BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

PENGARUH REBUSAN DAUN SALAM TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DI DESA MALANGGATEN KECAMATAN KEBAKKRAMAT KABUPATEN KARANGANYAR

penyempitan pembuluh darah, rematik, hipertensi, jantung koroner, dan batu ginjal (Henry, 2001; Martindale, 2005). Asam urat dihasilkan dari pecahnya

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami. penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga

Zat yang secara normal dihasilkan tubuh yang merupakan sisa pembakaran protein atau penghancuran sel-sel tubuh yang sudah tua.

BAB I PENDAHULUAN. yang mengandung purin juga bisa menghasilkan asam urat. Oleh karena itulah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Tentang Lansia yang Diberikan Perlakuan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

Adelima C R Simamora Jurusan Keperawatan Poltekkes Medan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) yang. berdampak terhadap meningkatnya populasi Lanjut Usia (Lansia).

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. dapat membentuk pribadi yang kuat (Abednego, 2013:24) namun menerapkan pola

BAB 1 PENDAHULUAN. Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu, namun

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar

BAB I PENDAHULUAN. nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Hal ini disebabkan oleh. dan gaya hidup ( Price & Wilson, 1992).

BAB 1 PENDAHULUAN. 6,0 mg/dl dan untuk pria 6,8 mg/dl. Hiperurisemia didefinisikan sebagai plasma

salah satunya disebabkan oleh pengetahuan yang kurang tepat tentang pola makan yang menyebabkan terjadinya penumpukan asam urat.

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini

PHARMACY, Vol.12 No. 02 Desember 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan (Constantindes, 1994; Darmojo 2004, dalam Azizah, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. urat. Kebanyakan arthritis gout disebabkan oleh pembentukan asam urat yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah, lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. pada tubuh dapat menimbulkan penyakit yang dikenal dengan. retina mata, ginjal, jantung, serta persendian (Shetty et al., 2011).

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah tahun, lanjut usia

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit rematik artikuler, namun sampai sekarang belum juga ditemukan

dalam tubuh dapat mempengaruhi kadar asam urat dalam darah. Makanan yang mengandung zat purin yang tinggi akan diubah menjadi asam urat. b. Seseorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

Shinta Tari a) Frans Salesman b) Akto Yudowaluyo b) Mahasiswa Program Studi Ners STIKes Citra Husada Mandiri Kupang, NTT 85221

BAB I PENDAHULUAN. darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Hipertensi diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (lansia) adalah kelompok usia 60 tahun ke atas dan mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN. hal ini dijelaskan dalam undang - undang Nomor 17 tahun 2007 tentang rencana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi (tekanan darah tinggi) sering dikatakan sebagai silent killer

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Hiperurisemia adalah keadaan terjadinya peningkatan kadar asam urat

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR ASAM URAT DALAM DARAH PASIEN GOUT DI DESA KEDUNGWINONG SUKOLILO PATI

BAB I PENDAHULUAN. Asam urat merupakan senyawa kimia hasil akhir dari metabolisme nucleic

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN SALAM (Syzgium polyanthum) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT PADA LANSIA DI TEGALSARI SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN I.1

Tanaman yang lazim digunakan sebagai obat tradisional dalam pengobatan asam urat adalah sambiloto, kumis kucing, sembung, dan brotowali.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) memperkirakan secara global PTM

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

Sintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu jalur de novo dan jalur penghematan (salvage pathway).

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

EFEK PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE TERHADAP KANDUNGAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L) JANTAN YANG DIINDUKSI URIC ACID

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

PENGARUH PEMBERIAN JUS SIRSAK TERHADAP KADAR ASAM URAT PADA PENDERITA HIPERURISEMIA DI DUSUN SEMARANGAN SIDOKARTO GODEAN SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan dan menjadi beban tanggungan baik oleh keluarga, masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang, umumnya

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

I. PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Kesehatan Nasional Indonesia (2011) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

MANIFESTASI ASAM URAT PADA LANSIA DI PUSKESMAS KOTA WILAYAH SELATAN KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat di dunia. Seperti yang diungkapkan oleh Hill (2003),

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hipertensi merupakan salah satu bagian dari penyakit kardiovaskuler

