (TA) atau skripsi, skripsi merupakaan karya ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Pendidikan Tinggi, 2012). Dijenjang pendidikan tinggi mahasiswa tidak

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dididik secara formal dan diberikan wewenang untuk menerapkan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENDAHULUAN. semua persyaratan akademik yang ditentukan oleh perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU pendidikan No.2 Tahun,1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di

BAB 1 PENDAHULUAN. bebas, dan otonomi daerah telah mendesak dunia pendidikan terutama pendidikan tinggi untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang berkompetensi dalam berbagai bidang, salah satu indikator kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi merupakan istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN menjadi kurikulum KKNI (kerangka kualifikasi nasional Indonesia) (Dinas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi atau Universitas merupakan lembaga pendidikan tinggi di

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Hasil dari penelitian menunjukkan Ho ditolak sehingga ada hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan sangat penting. Hal ini disebabkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Hal ini senada dengan S. C. Sri Utami

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan berbagai jenis dan macam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk menambah

BAB I PENDAHULUAN. spesialis, dan doktor. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik,

BAB I PENDAHULUAN. yang kini lebih dikenal sebagai KKNI (Kurikulum Berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA RANTAU DARI INDONESIA BAGIAN TIMUR DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Baik itu tuntutan dari orang tua yang ingin segera melihat putra-putrinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Mahasiswa pada umumnya diakhir perkuliahan akan diwajibkan untuk mengerjakan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu syarat tercapainya Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. sumbangsih bagi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Untuk memajukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali di bidang pendidikan. Pemanfaatan sistem informasi ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak akan lepas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar yang dibutuhkan mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani

Bab I Pendahuluan. Mahasiswa erat hubungannya dengan tugas perkuliahan. Menurut pandangan Kusuma

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan undang-undang pendidikan No. 12 tahun 2012 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu fakultas unggulan di Universitas

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Peraturan Akademik ITS Tahun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peran yang penting dalam meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Jalur pendidikan di Indonesia terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Menurut Arif Rohman (2009), tingkat pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Berdasarkan Undang-Undang no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi. Salah satu Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia adalah Universitas X Bandung. Universitas X Bandung memiliki sembilan fakultas yang terdiri dari Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, Psikologi, Ekonomi, Teknik, Sastra, Seni Rupa dan Desain, Teknologi Informasi, dan Hukum. Fakultas Psikologi di Universitas X Bandung merupakan salah satu fakultas psikologi swasta tertua di Indonesia yang telah berdiri sejak tahun 1965. Mahasiswa yang berkuliah di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung pada umumnya memiliki tujuan jangka panjang yang ingin dicapai dalam menjalani perkuliahannya. Peneliti melakukan survei awal terhadap 20 mahasiswa Fakultas Psikologi di Universitas X untuk mengetahui apakah mahasiswa memiliki tujuan jangka panjang dan apa yang menjadi tujuan jangka panjang yang dimiliki mahasiswa dalam menjalani perkuliahan. Berdasarkan survei tersebut, didapatkan tujuan jangka panjang yang dimiliki empat belas orang mahasiswa (70%) untuk persiapan kerja kelak, empat orang mahasiswa (20%) untuk melanjutkan pendidikan ke 1

