HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Genotipe yang Digunakan sebagai Bahan Penelitian pada Percobaan Pendahuluan

Lampiran1. Daftar Genotipe Padi Gogo, Rawa dan Sawah yang Digunakan pada Pengujian Pendahuluan. Genotipe Padi Gogo Padi Rawa Padi Sawah Situpatenggang

Genotipe Padi Gogo Genotipe Padi Rawa Genotipe Padi Sawah Batu Tegi B11586F-MR Aek Sibundong Jati Luhur Inpara 2

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Lot Benih

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian Vigor Daya Simpan dan Vigor terhadap Kekeringan pada Benih Padi Gogo dan Padi Sawah

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGUJIANN VIGOR DAYA SIMPAN DAN VIGOR KEKUATAN TUMBUH PADA BENIH PADI GOGO, PADI SAWAH, DAN PADI RAWA FENI SHINTARIKA A

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Keanekaragaman Budidaya Padi

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Bahan dan Alat Metode Pelaksanaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. = nilai peubah yang diamati µ = nilai rataan umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

PENGUJIAN TOLERANSI KEKERINGAN TERHADAP PADI GOGO (Oryza sativa L.) PADA FASE PERKECAMBAHAN ITA MADYASARI A

PENGUJIAN VIGOR DAYA SIMPAN DENGAN METODE PENGUSANGAN CEPAT KIMIA SERTA PENGUJIAN VIGOR KEKUATAN TUMBUH PADA BENIH PADI (Oryza sativa L.

METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

METODE UJI TOLERANSI PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP KEKERINGAN PADA STADIA PERKECAMBAHAN

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo

BAHAN DAN METODE. Kegiatan penelitian terdiri dari tiga percobaan. Percobaan pertama yaitu

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kacang Hijau secara Umum

PENGUJIAN VIGOR DAYA SIMPAN DENGAN METODE PENGUSANGAN CEPAT FISIK DAN VIGOR KEKUATAN TUMBUH PADA BENIH PADI CUTRISNI A

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Pengaruh Lot Benih dan Kondisi Tingkat Kadar Air Benih serta Lama Penderaan pada PCT terhadap Viabilitas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PRIMING UNTUK MENINGKATKAN VIABILITAS BENIH PADI GOGO (Oryza sativa L.) PADA KONDISI OPTIMUM DAN SUB OPTIMUM. Oleh: Citta Kharisma Asfiruka A

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian. I. Pengujian Toleransi Salinitas Padi pada Stadia Perkecambahan di Laboratorium

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Tabel 1. Keterangan mutu label pada setiap lot benih cabai merah

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Syarat Tumbuh Tanaman Padi Gogo

METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

MATERI 3. VIABILITAS, VIGOR DAN UJI TZ

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

METODE PENGUSANGAN CEPAT TERKONTROL UNTUK MENGIDENTIFIKASI SECARA DINI GENOTIPE PADI GOGO (Oryza sativa L.) TOLERAN KEKERINGAN VIVI ARYATI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian uji cekaman varietas wijen (Sesasum indicum L.) terhadap cekaman

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian adalah penelitian eksperimen Rancanagn Acak Lengkap (RAL)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Benih dan Pemuliaan Tanaman

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian Universitas Lampung dari Bulan Agustus 2011 sampai dengan Bulan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan di Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung,

MATERI 3. VIABILITAS, VIGOR DAN UJI TZ

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015).

I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL

BAB III METODE PENELITIAN. dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi larutan PEG (Polyethylene

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Tembakau (Nicotiana tabacum)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu terjadi karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas. (QS. Al-Baqarah : 61)

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Rajabasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan tahap lanjutan dari penelitian yang dilakukan di lahan

III. BAHAN DAN METODE. dengan Januari Pengujian viabilitas dilakukan di Laboratorium Pemuliaan

Halimursyadah et al. (2013) J. Floratek 8: 73-79

VIGOR DAYA SIMPAN DAN VIGOR KEKUATAN TUMBUH BENIH JAGUNG HIBRIDA (Zea mays L.) ATIKA MAYANG SARI

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

I. PENDAHULUAN. Tingginya tingkat konsumsi beras di Indonesia harus diimbangi oleh produksi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

Pengujian Toleransi Genotipe Padi (Oryza sativa L) terhadap Salinitas pada Stadia Perkecambahan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan November 2013

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh

Controlled Deterioration Test untuk Menguji Ketahanan Benih Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) terhadap Kondisi Cekaman Kekeringan

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan Pendahuluan Hasil pengujian vigor awal benih menunjukkan secara keseluruhan benih memiliki daya berkecambah (DB) awal 80%, nilai tengah daya berkecambah pada benih padi sawah, padi gogo dan padi rawa adalah 91%, 91%, dan 88.4%. Nilai tengah untuk setiap genotipe dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 1 menunjukkan bahwa kemampuan benih dalam mempertahankan daya berkecambahnya setelah diusangkan sangat rendah bahkan sebagian genotipe padi mengalami kematian ketika benih diusangkan selama 144 jam. Tabel 1. Pengaruh Waktu Pengusangan terhadap Daya Berkecambah (%) Benih Padi pada Metode Pengusangan Cepat (MPC) Fisik Varietas/Genotipe Waktu Pengusangan (Jam) 0 24 48 72 96 120 144 Padi sawah Aek Sibundong 92 81 69 63 50 18 0 B11283-6c-PN-5-MR-2-3-Si-1-2-1-1 88 60 55 53 55 38 4 B11844-7-17-3 93 53 25 36 0 0 0 BP-1002E-MR-2 87 83 59 57 38 7 1 Ciherang 95 53 37 23 0 0 0 Padi gogo Batu Tegi 92 66 62 39 5 5 0 Jati Luhur 89 76 79 59 23 18 1 Inpago 5 90 73 66 64 24 1 0 Limboto 91 84 67 56 26 3 4 Situpatenggang 93 93 87 85 68 27 19 Padi rawa B11586F-MR-11-2-2 84 6 2 5 0 0 0 Inpara 2 95 70 59 43 5 0 0 IR-42 85 12 5 2 1 0 0 B10553E-KN-6-1 89 40 20 29 1 0 0 B10891B-MR-3-KN-4-1-1-MR-1 89 2 0 0 0 0 0 Efektifitas dan efisiensi waktu dalam pelaksanaan pengusangan merupakan salah satu faktor dalam pemilihan metode pengusangan cepat fisik.

