BAB I PENDAHULUAN tahun, remaja pertengahan pada usia tahun dan remaja akhir 18-

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diet merupakan hal yang tidak asing lagi bagi remaja di era moderen seperti saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tubuh dan berat badan yang ideal. Hal tersebut dikarenakan selain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. paling sering disorot oleh masyarakat. Peran masyarakat dan media membawa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. setelah masa anak-anak dan sebelum dewasa (WHO, 2014). Masa remaja adalah

Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap. perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap

BAB I PENDAHULUAN. diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.

BULIMIA NERVOSA. 1. Frekuensi binge eating

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI SENAM PADA REMAJA PUTRI DI SANGGAR SENAM 97 SUKOHARJO.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

CITRA DIRI REMAJA YANG MENGALAMI OVERWEIGHT Lina Mahayati STIKes William Booth (031)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat banyak mendatangi restauran-restauran yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Makanan merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang memiliki bentuk tubuh yang ideal memang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa, dan negara

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencapai tujuan. Komunikasi sebagai proses interaksi di antara orang untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja banyak permasalahan yang harus dihadapi, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan selain untuk pemuas rasa lapar dan dahaga juga berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. balita, anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut, makanan yang memenuhi syarat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

KUESIONER PENELITIAN

Harga Diri Pada Remaja Akhir yang Mengalami Gangguan Makan (Bulimia) FADILLA PERMATA PUTRI ( ) 5PA03

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja penampilan fisik merupakan hal yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan yang dramatis. masa

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penampilan merupakan faktor penting bagi setiap orang terutama bagi

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO

Contoh Penghitungan BMI: Obesitas atau Overweight?

REACHING YOUR ULTIMATE BEAUTY GOALS THROUGH BALANCED NUTRITION Beta Sindiana Dewi

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KETIDAKPUASAN SOSOK TUBUH (BODY DISSATISFACTION) PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. diri untuk menghadapi keadaan-keadaan tersebut (Hurlock, 1990).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja, seorang individu banyak mengalami perubahan yang

SATUAN ACARA PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA. Sub Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang Pada Lansia

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

ejournal Boga, Volume 3 Nomor 3, Yudisium Oktober Tahun 2014 Halaman 47-50

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini memiliki tubuh langsing menjadi tren di kalangan wanita, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena pengaruh hormonal. Perubahan fisik yang terjadi ini tentu saja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Model

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. Latar Belakang Masalah. sosial dan moral berada dalam kondisi kritis karena peran masa remaja berada

2015 HUBUNGAN ANTARA BOD Y IMAGE D ENGAN PERILAKU D IET PAD A WANITA D EWASA AWAL D I UPI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teristimewa dan terbaik dibanding dengan ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. sudut pandang saja. Sehingga istilah pacaran seolah-olah menjadi sebuah

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN PERILAKU DIET PADA REMAJA PUTRI

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aisha Nadya, 2013

8 Cara Menurunkan Kadar Gula Secara Alami

BAB I PENDAHULUAN. lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan. serta tumbuh kembang anak (Anggaraini, 2003:11).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

PENDIDIKAN GIZI DALAM SURVEILANS UNDERWEIGHT PADA REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu akan selalu dihadapkan dengan berbagai masalah dengan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Masih sedikit data yang secara khusus menjelaskan tentang kebutuhan nutrisi

BAB I PENDAHULUAN. ISPA(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) ( Dedeh,2010). Masa remaja. buruk serta kurangnya pengetahuan gizi ( Benun dan Ani,2014).

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam, sehingga kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi.

BAB 1 PENDAHULUAN. kembangnya dapat berlangsung secara optimal. Generasi penerus yang sehat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja terbagi dalam tiga tahapan yaitu remaja awal pada usia 12-15 tahun, remaja pertengahan pada usia 15-18 tahun dan remaja akhir 18-21 tahun (Monks, 2009). Pada masa ini remaja mengalami banyak perubahan, baik secara fisik, biologis, psikologis maupun sosial. Oleh karena itu pada masa ini sering timbul kegelisahan dan kontradiksi pada remaja. Masa ini juga sering dianggap sebagai periode badai dan tekanan, dimana remaja mengalami ketegangan emosi yang tinggi sebagai akibat dari perubahan fisik. Ketegangan emosi ini terutama disebabkan oleh adanya tekanan sosial dan persiapan dalam kondisi yang baru, karena selama masa kanak-kanak kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan tersebut (Hurlock, 2011). Remaja juga memiliki kecenderungan ingin selalu diterima dalam lingkungan sosialnya. Jika ditinjau dalam pergaulan remaja, memang tidak dapat dipungkiri bahwa kebanyakan dari mereka lebih menyukai orang-orang yang menarik secara fisik daripada mereka yang dinilai tidak menarik. Hal ini dapat disebabkan karena pada umumnya remaja sering melekatkan karakteristik-karakteristik positif kepada orang yang dianggap menarik secara fisik, dan melekatkan karakteristik-karakteristik negatif pada orang yang dianggap tidak menarik. Begitu pentingnya penampilan fisik bagi remaja 1