2 magister Psikologi, dan dua orang mahasiswa (10%) untuk memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai ilmu Psikologi. Hasil survei menunjukkan bahwa semua mahasiswa memiliki tujuan jangka panjang dalam bentuk yang bervariasi, yaitu dapat lulus dari Fakultas Psikologi sebagai persiapan menuju jenjang selanjutnya, baik untuk bekerja, melanjutkan pendidikan ke magister Psikologi dan memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai ilmu Psikologi. Pada saat mahasiswa menjalani perkuliahan dalam rangka mencapai tujuan jangka panjang untuk dapat dinyatakan lulus sebagai seorang Sarjana Psikologi, mahasiswa harus menempuh dan lulus pada semua mata kuliah. Selain itu, mahasiswa juga diwajibkan untuk mengikuti sidang sarjana yang dapat dilakukan setelah mahasiswa dapat selesai dalam menyusun skripsi. Skripsi pada Panduan Penulisan Skripsi Sarjana Fakultas Psikologi (2015) diartikan sebagai suatu karya ilmiah, berupa paparan tulisan hasil penelitian yang membahas suatu masalah dalam bidang ilmu Psikologi dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bidang ilmu Psikologi. Penyelesaian skripsi sebagai tugas akhir (final assignment) melibatkan kemampuan mahasiswa untuk melakukan penelitian. Fakultas Psikologi Universitas X saat ini menjalankan 2 kurikulum dalam penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar yaitu Kurikulum 2008 dan KPT (Kurikulum Pendidikan Tinggi). Berdasarkan struktur kurikulum yang dijalankan tersebut, mahasiswa Fakultas Psikologi di Universitas X diharapkan dapat mulai menyusun skripsi pada semester VIII. Untuk dapat menyusun skripsi, pada semester VII mahasiswa harus mengontrak Usulan Penelitian (Kurikulum 2008) / Penulisan Proposal Skripsi (Kurikulum Pendidikan Tinggi) terlebih dahulu. Usulan Penelitian dan Penulisan Proposal Skripsi pada dasarnya memiliki mekanisme dan persyaratan yang sama. Pada Usulan Penelitian dan Penulisan Proposal Skripsi (untuk selanjutnya akan disebut Usulan Penelitian ), mahasiswa diharuskan menyusun sebuah rancangan penelitian yang terdiri dari Bab 1 hingga Bab 3 yang kemudian

3 akan dilanjutkan sebagai skripsi. Dalam proses penyusunan Usulan Penelitian tersebut, mahasiswa akan mencari fenomena topik penelitian dari bidang yang diminati, mencari referensi yang diperlukan, menjalani kegiatan bimbingan dengan dosen, dan merevisi dari umpan balik dosen. Proses-proses tersebut akan terus dijalani oleh mahasiswa hingga rancangan penelitiannya dapat diseminarkan. Apabila mahasiswa dapat menyelesaikan penyusunan rancangan penelitian yang terdiri dari Bab 1 hingga Bab 3 dalam satu semester, maka rancangan penelitian tersebut akan diuji dalam sebuah seminar. Keputusan dari seminar akan menentukan apakah rancangan penelitian yang telah diusulkan oleh mahasiswa dapat dilanjutkan atau tidak sebagai skripsi. Pada kenyataannya, tidak semua mahasiswa dapat menyelesaikan penyusunan Usulan Penelitian dari Bab 1 hingga Bab 3 dalam satu semester. Ketika Usulan Penelitian dinyatakan belum dapat dilanjutkan sebagai skripsi, maka mahasiswa akan mengontrak kembali Usulan Penelitian pada semester berikutnya. Menurut Kepala Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas X Bandung (2017), tercatat 134 mahasiswa yang mengontrak Usulan Penelitian lebih dari satu semester pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017. Pada semester genap tahun ajaran 2016/2017, tercatat 153 mahasiswa yang terdiri dari 73 mahasiswa yang mengontrak Usulan Penelitian lebih dari satu semester dan 80 mahasiswa yang mengontrak Penulisan Proposal Skripsi lebih dari satu semester. Selain itu, tercatat 98 mahasiswa yang terdiri dari 52 mahasiswa yang mengontrak Usulan Penelitian lebih dari satu semester dan 46 mahasiswa yang mengontrak Penulisan Proposal Skripsi lebih dari satu semester pada semester ganjil 2017/2018. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa terdapat sejumlah mahasiswa yang belum dapat menyelesaikan Usulan Penelitian pada setiap semester sehingga para mahasiswa tersebut menjadi terhambat dalam mencapai tujuan jangka panjang yang ingin dicapainya.