20 Dasar lain yang digunakan untuk menentukan kondisi metode pengusangan cepat pada penelitan adalah kecepatan penurunan persentase daya berkecambah. Penurunan nilai daya berkecambah dibatasi sampai kecepatan penurunan viabilitas P 40. Hal ini mengacu pada Sadjad et al. (1999), perish (mati) 40% (P 40 ) adalah lamanya penurunan daya berkecambah benih sampai menjadi 60%. Benih itu tidak boleh mempunyai viabilitas potensial kurang dari 60% yang diukur dengan tolok ukur daya berkecambah. Secara emperikal vigor daya simpan ditentukan panjang waktu periode viabilitas mencapai P 40. Penentuan lama pengusangan pada metode pengusangan cepat fisik dalam penelitian ini didasarkan pada analisis regresi, dari data rata-rata daya berkecambah benih masing-masing genotipe jenis padi. Setelah dianalisis persamaan yang terpilih adalah regresi kuadratik. Model dari regresi kuadratik (Gomez dan Gomez, 1995) adalah: Y = a + b 1 X + b 2 X 2 dimana Y = viabilitas benih; X = waktu pengusangan Persamaan regresi kuadratik pada benih padi sawah dan padi gogo menghasilkan nilai koefisien determinasi (R 2 ) = 97.3% dan 96.7%, sedangkan nilai R 2 pada koefisien regresi linier sebesar 96.9% dan 95.9%. Nilai R 2 pada koefisien regresi kuadratik memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan regresi linier, sehingga dipilih persamaan dari regresi kuadratik. Semakin besar nilai R 2 maka model persamaan semakin mampu menerangkan peubah Y (Mattjik dan Sumertajaya, 2006). Persamaan regresi kuadratik yang dihasilkan berdasarkan data rata-rata daya berkecambah pada berbagai periode waktu pengusangan, untuk padi sawah adalah Y = 86.6 16.7X + 0.535X 2 dan padi gogo Y = 92.3 10.8X 0.805X 2. Untuk Y = P 40 = daya berkecambah 60%, diperoleh periode pengusangan (X) untuk padi sawah 40 jam dan padi gogo 61 jam. Kurva kuadratik dari metode pengusangan cepat fisik dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2. Penentuan lama penderaan untuk benih padi rawa didasarkan pada persentase daya berkecambah benih varietas Inpara 2. Hal ini dikarenakan persentase daya berkecambah genotipe padi rawa mengalami penurunan yang drastis setelah pengusangan satu hari, kecuali pada benih varietas Inpara 2.

21 Berdasarkan hal tersebut maka waktu pengusangan yang terpilih untuk padi rawa adalah 48 jam, karena varietas Inpara 2 yang telah diusangkan selama 48 jam menunjukkan persentase daya berkecambah yang lebih mendekati P 40 yaitu sebesar 59%. Daya Berkecambah (%) 100 80 60 40 20 0 Padi Sawah 0 24 48 72 96 120 144 168 Waktu Pengusangan (Jam) Y = 86.6 16.7X + 0.535X 2 R 2 = 97.3% Gambar 1. Kurva dari Persamaan Regresi Kuadratik untuk Penentuan Waktu Pengusangan Fisik pada Benih Padi Sawah Padi Gogo Daya Berkecambah (%) 100 80 60 40 20 0 0 24 48 72 96 120 144 168 Waktu Pengusangan (Jam) Y = 92.3 10.8X 0.805X 2 R 2 = 96.7% Gambar 2. Kurva dari Persamaan Regresi Kuadratik untuk Penentuan Waktu Pengusangan Fisik pada Benih Padi Gogo Percobaan pendahuluan pengujian vigor pada kondisi sub-optimum dengan menggunakan larutan PEG-6000 hanya dilakukan pada benih padi gogo. Tabel 2 menunjukan bahwa perlakuan pengujian V KT (PEG) pada

tekanan osmotik 0 bar (kontrol) tidak berbeda nyata dengan tekanan osmotik -1.5 bar, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan tekanan osmotik -2.0 bar dan -2.5 bar. Tabel 2. Daya Berkecambah (%) Benih Padi Gogo pada Beberapa Taraf Perlakuan Tekanan Osmotik (bar) Polyethylene Glycol (PEG)-6000 Tekanan Osmotik (bar) Daya berkecambah (%) 0 93 a -1.5 92 a -2.0 75 b -2.5 69 b Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Persentase daya berkecambah benih mulai mengalami penurunan yang nyata menjadi 75% pada tekanan osmotik -2.0 bar, hal ini menunjukkan bahwa benih sudah mulai menampakkan gejala tercekam. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa penggunaan larutan PEG (BM 6000 atau 8000) untuk menguji perkecambahan padi pada tekanan osmotik -2 dan -12 bar telah dilakukan IRRI dan dapat membedakan varietas yang tahan dan peka terhadap (McDonald et al. dalam Lestari dan Mariska, 2006). Pengujian vigor pada kondisi sub-optimum selain menggunakan larutan PEG-6000 dilakukan juga dengan metode tingkat ketinggian benih. Metode ini menggunakan tiga taraf jumlah kertas stensil daur ulang, yaitu 1-1, 1-2, dan 2-2 lembar per satuan percobaan dengan ketinggian posisi tanam benih 30 cm. Metode V (ketinggian) KT diuji menggunakan Uji Kertas Digulung (UKD) dan diletakkan dengan posisi berdiri pada wadah berisikan air setinggi 3 cm yang dijaga konstan selama 10 hari setelah tanam (HST). Data daya berkecambah menunjukkan bahwa jumlah kertas yang digunakan tidak berpengaruh nyata baik pada benih padi sawah maupun padi gogo seperti terlihat pada Tabel 3. Berbeda dengan penelitian sebelumnya pada metode yang sama dilakukan Madyasari (2011), menyatakan bahwa kertas stensil dengan posisi ketinggian tanam 30 cm dan diletakkan pada wadah berisikan air setinggi 3 cm merupakan metode terpilih yang dapat membedakan antara genotipe peka dengan varietas toleran. Kertas stensil dan kertas stensil daur ulang 22

yang direndam dapat memperlihatkan perbedaan karena tinggi tanaman varietas yang toleran lebih tinggi dibandingkan genotipe yang peka. Tabel 3. Pengaruh Jumlah Kertas terhadap Daya Berkecambah (%) Benih Padi Sawah dan Padi Gogo pada Metode Kekeringan Berdasarkan Ketinggian Perlakuan Daya Berkecambah (%) Padi Sawah Padi Gogo M0 91.00 91.00 M1 86.22 86.67 M2 94.22 92.89 M3 88.87 92.89 Keterangan: M0 (kontrol menggunakan media kertas merang dengan metode pengecambahan UKDdp), M1 (jumlah kertas 1-1 lembar),m2(jumlah kertas 1-2 lembar), dan M3 (jumlah kertas 2-2 lembar). 23 Persentase daya berkecambah dari semua perlakuan (M0, M1, M2, dan M3) lebih dari 80% dan secara visual pertumbuhannya tidak menggambarkan adanya gejala cekaman, seperti terlihat seperti pada Gambar 3. Secara visual bagian kertas tempat tumbuhnya benih mengering, perbedaan jumlah lembar kertas yang digunakan menunjukkan tingkat kertas yang berbeda seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. dengan garis warna merah. Jumlah kertas 1-1 lembar tingkat kertasnya jauh lebih tinggi dibandingkan jumlah kertas 1-2 lembar dan 2-2 lembar. Kekeringan dapat terjadi karena kehilangan air karena transpirasi lebih cepat dibandingkan dengan absorpsi air (Harjadi, 1979). Evaporasi pada media kertas juga mempengaruhi kehilangan air sehingga bagian ujung kertas mengering. Berdasarkan hasil percobaan tersebut maka dilakukan pengujian lanjut dengan mengurangi ketinggian air dalam wadah menjadi 2 cm menggunakan jumlah kertas 1-1 lembar dan pengamatan dilakukan pada hari ke-7 setelah tanam.

