BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

DEFINISI- DEFINISI A-1

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

BAB 1 PENDAHULUAN. terbentuklah Kabupaten Natuna dengan kota Ranai sebagai pusat

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Kesiapan Kondisi Jayengan Kampoeng Permata Sebagai Destinasi Wisata

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik wisata tersebut berada mendapat pemasukan dan pendapatan.

oleh semua pihak dalam pengembangan dunia pariwisata.

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab

DAFTAR ISI Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Keaslian Penelitian.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Rekomendasi Keterbatasan Studi DAFTAR PUSTAKA... xv

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016)

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. tujuan dalam penelitian dengan baik dan benar. Menurut Masyhuri dan Zainuddin

BAB V STRATEGI DAN REKOMENDASI. 5.1 Strategi Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Badau

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SPA (SOLUS PER AQUA)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN & REKOMENDASI

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh:

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. Bertolak dari kajian dan hasil analisis pada Bab sebelumnya maka dapat

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A. Perencanaan dan Pengelolaan Pariwisata Perencanaan berarti memperhitungkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta

1. PENDAHULUAN. Suprihan (Supriharyono, 2002:1). Setiap kepulauan di Indonesia memiliki

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Perbandingan Temuan dengan Proposisi

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil,

BAB 1 PENDAHULUAN. (RTRW Kab,Bandung Barat)

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB II KAJIAN TEORI...

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah,

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya

BAB IIKAJIAN TEORI...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

I. PENDAHULUAN. berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebagai objek daya tarik wisata meliputi; pesta panen hasil kebun, makan adat Horum

WALIKOTA SEMARANG - 1 -

Pengembangan Wisata Terpadu Berdasarkan Daya Tarik Kawasan Konservasi di Kecamatan Cimenyan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN INTAN JAYA KEPALA DINAS U P T D. Untuk salinan yang sah sesuai dengan yang asli

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan mengaktifkan sektor lain di negara penerima wisatawan. Sebagai industri

UJI PETIK RANCANGAN PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAAN DAN PARIWISATA TENTANG PASAR PESONA BUDAYA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian sebagaimana disampaikan dalam bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa kesimpulan yang dirumuskan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Tegal merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kepariwisataan merupakan salah satu dari sekian banyak gejala atau

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. sangat menjanjikan bagi negara Indonesia karena memiliki potensi kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan. Peluang itu didukung oleh kondisi kondisi alamiah

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh Menteri Pariwisata kepada Kompas.com, bahwa berdasarkan

ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS. Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D

STUDI SEGMENTASI PASAR DAN PENILAIAN ATRAKSI SEBAGAI MASUKAN BAGI PENINGKATAN ATRAKSI TAMAN WISATA BUDAYA JAWA TENGAH PURI MAEROKOCO TUGAS AKHIR

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

Transkripsi:

162 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengembangan Desa Suntenjaya dalam mendukung perwujudan desa wisata yang telah dijelaskan dalam bab IV, maka dari itu dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan potensi atraksi, aksesibilitas dan amenitas wisata Temuan terhadap potensi atraksi wisata dapat disimpulkan termasuk kedalam kelas I, hal tersebut menunjukan Desa Suntenjaya berpotensi secara atraksi. Adapun atraksi tersebut meliputi aspek fisik seperti kondisi tanah, kondisi air serta iklim. Kondisi sosial masyarakat dilihat dari pola usaha sangat beragam, namun proporsi paling banyak ialah sebagai peternak. Aspek biotis meliputi jenis hewan baik ternak maupun tidak serta ragam tumbuhan. Aspek tersebut memenuhi kriteria Desa Wisata karena terdapat beragam jenis hewan ternak serta berbagai jenis tanaman. Dilihat dari aspek tipologis dan tata ruang kondisi desa dinilai cukup jauh dari pusat perkotaan dan letak desa yang berada diperkampungan dan tidak terlalu luas. Aspek tata bangunan di desa didominasi oleh rumah permanen modern, namun adapula masyarakat yang masih mempertahankan rumah panggung dengan elemen penunjang kandang ternak. Aspek budaya masih terjaga seperti pemakaian pakaian khas sunda akan digunakan saat perayaan tertentu, dan budaya saat pernikahan, khitanan maupun kematian masih dipegang oleh masyarakat disini. Aspek upacara pun menjadi pendukung di desa ini karena masih terjaganya beberapa upacara seperti hajat buruan dan ruwatan lembur. Jenis kesenian di desa ini sangat beragam. Namun perlu adanya peningkatan terhadap arena kesenian. Ditengah berdirinya program desa wisata, keunikan lainnya ialah masih dijaganya cerita rakyat yang beredar didesa. Aspek pendukung lain ialah produk kerajinan, kerajinan di desa ini sangat beragam, namun belum adanya pengelolaan yang baik dari pemerintah setempat maupun masyarakat dalam memasarkan hasil produk mereka. 162