4 Peneliti melakukan survei awal terhadap 10 orang mahasiswa yang telah mengontrak Usulan Penelitian lebih dari satu semester di Fakultas Psikologi Universitas X untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab mahasiswa tidak dapat menyelesaikan Usulan Penelitian dalam satu semester. Berdasarkan hasil survei, terdapat tujuh mahasiswa (70%) yang tidak pernah bimbingan sama sekali pada 2 semester sebelumnya, sedangkan tiga mahasiswa (30%) melakukan bimbingan, namun tidak memiliki kemajuan yang signifikan. Peneliti kemudian menanyakan mengenai alasan dari sepuluh mahasiswa yang tidak melakukan bimbingan pada semester sebelumnya, yaitu merasa tidak cocok dengan dosen pembimbing, dan belum memiliki ide mengenai judul penelitian yang akan diteliti. Peneliti juga menanyakan mengenai alasan dari tiga mahasiswa yang tidak memiliki kemajuan yang signifikan dalam menyusun Usulan Penelitian, yaitu mahasiswa sering menunda bimbingan karena tidak tahu apa yang harus direvisi, jarang menghubungi dosen untuk bimbingan, mengganti variabel dan sampel penelitian berkali-kali, dan belum menemukan fenomena yang ingin diteliti. Hasil survei menunjukkan bahwa mahasiswa merasa belum dapat menentukan pilihan terkait penyelesaian Usulan Penelitian, serta mahasiswa kurang berusaha, bertahan, dan mengendalikan emosinya ketika menghadapi berbagai kesulitan saat mengerjakan Usulan Penelitian. Perilaku-perilaku yang ditunjukkan oleh mahasiswa tersebut dapat terkait dengan keyakinan mahasiswa mengenai kemampuan dirinya untuk menyelesaikan Usulan Penelitian. Keyakinan mahasiswa mengenai kemampuan dirinya untuk menyelesaikan Usulan Penelitian oleh Bandura (1997) disebut sebagai self efficacy. Bandura (1997) menyatakan bahwa self efficacy adalah keyakinan tentang kemampuan individu untuk mengorganisasikan dan melaksanakan tindakan untuk menghasilkan suatu pencapaian. Self efficacy terdiri dari empat aspek, yaitu pilihan yang dibuat, usaha yang dikerahkan, ketahanan dan pengendalian reaksi emosional saat menghadapi kegagalan dan rintangan.

5 Self efficacy memiliki pengaruh yang kuat pada tindakan-tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam menyelesaikan Usulan Penelitian, namun self efficacy juga dapat dipengaruhi oleh grit sebagai trait yang dapat memprediksi kesuksesan dalam hidup (Duckworth, 2007). Duckworth (2007) menyatakan bahwa grit adalah kecenderungan untuk memertahankan ketekunan dan minat untuk tujuan jangka panjang yang menantang. Grit terdiri dari dua aspek penting, yaitu ketekunan usaha dan konsistensi minat. Grit merupakan kecenderungan orang-orang untuk memertahankan ketekunan usaha dan konsistensi minat untuk tujuan jangka panjang yang menantang, dimana orang-orang tersebut bertahan dengan hal-hal yang menjadi tujuan dirinya dalam jangka waktu yang sangat panjang sampai dirinya dapat menguasai hal-hal tersebut. Duckworth mengistilahkan individu yang memiliki grit tinggi dengan sebutan gritty. Menurut Rojas, Reser, Toland, & Usher (2012), self efficacy ditemukan berkorelasi positif dengan grit, terkait dengan hal mengejar nilai akademik pada mata pelajaran Membaca dan Matematika di wilayah tenggara Amerika Serikat. Penelitian Faust (2017) juga menyatakan bahwa grit juga telah ditemukan berkorelasi positif dan signifikan dengan self efficacy mahasiswa yang pertama kali ditempatkan pada developmental education yang diadakan oleh Universitas Negeri di Pennsylvania. Self efficacy dan grit memiliki perbedaan yang terletak pada persistensi individu sepanjang waktu (Sending, 2014). Grit termasuk pada kelompok trait personality sehingga grit lebih konsisten pada diri individu (Duckworth, 2007). Grit sebagai trait merupakan predisposisi individu untuk berpikir, merasa, dan bertindak yang membedakan individu dari individu lainnya (Seligman, 2013). Berbeda dengan grit, self efficacy merupakan keyakinan mengenai kemampuan yang dimiliki oleh individu yang dapat bervariasi dari satu situasi ke situasi lainnya bergantung pada kompetensi-kompetensi yang diperlukan pada aktivitasaktivitas yang berbeda (Feist & Feist, 2008). Faust (2017) menyatakan bahwa grit tidak