24 A B C Keterangan: A) Jumlah media kertas 1-1 lembar, B) Jumlah media kertas 1-2, dan C) Jumlah media kertas 2-2 lembar. Garis warna merah menunjukkan panjang kertas mengering. Gambar 3. Hasil Percobaan Pendahuluan Metode Tingkat Kekeringan pada Media Kertas Stensil Daur Ulang Pengujian lanjut ini merupakan metode terpilih karena menunjukkan penurunan daya berkecambah yang signifikan sudah mengalami gejala tercekam. Nilai tengah padi sawah dengan ketinggian 3 cm sebesar 82.22% menurun menjadi 22.67% pada ketinggian 2 cm. Nilai tengah padi gogo sebesar 86.67% pada ketinggian 3 cm dan 49.78% pada ketinggian 2 cm, secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Daya Berkecambah (%) Benih Padi Sawah dan Padi Gogo pada (ketinggian) Perlakuan V KT dengan Ketinggian Air dalam Wadah 3 cm dan 2 cm Genotipe Padi Ketinggian Air 3 cm 2 cm Padi Sawah Aek Sibundong 73.33 26.67 B11283-6c-PN-5-MR-2-3-Si-1-2-1-1 84.44 22.22 B11844-7-17-3 93.33 46.67 BP-1002E-MR-2 91.11 6.67 Ciherang 88.89 11.11 Nilai Tengah 86.22 a 22.67 b Padi Gogo Batu Tegi 84.44 62.22 Jati Luhur 77.78 13.33 Inpago 5 93.33 48.89 Limboto 88.89 51.11 Situpatenggang 88.89 73.33 Nilai Tengah 86.67 a 49.78b Keterangan: Angka pada baris yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Pengujian V KT salin (NaCl) 25 menggunakan benih padi rawa, menunjukkan bahwa konsentrasi NaCl 0 ppm (kontrol) tidak berbeda nyata terhadap konsentrasi NaCl 3000 ppm, dan 4000 ppm, sedangkan terhadap konsentrasi 5000 ppm berbeda nyata (Tabel 5). Konsentrasi NaCl 4000 ppm merupakan konsentrasi terpilih pada metode pengujian vigor kekuatan tumbuh pada kondisi salinitas, berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang telah banyak menggunakan konsentrasi NaCl 4000 ppm untuk membedakan varietas tahan dan yang peka terhadap cekaman salinitas. Penelitian Sulaiman (1980), menyatakan bahwa penampilan tanaman padi yang ditanam dalam pot-pot berisi tanah Latosol (Bogor) sebanyak 5 kg per pot dan diberi 4 liter larutan garam 4000 ppm NaCl per pot merupakan konsentrasi NaCl yang baik untuk menilai toleransi tanaman terhadap kadar garam tinggi (salinitas), dinilai secara visual, bobot kering bagian atas tanaman dan akar maupun persentasi nekrosis atau mati. Tabel 5. Pengaruh Konsentrasi NaCl Terhadap Daya Berkecambah (%) Benih Padi Rawa untuk Pengujian Vigor terhadap Kondidi Salin Konsentrasi NaCl (ppm) Daya Berkecambah (%) 0 88.4 a 3000 84.4 a 4000 80.4 ab 5000 74.8 b Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Hasil penelitian Fatimah (2010), menyatakan bahwa metode dengan menggunakan kertas tisu towel pada konsentrasi NaCl 4000 ppm dengan cara penanaman uji diatas kertas (UDK) dapat memperlihatkan perbedaan antara genotipe yang toleran dan peka terhadap salinitas. Hal ini terlihat dari perbedaan antara kontrol dan yang diberi perlakuan garam 4000 ppm yaitu ujung daun nekrosis lebih banyak pada tanaman yang diberi perlakuan NaCl.Tanaman kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberikan perlakuan. Tanaman toleran lebih tinggi dan daun yang nekrosis lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman peka.

26 Percobaan Utama Hasil pengujian viabilitas awal benih menunjukkan bahwa secara keseluruhan benih yang diuji memiliki daya berkecambah awal 80%. Nilai tengah daya berkecambah pada benih padi sawah berkisar 81.33% - 94.67%, padi gogo 80.00% - 90.67%, dan padi rawa 81.33% - 94.67%. Nilai tengah untuk setiap genotipe padi sawah dapat dilihat pada Lampiran 5 dan nilai tengah untuk genotipe padi gogo dan padi rawa pada Lampiran 6. Penelitian ini terdiri dari dua percobaan, yaitu pengujian vigor daya simpan (V DS ) benih melalui metode pengusangan cepat (MPC) secara fisik, dan pengujian vigor kekuatan tumbuh (V KT ) benih pada kondisi sub-optimum (cekaman dan salinitas). Pengujian Vigor Daya Simpan (V DS ) menggunakan Metode Pengusangan Cepat (MPC) Fisik Pengusangan benih dilakukan dengan perlakuan suhu dan kelembaban tinggi (40-45 0 C dan RH 100%) dengan mesin pengusangan cepat. Lama pengusangan yang digunakan untuk setiap jenis genotipe padi berbeda-beda, sesuai dengan hasil percobaan pendahuluan sebelumnya untuk genotipe padi sawah diusangkan selama 40 jam, benih padi gogo diusangkan 61 jam, dan benih padi rawa selama 48 jam. Metode pengusangan cepat fisik ini menduga vigor daya simpan secara kualitatif, hanya dapat membandingkan antar genotipe yang mempunyai vigor daya simpan lebih lama atau lebih pendek dibandingkan genotipe lainnya. Genotipe padi yang telah mengalami penderaan tetapi memiliki persentase daya berkecambah tinggi mengindikasikan bahwa benih tersebut mempunyai vigor daya simpan yang tinggi. Berdasarkan rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 6 menunjukkan bahwa keadaan benih setelah mengalami penderaan beragam. Genotipe berpengaruh sangat nyata terhadap daya berkecambah tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tolok ukur indeks vigor dan berat kering kecambah normal pada benih padi sawah. Genotipe sangat berpengaruh nyata terhadap semua tolok ukur yang diamati pada benih padi gogo, sedangkan pada benih padi rawa genotipe tidak berbeda nyata terhadap semua tolok ukur yang diamati.

Tabel 6. Rekapitulasi F-Hitung Pengaruh Genotipe Padi setelah Diusangkan terhadap Tolok Ukur Daya Berkecambah (DB), Indeks Vigor (IV), dan Berat Kering Kecambah Normal (BKKN). Kelompok Sumber Derajat F-Hitung Keragaman Bebas DB (%) IV (%) BKKN (g) Padi Sawah Ulangan 2 0.74 tn 0.26 tn 0.28* Genotipe 9 3.69** 1.10** 1.85** Padi Gogo Ulangan 2 2.28 tn 2.12 tn 5.26 tn Genotipe 19 8.55** 3.46 tn 4.54 tn Padi Rawa Ulangan 2 10.72** 4.2* 5.55** Genotipe 19 1.67 tn 0.65 tn 1.08 tn Keterangan: ** = sangat nyata, * = nyata, tn = tidak nyata, Kondisi pada mesin pengusangan cepat (MPC) fisik dengan suhu dan kelembaban tinggi, menyebabkan terjadinya penguapan air. Upaya yang dilakukan untuk menghindarkan benih dari tetesan air yang terjadi, maka dipasang tray yang telah dilapisi kain handuk. Posisi benih dalam mesin pengusangan terlihat pada Gambar 4. Upaya ini cukup menekan adanya tetesan air yang terjadi pada benih namun beberapa genotipe masih terkena tetesan, diantaranya genotipe padi gogo B12799E-TB-1-1-4, B11592F-MR-23-2-7, B11592F-MR-14-3-6-1, dan B11787E-MR-2-9-6, serta pada genotipe padi rawa (B13134-4-MR-1-KA-1, B13135-1-MR-2-KA-1, B13136-3-MR-2-KA-1, dan B10528P-KN-35-2-2). Kondisi benih yang basah menyebabkan meningkatnya kadar air benih yang berakibat penurunan vigor semakin cepat. Penelitian Wafiroh (2010), menyatakan bahwa penurunan vigor benih pada pengusangan cepat terkontrol benih wijen mengikuti peningkatan kadar air benih dan lama penderaan benih. Benih semakin kehilangan vigornya ketika benih didera pada kadar air yang semakin tinggi dan periode yang semakin lama. 27 Kain towel Air Benih Gambar 4. Posisi Benih dalam Mesin Pengusangan Cepat

Pada Tabel 7 terlihat bahwa genotipe padi sawah yang diduga memiliki vigor daya simpan yang tinggi, yaitu genotipe B12539-7-SI-1-1-MR-2-PN-3-1, B12653-MR-8-2-PN-3-1, 28 B11742-RS*2-4-MR-16-3-2-SI-4-4-MR-3-PN-2-4, B12512-18-SI-2-2-MR-3-PN-3-2, dan B12653-MR-8-2-PN-2-3 dengan persentase nilai tengah daya berkecambah 60%. Genotipe-genotipe yang diduga memiliki vigor daya simpan lebih tinggi selain memiliki daya berkecambah tinggi juga memiliki indeks vigor dan berat kering kecambah normal yang tinggi dibandingkan dengan genotipe lainnya. Genotipe B12653-MR-8-2-PN-3-3 dan B12653-MR-8-2-PN-2-2 berdasarkan hasil uji lanjut menunjukkan tidak berbeda nyata dengan genotipe yang diduga memiliki vigor daya simpan lebih tinggi, karena genotipe ini daya berkecambahnya kurang dari P 40. Sidik ragam V DS benih padi sawah secara rinci tercantum pada Lampiran 7. Tabel 7. Vigor Daya Simpan (V DS ) Benih Padi Sawah yang di Uji dengan Metode Pengusangan Cepat Fisik Selama 40 Jam Genotipe Padi Sawah Tolok ukur DB (%) IV (%) BKKN (g) B12539-7-SI-1-1-MR-2-PN-3-1 82.67 a 12.00 0.13 a B12653-MR-8-2-PN-3-1 81.33 a 13.33 0.11 a B11742-RS*2-4-MR-16-3-2-SI-4-4-MR-3-PN-2-4 73.33 ab 18.67 0.11 a B12512-18-SI-2-2-MR-3-PN-3-2 68.00 ab 14.67 0.12 a B12653-MR-8-2-PN-2-3 62.67 a-c 9.33 0.09 ab B12653-MR-8-2-PN-3-3 54.67 a-d 4.00 0.08 ab B12653-MR-8-2-PN-2-2 42.67 a-d 5.33 0.06 ab B12328D-PN-49-3-2-4 33.33b-d 8.00 0.06 ab Sintanur 22.67 cd 2.67 0.03 ab Ciherang 12.00 d 0.00 0.01 b Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Genotipe padi gogo yang diduga memiliki vigor daya simpan lebih tinggi, adalah B12154D-MR-22-8, B12165D-MR-8-1, B12492C-MR-21-2-5, B12492C- MR-21-2-4, B11604E-TB-2-4-1-5, SMD9-1D-MR-9, dan B12476E-MR-19-2 dengan persentase nilai tengah daya berkecambah 60% (Tabel 8). Daya berkecambah yang tinggi tidak selalu menggambarkan nilai indeks vigor benih juga tinggi, seperti pada genotipe B12492C-MR-21-2-5 dan B12492C-MR-21-2-4 yang memiliki daya berkecambah 73.33% dan 70.67% dengan indeks vigor 0%.

Nilai indeks vigor yang rendah dikarenakan adanya perbedaan kemampuan tumbuh kecambah normal pada pengamatan hari ke-5 setelah tanam. Perbedaan ini diduga dipengaruhi oleh vigor awal dan faktor genetik setiap genotipe benih. Sidik ragam genotipe padi gogo setelah mengalami pengusangan dapat dilihat pada Lampiran 8. Tabel 8. Vigor Daya Simpan (V DS ) Benih Padi Gogo yang di Uji dengan Metode Pengusangan Cepat Fisik Selama 61 Jam Genotipe Padi Gogo Tolok Ukur DB (%) IV (%) BKKN (g) B12154D-MR-22-8 82.67 a 12 ab 0.13 a B12165D-MR-8-1 80.00 a 14.67 a 0.12 ab B12492C-MR-21-2-5 73.33 ab 0.00 c 0.09 a-c B12492C-MR-21-2-4 70.67 ab 0.00 c 0.08 a-d B11604E-TB-2-4-1-5 66.67 ab 4.00 bc 0.09 a-c SMD9-1D-MR-9 62.67 a-c 14.67 a 0.09 a-c B12476E-MR-19-2 60.00 a-c 2.67 b-c 0.08 a-d B12490C-MR-24-4-4 57.33 a-d 2.67 bc 0.07 b-d B12160D-MR-11-3-3 57.33 a-d 9.33 a-c 0.09 a-c B12492C-MR-21-2-1 57.33 a-d 0.00 c 0.06 b-d B12161D-MR-1-4-2 56.00 a-d 8.00 a-c 0.08 a-d B11908F-TB-1-16-3 44.00 b-e 6.67 a-c 0.06 b-d SMD9-5D-MR-9 42.67 b-e 2.67 bc 0.10 a-c B11592F-MR-23-2-7 29.33 c-f 0.00 c 0.03 de B11787E-MR-2-9-7 25.33 d-f 0.00 c 0.05 c-e B11592F-MR-16-1-5-6 20.00 ef 0.00 c 0.03 de B11787E-MR-2-9-6 20.00 ef 1.33 c 0.05 c-e BP1351D-1-5-2-PK-3-3-7 18.67 ef 0.00 c 0 e B11592F-MR-14-3-6-1 6.67 f 0.00 c 0 e B12799E-TB-1-1-4 0.00 f 0.00 c 0 e Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Tabel 9 menunjukkan bahwa semua genotipe padi rawa memiliki vigor daya simpan rendah karena nilai tengah daya berkecambahnya 60%, nilai terbesar hanya 57.33% pada genotipe B13109-5-MR-3-KA-1. Nilai terkecil daya berkecambah adalah 0% pada genotipe B12799E-TB-1-1-4, sehingga dapat dikatakan genotipe ini memiliki V DS sangat rendah karena berdasarkan tidak adanya kecambah yang normal setelah benih mengalami penderaan selama 48 jam. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor genetik atau innate factor, induced 29

factor yaitu faktor lapang mulai benih ditanam sampai siap simpan, factor enforced atau kondisi penyimpanan. Tabel sidik ragam genotipe padi rawa pengujian V DS dapat dilihat pada Lampiran 9. Tabel 9. Vigor Daya Simpan (V DS ) Benih Padi Rawa yang di Uji dengan Metode Pengusangan Cepat Fisik Selama 48 Jam Genotipe Padi Rawa Tolok Ukur DB (%) IV (%) BKKN (g) B13109-5-MR-3-KA-1 57.33 4.00 ab 0.08 ab B13120-19-MR-2-KA-1 44.00 1.33 b 0.06 ab B13100-3-MR-1-KA-2 41.33 0.00 b 0.06 ab B13109-5-MR-KA-2 37.33 2.67 b 0.04 b B13100-2-MR-1-KA-2 37.33 4.00 ab 0.10 ab B10528P-KN-35-2-2 33.33 0.00 b 0.07 ab B13117-5-MR-2-KA-1 32.00 0.00 b 0.03 b B13135-1-MR-2-KA-1 28.00 14.67 a 0.17 a B13135-1-MR-2-KA-2 26.67 2.67 b 0.11 ab B13144-1-MR-2-KA-1 25.33 2.67 b 0.03 b B13117-5-MR-2-KA-2 24.00 1.33 b 0.04 b B13134-4-MR-1-KA-1 21.33 1.33 b 0.11 ab B13120-19-MR-2-KA-1 24.00 0.00 b 0.10 ab B13121-4-MR-1-KA-1 21.33 2.67 b 0.10 ab BP1031F-PN-25-2-4-KN-2 21.33 0.00 b 0.04 b B13100-2-MR-1-KA-1 18.67 0.00 b 0.04 b B13136-3-MR-2-KA-1 17.33 1.33 b 0.06 ab B13136-3-MR-2-KN-2 14.67 1.33 b 0.04 b B13144-1-MR-3-KA-7 10.67 0.00 b 0.04 b B13144-1-MR-2-KA-2 6.67 0.00 b 0.01 b Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% 30 Daya berkecambah benih padi setelah mengalami pengusangan ditunjukkan pada Gambar 5. Genotipe yang memiliki vigor tinggi, persentase kecambah normal tinggi seperti terlihat pada Gambar 5A, sedangkan genotipe yang vigornya rendah persentase kecambah normal rendah, kecambah abnormal dan benih mati meningkat seperti pada Gambar 5B.

31 A Keterangan: A) Genotipe padi yang memiliki vigor tinggi, B) Genotipe padi yang memiliki vigor rendah Gambar 5. Vigor Benih setelah Pengusangan B Menurut Pian (1981), vigor benih pada awal penyimpanan merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap daya simpan. Vigor benih pada awal penyimpanan ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain kondisi hidup tanaman induk dan pengolahan benih sehingga terdapat keragaman daya simpan walaupun kondisi penyimpanan sama, oleh karena itu pengujian vigor daya simpan sangat diperlukan untuk menduga periode simpan sekelompok benih dapat disimpan dalam kondisi simpan tertentu. Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh (V KT ) pada Kondisi Sub-optimum a. Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh (V KT ) pada Kondisi Sub-optimum Kekeringan Pengujian V KT pada kondisi sub-optimum pada penelitian ini menggunakan dua metode, yaitu cekaman dengan larutan PEG-6000 dan metode tingkat ketinggian posisi benih. Tolok ukur yang diamati pada kedua metode ini sama, kecuali tolok ukur indeks vigor tidak diamati pada metode pengujian V (ketinggian) KT. Tabel 10 menunjukkan rekapitulasi hasil sidik (PEG) ragam pengujian V KT dan V (ketinggian) KT. Pengujian (PEG) V KT pada benih padi sawah, menunjukkan bahwa genotipe berpengaruh sangat nyata terhadap daya berkecambah, indeks vigor, dan berat kering kecambah normal. Pada perlakuan ini genotipe juga berpengaruh nyata terhadap panjang plumula, tetapi tidak berpengaruh nyata pada tolok ukur panjang

32 kecambah dan panjang akar. Pada benih padi gogo pengujian V (PEG) KT, menunjukkan bahwa genotipe berpengaruh sangat nyata terhadap daya berkecambah dan berat kering kecambah normal, serta berpengaruh nyata terhadap tolok ukur panjang kecambah dan panjang akar. Namun, genotipe tidak berpengaruh nyata terhadap tolok ukur indeks vigor dan panjang plumula. Tabel 10. Rekapitulasi Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh (V KT ) pada Kondisi Sub-optimum Kekeringan dengan Metode PEG-6000-2 Bar (V KT (PEG) ) dan Metode Tingkat Ketinggian (V KT (ketinggian) ) Perlakuan Tolok Ukur (PEG) V KT (ketinggian) V KT Padi Sawah Padi Gogo Padi Sawah Padi Gogo DB (%) ** ** * * IV (%) ** tn (-) (-) BKKN (g) ** ** tn * PK (cm) tn * * * PP (cm) * tn tn tn PA (cm) tn * ** ** Keterangan: ** = sangat nyata, * = nyata, tn = tidak nyata, (-) tidak di uji (PEG) Nilai tertinggi daya berkecambah dengan perlakuan V KT pada padi gogo, yaitu sebesar 62.67% pada genotipe B12154D-MR-22-8 dan nilai terendah pada genotipe B12492C-MR-21-2-5 sebesar 1.33%. Rendahnya jumlah kecambah normal karena konsentrasi PEG dapat menghambat pertumbuhan plumula pada fase perkecambahan, selain itu beberapa genotipe dengan perlakuan PEG-6000 terserang cendawan. Contoh kecambah yang terserang cendawan dapat dilihat pada Gambar 6. Penelitian Asfiruka (2010), menyatakan bahwa konsentrasi PEG-6000 dengan tekanan osmotik -2 bar dapat menghambat pertumbuhan plumula pada perkecambahan padi gogo.

33 Gambar 6. Kecambah yang Terserang Cendawan pada Perlakuan PEG-6000 Perlakuan V KT (ketinggian) pada benih padi sawah, genotipe berpengaruh sangat nyata terhadap panjang akar dan berpengaruh nyata terhadap tolok ukur daya berkecambah dan panjang kecambah, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering kecambah normal dan panjang plumula. Pada benih padi gogo, genotipe berpengaruh sangat nyata terhadap panjang akar dan berpengaruh nyata terhadap tolok ukur daya berkecambah, berat kering kecambah normal, dan panjang kecambah berpengaruh nyata, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap panjang plumula. (ketinggian) Persentase daya berkecambah perlakuan V KT sangat rendah, berkisar 57.78%-20.00% pada benih padi sawah dan 44.45%-22.22% benih padi gogo. Hal ini dikarenakan media pada bagian atas mengering dengan tingkat tidak merata, seperti genotipe B12653-MR-8-2-PN-2-2 terlihat pada Gambar 7. Media pada gulungan terluar memiliki tingkat yang tinggi, sehingga benih yang ditanam pada posisi tersebut sebagian besar tumbuh abnormal bahkan pada beberapa genotipe tidak menunjukkan adanya pertumbuhan. Adanya cekaman air pada saat benih berkecambah maka metabolisme benih terganggu akibat air yang diperlukan tidak cukup, oleh karena itu hanya benih yang toleran saja yang mampu berkecambah (Lestari dan Mariska, 2006).

34 Bagian terluar gulungan Bagian dalam gulungan Gambar 7. Perbedaan Penyerapan Air oleh Media Kertas pada perlakuan V KT (ketinggian) Pengujian V KT (PEG) pada benih padi sawah dapat diamati cukup dengan tolok ukur daya berkecambah, indeks vigor, dan berat kering kecambah normal, sedangkan pada benih padi gogo tolok ukur yang diamati adalah daya berkecambah dan berat kering kecambah normal. Berbeda dengan pangujian V (ketinggian) KT, baik pada benih padi sawah maupun padi gogo hanya dengan mengamati tolok ukur panjang akar telah dapat membedakan genotipe tahan cekaman, tetapi untuk mendapatkan informasi lebih dapat digunakan tolok ukur lainnya kecuali panjang plumula karena tolok ukur panjang plumula pada kedua metode tidak berpengaruh nyata. Pengujian V (ketinggian) KT lebih mudah dan cepat dalam aplikasi serta secara ekonomis lebih murah digunakan untuk pengujian V KT pada kondisi suboptimum dibandingkan pengujian V (PEG) KT. Secara visual pengujian V (ketinggian) KT terlihat seperti Gambar 8. Tolok ukur yang diamati cukup panjang akar sudah dapat memberikan informasi untuk membedakan genotipe toleran. Benih yang memiliki nilai panjang akar tertinggi dapat dikatakan benih tersebut tahan terhadap cekaman. Menurut Suardi (2000), akar sangat berperan dalam penyerapan dan mencari air dari dalam lapisan tanah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tanaman.

35 A B Keterangan: A) Pengujian V KT (ketinggian) 1 HST, B) Pengujian V KT (ketinggian) 7 HST Gambar 8. Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh dengan Metode Tingkat Ketinggian (V KT (ketinggian) ) Selaras dengan hasil penelitian Madyasari (2011), metode tingkat ketinggian media kertas stensildengan ketinggian posisi tanam 30 cm dan diletakkan pada wadah berisi air setinggi 3 cm merupakan metode terpilih yang dapat membedakan antara genotipe peka dengan varietas toleran, selain itu juga mudah dalam aplikasi serta waktu yang dibutuhkan lebih singkat. b. Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh (V KT ) pada Kondisi Sub-optimum Salinitas Pengujian V KT pada kondisi sub-optimum selain cekaman juga salin dilakukan untuk cekaman salinitas. Pengujian V (NaCl) KT ini diaplikasikan pada genotipe padi rawa, karena lahan rawa lebih banyak mengalami cekaman lingkungan kadar garam tinggi. Tabel 11 menunjukkan bahwa respon genotipe salin(nacl) pada nilai tengah semua tolok ukur yang diamati dalam pengujian V KT memiliki respon yang berbeda. Genotipe yang memiliki daya berkecambah tinggi tidak menggambarkan nilai indeks vigor, berat kering kecambah normal, panjang plumula dan panjang akar yang tinggi juga. Hal ini terlihat pada genotipe B13120-19-MR-2-KA-1.

Tabel 11.Tolok Ukur yang Diamati pada Pengujian V KT salin (NaCl) Genotipe Padi Rawa dengan Konsentrasi NaCl 4000 ppm Tolok Ukur Genotipe Padi Rawa BKKN PK PP PA DB (%) IV (%) (g) (cm) (cm) (cm) B13120-19-MR-2-KA-1 89.33 a 13.33 b-e 0.07 b-e 13.6 ab 5.0 ab 8.6 b B13120-19-MR-2-KA-1 86.67 ab 28.00 a 0.08 a-d 14.3 ab 4.93 ab 9.4 ab B13144-1-MR-2-KA-2 85.33 a-c 14.67 a-d 0.08 a-d 13.7 ab 4.93 ab 8.8 b B13144-1-MR-2-KA-1 85.33 a-c 17.33 a-c 0.12 a 13,8 ab 5.2 a 8.5 b B13117-5-MR-2-KA-1 82.67 a-c 4.00 c-e 0.067 b-f 12.3 b 4.3 b-d 8.0 b B13135-1-MR-2-KA-1 82.67 a-c 17.33 a-c 0.02 f 13.6 ab 4.8 a-c 8.7 b BP1031F-PN-25-2-4-KN-2 81.33 a-c 5.33 c-e 0.03 ef 13.2 b 4.3 b-d 8.9 b B13117-5-MR-2-KA-2 81.33 a-c 17.33 a-c 0.06 b-f 14.4 ab 4.93 ab 9.7 ab B13100-2-MR-1-KA-1 80.00 a-c 5.33 c-e 0.04 c-f 13.4 ab 4.2 b-d 9.2 ab B13100-2-MR-1-KA-2 78.67 a-c 16.00 a-d 0.08 a-d 13.1 b 4.7 a-c 8.5 b B13109-5-MR-3-KA-1 77.33 a-d 8.00 b-e 0.09 ab 12.8 b 4.2 b-d 8.6 b B10528P-KN-35-2-2 77.33 a-d 21.33 ab 0.04 c-f 13.4 ab 4.9 a-c 8.5 b B13144-1-MR-3-KA-7 77.33 a-d 21.33 ab 0.067 b-f 13.8 ab 5.0 ab 8.7 b B13109-5-MR-KA-2 77.33 a-d 12.00 b-e 0.09 ab 13.0 b 4.8 a-c 8.2 b B13136-3-MR-2-KA-1 74.67 a-d 5.33 c-e 0.086 a-c 13.5 ab 4.7 a-c 8.8 b B13134-4-MR-1-KA-1 68.00 a-d 6.67 c-e 0.05 b-f 13.1 b 4.1 cd 9.0 b B13121-4-MR-1-KA-1 66.67 a-d 2.67 de 0.06 b-f 15.5 a 4.3 b-d 11.2 a B13135-1-MR-2-KA-2 65.33 b-d 4.00 c-e 0.05 b-f 13.6 ab 4.6 a-c 8.9 b B13136-3-MR-2-KN-2 62.67 cd 0.00 e 0.037 d-f 12.6 b 3.7 d 8.8 b B13100-3-MR-1-KA-2 54.67 d 4.00 c-e 0.09 ab 12.9 b 3.8 d 9.0 b Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% 36 Persentase daya berkecambah tertinggi senilai 89.33% pada genotipe padi rawa B13120-19-MR-2-KA-1 dan nilai terendah sebesar 54.67 % pada genotipe B13100-3-MR-1-KA-2. Hampir seluruh genotipe tidak berbeda nyata dengan genotipe yang memiliki nilai daya berkecambah tertinggi. Sekitar 45% genotipe masih memiliki daya berkecambah 80%, sehingga secara keseluruhan genotipe salin (NaCl) padi rawa yang di uji memiliki V KT tinggi. Hasil sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 10. Tanaman padi sangat toleran terhadap salinitas pada stadia perkecambahan, kemudian peka pada saat stadia awal pertumbuhan tanaman, memperoleh kembali sifat tolerannya dengan pesat selama stadia pembentukan anakan, kemudian peka lagi selama stadia pembungaan dan toleran selama pemasakan buah (Pearson dan Ayers dalam Sulaiman, 1980).

37 Korelasi antara Vigor Daya Simpan (V DS ) dengan Vigor Kekuatan Tumbuh (V KT ) Korelasi merupakan ukuran derajat hubungan linier antara dua peubah (Gomez dan Gomez, 1995). Koefisien korelasi dinotasikan dengan r dan nilainya berkisar antara -1 dan 1 (-1 r 1), nilai r yang mendekati 1 atau -1 menunjukkan semakin erat hubungan linier antara kedua peubah tersebut. Nilai r yang mendekati nol menggambarkan hubungan kedua peubah tersebut tidak linier (Mattjik dan Sumertajaya, 2006). Analisis yang dilakukan untuk mengetahui ada/tidaknya hubungan antara V DS dengan V KT pada percobaan ini, yaitu dengan mengkorelasikan tolok ukur daya berkecambah, indeks vigor, dan berat kering kecambah normal pada pengujian V DS dengan metode pengusangan cepat fisik, terhadap tolok ukur yang diamati pada pengujian V (PEG) KT, V (ketinggian) salin KT, dan V (NaCl) KT. Tabel 12 menunjukkan bahwa secara keseluruhantolok ukur V DS tidak berkorelasi dengan V (PEG) KT, V (ketinggian) KT. Adapun korelasi yang terjadi sangat rendah karena nilai yang dihasilkan mendekati nilai 0, yang menggambarkan korelasi kedua peubah tersebut tidak linier. Namun, tolok ukur daya berkecambah dari pengujian V DS berkorelasi negatif dan sangat nyata terhadap tolok ukur daya berkecambah, indeks vigor, dan berat kering kecambah normal pada pengujian V (PEG) KT pada genotipe padi sawah, dengan nilai koefisien korelasinya sebesar -0.719, -0.501 dan -0.641. Berat kering kecambah normal dari pengujian V DS berkolerasi negatif dan sangat nyata terhadap tolok ukur daya berkecambah dan berat kering kecambah normal, serta berkolerasi negatif dan nyata terhadap (PEG) indeks vigor pada pengujian V KT padi sawah. Nilai korelasi yang negatif menunjukkan hubungan yang berlawanan. Genotipe yang memiliki vigor daya simpan tinggi tetapi memiliki vigor kekuatan tumbuh yang rendah, hal ini diduga disebabkan oleh pengaruh genetik pada genotipe tersebut dengan respon yang berbeda terhadap perlakuan.

Tabel 12. Koefisien Korelasi antara Tolok Ukur Vigor Daya Simpan (V DS ) dengan Tolok Ukur Vigor Kekuatan Tumbuh (V KT ) untuk Benih Padi Sawah dan Padi Gogo Tolok Ukur Tolok Ukur Vigor Daya Simpan (V DS ) Vigor Kekuatan Padi Sawah Padi Gogo Tumbuh(V KT ) DB (%) IV (%) BKKN (g) DB (%) IV (%) BKKN (g) (PEG) V KT DB (%) -0.719 ** -0.446 * -0.611 ** -0.083 tn 0.185 tn 0.145 tn IV (%) -0.501 ** -0.269 tn -0.399 * -0.086 tn 0.078 tn 0.138 tn BKKN (g) -0.641 ** -0.308 tn -0.520 ** -0.041 tn -0.016 tn 0.081 tn PK (cm) -0.213 tn -0.189 tn -0.149 tn -0.083 tn -0.183 tn -0.245 tn PP (cm) -0.184 tn -0.020 tn -0.098 tn 0.096 tn 0.003 tn -0.051 tn PA (cm) -0.184 tn -0.098 tn -0.144 tn -0.146 tn -0.216 tn -0.262 tn V KT (ketinggian) DB (%) 0.166 tn 0.468 tn 0.036 tn -0.076 tn -0.071 ** -0.060 ** BKKN (g) 0.328 tn 0.390 tn 0.447 tn 0.132 * 0.083 ** 0.118 ** PK (cm) -0.157 tn -0.067 tn -0.166 tn -0.091 tn 0.029 tn -0.073 tn PP (cm) 0.096 tn 0.235 tn 0.172 tn -0.286 tn -0.173 tn 0.030 tn PA (cm) -0.195 tn -0.130 tn -0.226 tn 0.011 tn 0.101 tn 0.039 tn Keterangan: ** = sangat nyata, * = nyata, tn = tidak nyata. 38 Tolok ukur indeks vigor dan berat kering kecambah normal pada pengujian V DS berkolerasi negatif dan sangat nyata terhadap daya berkecambah V KT (ketinggian) pada padi gogo. Hal ini terjadi diduga akibat adanya perbedaan penyerapan media dan posisi gulungan benih dalam wadah. Genotipe yang diletakkan dibagian terluar akan mendapatkan pengaruh lingkungan seperti suhu dan cahaya yang lebih tinggi, sehingga media pada bagian atas lebih cepat mengering yang menyebabkan rendahnya jumlah kecambah normal. Rendahnya jumlah kecambah dapat menyebabkan rendahnya nilai berat kering kecambah normal. Indeks vigor dan berat kering kecambah normal pada pengujian V DS berkolerasi positif dan sangat nyata, dan daya berkecambah V DS berkolerasi positif dan nyata terhadap terhadap berat kering kecambah normal V KT (ketinggian) pada padi gogo. Nilai korelasi positif menunjukkan hubungan yang searah yaitu semakin tinggi daya berkecambah, indeks vigor dan berat kering kecambah normal pada pengujian V DS akan menyebabkan tinggi pula terhadap berat kering kecambah normal V (ketinggian) KT.

39 Tabel 13 secara umum memberikan informasi bahwa tolok ukur V DS dengan metode pengusangan cepat fisik tidak berkorelasi dengan V KT pada kondisi sub-optimum salinitas pada genotipe benih padi rawa. Nilai koefisien korelasi antara tolok ukur V DS pada metode pengusangan cepat fisik dengan tolok ukur V KT salin (NaCl) semuanya tidak nyata. Nilai koefisien korelasi terbesar ditunjukkan pada tolok ukur berat kering kecambah normal dari pengujian V DS dengan tolok ukur panjang plumula dari pengujian V KT salin (NaCl), sebesar 0.237. Tabel 13. Koefisien Korelasi antara Tolok Ukur Vigor Daya Simpan (V DS ) dengan Tolok Ukur Vigor Kekuatan Tumbuh (V KT ) pada Kondisi Sub-optimum Salinitas pada Padi Rawa Tolok Ukur Vigor Kekuatan Tumbuh Tolok Ukur Vigor Daya Simpan DB (%) IV (%) BKKN (g) DB (%) 0.091 tn 0.178 tn 0.048 tn IV (%) 0.138 tn 0.096 tn 0.232 tn BKKN (g) 0.139 tn -0.072 tn -0.135 tn PK (cm) 0.159 tn 0.115 tn 0.190 tn PP (cm) 0.162 tn 0.129 tn 0.237 tn PA (cm) 0.159 tn 0.115 tn 0.190 tn Keterangan: tn = tidak nyata Hasil dari analisis korelasi pengujian V DS, terhadap tolok ukur yang diamati pada pengujian V (PEG) KT, V (ketinggian) salin (NaCl) KT, dan V KT tidak menunjukkan adanya hubungan erat antara kedua tolok ukur. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan pengujian lanjut dengan membandingkan antara genotipe dari hasil tolok ukur daya berkecambah pada pengujian V DS dengan tolok ukur V KT pada kondisi sub-optimum dan salinitas. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengurutkan nilai daya berkecambah yang diamati pada pengujian V DS dari nilai terbesar sampai terkecil dengan tolok ukur V KT. Penelitian ini membandingkan lima genotipe yang memiliki nilai terbesar pada tolok ukur daya berkecambah hasil pengujian V DS terhadap nilai terbesar lima genotipe pada tolok ukur V KT secara keseluruhan tercantum pada Lampiran 11-15. Tabel 14 menunjukkan perbandingan lima genotipe terbesar benih padi (PEG) sawah dan padi gogo pada perlakuan V KT berdasarkan daya berkecambah pada pengujian V DS. Lima genotipe terbesar benih padi sawah dan

40 padi gogo, secara keseluruhan menunjukkan tidak adanya hubungan antara V DS dengan V KT (PEG). Tabel 14. Lima Genotipe Padi Sawah dan Padi Gogo dengan Daya Berkecambah Terbesar pada Pengujian V DS dan Tolok Ukur Lainnya pada Pengujian V KT (PEG) Genotipe V DS DB (%) DB (%) IV (%) (PEG) V KT BKKN PK (g) (cm) PP (cm) PA (cm) Padi Sawah B12539-7-SI-1-1-MR-2-PN-3-1 82.67 17.33 0.00 0.01 11.6 3.3 8.3 B12653-MR-8-2-PN-3-1 81.33 5.33 0.00 0.01 11.5 3.0 8.5 B11742-RS*2-4-MR-16-3-2-SI- 4-4-MR-3-PN-2-4 73.33 32.00 6.67 0.04 13.5 3.3 b 10.2 B12512-18-SI-2-2-MR-3-PN-3-2 68.00 32.00 0.00 0.04 11.5 3.6 8.9 B12653-MR-8-2-PN-2-3 62.67 25.33 0.00 0.02 11.8 3.2 8.6 Padi Gogo B12154D-MR-22-8 82.67 62.67 2.67 0.06 12.1 3.3 8.7 B12165D-MR-8-1 80.00 37.33 0.00 0.04 11.1 3.1 8.0 B12492C-MR-21-2-5 73.33 1.33 0.00 0.00 12.0 2.5 9.5 B12492C-MR-21-2-4 70.67 1.33 0.00 0.00 12.3 2.8 9.5 B11604E-TB-2-4-1-5 66.67 24.00 0.00 0.03 11.2 3.1 8.17 Genotipe padi sawah B11742-RS*2-4-MR-16-3-2-SI-4-4-MR-3-PN-2-4 dan B12512-18-SI-2-2-MR-3-PN-3-2 menunjukkan memiliki hubunganv DS dan V KT (PEG) karena secara umum semua nilai tolok ukur yang diamati merupakan hasil terbesar dibandingkan genotipe lainnya, kecuali pada tolok ukur panjang plumula, panjang kecambah dan panjang akar. Genotipe padi gogo B12154D-MR-22-8 memiliki hubungan V DS dan V (PEG) KT, karena semua tolok ukur yang diamati termasuk genotipe yang memiliki nilai lima terbesar. Berdasarkan Tabel 15 secara umum menunjukkan bahwa tidak ada hubungan V DS dan V KT dari perbandingan lima genotipe terbesar benih padi sawah dan padi gogo pada perlakuan V (ketinggian) KT berdasarkan daya berkecambah pada pengujian V DS. Genotipe padi sawah B12653-MR-8-2-PN-3-1 menunjukkan memilikihubungan V DS dan V (ketinggian) KT yang lebih kuat karena semua nilai tolok ukur yang diamati merupakan hasil terbesar dibandingkan genotipe lainnya, kecuali pada tolok ukur panjang plumula. Genotipe padi gogo B12154D MR-22-8 memiliki hubungan antara V DS dan V (ketinggian) KT, karena semua

tolok ukur yang diamati termasuk genotipe yang memiliki nilai lima terbesar kecuali pada tolok ukur panjang kecambah dan panjang akar. Tabel 15. Lima Genotipe Padi Sawah dan Padi Gogo dengan Daya Berkecambah Terbesar pada Pengujian V DS dan Tolok Ukur Lainnya pada Pengujian V KT (ketinggian) Genotipe V DS DB (%) DB (%) V KT (ketinggian) BKKN (g) PK (cm) PP (cm) 41 PA (cm) Padi Sawah B12539-7-SI-1-1-MR-2-PN-3-1 82.67 26.27 0.047 13.7 3.6 10.1 B12653-MR-8-2-PN-3-1 81.33 57.78 0.010 13.2 3.4 9.9 B11742-RS*2-4-MR-16-3-2-SI-4-4- MR-3-PN-2-4 73.33 20.00 0.003 13.3 3.1 10.2 B12512-18-SI-2-2-MR-3-PN-3-2 68.00 46.67 0.030 11.6 3.4 8.3 B12653-MR-8-2-PN-2-3 62.67 35.56 0.017 12.9 3.6 9.4 Padi Gogo B12154D-MR-22-8 82.67 44.45 0.023 13.9 3.3 10.6 B12165D-MR-8-1 80.00 35.56 0.013 11.3 3.0 8.3 B12492C-MR-21-2-5 73.33 4.45 0.000 13.2 2.75 10.4 B12492C-MR-21-2-4 70.67 2.22 0.000 13.0 2.5 10.5 B11604E-TB-2-4-1-5 66.67 17.78 0.007 13.6 3.2 10.4 Tabel 16 menunjukkan hasil yang sama dengan pengujian V KT (PEG) dan V KT (ketinggian). Pada pengujian V KT salin (NaCl) dengan konsentrasi NaCl 4000 ppm menunjukkan bahwa secara keseluruhantidak ada hubungan antara V DS dan V KT salin(nacl) berdasarkan data daya berkecambah lima genotipe terbesar benih padi rawa. Tabel 16. Lima Genotipe Padi Rawa dengan Daya Berkecambah Terbesar pada Pengujian V DS dan Tolok Ukur Lainnya pada Pengujian V KT salin (NaCl) V DS V KT salin (NaCl) Genotipe DB DB IV BKKN PK PP PA (%) (%) (%) (g) (cm) (cm) (cm) B13109-5-MR-3-KA-1 57.33 77.33 8.00 0.09 12.8 4.2 8.6 B13120-19-MR-2-KA-1 44.00 86.67 28.00 0.08 14.3 4.93 9.4 B13100-3-MR-1-KA-2 41.33 54.67 4.00 0.09 12.9 3.8 9.0 B13109-5-MR-KA-2 37.33 77.33 12.00 0.09 13.0 4.8 8.2 B13100-2-MR-1-KA-2 37.33 78.67 16.00 0.08 13.1 4.7 8.5

42 Hipotesis awal menduga adanya korelasi positif antara V DS dengan V KT tetapi hasil penelitian menunjukkan secara keseluruhan tidak ada korelasi. Hasil dari uji lanjut membandingkan antara lima genotipe tertinggi hasil pengujian V DS dengan hasil pengujian V KT juga tidak menunjukkan adanya kesamaan, sehingga diperlukan adanya penelitian lanjut untuk mengetahui penyebabnya.