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

I. PENDAHULUAN. Bertambahnya populasi penduduk usia lanjut, perubahan gaya hidup terutama

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah


BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Kotamadya Surabaya, di Jawa Timur, dan di seluruh Indonesia diperhitungkan sebesar Rp. 1,5 milyar per hari.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut WHO pada tahun 2000 terjadi 52% kematian yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diabetes melitus (DM) tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Lansia merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu, sudah di mulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang waktu, usia tua adalah fase akhir dari rentang kehidupan, ada beberapa definisi tentang lanjut usia dan tergantung dari cara berfikir seseorang (Fatimah, 2010). WHO menggolongkan lansia menjadi 4 yaitu usia pertengahan atau middle age adalah 45 59 tahun, lanjut usia atau elderly 60 74 tahun, lanjut usia tua atau old adalah 75 90 tahun dan usia sangat tua atau very old adalah di atas 90 tahun (Nugroho, 2009). Jumlah lanjut usia (diatas 60 tahun) di dunia pada tahun 2000 adalah 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (±605 juta) (World Health Organization, 2012). Penduduk lanjut usia beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan yang signifikan, pembangunan kesehatan di Indonesia menunjukkan keberhasilan dengan meningkatnya usia harapan hidup (UHH) masyarakat, dan di harapkan UHH meningkat dari 66,2 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,6 tahun pada tahun 2009. Dengan meningkatnya UHH, maka populasi penduduk lanjut usia akan mengalami peningkatan bermakna dan tahun 2010 diperkirakan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia, sebesar 24 juta jiwa atau 9,77% dari total jumlah penduduk (Depkes 2008 dalam prihatin 2012). Sedangkan pada tahun 2010 di Indonesia jumlah lansia sebanyak 14, 439.967 jiwa (7,18%) dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 23.992.553 jiwa (9,77%), sementara pada tahun 2011 jumlah lansia sebesar 20 juta jiwa (9,51), dengan usia harapan hidup 67,4 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1 tahun. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia, karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,18% (Depkes, 2012). 1

Data presentasi penduduk lanjut usia atau lansia di Indonesia pada tahun 2013, ada tiga provinsi dengan jumlah atau presentase lansia terbesar adalah Daerah Istimewa Yogyakarta dengan presentase lansia sebesar 13,04%, Jawa Timur 10,40% dan Jawa Tengah sebesar 10,34%. Sementara tiga provinsi dengan jumlah atau presentase lansia tekecil yaitu Papua dengan presentase 1,94%, Papua Barat 3,17% dan Kepulauan Riau 3,56% (Badan Pusat Statistik RI, 2013). Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016 jumlah penduduk usia produktif yaitu diatas 65 tahun di Jawa Tengah sebanyak 2.729.117 jiwa. Tahun 2016 jumlah penduduk lanjut usia berkisar 49.729 atau 8,99% dari seluruh jumlah penduduk di Surakarta (Profil Kesehatan Kota Surakarta, 2016). Peningkatan jumlah penduduk lansia perlu adanya perhatian khusus terkait dengan perawatan ataupun penanganan lansia. Hal ini perlu dilakukan agar lansia terhindar dari berbagai macam masalah kesehatan yang di alami lansia, baik secara psikis maupun fisik (Maryam, 2011). Banyak penyakit yang terjadi pada lansia yang di pengaruhi oleh proses penuaan, usia, status pekerjaan, makanan dan aktifitas fisik sehingga dapat mempercepat penghambatan pemenuhan kebutuhan sehari hari jika kesehatan tidak dijaga dengan baik (Fatimah, 2010). Pada lansia terjadi kemunduran sel sel karena proses penuaan yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit salah satunya seperti peningkatan kadar asam urat. Hal ini di sebabkan oleh menurunnya fungsi kerja ginjal sehingga mengakibatkan penurunan eksresi asam urat dalam tubulus ginjal dalam bentuk urin. Selain itu, akibat proses penuaan terjadi penurunan produksi enzim urikinase sehingga pembuangan asam urat menjadi terhambat (Hidayat, 2009). Asam urat adalah sampah hasil metabolisme tubuh dari pencernaan protein (terutama dari daging, hati, ginjal, dan beberapa jenis sayuran seperti kacang dan buncis) atau dari penguraian senyawa purin (sel tubuh yang rusak), yang seharusnya akan di buang melalui ginjal, feses atau keringat. Patokan untuk menyatakan keadaan seseorang terkena asam urat apabila kadar asam urat dalam tubuh mencapai >7 mg/dl pada laki laki dan >6 mg/dl pada perempuan. 2