6 memiliki dampak secara langsung pada performa dan prestasi akademik mahasiswa, namun grit memiliki dampak secara langsung terhadap self efficacy yang memiliki dampak yang lebih kuat terhadap performa dan prestasi mahasiswa. Mahasiswa yang gritty memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk memiliki self efficacy yang tinggi dibandingkan dengan self efficacy yang rendah. Dengan kata lain, grit sebagai suatu trait dapat memprediksi self efficacy sebagai self efficacy sebagai keyakinan tentang kemampuan yang dimiliki mahasiswa untuk mengorganisasikan dan melaksanakan tindakan dalam menyelesaikan Usulan Penelitian. Ketekunan usaha dan konsistensi minat yang dimiliki oleh mahasiswa dapat memengaruhi bagaimana mahasiswa menghayati keyakinan diri mengenai kemampuan yang dimiliki dalam menyelesaikan Usulan Penelitian. Mahasiswa yang gritty akan tekun berusaha dan konsisten dengan minat pada topik dari bidang penelitiannya sehingga mahasiswa menjadi yakin mengenai kemampuannya dalam menyelesaikan Usulan Penelitian. Sebaliknya, mahasiswa yang kurang gritty akan lebih mudah patah semangat dan menyerah ketika mengalami kesulitan, serta mengubah-ubah minat yang dimilikinya sehingga mahasiswa menjadi kurang yakin mengenai kemampuannya dalam menyelesaikan Usulan Penelitian. Oleh karena itu, berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari Tata Usaha mengenai jumlah mahasiswa yang mengontrak Usulan Penelitian lebih dari semester yang berjumlah banyak pada setiap semester, data survei awal mengenai penyebab mahasiswa tidak dapat menyelesaikan Usulan Penelitian dalam satu semester, serta adanya hasil penelitian mengenai hubungan grit dengan self efficacy menurut Rojas, Reser, Toland, & Usher (2012) dan Faust (2017) yang menunjukkan grit berkorelasi positif dengan self efficacy, maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai Hubungan antara Grit dengan Self Efficacy dalam Menyelesaikan Usulan Penelitian pada Mahasiswa Fakultas Psikologi di Universitas X Bandung.

7 1.2 Identifikasi Masalah Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana hubungan antara grit dengan self efficacy dalam menyelesaikan Usulan Penelitian pada mahasiswa yang telah mengontrak Usulan Penelitian lebih dari satu semester di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Penelitian ini bermaksud untuk memeroleh gambaran mengenai hubungan antara grit dengan self efficacy dalam menyelesaikan Usulan Penelitian pada mahasiswa yang telah mengontrak Usulan Penelitian lebih dari satu semester di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung. 1.3.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara grit dengan self efficacy dalam menyelesaikan Usulan Penelitian pada mahasiswa yang telah mengontrak Usulan Penelitian lebih dari satu semester di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Memberikan informasi bagi ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Positif dan Psikologi Pendidikan mengenai hubungan antara grit dengan self efficacy. Memberikan informasi sebagai acuan bagi peneliti lain yang memerlukan sumber tambahan untuk melakukan penelitian lanjut mengenai hubungan antara grit dengan self efficacy.

8 1.4.2 Kegunaan Praktis Memberikan pengetahuan bagi Prodi S1 Fakultas Psikologi Universitas X Bandung mengenai hubungan antara grit dengan self efficacy dalam menyelesaikan Usulan Penelitian sehingga dapat menjadi pertimbangan bagi Prodi S1 untuk merancang sebuah program/kegiatan bagi dosen wali dan dosen pembimbing agar dapat meningkatkan grit dan self efficacy mahasiswa dalam menyelesaikan Usulan Penelitian. Memberikan pengetahuan bagi dosen wali dan dosen pembimbing di Fakultas Psikologi Universitas 'X' mengenai hubungan antara grit dengan self efficacy dalam menyelesaikan Usulan Penelitian pada mahasiswa yang telah mengontrak Usulan Penelitian lebih dari satu semester sehingga dosen wali dan dosen pembimbing dapat mengarahkan mahasiswa untuk tekun berusaha dan konsisten dengan minatnya selama proses bimbingan agar dapat meningkatkan self efficacy mahasiswa dalam menyelesaikan Usulan Penelitian. 1.5 Kerangka Pikir Mahasiswa Fakultas Psikologi Di Universitas X memiliki tujuan jangka panjang dalam menjalani perkuliahannya, yaitu dapat lulus sebagai seorang Sarjana Psikologi dan memersiapkan jenjang selanjutnya baik untuk persiapan bekerja, melanjutkan pendidikan ke magister Psikologi dan memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai ilmu Psikologi. Dalam rangka mencapai tujuan jangka panjang tersebut, mahasiswa harus dapat menyusun skripsi pada semester VIII setelah menempuh Usulan Penelitian pada semester VII, sesuai dengan ketentuan kurikulum yang berlaku. Mahasiswa yang belum dapat menyelesaikan Usulan Penelitian dalam satu semester akan mengontrak kembali Usulan Penelitian pada semester berikutnya. Mahasiswa akan kembali menjalani serta menghadapi hambatan dan