2 untuk meningkatkan penerimaan sosial, baik dari lawan jenis maupun teman sejenis membuat remaja berusaha untuk memperbaiki penampilan (Devegga, 2017). Fenomena yang sering terjadi dikalangan remaja untuk merubah penampilan mereka adalah melalui cara diet. Hal ini merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi. Perilaku diet adalah perilaku yang berusaha membatasi jumlah asupan makanan dan minuman yang jumlahnya diperhitungkan untuk tujuan tertentu (Mardalena, 2017). Tujuan diet sendiri bermacam-macam hanya tampaknya sebagian besar masyarakat mengasosiasikan diet sebagai penurunan berat badan. Diet merupakan metoda pengaturan asupan makanan yang mengandung nutrisi esensial untuk kesehatan tubuh yang diselaraskan dengan mekanisme alamiah tubuh, khususnya yang berhubungan dengan sistem pencernaan. Adapun diet yang sehat mencakup kecukupan vitamin, mineral, protein, karbohidrat, serta konsumsi serat alami yang cukup dan zat-zat gizi lainnya yang seimbang (Fikawati, 2017). Setiap individu memiliki cara yang berbeda-beda dalam melakukan diet. Oleh karena itu (Heinberg, 2014) mengklasifikasikan dalam dua jenis perilaku diet yang sering terjadi, yaitu: 1) Diet sehat adalah penurunan berat badan yang dilakukan dengan jalan perubahan perilaku ke arah yang lebih sehat, seperti mengubah pola makan dengan mengkonsumsi makanan rendah kalori dan rendah lemak, serta menambah aktifitas fisik secara wajar. 2) Diet tidak sehat adalah penurunan berat badan yang dilakukan dengan melakukan perilaku-perilaku yang membahayakan kesehatan. Seperti berpuasa (diluar

3 niat ibadah) atau melewatkan waktu makan dengan sengaja, penggunaan obat-obat penurun berat badan, penahan nafsu makan atau laxative serta muntah dengan sengaja (Abdurrahman, 2014). Menurut Stainzher dan Krowchuk, menyebutkan macam-macam perilaku diet yakni: (1) Diet sehat, misalnya perubahan perilaku makan dengan mengurangi asupan lemak dan membatasi asupan energi, mengurangi makan cemilan dan meningkatkan aktifitas fisik. (2) Diet tidak sehat, misalnya melewatkan waktu makan baik sarapan, makan siang atau makan malam, dan (3) Diet ekstrim, sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh karena pada umumnya menggunakan produk untuk mempercepat penurunan berat badan, seperti penggunaan obat pelangsing, penurun nafsu makan, obat pencahar, memuntahkan makanan dengan sengaja dan olahraga yang berlebihan (Husna, 2013). Menurut National Institute of Mental Healt (2011) Perbandingan jumlah individu yang mengalami penyimpangan perilaku diet lebih banyak terjadi pada kalangan perempuan daripada laki-laki. Perempuan cenderung sangat memperhatikan bentuk tubuh dan menurut persepsi mereka bentuk tubuh yang baik adalah tubuh yang kurus dan langsing (Devegga, 2017). Dari penelitian yang dilakukan oleh Wal (2011) di Saint Louis University, USA kepada 2409 remaja perempuan didapatkan data bahwa pola perilaku mengontrol berat badan yang tidak sehat dilakukan sebanyak adalah 46,6% remaja perempuan sengaja melewatkan makan (sarapan, makan siang,