Penyakit asam urat atau gout adalah serangan radang persendian berulang, yang di sebabkan oleh deposit (purin) atau penimbunan kristal asam urat di dalam persendian. Bagian tubuh yang terkena terutama adalah bagian sendi yang berada pada ujung tubuh seperti ibu jari kaki, siku, lutut, pergelangan kaki dan tangan, atau bahu (Sustrani, Alam, & Hadibroto, 2007, hal. 8). Menurut WHO, penderita asam urat pada tahun 2007 mencapai 230 juta dan angka tersebut di perkirakan akan meningkat tajam pada tahun 2020. Jumlah penderita asam urat bertambah banyak dari tahun 2004 dan menyerang pada usia pertengahan 40-59 tahun. Penyakit asam urat yang terus meningkat prevalensinya, baik di negara maju maupun berkembang dan hanya sedikit penderita asam urat yang terkontrol dengan baik (Yankusuma & Putri, 2016). Angka kejadian hiperurisemia di masyarakat dan berbagai kepustakaan barat sangat berariasi, di perkirakan antara 2,3% - 17,6% sedangkan kejadian gout berfariasi antara 0,16 1,36%. Di China pada tahun 2006, di dapatkan prevalensi asam urat sebesar 25,3% dan gout sebesar 0,36% pada orang dewasa usia 20-74 tahun sedangkan prevalensi asam urat di Amerika Serikat angka kejadian asam urat mencapai 2 13%. (Darussalam & Rukmini, 2016, hal. 83). Berdasarkan Riskesdas penderita asam urat di Indonesia tahun 2013 didapatkan hasil sebesar 11,9% dan 24,7% berdasarkan diagnosis atau gejala. Di Indonesia penelitian penyakit asam urat pertamakali di teliti oleh Dr. Van den Horst asal Belanda pada tahun 1935 yang menemukan 15 kasus gout berat pada masyarakat kurang mampu. Pada awal tahun 90 an Dr. E. Tehupedori pernah meneliti kemungkinan adanya perbedaan kadar asam urat pada etnik tertentu diujung Pandang. Kemudian, ditemukan, 50% penderita di kota itu datang berobat setelah 6,5 tahun menderita gout, bahkan ada yang menderita gout lebih dari 7-9 tahun. (Fauzi, 2014, hal. 15). 3

Menurut Hasil Survei Epidemiologik yang dilakukan di Bandungan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah terhadap 4,683 sempel, didapat bahwa prevelensi asam urat sebesar 24,3% pada laki-laki dan 11,75 % pada wanita. Berdasarkan data yang diperoleh oleh Rumah Sakit Umum Kerdinah tahun 2007 di Tegal tercatat sebesar 8,7% pada tahun 2008 (Djohari & Paramitha, 2015, hal. 179). Berdasarkan hasil studi pendahuluan data, pada tahun 2017 Dinas Kesehatan Kota Surakarta, didapatkan 1.311 lansia menderita arhtritis gout yang telah terdata di 17 puskesmas di Surakarta. Prevelensi penyakit arhtritis gout tertinggi terdapat dipuskesmas Pucangsawit Surakarta sebanyak 338 lansia, disusul lansia penderita arhritis gout terbanyak kedua dipuskesmas Purwodiningratan sebanyak 171 lansia, dan terbanyak ketiga terdapat dipuskesmas Kratonan sebanyak 129 lansia yang menderita arhtritis gout (Fery, 2018). Berdasarkan hasil studi pendahuluan data pada hari jum at tanggal 22 februari 2018 di Panti Usia Lanjut Aisyiyah Surakarta terdapat 30 lansia, dan yang menderita asam urat didapatkan sebanyak 12 lansia dengan kadar asam urat yang tinggi dan berbeda beda, mereka mengatakan aktivitas mereka sangat terganggu dan kesakitan jika serangan asam urat datang dengan rasa nyeri yang sangat hebat serta merasa tidak nyaman dengan kondisi sakit yang di alami (Fery, 2018). Maka dari beberapa penjelasan di atas dapat di artikan bahwa asam urat merupakan sisa metabolisme zat purin yang berasal dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Gejala khas dari serangan asam urat adalah serangan akut, biasanya bersifat menyerang satu sendi saja dengan gejala pembengkakan, kemerahan, nyeri hebat dan panas. Selain itu juga terjadi gangguan gerak dari sendi yang terserang yang terjadi secara mendadak (akut) (Fauzi, 2014, hal. 34). Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk menangani jika serangan asam urat terjadi di antaranya pemberian manejemen nyeri, immobilisasi sendi, kompres air hangat, Pemberian anti asam urat, (analgesik, antiinflamasi, colchicine, diuretik, allopurinol, kortikosteroid), 4

minum vitamin C, terapi minum air putih, terapi minum rebusan air daun salam (Fauzi, 2014, hal. 48-68). Salah satu tanaman yang diduga berkhasiat mengatasi penyakit asam urat dengan cara menurunkan kadar asam urat dalam darah adalah rebusan daun salam (syzygium polyanthum). Berdasakan penelitian sebelumnya menunjukan bahwa ekstrak etanol daun salam dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah yang didukung dengan adanya senyawa flavonoid yang terkandung di dalamnya yang bersifat antiinflamasi (Handayani, 2013). Daun salam merupakan salah satu tanaman yang mengandung subtansi-subtansi bioaktif sehingga berpengaruh baik untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah. Daun salam mengandung minyak tanin, minyak atsiri, flavonoid, seskuiterpen, fenol, steroid, sitral, lakton, saponin, dan karbohidrat. Selain itu daun salam juga mengandung beberapa vitamin, di antaranya vitamin C, vitamin A, Thiamin, Riboflamin, Niacin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat. Bahkan mineral seperti selenium terdapat di dalam kandungan daun salam (Darussalam & Rukmini, 2016). Daun salam banyak dimanfaatkan di Indonesia sebagai bumbu masakan dan penyedap masakan untuk menambah citarasa makanan, selain itu ternyata daun salam juga mengandung substansi subtansi bioaktif yang bermanfaat baik terhadap penurunan kadar asam urat dalam darah dengan cara merebus daunnya. Berdasarkan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun salam dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah yang di dukung dengan adanya senyawa flavonoid yang terkandung di dalamnya yang bersifat anti inflamasi (Djohari & Paramitha, 2015). Penelitian pertama tentang Peran Air Rebusan Daun Salam Dalam Menurunkan Kadar Asam Urat Pada Lansia penderita asam urat di desa Krekah, Gesikan IV dan Bregan di wilayan binaan Puskesmas Pandak 1 Bantul Yokyakarta pada tanggal 1 30 September 2015 oleh Miftafu Darrusalam dan Dwi Kartika Rukmini program studi ilmu keperawatan Stikes Jendral Achmad Yani Yogyakarta, pada penelitian ini 5

menggunakan metode Quasi Experiment dengan mengunakan desain pretest dan post test without control group yang dilakukan pada 24 responden yang memiliki kadar asam urat yang berbeda beda pada setiap responden. Hasil analisa uji Wilcoxon pada penelitian ini menunjukan nilai significancy 0.009 (p <0.05) dengan demikian disimpulkan terdapat perbedaan yang bermakna antara sebelum pemberian air rebusan daun salam dengan sesudah pemberian air rebusan daun salam. Data menunjukan perbandingan kadar asam urat sebelum dan sesudah pemberian air rebusan daun salam, terdapat 19 responden terbukti mengalami penurunan kadar asam urat setelah pemberian air rebusan daun salam lebih rendah daripada sebelum intervensi, terdapat 5 responden mengalami kenaikan kadar asam urat setelah pemberian air rebusan daun salam dan tidak ada responden yang mempunyai kadar asam urat yang sama pada sebelum maupun sesudah intervensi yang telah di lakukan selama 14 hari (Darussalam & Rukmini, 2016). Penelitian kedua tentang pengaruh rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat di Desa Malanggaten Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar dari data yang diperoleh sebelum diberi rebusan daun salam, kadar asam urat 7,1 mg/dl sampai 11,7 mg/dl. Artinya, semua responden mempunyai kadar asam urat diatas batas normal. Setelah diberi rebusan daun salam, kadar asam urat responden berkisar antara 5,7 mg/dl sampai 8,7 mg/dl. Dimana 7 responden dari 12 responden sudah dalam batas normal untuk kadar asam urat nya. Dari data diperoleh nilai rata-rata sebelum diberi rebusan daun salam (pre) adalah 8,87 mg/dl lebih besar daripada setelah yang diberikan rebusan daun salam yaitu 6,68 mg/dl. Untuk nilai tengah sebelum diberi rebusan daun salam adalah 8,85 mg/dl, sedang untuk post pemberian rebusan daun salam adalah 6,35 mg/dl, yang berarti kadar asam urat responden mengalami penurunan dari awal sebelum pemberian rebusan daun salam. Dari hasil penelitian pengauh rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat di Desa Malanggaten diperoleh hasil uji dengan Dependent paired t Test (uji t) 6