9 tuntutan dalam proses penyusunan Usulan Penelitian. Mahasiswa akan kembali mencari fenomena topik penelitian dari bidang yang diminati, mencari referensi yang diperlukan, menjalani kegiatan bimbingan dengan dosen, dan merevisi dari umpan balik dosen. Dalam menjalani Usulan Penelitian, mahasiswa memerlukan self efficacy untuk dapat menyelesaikan penyusunan Usulan Penelitian dalam satu semester. Self efficacy dapat membuat mahasiswa menunjukkan perilaku yang terarah dalam mencapai tujuan jangka panjang untuk lulus sebagai seorang Sarjana Psikologi. Bandura (1997) mendefinisikan self efficacy sebagai keyakinan tentang kemampuan individu untuk mengorganisasikan dan melaksanakan tindakan untuk menghasilkan suatu pencapaian. Self efficacy terdiri dari 4 aspek yaitu pilihan yang dibuat, usaha yang dikerahkan, ketahanan individu dalam menghadapi rintangan atau kegagalan, serta pengendalian reaksi emosional. Aspek pilihan merupakan seberapa yakin mahasiswa mengenai kemampuan dan kompetensi dirinya untuk menentukan pilihan dan tindakannya dalam mengerjakan Usulan Penelitian dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam memilih fenomena topik penelitian dari bidang yang diminatinya, mahasiswa akan menganggap bahwa mencari fenomena dalam menyelesaikan Usulan Penelitian merupakan suatu tugas menantang yang dapat diselesaikan. Oleh karena itu, mahasiswa akan merasa yakin mengenai kemampuan dirinya sehingga mahasiswa akan lebih memilih fenomena-fenomena yang menarik, terbaru, dan memungkinkan untuk diteliti. Aspek kedua, usaha merupakan seberapa banyak usaha yang dikerahkan mahasiswa pada saat menjalani Usulan Penelitian dan menghadapi berbagai tantangan dan hambatan dalam mencapai tujuan yang dimilikinya dalam berkuliah di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung. Mahasiswa yang merasa yakin dirinya mampu akan melakukan banyak usaha untuk mendapatkan referensi yang diperlukan dalam menyelesaikan Usulan Penelitian. Mahasiswa akan berdiskusi dengan dosen pembimbing, dosen lain, ataupun pihak-pihak