163 Temuan berdasarkan potensi aksesibilitas termasuk kedalam kelas II yaitu cukup potensial dijadikan sebagai desa wisata, namun perlu adanya perbaikan kondisi akses jalan di Desa Suntenjaya serta perlu adanya penambahan terhadap angkutan wisata serta penambahan papan petunjuk arah di desa wisata. Sedangkan temuan untuk potensi sarana wisata termasuk kedalam kelas III yaitu kurang potensial dijadikan desa wisata, hal tersebut dikarenakan beberapa kondisi yang seharusnya terdapat didesa belum tersedia. Seperti keberadaan rumah makan, angkutan wisata menuju desa, saran pelengkap wisata seperti tempat hiburan, tempat rekreasi dan toko cinderamata pun belum tersedia memenuhi kegiatan wisatawan. Adapun potensi prasarana termasuk kedalam kelas II yaitu cukup potensial dikembangkan menjadi desa wisata, namun perlu peningkatan terhadap beberapa fasilitas 2. Berdasarkan bentuk partisipasi masyarakat dalam mendukung perwujudan Desa Wisata Bentuk partisipasi masyarakat sangat diperlukan bagi keberlanjutan program desa wisata, bentuk pasrtisipasi pun menjadi salah satu bentuk sadar wisata yang dilakukan masyarakat, adapun keterlibatan partisipasi yang dilakukan masyarakat berdasarkan usia adalah 41-50 tahun, partisipasi yang dilakukan didominasi oleh penduduk laki-laki, adapun pendidikan terkahir partisipan ialah jenjang pendidikan SD, mata pencaharian partisipasi penduduk ialah petani, status kependudukan masyarakat desa ialah asli Desa Suntenjaya dan lama tinggal >20 tahun. Adapun pendapatan penduduk mayoritas berpartisipasi ialah Rp.1.000.000 1.500.000. Bentuk partisipasi masyarakat merupakan salah satu bukti sadar wisata, adapun bentuk partisipasi yang paling banyak dilakukan ialah partisipasi secara tidak langsung seperti menjaga kebersihan dengan gotong royong membersihkan kampung, menjaga keindahan alam dengan menanam tanaman hias maupun tanaman keras di sekitar rumah dan desa, menjaga keamanan yang dilakukan ialah ronda malam, menjaga tradisi maupun cerita rakyat desa seperti melakukan tradisi hajat buruan dan ruwatan lembur, serta keramahtamahan terhadap wisatawan Adapun bentuk partisipasi yang dianggap rendah ialah partisipasi buah pemikiran seperti mengikuti sosialisasi desa wisata, mengikuti setiap diskusi

164 terkait pengampilan keputusan, serta menyumbangkan pendapat atau ide dalam diskusi dinilai masih rendah dilakukan masyarakat. Selain itu keterlibatan dalam bentuk partisipasi dalam bentuk secara langsung pun masih rendah karena hanya sebagian masyarakat yang terlibat dalam pertunjukan seni dan pembinaan seni maupun budaya. Bentuk partisipasi berupa sumbangan harta benda dan uang pun dinilai masih rendah dilakukan masyarakat, karena hanya sebagian kecil masyarakat yang menyumbangkan terhadap pengembangan desa wisata. Selanjutnya bentuk partisipasi berupa keterlibatan dalam keterampilan seperti pembuatan cinderamata dan makanan ataupun minuman khas masih rendah dilakukan masyarakat. Hal tersebut menunjukan dari nilai keseluruhan bentuk partisipasi masyarakat dinilai masih rendah, perlu adanya kesadaran serta penyuluhan bagi masyarakat agar meningkatkan sadar wisata. Adapun karakteristik wisatawan yang mengunjungi desa wisata berdasarkan aspek sosio demografis didominasi oleh wisatawan laki-laki, dan berusia 21-40 tahun. Adapun tingkatan pendidikan terkahir wisatawan didominasi S1 dan SMA, mata pencaharian wisatawan mayoritas pegawai swasta, tingkat pendapatan wisatawan berada pada rentang Rp. 1.000.000-3.000.000. Karakteristik berdasarkan aspek geografis wisatawan didominasi berasal dari kota Bandung. Berdasarkan aspek perjalanan, wisatawan melakukan perjalanan menggunakan moda transportasi kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor, adapun waktu tempuh yang diperlukan wisatawan mencapai desa wisata mayoritas >5 jam. Adapun teman perjalanan dilakukan dengan teman ataupun rekan kerja jumlah teman perjalanan 4-5 orang. Sumber informasi mengenai desa wisata didapat dari cerita teman ataupun kerabat. Waktu yang digunakan untuk berlibur didominasi wisatawan yang berlibur pada akhir pekan Berdasarkan karakteristik wistawan dilihat dari psikografis, didominasi oleh wisatawan yang baru pertama kali mengunjungi desa wisata, lama kunjungan wisatawan didominasi satu hari dan tidak menginap, artinya desa wisata Suntenjaya termasuk ke dalam kriteria desa wisata tipe sejenak. Pengeluaran wisatawan didominasi <Rp.100.000, motivasi wisatawan berkunjung ke desa wisata ialah rekreasi. Adapun aktivitas yang banyak dilakukan wisatawan ialah berfoto dan jalan-jalan. Adapun beberapa

165 saran wisatawan terhadap kondisi desa wisata ialah perbaikan akses jalan, memperbanyak aktivitas wistawan, peningkatan fasilitas bagi wisatawan serta penaataan lingkungan desa wisata. Adapun tingkat kepuasan wisatawan berada pada tingkat cukup puas. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya peningkatan terhadap kondisi baik itu perbaikan akses jalan, penambahan fasilitas, pengembangan aktivitas yang dapat dilakukan oleh wisatawan agar menjadi faktor penahan wisatawan di desa wisata serta penataan lingkungan agar memberikan rasa menarik bagi wisatawan. 3. Strategi pengembangan Desa Wisata Berdasarkan hasil pengolahan terhadap aspek kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman melalui analisis SWOT, dapat dirumuskan strategi yang perlu dilakukan terkait pengembangan Desa Suntenjaya menjadi desa wisata diantaranya: Mempertahankan serta mempertunjukan beragam jenis kesenian khas dan beragam budaya sebagai bagian dari pelestarian budaya serta menjadi bagian dari atraksi yang dapat ditonton oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara, Membuat satu paket wisata diantaranya mengkombinasikan keindahan alam pegunungan, arela pertanian, areal peternakan serta seni dan budaya menjadi aktivitas wisatawan, meningkatkan kualitas dan kuantitas produk kerajinan dan olahan makanan dan minuman khas, melakukan perbaikan terhadap kondisi aksesibilitas jalan, melengkapi sarana dan prasarana bagi wisatawan, meningkatkan tingkat promosi dan pemasaran, memberikan pembinaan pada masyarakat mengenai upaya sadar wisata, meningkatkan kerjasama antara masyarakat, pengelola dan pemerintah terkait pengembangan desa wisata dalam mewujudkan keberhasilan program tersebut, serta meningkatkan dan membina tingkat kesigaan masyarakat desa terhadap ancaman kebencanaan seperti gempa bumi atau gerakan tanah. B. Implikasi Pengembangan potensi suatu desa menjadi desa wisata bertujuan untuk memajukan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat sekitar desa. Selain itu potensi yang dimiliki suatu desa dapat dijadikan sebagai kegiatan wisata yang berkelanjutan. Selain daripada itu tujuan pengembangan desa wisata dapat

166 dikaitkan dengan dunia pendidikan. Salah satunya pendidikan geografi, geografi sendiri dalam kaitan dengan pariwisata dapat dilihat dari aspek ruang. Sebagaimana diungkapkan oleh Sujali (dalam Arjana 2015, hlm. 9) pendekatan geografi yang mendasarkan pada aspek keruangan mempunyai kaitan erat dengan persebaran dari suatu obyek pembahasan. Kajian tentang perkembangan pariwisata dapat dijadikan obyek penelitian Geografi karena terdapat hubungan pemikian tata ruang, lingkungan serta waktu dimana aneka bentuk pola kehidupan dan penghidupan manusia tergantung pada potensi yang dimiliki daerahnya masing masing. Adapun implikasi penelitian ini dalam bidang pendidikan adalah: 1. Memberikan pengetahuan terhadap kondisi fisik maupun sosial di suatu wilayah 2. Memberikan penggambaran terhadap penggunaan suatu ruang bagi keberlanjutan manusia 3. Kegiatan pariwisata merupakan kajian geografi karena terdapat penggambaran bagaimana pola pergerakan wisatawan. Adapun materi pembelajaran geografi di sekolah yang terkait dengan potensi suatu daerah dijadikan sebagai desa wisata berkaitan dengan materi Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XI dan XII yaitu Kompetensi Dasar 4.6 : Mengidentifikasi keunikan budaya daerah setempat yang paling menonjol dan atau sebagai bagian dari identitas bangsa Indonesia dalam bentuk narasi atau gambar Materi pokok 1. Regionalisasi keragaman budaya nasional 1. Ragam keunikan budaya daerah dan identitas budaya nasional 2. Budaya tradisional sebagai potensi wisata dan ekonomi kreatif Kompetensi Dasar 3.1 : Memahami konsep wilayah dan perwilayahan dalam perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi dan kabupaten/kota Materi pokok 1. Wilayah, perwilayahan dan tata ruang

167 2. Sifat dan jenis perencanaan wilayah 3. Langkah perencanaan wilayah 4. Perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi dan kabupaten kota Pembelajaran geografi dengan pariwisata terkait dengan kajian bagaimana ruang dimanfaatkan sebagai kegiatan wisata, terkait bagaimana penggunaan lahan yang digunakan oleh manusia, terkait bagaimana persamaan dan perbedaan di tiap permukaan bumi serta bagaimana budaya di suatu tempat dapat menjadi kegiatan wisata. Salah satu aspek terkait ialah persamaan dan perbedaan disuatu wilayah ialah memberikan pembelajaran bagaimana aspek alam dan manusia dapat terintegrasi. Hal tersebut dikarenakan pariwisata selalu membutukan keterpaduan antara kemenarikan alam, budaya, partisipasi masyarakat, aksesibilitas, fasilitas dan lembaga pendidikan sebagai pengembang sumberdaya manusia serta dukungan pemerintah, memberikan pembelajaran terhadap hubungan antara fenomena dalam ruang dan dampak dari aktivitas terhadap ruang, memberikan pembelajaran bagaimana lingkungan dimanfaatkan serta memberikan pemebelajaran bagaimana struktur, bentuk dan pola penggunaan lahan yang dimanfaatkan secara efisien dan berkesinambungan. C. Rekomendasi Berdasarkan temuan dan pembahasan yang telah diuraikan sebagai acuan bagaimana potensi yang terdapat di Desa Suntenjaya dalam mendukung perwujudan desa wisata dapat berkembang dan memberikan manfaat bagi masyarakatnya sendiri, adapun beberapa saran dari penelitian ini bagi berkembangnya kegiatan wisata di Desa Suntenjaya ialah: 1. Rekomendasi bagi potensi yang dimiliki Desa Suntenjaya ialah mempertahankan dan mengembangkan potensi atraksi wisata, memperbaiki potensi aksesibilitas serta melengkapi sarana dan prasarana wisata bagi wisatawan yang berkunjung. 2. Bentuk partisipasi masyarakat perlu ditingkatkan terutama terhadap sadar wisata dalam bentuk partisipasi menyumbangkan ide atau pendapat saat berdiskusi terkait desa wisata, partisipasi dalam sumbangan uang maupun harta

168 benda, partisipasi keterampilan serta partisipasi secara langsung dalam bentuk pembinaan dan penampilan seni maupun budaya. 3. Strategi pengembangan yang perlu dilakukan agar desa suntenjaya berkembang dalam desa wisata diantaranya; Mempertahankan serta mempertunjukan beragam jenis kesenian khas dan beragam budaya sebagai bagian dari pelestarian budaya serta menjadi bagian dari atraksi yang dapat ditonton oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara, Membuat satu paket wisata diantaranya mengkombinasikan keindahan alam pegunungan, arela pertanian, areal peternakan serta seni dan budaya menjadi aktivitas wisatawan, meningkatkan kualitas dan kuantitas produk kerajinan dan olahan makanan dan minuman khas, melakukan perbaikan terhadap kondisi aksesibilitas jalan, melengkapi sarana dan prasarana bagi wisatawan, meningkatkan tingkat promosi dan pemasaran, memberikan pembinaan pada masyarakat mengenai upaya sadar wisata, meningkatkan kerjasama antara masyarakat, pengelola dan pemerintah terkait pengembangan desa wisata dalam mewujudkan keberhasilan program tersebut, serta meningkatkan dan membina tingkat kesigaan masyarakat desa terhadap ancaman kebencanaan seperti gempa bumi atau gerakan tanah.

169