4 ataupun makan malam), 16% remaja perempuan berpuasa untuk menguruskan badan, 12,9% remaja perempuan membatasi atau menolak satu jenis makanan atau lebih untuk diet yang ketat, 8,9% remaja putri menggunakan pil-pil pengurus badan, 6,6% remaja putri memuntahkan makanan dengan paksa (Sulastri, 2016). Kasus lain yang lebih berbahaya terjadi pada seorang remaja putri berusia 21 tahun, yang meninggal dunia setelah mengkonsumsi pil pelangsing yang dibeli secara online. Bagian dalam tubuh remaja tersebut terbakar setelah menelan zat beracun yang dikenal dengan dinitrophenol atau DNP. Dari keterangan ibu korban menyatakan bahwa korban tidak berniat untuk bunuh diri, namun korban tidak mengerti akan bahaya overdosis mengkonsumsi pil pelangsing tersebut (Vemale, 2015). Penelitian lain di universitas Chili, yang melaporkan hasil 64,52% dari wanita usia antara 18 dan 25 tahun berada pada rentang kekhawatiran dan sangat khawatir. Kekhawatiran yang ekstrem dikaitkan dengan ketidakpuasan citra tubuh yang terdistorsi, mereka melihat tubuh mereka sebagai kegagalan, dengan rasa malu, dan mereka tidak merasa nyaman dengan tubuh mereka secara pribadi atau di depan umum (Barria, 2018). Pada masa remaja terjadi kepedulian terhadap berat badan dan bentuk tubuh. Hal ini mendorong remaja untuk melakukan diet. Remaja yang melakukan diet untuk mengontrol berat badannya ada yang mengggunakan cara sehat dan tidak sehat. Remaja putri menerapakan diet untuk menurunkan

5 berat badannya dengan berbagai cara yang menurut mereka lebih efektif, terkadang diet yang dilakukan membahayakan kesehatan mereka (Alhadar, 2014). Diet untuk menurunkan berat badan kadang dipersepsikan salah oleh para remaja putri tanpa dikonsultasikan terlebih dahulu oleh ahli gizi maupun dokter sehingga mereka tidak dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah yang berakibat membahayakan kesehatan tubuh mereka. Hal ini mengakibatkan remaja putri melakukan diet penurunan berat badan yang tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan gizi remaja itu sendiri (Proverawati, 2010). Perilaku diet memiliki keterkaitan yang erat dengan citra tubuh, karena pada dasarnya setiap individu memiliki gambaran diri ideal yang ingin dimilikinya. Wanita akan semakin tidak menyukai ukuran tubuhnya sendiri ketika ukuran tersebut semakin jauh dari gambaran ideal yang dimiliki (Baban, 2014). Citra tubuh merupakan bagian dari konsep diri. Citra tubuh yaitu sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya baik berupa penilaian positif atau negatif. Mahasiswi merupakan sosok individu yang masih termasuk dalam periode remaja akhir. Dalam proses perkembangannya mengalami perubahan baik secara fisik, biologis maupun psikologis dan sosial. Perubahan yang sangat pesat ini menimbulkan respon tersendiri bagi mahasiswi, berupa

6 tingkah laku yang sangat memperhatikan perubahan bentuk tubuhnya dan membangun citra tubuh (Muhith, 2015). Remaja yang memiliki persepsi positif terhadap tubuhnya lebih mampu menghargai dirinya. Individu tersebut cenderung menilai dirinya sebagai orang dengan kepribadian cerdas, asertif dan menyenangkan. Perubahan fisik dapat membuat kaum remaja diliputi perasaan tidak pasti dan takut yang menyebabkan mereka cenderung berfikir negatif (Ali, 2018). Fenomena di lapangan menunjukkan bahwa para remaja putri melakukan berbagai usaha agar mendapatkan citra tubuh yang ideal sehingga terlihat menarik seperti berpakaian yang sesuai bentuk tubuh atau menggunakan alat-alat kecantikan, namun usaha tersebut belum sepenuhnya dapat memuaskan penampilan mereka. Meskipun pakaian dan alat-alat kecantikan dapat digunakan untuk menyembunyikan bentuk-bentuk fisik yang tidak disukai remaja putri dan untuk menonjolkan bentuk fisik yang dianggap menarik, tetapi hal tersebut belum cukup untuk menjamin adanya perasaan puas terhadap tubuhnya (Hurlock, 2011). Semakin mendekati kecocokan antara citra tubuh dengan konsep ideal yang dipegang oleh individu, maka semakin besar kemungkinan orang tersebut akan menunjukkan harga diri dan perasaan yang positif. Apabila terjadi kesenjangan yang terlalu jauh antara tubuh yang dipersepsi dengan gambaran ideal yang dipegang individu, maka akan menyebabkan penilaian yang negatif terhadap tubuhnya sehingga citra tubuhnya menjadi negatif.

7 Penilaian negatif tersebut yang membuat seseorang tidak dapat menerima kondisi tubuhnya secara apa adanya, sehingga seseorang memiliki kecenderungan untuk melakukan diet (Sulastri, 2016). Seorang mahasiswi dengan citra tubuh yang negatif, kemampuan untuk dekat dengan lingkungan sosialnya menjadi terhambat sehingga mereka akan menarik diri dari atau menjadi pribadi yang tertutup dan sibuk dalam mengontrol berat badanya. Jika mahasiswi terlalu sibuk dalam mengontrol berat badannya akan banyak kesempatan besar yang dilewatkanya, yaitu kesempatan membuat banyak relasi sosial atau teman, serta meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam bidang akademis maupun non-akademis yang berguna bagi masa depanya (Abdurrahman, 2014). Tidak banyak dijumpai, mahasiswi melakukan praktik pengendalian berat badan untuk alasan kesehatan. Praktik pengendalian berat badan yang dilakukan mahasiswi lebih didominasi oleh cara yang tidak sesuai atau tidak sehat. Alasan yang mendasari praktik pengendalian berat badan ini di antaranya motivasi dari dalam diri yaitu keinginan untuk mengubah penampilan dan menganggap diet sebagai suatu tantangan yang harus dapat ditaklukan (Yosephin, 2012). Penelitian Devegga, (2017) didapatkan bahwa dari 62 mahasiswi Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 33 orang yang mempunyai citra tubuh negatif 73,2 % perilaku diet tidak sehat dan 26,8 %

8 diet sehat, sedangkan 29 orang citra tubuh positif 64 % perilaku diet sehat dan 35,9 % diet tidak sehat. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan citra tubuh dengan perilaku diet pada mahasiswi Psikologi UKSW (Devegga, 2017). Penelitian Irawan, SD, dkk, (2014) dari 90 mahasiswi FDIK Universitas Esa Unggul Jakarta ditemukan jenis perilaku diet sehat lebih dominan (53%) daripada jenis perilaku diet tidak sehat (47%) dan mahasiswi yang memiliki citra tubuh positif lebih banyak dari pada citra tubuh negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara citra tubuh dengan perilaku diet pada mahasiswi Universitas Esa Unggul (Irawan, 2014). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Yosephin (2012) pada 100 mahasiswi FISIP UI didapatkan 49 mahasiswi yang memiliki citra tubuh positif dengan 33 mahasiswi menjalankan perilaku diet yang sehat dan 16 mahasiswi menjalankan perilaku diet tidak sehat. Sementara itu, 51 mahasiswi memiliki citra tubuh negatif dengan 21 mahasiswi menjalankan perilaku diet yang sehat dan 30 mahasiswi menjalankan perilaku diet tidak sehat. Dengan kata lain, dari hasil penelitian diatas terlihat bahwa mahasiswi yang memiliki citra tubuh positif lebih cenderung melakukan diet yang sehat daripada tidak sehat. Sebaliknya, mahasiswi yang memiliki citra tubuh negatif lebih cenderung melakukan perilaku diet tidak sehat daripada sehat (Yosephin, 2012).

9 Banyaknya mahasiswi yang berusaha agar penampilannya terlihat sempurna di lingkungan sosialnya. Fenomena ini terjadi tidak hanya bagi mereka dengan berat badan yang berlebih, tetapi juga bagi mereka yang memiliki berat badan yang sudah normal bahkan kurang. Mahasiswi tetap merasa khawatir dan takut untuk menjadi gemuk, sehingga cenderung melakukan pembatasan asupan makan yang bertujuan untuk menurunkan berat badan (Irawan, 2014). Fenomena yang peneliti temui, karena ingin terlihat menarik secara fisik mahasiswi yang kuliah di jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang banyak mengeluhkan dan mengkhawatirkan kegemukan, bahkan ada yang melakukan praktik penurunan berat badan dengan bertahan tidak makan, hanya minum air putih selama berhari-hari sehingga pingsan dan dibawa ke rumah sakit untuk dirawat. Diet tersebut tidak disertai dengan asupan nutrisi yang baik, sehingga berdampak bagi kesehatan mahasiswi tersebut. Oleh karena itu, peneliti sebagai bagian dari insan pendidikan keperawatan dapat berperan memberi informasi (edukasi) yang tepat mengenai diet yang sehat serta tujuan diet sehat, dan memperjelas adanya bahaya kasat mata yang mengintai mahasiswi dari diet yang tidak sehat. Dari hal di atas, untuk memperoleh data yang memperkuat adanya kecenderungan melakukan praktik diet tidak sehat di kalangan mahasiswi, peneliti mengumpulkan data dari tempat yang berbeda yaitu melalui seluruh data kunjungan pasien berobat dari bulan Agustus sampai November 2018 di

10 Klinik Medika Andalas Padang yang dimiliki Universitas Andalas Padang dan merupakan perguruan tinggi tempat kuliah peneliti sendiri. Akan tetapi, tidak diperoleh data yang signifikan untuk mendukung terkait praktik diet untuk menurunkan berat badan di kalangan mahasiswi Universitas Andalas seperti hal di atas, baik dari klasifikasi dan jumlah pengunjung maupun 10 penyakit terbanyak yang tercatat. Selanjutnya untuk melihat tingkat kecenderungan dan dampak praktik diet untuk menurunkan berat badan yang dilakukan mahasiswi tersebut di atas, peneliti melakukan pencarian data dengan datang ke Klinik Universitas Negeri Padang dan meminta data kunjungan berobat periode Agustus- November 2018. Dari data tercatat 10% kunjungan pasien yang berobat berasal dari dosen, ADM dan umum, sedangkan 90 % berasal dari mahasiswa dan mahasiswi. Dari kunjungan tersebut 35% mahasiswa dan 65% mahasiswi. Dan dari data juga diperoleh daftar 10 penyakit terbanyak gastritis berada di urutan paling atas. Selama periode 4 bulan tersebut (Agustus -November 2018), kunjungan berobat yang berasal dari mahasiswa dan mahasiswi fakultas ilmu pendidikan termasuk pengunjung berobat terbanyak dan bahkan pada bulan Agustus menduduki posisi teratas pada daftar kunjungan berobat terbanyak diantara fakultas-fakultas lain. Dan diantara kunjungan berobat yang terbanyak itu adalah mahasiswi.

11 Untuk memperkuat data peneliti melakukan wawancara pada 10 orang mahasiswi Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang tentang perilaku diet. Ada 3 orang mengatakan puas terhadap bentuk tubuhnya memilih makan dengan frekuensi standar (3 kali sehari) lengkap dengan nasi, lauk dan sayur. Sedangkan 2 orang mahasiswi mengatakan kadang timbul rasa kurang percaya diri dengan bentuk tubuhnya dan ingin melakukan diet tetapi bingung pilih cara diet yang tepat. Sementara 5 orang mengatakan tidak puas terhadap bentuk tubuhnya, 2 orang melakukan upaya dengan cara menahan lapar, minum teh hijau dan bila perlu minum obat pelangsing dan 3orang memilih melakukan diet dengan cara melewatkan waktu makan malam agar mendapat bentuk tubuh yang ideal untuk menunjang penampilan, sehingga lebih percaya diri dalam pergaulan. Selain itu mahasiswi tersebut juga mengatakan masalah kesehatannya terganggu sejak mereka melakukan diet. Adapun masalah kesehatannya terjadi 3 orang mengalami gastritis, 1 orang anorexia dan 1 orang bulimia, bahkan 2 orang mahasiswi mengatakan pernah dirawat di rumah sakit dengan diagnosa gastritis akibat perilaku dietnya tersebut. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan sebuah penelitian yang diberi judul Hubungan Citra Tubuh dengan Perilaku Diet Mahasiswi di Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang.

12 B. Penetapan Masalah Rumusan masalah yang ingin digali peneliti dalam penelitian ini adalah: Bagaimana hubungan citra tubuh terhadap perilaku diet mahasiswi di Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Setelah dilakukan penelitian ini, dapat diketahui citra tubuh dan kaitannya dengan perilaku diet pada mahasiswi di Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang Tahun 2018. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik tinggi badan dan berat badan mahasiswi di Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang. b. Mengetahui distribusi frekuensi citra tubuh mahasiswi di Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang. c. Mengetahui distribusi frekuensi perilaku diet yang telah dilakukan selama ini oleh mahasiswi di Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang.

13 d. Mengetahui hubungan antara citra tubuh dengan perilaku diet yang dilakukan mahasiswi di Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang. D. Manfaat Penelitian a. Bagi peneliti, untuk meningkatkan pengetahuan peneliti dan dapat memberikan informasi yang tepat mengenai perilaku diet yang sehat pada mahasiswi Universitas Negeri Padang. b. Bagi mahasiswi UNP, memperoleh informasi yang tepat mengenai diet yang sehat serta tujuan diet sehat, dan memperjelas adanya bahaya kasat mata yang mengintai mahasiswi dari diet yang tidak sehat. c. Bagi instansi lembaga pendidikan, sebagai bahan masukan dan informasi untuk kepentingan pendidikan tentang perilaku diet dalam menurunkan berat badan dan citra tubuh yang dimiliki mahasiswi. d. Bagi penelitian keperawatan, diharapkan sebagai bahan masukan untuk penelitian yang akan datang, pertimbangan dan pengembangan penelitian tentang hubungan antara citra tubuh dengan perilaku diet khususnya untuk meningkatkan kepercayaan diri dan menjaga kesehatan.