10 lainnya yang dapat memberikan referensi yang berkaitan dengan Usulan Penelitian. Mahasiswa juga akan lebih meluangkan waktu untuk membaca jurnal dan buku yang berkaitan dengan Usulan Penelitiannya. Aspek ketiga, ketahanan merupakan daya tahan mahasiswa ketika menjalani Usulan Penelitian dalam mencapai tujuan yang dimiliki. Mahasiswa yang merasa yakin dirinya mampu untuk bertahan akan memandang kegagalannya untuk menyusun Usulan Penelitian pada semester sebelumnya sebagai akibat dari kurangnya usaha, keterampilan atau pengetahuan yang dimiliki sehingga mahasiswa akan meningkatkan dan memertahankan usahanya. Dalam melakukan kegiatan bimbingan, mahasiswa yang merasa yakin mampu bertahan akan tetap berupaya melakukan kegiatan bimbingan secara rutin, meskipun dosen pembimbing tidak menyenangkan. Ketika progres Usulan Penelitian tidak memiliki kemajuan yang signifikan, maka mahasiswa akan tetap melakukan kegiatan bimbingan dan terus bertahan untuk meningkatkan progresnya. Aspek keempat, pengendalian reaksi emosional merupakan penilaian mahasiswa mengenai kemampuan yang dimiliki dalam menyusun Usulan Penelitian yang berpengaruh terhadap reaksi emosionalnya. Mahasiswa yang merasa yakin mengenai kemampuan dirinya akan menilai dirinya mampu mengerjakan dan menghadapi tuntutan untuk menyelesaikan Usulan Penelitian sehingga mahasiswa akan merasa yakin mampu untuk mengendalikan perasaannya. Dalam menghadapi situasi berkaitan dengan pengerjaan revisi dari umpan balik dosen, mahasiswa seringkali mengalami rasa cemas karena terdapat beberapa umpan balik yang sulit untuk dipahami. Mahasiswa yang merasa yakin atas kemampuannya akan dapat mengendalikan perasaannya untuk tetap tenang karena mahasiswa merasa dirinya mampu untuk memahami dan merevisi umpan balik yang sulit. Jika mahasiswa memiliki keyakinan atas pilihan, usaha, daya tahan, dan kemampuan dirinya untuk mengendalikan reaksi emosional, maka mahasiswa akan memiliki self efficacy

11 yang tinggi. Mahasiswa yang merasa yakin atas pilihannya yang berkaitan dengan Usulan Penelitian akan merasa yakin juga atas usahanya dalam mencari fenomena topik penelitian dari bidang yang diminati, mendapatkan referensi yang diperlukan, menjalani kegiatan bimbingan dengan dosen, dan merevisi dari umpan balik dosen. Mahasiswa yang merasa yakin atas pilihan dan usahanya akan merasa yakin mampu tetap bertahan dalam menghadapi berbagai kesulitan dan hambatan yang berkaitan dengan Usulan Penelitian. Untuk dapat tetap bertahan dalam menempuh Usulan Penelitian, mahasiswa juga akan merasa yakin mampu untuk mengendalikan reaksi emosionalnya agar mahasiswa dapat tetap tenang selama menghadapi kesulitan dan hambatan. Bandura (1997) menyatakan bahwa self efficacy yang dimiliki oleh seseorang dalam setiap tugas dapat sangat bervariasi karena adanya beberapa faktor yang berpengaruh dalam memersepsikan kemampuan diri individu, seperti jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan formal, dan pengalaman yang dimiliki individu. Adanya perbedaan jenis kelamin pada mahasiswa dapat membuat self efficacy yang dimiliki oleh mahasiswa laki-laki menjadi cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan karena adanya pandangan bahwa perempuan lebih sulit untuk mengikuti pelajaran dibandingkan dengan laki-laki. Usia yang dimiliki oleh mahasiswa dapat memengaruhi seberapa banyak pengalaman terkait dengan penelitian yang dimiliki oleh mahasiswa sehingga dapat memengaruhi self efficacy yang dimiliki. Tingkat pendidikan yang dijalani mahasiswa dapat membuat mahasiswa mendapatkan kesempatan belajar untuk meningkat cara berpikir dan mengolah masalah. Kemampuan mengolah masalah tersebut dapat digunakan oleh mahasiswa dalam mengatasi hambatan sehingga hal ini dapat memengaruhi self efficacy mahasiswa dalam menyelesaikan Usulan Penelitian. Pengalaman mahasiswa terkait dengan menyusun Usulan Penelitian juga dapat memengaruhi self efficacy yang dimiliki karena mahasiswa mengalami proses adaptasi dan pembelajaran dalam menyelesaikan Usulan Penelitian. Mahasiswa yang dapat beradaptasi