melalui Program SPSS for windows seri 18 dengan alfa = 5% (0.05) di peroleh p sebesar 0.000 sehingga p< 0.05, yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat di Desa Malanggaten (Yankusuma S & Putri, 2016). Dari latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk menerapkan penelitian dengan judul Penerapan terapi rebusan air daun salam untuk menurunkan kadar asam urat pada lansia penderita asam urat B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana penerapan terapi rebusan air daun salam untuk menurunkan kadar asam urat pada lansia penderita asam urat di Panti Lansia Aisyiyah Surakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum : Mengetahui pengaruh penerapan terapi rebusan air daun salam untuk menurunkan kadar asam urat pada lansia penderita asam urat. 2. Tujuan Khusus : 1. Mendeskripsikan hasil pengukuran kadar asam urat pada lansia penderita asam urat sebelum di berikan terapi rebusan air daun salam. 2. Mendeskripsikan hasil pengukuran kadar asam urat pada lansia penderita asam urat sesudah di berikan terapi rebusan air daun salam. 3. Mendeskripsikan hasil sebelum dan sesudah diberikan terapi rebusan air daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia penderita asam urat. 7

D. Manfaat penulisan Penelitian ini, diharapkan memberikan manfaat bagi : 1. Bagi Peneliti Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi peneliti dalam penelitiannya yaitu penerapan terapi rebusan air daun salam untuk menurunkan kadar asam urat pada lansia penderita asam urat. 2. Bagi Institusi Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi ilmu perawat sebagai educator dalam bidang ilmu keperawatan. 3. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan masyarakat terutama lansia dapat menambah ilmu kesehatannya dalam menjaga kesehatan terkait dengan efektifitas terapi rebusan air daun salam terhadap penurunan kadar asam urat sehingga terhindar dari penyakit asam urat. 8

DAFTAR PUSTAKA Darussalam, M., & Rukmini, D. K. (2016). PERAN AIR REBUSAN DAUN SALAM (SYZGIUM POLYANTHUM) DALAM MENURUNKAN KADAR ASAM URAT, 83-91. Djohari, M., & Paramitha, R. (2015). EFEKTIFITAS REBUSAN DAUN SALAM (syzygium polyanthum) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DALAM DARAH MENCIT PUTIH JANTAN, 176-186. Djohari, M., & Paramitha, R. (2015). EFEKTIFITAS REBUSAN DAUN SALAM ( Syzygium polyathum ) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DALAM DARAH MENCIT PUTIH JANTAN. 176-185. Fauzi, I. (2014). Buku Pintar Deteksi Dini & Pengobatan ASAM URAT, DIABETES, & HIPERTENSI. Yogyakarta: ARASKA. fauzi, I. (2014). Buku Pintar Deteksi Dini Gejala & Pengobatan ASAM URAT,DIABETES & HIPERTENSI. Yogyakarta : ARASKA. Fauzi, I. (2014). Buku Pintar Deteksi Dini Gejala & Pengobatan ASAM URAT,DIABETES,HIPERTENSI. Yogyakarta: ARASKA. Sustrani, L., Alam, S., & Hadibroto, I. (2007). ASAM URAT. Jakarta: PT. Graha Media Pustaka Utama. 9