KINERJA USAHATANI DAN PEMASARAN JAGUNG LOKAL SUMENEP VARIETAS TALANGO

dokumen-dokumen yang mirip
Kelayakan Ekonomi Teknologi Petani Pada Usahatani Bawang Merah Varietas Sumenep (Studi Kasus di Desa Rajun Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis Kelayakan Usahatani

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN PEMASARAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Eka Miftakhul Jannah, Abdul Wahab, Amrizal Nazar ABSTRAK

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

PENDAPATAN DAN TANGGAPAN PETANI TERHADAP USAHATANI JAGUNG HIBRIDA BISI 2

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS PEMASARAN BENIH PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG (Suatu Kasus di Desa Sindangasih Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis)

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

IV. METODE PENELITIAN

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

Oni Ekalinda, Reni Astarina dan Anita Sofia Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Abstrak.

BAB III METODE PENELITIAN. ke konsumen membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Distribusi

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS MARJIN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis) PETANI DI DESA MUARA RENGAS KECAMATAN MUARA LAKITAN

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

ANALISIS PEMASARAN KAPULAGA (Studi Kasus pada Kelompok Tani Ciamnggu I di Desa Cimanggu Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Pangandaran) Abstrak

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

POTENSI PENGEMBANGAN PRODUSEN/PENANGKAR BENIH KEDELAI BERSERTIFIKAT DI JAWA TENGAH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi dalam upaya pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu

PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH DI DESA TAGAWITI KECAMATAN ILE APE KABUPATEN LEMBATA

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

EFISIENSI PEMASARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI DESA KANDANGSEMANGKON KECAMATAN PACIRAN, KABUPATEN LAMONGAN, PROVINSI JAWA TIMUR

IDENTIFIKASI KINERJA USAHATANI DAN PEMASARAN JAGUNG DI NUSA TENGGARA BARAT. Hadijah A.D. Balai Penelitian Tanaman Serealia

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

Analisis Pemasaran Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju)

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian adalah salah satu sektor sandaran hidup bagi sebagian besar

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

KAJIAN USAHATANI TANAMAN TOMAT TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI,

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

ANALISIS PEMASARAN CABAI MERAH (Capsicum annum) DI DESA GOMBONG KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG ABSTRAK

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1

Lampiran 1. Data Usahatani Jahe Emprit Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam. Petani Klaster

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

FARMER SHARE DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KACANG HIJAU

IV. METODE PENELITIAN

Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara

INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

PENGATURAN POPULASI TANAMAN

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG

III. METODE PENELITIAN. Umur responden merupakan usia responden dari awal kelahiran. sampai pada saat penelitian ini dilakukan.

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Analisis Pemasaran Kakao (P4MI) Wednesday, 04 June :07 - Last Updated Tuesday, 27 October :46

ANALISA USAHATANI KEDELAI VARIETAS WILIS PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI DESA KLOMPANG BARAT KECAMATAN PAKONG KABUPATEN PAMEKASAN ABSTRAK

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Transkripsi:

KINERJA USAHATANI DAN PEMASARAN JAGUNG LOKAL SUMENEP VARIETAS TALANGO Isdiantoni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Univ. Wiraraja antonie_isd@yahoo.co.id ABSTRAK Usahatani varietas jagung lokal merupakan komoditas yang sangat strategis bagi petani di Kabupaten Sumenep, karena tidak hanya sebagai bahan pangan keluarga tani, tetapi sebagian juga merupakan sumber pendapatan keluarga tani, maka penelitian mengenai kinerja usahatani jagung dan pemasarannya penting dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai aspek usahatani dan pemasarannya. Kinerja usahatani jagung dilihat dari tingkat pengelolaan petani mulai dari persiapan tanam sampai panen. Kegiatan pemasaran dilihat dari jalur pemasaran mulai dari petani produsen sampai ke tingkat pengecer atau konsumen akhir. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi praktek usahatani (budidaya) jagung lokal varietas Talango oleh petani (2) mengetahui tingkat pendapatan dan efisiensi usahatani jagung lokal varietas Talango dan (3) memberikan gambaran mengenai saluran pemasaran, margin pemasaran dan bagian yang diterima petani (farmer s share) dari harga yang dibayar konsumen akhir. Pengambilan contoh untuk melihat keadaan usahatani dilakukan secara contoh acak kelompok (cluster random sampling), dengan dua tingkat (two stage cluster sampling). Untuk melihat aspek pemasaran jagung lokal varietas Talango, pengambilan contohnya dilakukan dengan cara contoh bola salju (snowball sampling). Petani contoh dijadikan sebagai informasi awal, untuk selanjutnya informasi tersebut diikuti sesuai dengan alur pemasaran komoditas (jagung varietas Talango) sampai kepada konsumen akhir (pedangang besar tingkat kecamatan). Hasil penelitian menunjukkan petani jagung lokal Varietas Talango, dalam aspek budidayanya masih dlakukan secara tradisional, yakni benih berasal dari tanaman sebelumnya atau pertanamannya sendiri yang berkualitas rendah, jarak tanam tidak teratur, pemupukan seadanya dan tidak dilakukan pengendalian OPT. Tingkat produktivitas jagung lokal Varietas Talango masih rendah, yaitu 1,93 ton per hektar. Namun demikian perhitungan analisis usahataninya secara finansial masih efisien. Terdapat 2 (dua) jalur pemasaran jagung lokal di Kecamatan Talango, yaitu dari petani langsung ke pedagang besar dan dari petani melalui pedagang pengumpul, kemudian ke pedagang besar. Distribusi margin pemasaran tidak merata antar lembaga pemasaran, share keuntungan terbesar diterima oleh pedagang besar, baik pada jalur 1 maupun pada jalur 2. Dan nilai terkecil dari rasio keuntungan dengan biaya diterima oleh petani. Kata kunci: usahatani, produktivitas, jalur pemasaran, distribusi marjin pemasaran 189

PENDAHULUAN Jagung merupakan komoditas strategis di Kabupaten Sumenep, karena penggunaannya sebagai bahan pangan dan areal tanamnya yang luas. Keadaan alam (kondisi tanah dan iklim) yang cukup mendukung untuk pertumbuhan tanaman jagung, menjadikan komoditas jagung sangat populer di kalangan petani. Demikian penting dan strategisnya komoditas jagung bagi petani, sehingga pada musim penghujan untuk lahan tegal hampir dipastikan dilakukan penanaman jagung. Terdapat 3 (tiga) varietas lokal yang banyak di tanam petani di Kabupaten Sumenep, salah satunya adalah varietas Talango yang ditanam di Kecamatan Talango dan sekitarnya. Varietas Talango banyak berkembang di Kecamatan Kota Sumenep, Batuan, Gapura, Dungkek, Kecamatan Kepulauan dan Kecamatan Talango sendiri dengan kisaran luasan antara 50.000 60.000 ha (Roesmarkam dan Sa adah, 2007). Melihat usahatani varietas jagung lokal merupakan komoditas yang sangat strategis bagi petani di Kabupaten Sumenep, karena tidak hanya sebagai bahan pangan keluarga tani, tetapi sebagian juga merupakan sumber pendapatan keluarga tani, maka penelitian mengenai kinerja usahatani jagung dan pemasarannya penting dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai aspek usahatani dan pemasarannya. Kinerja usahatani jagung dilihat dari tingkat pengelolaan petani mulai dari persiapan tanam sampai panen. Kegiatan pemasaran dilihat dari jalur pemasaran mulai dari petani produsen sampai ke tingkat pengecer atau konsumen akhir. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui praktek usahatani (budidaya) jagung lokal varietas Talango, efisiensi usahatani jagung lokal varietas Talango, dan saluran pemasaran, serta distrribusi margin pemasarannya. METODE Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (porposive), yaitu di Kecamatan Talango Kabupaten Sumenep, dengan pertimbangan bahwa asal dan penyebaran penanaman jagung lokal Sumenep varietas Talango ini berada di Kecamatan Talango. Pengambilan contoh untuk melihat keadaan usahatani dilakukan secara acak berkelompok (cluster random sampling), dengan dua tingkat (two stage cluster sampling). Langkah-langkah yang dilakukan sebagai beikut: 1. Satuan kelompok tingkat satu, adalah desa-desa di Kecamatan Talango dan dinamakan satuan contoh primer (scp). Besarnya scp ditetapkan 50%, sehinga didapatkan 4 (empat) desa sebagai scp. 2. Satuan kelompok tingkat dua, adalah dusun di desa yang menjadi scp dan dinamakan satuan contoh sekunder (scs). Besarnya scs ditetapkan 10%, dan satuan elementer dalam scs (petani jagung lokal Sumenep varietas Talango) dicacah sebagai sumber informasi (Daniel, 2002). Untuk melihat aspek pemasaran jagung lokal varietas Talango, pengambilan contohnya dilakukan dengan cara contoh bola salju (snowball sampling). Petani contoh dijadikan sebagai informasi awal, untuk selanjutnya informasi tersebut diikuti sesuai dengan alur pemasaran komoditas (jagung varietas Talango) sampai kepada konsumen akhir (pedangang besar tingkat kecamatan). Analisis data yang digunakan untuk mengetahui praktek usahatani (budidaya) jagung lokal varietas Talango oleh petani adalah deskriptif analitis. Daniel (2002), menyatakan metode ini ditujukan untuk penyelidikan yang kritis dengan cara mengumpulkan data, menyusun data dan menganalisa data tersebut dari sampel, 190

sehingga dapat menjelaskan suatu fenomena (praktek usahatani) yang terjadi pada petani jagung lokal Sumenep varietas Talango. Efisiensi usahatani jagung lokal Varietas Talango dapat diketahui dengan melakukan analisis usahatani dengan memperbandingkan antara penerimaan dan biaya yang dikenal dengan R/C rasio (Soekartawi, 2002). Untk melihat saluran pemasaran jagung lokal varietas Talango dilakukan dengan mengikuti alur distribusi komoditas tersebut dari petani sampai ke konsumen akhir (pedagang besar). Selanjutnya margin pemasaran dan farmer s share, menggunakan formula matematis sebagaimana diungkapkan Sudiyono (2002): M = BP + K atau M = P r P f Pf Farmer s share = % Pr 100 Dimana : M : Marjin pemasaran BP : Biaya Pemasaran K : Keuntungan P r : Harga di tingkat konsumen : Harga di tingkat produsen P f HASIL DAN PEMBAHASAN Manajemen (Pengelolaan) Usahatani Pengelolaan uasahatani adalah adalah kemampuan petani menentukan, mengorganisir, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasainya dengan baik dan mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Ukuran dari keberhasilan pengelolaan itu adalah produktivitas.. 1. Tipe Usahatani Tipe usahatani menunjukkan klasifikasi tanaman, yang didasarkan pada macam dan atau cara penyusunan tanaman yang diusahakan. Keputusan menyusun tanaman sepenuhnya menjadi tanggung jawab petani, yang banyak dipengaruhi oleh tujuan usahatani dan kepentingan petani terhadap lahan usahataninya. Tipe usahatani yang banyak ditemukan di daerah penelitian adalah usahatani campuran, tipe usahatani campuran ini terjadi karena : a. Tujuan petani mengusahakan budidaya jagung local umumnya hanya untuk menyediakan bahan pangan keluarga, sehingga penerimaan tunai diperoleh dari komoditas lainnya, seperti kacang gude, ketela pohon, kacang panjang, kacang tanah, buncis dan koro benguk. b. Tersedianya sumberdaya (dikuasai pertani), sehingga memungkinkan bagi petani untuk berusahatani dengan lebih dari satu macam tanaman. c. Kebutuhan petani akan bahan pakan ternaknya, sehingga dengan menanam berbagai macam tanaman ketersediaan pakan ternaknya terjaga. Untuk hal ini, petani juga menanam sorgum diantara tanaman yang lainnya. Tipe usahatani yang demikian (campuran) dengan tanpa pengaturan dan tidak melalui pertimbangan teknis maupun ekonomis, menyebabkan tingginya kompetisi antar tanaman dalam memenuhi kebutuhan haranya, sehingga hasil produksinya tidak bisa maksimal. Soekartawi (2002), mengemukakan kalau petani tidak hati-hati dalam mengusahakan lebih dari satu macam tanaman, maka akan terjadi suatu persaingan yang tidak sehat. Bila hal ini terjadi, bisa jadi salah satu dari tanaman tersebut akan kalah dan 191

akhirnya tanaman yang kalah tersebut tidak tumbuh dengan baik. Dan tidak menutup kemungkinan tanaman yang satu sama lainnya justru tidak mendukung bertambahnya produksi. 2. Penyediaan Benih Penyediaan benih jagung oleh petani dilakukan secara mandiri, yaitu berasal dari hasil panen sebelumnya. Tidak ada perlakuan khusus tehadap tanaman yang akan dijadikan sebagai sumber benih. Buah jagung yang akan digunakan untuk benih diperlakukan sama dengan buah jagung yang akan dikonsumsi. Setelah panen, jagung umumnya disimpan selama 9 10 bulan dengan cara penyimpanan yang sedehana, tanpa perlakukan khusus yaitu disimpan di lumbung yang menyatu dengan dapur atau pada para-para di atas dapur. Cara penyimpanan tersebut akan memungkinkan jagung dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama, karena asap dapur dari kayu-kayu yang dibakar mengandung formaldehyd, phenol, dan bahan lain yang bersifat anti bakteri, jamur dan serangga (insektisida). Perlakuan yang sederhana terhadap benih ini, sangat memungkinkan terjadi penurunan kualitas benih, seperti daya tumbuh, kemurnian, kesehatan dan degradasi genetiknya. Rata-rata kebutuhan benih per hektar di daerah penelitian adalah 14 Kg, jumlah ini masih kurang atau dibawah anjuran teknis, yaitu 20-30 Kg per hektar untuk jagung bersari bebas (Anonimous, 2007). Kurangnya kebutuhan benih ini, dapat diakibatkan oleh tidak teraturnya jarak tanam (tidak menggunakan jarak tanam). 3. Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan usahatani jagung lokal meliputi kegiatan penyiangan, pemupukan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman. Penyiangan didaerah penelitian dilakukan dua kali, yaitu dilakukan pada saat umur tanaman jagung berumur 15 HST dan 35 HST Kegiatan pemupukan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan zat hara tanaman, oleh karenanya kegiatan pemupukan harus dilakukan secara tepat waktu dan tepat dosis. Petani jagung lokal di daerah penelitian dalam hal memupuk tanamannya belum megikuti anjuran teknis budidaya yang bernar. Pemupukan dasar hanya menggunakan pukan (pupuk kandang) dengan dosis 1,728 kg per hektar. Pemupukan susulan ke 1, sebagian besar (51,43% responden) dilakukan pada saat tanaman berumur 20 25 HST dengan menggunakan pupuk Urea 248 kg per hektar dan pemupukan susulan ke 2, sebagian besar petani (34,29%) dilakukan pada saat tanaman berumur lebih dari 40 HST, pupuk yang diberikan adalah Urea dengan dosis 85,47 kg per hektar. Akibat ketidak seimbangan dalam pemenuhan hara tanaman jagung lokal, tentu akan berdampak pada rendahnya produktivitas tanaman. Sementara untuk kegiatan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) tidak dilakukan, karena didaerah penelitian jarang terjadi serangan OPT terhadap tanaman jagung. 4. Panen dan Produksi Pemanenan jagung lokal Varietas Talango dilakukan apabila kelobot jagung sudah mengering dan biji sudah mengeras. Umur panen rata-rata, yaitu 77 hari setelah tanam. Pemanenan dilakukan dalam bentuk klobot, setelah di panen jagung dibawa ke rumah petani untuk selanjutnya dilakukan pemisahan antara yang berukuran besar dan yang berukuran kecil, kemudian dihitung. Jagung yang berukuran besar langsung disimpan di lumbung yang menyatu dengan dapur atau pada para-para di atas dapur tanpa penjemuran kembali. Sementara untuk yang berukuran kecil, dijadikan jagung pipilan untuk dikonsumsi maupun dijual. 192

Perlakuan yang sangat sederhana terhadap hasil panen ini, memungkinkan hasil panen yang disimpan terserang hama gudang, karena kadar air jagung masih di atas 14%. Rata-rata produksi pada usahatani jagung lokal Varietas Talango yang dihasilkan petani di daerah penelitian, yaitu sebesar 1,9 ton per hektar. Jumlah tersebut masih berada jauh dari potensi genetiknya, yaitu 3,35 ton per hektar (Anonymous, 2007). Analisa Usahatani Dalam penelitian ini, analisa usahatani jagung lokal Varietas Talango dilakukan secara finansial. Soekartawi (2002), menyatakan dalam analisis finansial, data biaya yang dipakai adalah data riil yang sebenarnya dikeluarkan oleh petani. Untuk mengetahui lebih jauh ukuran keberhasilan usahatani jagung lokal Sumenep Varietas Talango tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Analisa Usahatani Jagung Lokal Sumenep Varietas Talango per hektar No Uraian Jumlah Nilai (Rp) % Biaya terhadap Nilai Produksi I. Produksi 1.926 kg 4.266.000,- 100 II. Biaya Tetap - - - III. Biaya Tidak Tetap 1. Benih 14,5 kg 75.400,- 1,77 2. Pupuk kandang 1.728 kg 345.600,- 8,10 3. Pupuk Urea 333 kg 599.400,- 14,05 4. Tenaga kerja luar keluarga - Penanaman 4 HKSP 100.000,- 2,34 - Penyiangan ke 1 30 HKSP 750.000,- 17,58 - Penyiangan ke 2 21 HKSP 525.000,- 12,31 - Pemanenan 8 HKSP 200.000,- 4,69 5. Tenaga kerja dalam keluarga 121 HKSP - 6. Tenaga kerja ternak - Pengolahan lahan 16 HKT 800.000,- 18,75 - Penanaman 4 HKT 200.000,- 4,69 IV. Total Biaya 3.595.400,- V. Total Penerimaan 4.266.000,- VI. Pendapatan 670.600,- VII. Biaya per satuan hasil 1 kg 1.867,- VIII. R/C ratio 1,2 Dari Tabel 1. dapat dijelaskan, bahwa penerimaan usahatani jagung lokal adalah Rp. 4.266.000,- per hektar. Jika rata-rata luas penguasaan lahan petani jagung lokal Varietas Talango 0,3 hektar maka penerimaan petani dari usahatani jagung lokal Varietas Talango adalah Rp. 1.279.800,-. per musim tanam. 193

Pada saat dilakukan penelitian ini, harga penjualan petani berkisar Rp. 2100,- sampai Rp. 2300,- per kilogram, sehingga petani masih mendapatkan keuntungan dari usahataninya (TR>TC) dan nilai efisiensi usahataninya positif (R/C = 1,2). Nilai R/C rasio yang lebih besar dari 1, menunjukkan usahatani jagung lokal Varietas Talango menguntungkan (efisien). Secara teoritis dengan nilai R/C = 1 suatu usahatani dikatakan tidak untung dan tidak rugi (BEP), akan tetapi karena ada biaya usahatani yang kadangkadang tidak dihitung, maka kriterianya dapat dirubah menurut keyakinan peneliti, misalnya R/C minimal 1,5 atau 2,0 (Soekartawi, 2002). Pemasaran Jagung Lokal Varietas Talango 1. Saluran Pemasaran Jalur (saluran) pemasaran jagung lokal di daerah penelitian cukup sederhana, dimana jumlah pedagang (lembaga pemasaran) tidak banyak. Di tiap desa hanya terdapat 3 5 orang pedagang pengumpul, sementara pedagang besarnya hanya terdapat 2 (dua) orang, yang beralamat di Desa Esang dan di Desa Talango. Peternak lokal Bali Banyuwangi Malang (10%) Konsumen (peternak/industri) Lamongan (50 %) Surabaya (40%) Pedagang Besar Jalur 1 (55%) Jagung pipilan Petani Jagung Pedagang Pengumpul Jalur 2 (45%) Jagung pipilan Gambar 1. Jalur Pemasaran Jagung Lokal Varietas Talango di Kec. Talango Petani jagung lokal Varietas Talango, dalam menentukan jalur pemasarannya lebih banyak menggunakan jalur 1. Pemilihan jalur ini, lebih didasarkan kepada selisih harga yang diterima petani, dimana harga yang diterima dari pedagang besar lebih tingi daripada harga yang diterima dari pedagang pengumpul. Disamping itu, petani yang menggunakan jalur ini mempunyai sarana transportasi (umumnya sepeda motor). Sementara itu petani yang menggunakan jalur 2, dikarenakan tempat tinggalnya berjarak cukup jauh dengan pedagang besar, ketiadaan sarana transportasi dan kecilnya volume jagung yang dijual, juga menjadi pertimbangan pemilihan jaur ini. 194

2. Distribusi Marjin Pemasaran Marjin pemasaran adalah selisih harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima petani. Besar kecilnya marjin pemasaran sering dijadikan patokan untuk menentukan tingkat efisiensi sistem distribusi. Besarnya marjin pemasaran pada berbagai tingkat jalur (saluran) pemasaran dapat berbeda, tergantung pada panjang pendeknya saluran pemasaran dan aktiviatas-aktivitas yang telah dilaksanakan serta keuntungan yang diharapkan oleh lembaga pemasaran yang terlibat. Tabel 2. Margin dan Distribusi Marjin Pemasaran, Share Harga yang Diterima Petani dalam Pemasaran Jagung Lokal Varietas Talango pada Jalur 1 Saluran Lembaga Pemasaran Nilai (Rp/kg) Disribusi Marjin Farmer s share (%) Rasio K/B 1 Petani Biaya usahatani 1867 0,18 Harga jual 2200 83,97 Keuntungan 333 Pedagang Besar Biaya pemasaran 170 40,48 1,47 Harga beli 2200 Harga jual 2620 Keuntungan 250 59,52 Marjin Pemasaran 420 100,00 Tabel 3. Margin dan Distribusi Marjin Pemasaran, Share Harga yang Diterima Petani dalam Pemasaran Jagung Lokal Varietas Talango pada Jalur 2 Saluran Lembaga pemasaran Nilai (Rp/kg) Disribusi Marjin Farmer s share (%) Rasio K/B 2 Petani Biaya usahatani 1867 0,18 Harga jual 2100 80,15 Keuntungan 333 Pedagang Pengumpul Biaya pemasaran 50 9,62 1 Harga beli 2100 Harga jual 2200 Keuntungan 50 9,62 Pedagang Besar Biaya pemasaran 170 32,69 1,47 Harga beli 2200 Harga jual 2620 Keuntungan 250 48,08 Marjin pemasaran 520 100,00 195

Dari Tabel 2 dan Tabel 3 dapat dinyatakan, bahwa distribusi marjin pemasaran jagung lokal Varietas Talango tidak merata. Share keuntungan terbesar diterima oleh pedagang besar, baik pada jalur 1 (59,52%) maupun jalur 2 (48,08%). Nilai rasio keuntungan dengan biaya terbesar, juga didapatkan oleh pedagang besar, yaitu sebesar 1,47 sementara petani hanya mendapatkan nilai 0,18 dan pedagang pengumpul mendapatkan nilai 1. Bertambah panjangnya jalur pemasaran, juga menjadikan bertambahnya nilai marjin pemasaran. Marjin pemasaran pada jalur 1 sebesar Rp.420,- dan pada jalur 2 sebesar Rp.520,. Share harga yang diterima petani pada jalur 1 sebasar 83,97% dan pada jalur 2 sebesar 80,15%. Dari fakta-fakta tersebut, mengindikasikan bahwa pemasaran jagung lokal Varietas Talango di Kecamatan Talango tidak efisien. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa petani jagung lokal Varietas Talango, dalam aspek budidayanya masih dlakukan secara tradisional, yakni benih berasal dari tanaman sebelumnya atau pertanamannya sendiri yang berkualitas rendah, jarak tanam tidak teratur, pemupukan seadanya dan tidak dilakukan pengendalian OPT. Tingkat produktivitas jagung lokal Varietas Talango masih rendah, yaitu 1,93 ton per hektar. Namun demikian usahatani jagung lokal Varietas Talango dalam perhitungan analisa usahataninya secara finansial masih efisien.terdapat 2 (dua) jalur pemasaran jagung lokal di Keamatan Talango, yaitu dari petani langsung ke pedagang besar dan dari petani melalui pedagang pengumpul, kemudian ke pedagang besar. Distribusi margin pemasaran tidak merata antar lembaga pemasaran, share keuntungan terbesar diterima oleh pedagang besar, baik pada jalur 1 maupun pada jalur 2. Dan nilai terkcil dari rasio keuntungan dengan biaya diterima oleh petani. DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 2007. Petunjuk Teknis Rakitan Teknologi Pertanian. Malang: BPTP Jawa Timur. Daniel, M. 2002. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Rahim, A. dan Hastuti, D. R. D. 2007. Pengantar Teori, dan Kasus Ekonomika Pertanian. Jakarta: Penebar Swadaya. Roesmarkam, S dan Sa adah, S. Z. 2007. Petunjuk Teknis Rakitan Teknologi Pertanian. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPTP) Jawa Timur. Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Jakarta: UI - Press. Sudiyono, A. 2002. Pemasran Pertanian. Malang: UMM Press 196