12 dan menganggap pembelajaran sebagai hal yang penting akan menunjang self efficacy yang dimiliki dalam menyelesaikan Usulan Penelitian. Selain faktor-faktor tersebut, terdapat hal lain yang dapat memengaruhi self efficacy mahasiswa dalam menyelesaikan Usulan Penelitian yaitu grit. Menurut Rojas, Reser, Toland, & Usher (2012) serta Faust (2017), grit telah ditemukan berkorelasi positif dengan self efficacy yang dimiliki individu. Mahasiswa memerlukan grit untuk dapat menyelesaikan penyusunan Usulan Penelitian dan mencapai tujuan jangka panjangnya. Dengan memiliki grit mahasiswa akan memiliki ketekunan usaha agar mahasiswa tetap berusaha mengerjakan dan menyelesaikan Usulan Penelitian, meskipun telah mengalami kegagalan dan hambatan pada semester sebelumnya. Mahasiswa juga akan tetap konsisten dengan topik penelitian dari bidang yang diminati sehingga mahasiswa tidak mudah mengganti topik penelitian dari bidang yang diminati dan tidak mudah teralihkan oleh kegiatan lain. Menurut Duckworth (2007), grit adalah kecenderungan orang-orang untuk mempertahankan ketekunan dan minat untuk tujuan jangka panjang yang menantang. Grit menjadi stamina bagi individu karena grit mengenai seberapa konsisten usaha dan minat individu untuk menuju suatu arah dan mencapai tujuan tertentu. Mahasiswa gritty akan mampu untuk bekerja keras dalam menempuh Usulan Penelitian dengan tantangan dan kesulitan atau tanpa adanya kemajuan dalam mencapai tujuan jangka panjang untuk dapat lulus sebagai seorang Sarjana Psikologi. Grit terdiri dari dua aspek yaitu ketekunan usaha dan konsistensi minat. Aspek pertama yaitu ketekunan usaha merupakan seberapa keras mahasiswa berusaha untuk mencapai tujuan, serta seberapa lama mahasiswa dapat memertahankan usahanya. Mahasiswa yang telah mengontrak Usulan Penelitian lebih dari satu semester yang memiliki ketekunan usaha akan memperlihatkan perilaku untuk bertahan ketika menghadapi tantangan dan rintangan dalam rangka menyelesaikan Usulan Penelitian. Mahasiswa memerlihatkan perilaku

13 yang tetap tekun dalam mencari fenomena topik penelitian dari bidang yang diminati, meskipun fenomena yang diajukan sebelumnya belum sesuai dan belum disetujui oleh dosen pembimbing. Mahasiswa akan tekun berusaha dalam mendapatkan referensi yang diperlukan, baik melalui internet, jurnal, buku, dan sebagainya. Mahasiswa juga akan tekun untuk merevisi dari umpan balik dosen dengan cara menetapkan jadwal yang disertai dengan target, dan lebih aktif menghubungi dosen agar dapat melakukan kegiatan bimbingan secara rutin. Aspek kedua, konsistensi minat merupakan seberapa konsisten minat mahasiswa untuk mencapai tujuan jangka panjang yang ingin dicapai. Konsistensi minat pada mahasiswa yang telah mengontrak Usulan Penelitian lebih dari satu semester akan tercermin dari minat mahasiswa terhadap topik penelitian dari bidang yang diminatinya yang tidak mudah berubah dan tetap bertahan dengan metode penelitian yang diminati sejak awal. Minat mahasiswa terhadap topik penelitian dari bidang yang diminati juga tidak akan mudah teralihkan dengan kegiatan lain baik di luar maupun dalam bidang akademik, meskipun menghadapi hambatan dan kegagalan dalam rangka menyelesaikan Usulan Penelitian. Mahasiswa dengan ketekunan usaha dan konsistensi minat yang tinggi akan menjadi mahasiswa yang gritty. Mahasiswa yang gritty akan terus berusaha untuk menyelesaikan Usulan Penelitian, meskipun mengalami kejenuhan dan kesulitan. Sebaliknya, mahasiswa yang kurang gritty akan lebih mudah patah semangat dan menyerah ketika mengalami kesulitan, serta mengubah minat yang dimilikinya. Mahasiswa yang gritty akan bekerja lebih keras daripada mahasiswa yang kurang gritty, meskipun mereka berada pada tingkat kemampuan yang sama. Dalam menempuh Usulan Penelitian, mahasiswa yang gritty akan tetap berkomitmen untuk mencapai tujuan jangka panjang yang dimiliki. Ketika mahasiswa mengalami kesulitan dan hambatan, seperti sulit untuk menemukan fenomena, belum memiliki referensi yang diperlukan untuk penelitiannya, sulit bertemu dosen untuk melakukan

14 kegiatan bimbingan, rasa jenuh untuk merevisi, maka mahasiswa yang gritty akan tetap tekun berusaha dan konsisten pada topik penelitian dari bidang yang diminati. Faust (2017) menyatakan bahwa grit tidak memiliki dampak secara langsung pada performa dan prestasi akademik mahasiswa, namun grit memiliki dampak secara langsung terhadap self efficacy yang memiliki dampak yang lebih kuat terhadap performa dan prestasi mahasiswa. Mahasiswa yang gritty memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk memiliki self efficacy yang tinggi dibandingkan dengan self efficacy yang rendah. Dengan kata lain, grit sebagai suatu trait dapat memprediksi self efficacy sebagai keyakinan tentang kemampuan yang dimiliki mahasiswa untuk mengorganisasikan dan melaksanakan tindakan dalam menyelesaikan Usulan Penelitian. Grit termasuk pada kelompok trait personality yang merupakan predisposisi individu untuk berpikir, merasa, dan bertindak yang membedakan individu dari individu lainnya sehingga grit lebih relatif stabil dari waktu ke waktu pada diri mahasiswa. Grit sebagai trait berkontribusi terhadap perbedaan setiap perilaku individu, konsistensi perilaku individu sepanjang waktu, dan stabilitas dari perilaku pada berbagai situasi (Feist & Feist, 2008). Mahasiswa yang tekun usaha dan konsisten dengan minat pada topik dari bidang penelitian yang diminatinya akan memengaruhi keyakinan mahasiwa mengenai kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan Usulan Penelitian. Sebaliknya, mahasiswa yang kurang tekun berusaha dan tidak konsisten dengan minat pada topik dari bidang penelitian yang diminatinya akan merasa tidak yakin dengan kemampuannya untuk menyelesaikan Usulan Penelitian. Mahasiswa yang tidak konsisten dengan minat pada topik penelitian akan mudah teralihkan oleh kegiatan lain yang tidak terkait Usulan Penelitian, serta mudah mengganti fenomena, variabel, dan subjek yang terkait dengan Usulan Penelitian. Hal ini dapat membuat mahasiswa kurang dapat meluangkan banyak waktu untuk melakukan usaha terkait mengerjakan Usulan Penelitian. Oleh karena itu, mahasiswa gritty akan memiliki self efficacy yang juga tinggi sehingga mahasiswa akan terus berusaha menghadapi

15 kesulitan dan tantangan untuk menyelesaikan Usulan Penelitian dalam rangka mencapai tujuan jangka panjangnya. Sebaliknya, mahasiswa yang kurang gritty akan memiliki self efficacy yang juga rendah sehingga mahasiswa akan mudah menyerah dalam menyelesaikan Usulan Penelitian mencapai tujuan jangka panjangnya.

16 Uraian di atas secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut : Aspek : 1. Konsistensi Minat 2. Ketekunan Usaha Mahasiswa yang Mengontrak Kembali Usulan Penelitian di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung Grit Self Efficacy Faktor yang memengaruhi : 1. Jenis Kelamin 2. Usia 3. Tingkat Pendidikan Formal Aspek : 4. Pengalaman 1. Pilihan yang dibuat 2. Usaha yang dikerahkan 3. Ketahanan saat menghadapi kegagalan dan rintangan 4. Pengendalian reaksi emosional Bagan 1.1 Kerangka Pikir

17 1.6 Asumsi 1. Mahasiswa yang telah mengontrak Usulan Penelitian lebih dari satu semester di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung memerlukan self efficacy agar mahasiswa merasa yakin mengenai kemampuan dirinya dalam menyelesaikan Usulan Penelitian. 2. Mahasiswa perlu memiliki grit sebagai suatu kecenderungan untuk tekun berusaha dan konsisten pada minat mengenai topik penelitiannya sehingga mahasiswa dapat memiliki self efficacy yang tinggi dalam menyelesaikan Usulan Penelitian. 3. Mahasiswa yang gritty akan merasa lebih yakin mengenai kemampuan dirinya dalam menyelesaikan Usulan Penelitian dibandingkan mahasiswa yang kurang gritty. 1.7 Hipotesis Terdapat hubungan antara grit dengan self efficacy dalam menyelesaikan Usulan Penelitian pada mahasiswa yang telah mengontrak Usulan Penelitian lebih dari satu semester di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung