dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN juta orang saat ini diseluruh dunia. Serta diperkirakan sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), juta orang di seluruh dunia terinfeksi

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional karena upaya memajukan bangsa tidak akan efektif apabila tidak memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Haemorraghic Fever

HUBUNGAN PELAKSANAAN PSN 3M DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD MAKASSAR

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) bertujuan untuk mewujudkan

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) dan ditularkan oleh nyamuk

PENDAHULUAN. Ratna Sari Dewi STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis:

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan. salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar belakang. Demam berdarah dengue merupakan masalah utama penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, dengan ciri

Fajarina Lathu INTISARI

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis di

KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti sp. DAN INTERVENSI PENGENDALIAN RISIKO PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PADANG TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

Putri Pratiwi *), Suharyo, SKM, M.Kes**), Kriswiharsi Kun S, SKM, M.Kes**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

Transkripsi:

dunia. 5 Tahun 2015 di Indonesia DBD pernah menjadi kasus penyakit dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh satu dari 4 virus dengue dan ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti yang ditemukan di daerah tropis dan subtropis diantaranya kepulauan di Indonesia hingga bagian utara Australia. 1,2 DBD masih merupakan salah satu masalah kesehatan di Dunia. 3 Sejak tahun 1970 hanya 9 Negara yang mengalami wabah DBD namun sekarang DBD menjadi penyakit endemik pada lebih dari 100 negara, diantaranya adalah Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Kasus tertinggi yaitu pada Negara Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat telah melewati 1,2 juta kasus sejak tahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta kasus di 2010. Pada tahun 2013 dilaporkan sebanyak 2,35 juta kasus di Amerika dimana 37.678 kasus merupakan kasus DBD. 4 World Health Organization (WHO) mencatat di Asia Tenggara, Indonesia dilaporkan sebagai negara ke-2 dengan kasus DBD terbesar diantara 30 negara Asia Tenggara wilayah endemis. 4 Berdasarkan data internal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI, pada tahun 2015, penderita demam berdarah di 34 Provinsi di Indonesia sebanyak 129.179 orang, dimana 1.240 diantaranya meninggal kejadian luar biasa (KLB), dilaporkan ada 12 Kabupaten dan 3 Kota dari 11 Provinsi di Indonesia mengalami KLB DBD diantaranya di Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah. Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 Incidence Rate (IR) DBD 45,52/100.000 penduduk dengan Case Fatality Rate (CFR) yaitu 1,21%, tahun 2014 IR DBD 36,24/100.000 penduduk dengan CFR yaitu 1,73%, tahun 2015 IR DBD 64,40/100.000 penduduk dengan CFR yaitu 1,6%. Secara umum di Provinsi Jawa Tengah terjadi peningkatan IR dan CFR

dari tahun ke tahun, data tahun 2013 dan 2014 lebih rendah dari target nasional (< 51/100.000 penduduk) tetapi lebih tinggi dari target rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) (< 20/100.000 penduduk) serta di tahun 2015 terjadi peningkatan IR dibandingkan dengan 2 tahun sebelumnya. 6 DBD di Kota Semarang merupakan penyakit endemis dan Kota Semarang rangking 3 penyumbang penyakit DBD di Provinsi dimana tahun 2013 jumlah penderita 2.364 orang dengan IR 134,09/100.000 penduduk dan CFR yaitu 1,14% (24 orang meninggal), tahun 2014 jumlah penderita 1.628 orang dengan IR 92,43/100.000 penduduk dan CFR yaitu 1,66% (27 orang meninggal), tahun 2015 jumlah penderita 1.757 orang dengan IR 98,61/100.000 penduduk dan CFR yaitu 1,21% (21 orang meninggal) dan tahun 2016 diketahui jumlah kasus sebanyak 1.882 penderita dengan angka kematian sebanyak 23 orang. Angka tersebut sejalan dengan angka kasus DBD provinsi dimana dari tahun ke tahun mengalami kenaikan baik IR maupun CFR, data tersebut lebih tinggi dari data RPJMD tetapi lebih rendah dari angka target nasional. 7 Penanganan DBD yang terlambat akan menyebabkan Dengue Syok Syndrom (DSS) yang menyebabkan kematian. 8 Dengan tingginya kasus maka berpeluang tingginya angka kematian penderita DBD. Terjadinya DBD di Indonesia berhubungan dengan berbagai faktor risiko, yaitu lingkungan yang masih kondusif untuk terjadinya tempat perindukan nyamuk Aedes, pemahaman masyarakat yang masih terbatas mengenai pentingnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus, perluasan daerah endemik akibat perubahan dan manipulasi lingkungan yang terjadi karena urbanisasi dan pembangunan tempat pemukiman baru dan meningkatnya mobilitas penduduk. Penularan penyakit ini disebabkan oleh penyebarannya yang sangat cepat tentunya hal ini berkaitan dengan 3 faktor utama yaitu agent, host, dan enviromental. 9 Environment adalah sanitasi lingkungan khususnya lingkungan luar rumah yang juga mempunyai peranan penting di dalam penyebaran vektor

Aedes Aegypti meliputi penyediaan air bersih (pengelolaan kontainer air), dan pengelolaan sampah rumah tangga, praktek PSN-DBD melalui 3 M plus, keberadaan resting place di lingkungan rumah, keberadaan breeding place dilingkungan rumah, keberadaan jentik pada kontainer dalam dan luar rumah yang dapat berpotensi transmisi menimbulkan kejadian DBD. 10 Hasil dari penelitian sebelumnya menyatakan bahwa terdapat hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian DBD. Sanitasi lingkungan yang buruk ditunjukan dengan tidak menguras tempat penampuangan air 1 minggu sekali, tidak memelihara ikan pemakan jentik, vas bunga terdapat genangan air, membiarkan barang bekas yang dapat menampung air hujan, tidak mengubur barang bekas. 11 Berkaitan kasus DBD hasil studi pendahuluan diketahui dari data Puskesmas Wilayah Kerja Kedungmundu kejadian DBD yaitu Kelurahan Sendangguwo merupakan kelurahan dengan IR tertinggi yaitu (IR= 140,32/100.000 penduduk) dengan jumlah kasus DBD tahun 2016 yaitu 31 penderita. 12 Dalam kaitannya sanitasi lingkungan dilakukan observasi pada 27 rumah didapatkan penduduk di Kelurahan Sendangguwo sebagian besar mempunyai kontainer air, 60% pemilik rumah menguras kontainer penampungan air bisa sebulan 2-3 kali saja, 20% rumah dikuras 1 kali dalam 2 bulan dan 20% rumah dikuras jika merasa sudah kotor artinya dengan waktu tidak tentu dan sebagian besar kontainer tidak ditutup. Kondisi ini menyebabkan menampung air bersih ke dalam container, bak mandi, drum, tempayan, jerigen maupun bak penampungan air lainnya dapat berpotensi sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Selanjutnya pengelolaan sampah rumah tangga didapatkan 75% rumah dibuang sembarangan, tidak dikubur dan dikumpulkan dihalaman rumah saja dan 15% rumah mengola sampah dengan cara membakar dan 10% rumah mengubur sampah yang berupa kaleng, dan sebagainya. Adapun praktek PSN-DBD (Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue) melalui 3 M yaitu disaat dilakukan wawancara 27 pemilik

rumah tidak mempraktekkan cara PSN-DBD hanya 25% pemilik rumah yang mempraktekkan sebagian cara PSN, karena sebagian besar rumah yang diobservasi tidak mempraktekkan PSN-DBD sehingga hal ini meningkatkan resiko keberadaan resting place (tempat beristirahat nyamuk) di lingkungan luar rumah yang berdekatan dengan keberadaaan breeding place (tempat perindukan nyamuk) dilingkungan rumah. Terkait dengan hal tersebut hasil pernyataan pemilik rumah bahwa saat ini ada petugas dari Puskesmas dan dinas kesehatan melakukan pemantauan jentik tetapi belum semua rumah dikunjungi oleh petugas pemantau jentik nyamuk tersebut. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian DBD di Kelurahan Sendangguwo Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini yaitu Apakah ada hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian DBD di Kelurahan Sendangguwo Wilayah Kerja Puskesmas? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan sanitasi lingkungan (pengelolaan container air, pengelolaan sampah, keberadaan breeding places, keberadaan resting places) dengan kejadian DBD di Kelurahan Sendangguwo Wilayah Kerja Puskesmas? 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pengelolaan kontainer air di Kelurahan Sendangguwo Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang

b. Mendeskripsikan pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Sendangguwo Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang c. Mendeskripsikan keberadaan resting place nyamuk di lingkungan rumah Kelurahan Sendangguwo Wilayah Kerja Puskesmas d. Mendeskripsikan keberadaan breeding place nyamuk di lingkungan rumahkelurahan Sendangguwo Wilayah Kerja Puskesmas e. Mendeskripsikan kejadian demam berdarah dengue di Kelurahan Sendangguwo Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang f. Menganalisis hubungan pengelolaan kontainer air dengan kejadian DBD di Kelurahan Sendangguwo Wilayah Kerja Puskesmas g. Menganalisis hubungan pengelolaan sampah rumah tangga dengan kejadian DBD di Kelurahan Sendangguwo Wilayah Kerja Puskesmas h. Menganalisis hubungan keberadaan resting place nyamuk di lingkungan rumah dengan kejadian DBD di Kelurahan Sendangguwo Wilayah Kerja Puskesmas i. Menganalisis hubungan keberadaan breeding place nyamuk di lingkungan rumah dengan kejadian DBD di Kelurahan Sendangguwo Wilayah Kerja Puskesmas. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Memberikan tambahan informasi kepada Pemerintah Kota Semarang tentang faktor sanitasi lingkungan yang berpengaruh terhadap kejadian DBD sehingga bisa menjadi bahan masukan dalam penyusunan program pencegahan dan penangganan kejadian DBD yang sesuai dengan

kondisi khususnya di Kelurahan Sendangguwo Wilayah Kerja Puskesmas. 2. Manfaat Praktis Sebagai informasi bagi Puskesmas tentang hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian demam berdarah dengue di Kelurahan Sendangguwo sehingga dapat menjadi masukan dalam pengendalian vektor demam berdarah dengue. E. Keaslian Penelitian Perbedaan penelitian ini dari penelitian lainnya yaitu pada lokasi penelitian yang dilakukan di Kelurahan Sendangguwo Kecamatan Kedungmundu Tahun 2017. Perbedaan pada variabel terdapat pada variabel bebas yang diambil yaitu keberadaan resting place nyamuk, keberadaan breeding place nyamuk di lingkungan rumah dengan kejadian DBD. Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Peneliti. (Tahun) 1. Rafita Estu Wulandari (2016) 13 2. Adyatma, Hasanuddin Ishak, Erniwati Ibrahim (2011) 14 Judul Hubungan Sanitasi Lingkungan, Unsur Iklim, Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Pacitan Tahun 2015 Hubungan Antara Lingkungan Fisik Rumah, Tempat Penampungan Air Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian DBD Di Kelurahan Tidung Kecamatan Rappocini Kota Makassar Desain Studi Analitik, Cross Sectional Analitik, Cross Sectional Variabel Bebas Dan Terikat a. Sanitasi Lingkungan b. Unsur Iklim c. Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti, a. Keadaan Lingkungan Fisik Rumah b. Tempat Penampungan Air c. Cara Pengelolaan Sampah. Hasil Ada Hubungan Sanitasi Lingkungan Yang Meliputi Kondisi Lingkungan Rumah, Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti, Kecepatan Angin Dan Curah Hujan Dengan Kejadian DBD. Ada Hubungan Keadaan Lingkungan Rumah, Tempat Penampungan Air, Pengelolaan Sampah Dengan Kejadian DBD.

No. Peneliti (Tahun) Judul 3. Anton Sitio Hubungan Perilaku (2008) 15 Tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk Dan Kebiasaan Keluarga Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan Tahun 2008 4. Faizal Ghofarudin (2015) 11 Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Rw 21 Kelurahan Sendang Mulyo Kecamatan Kedungmundu Desain Studi Case Control Study Analitik, Cross Sectional Variabel Bebas Dan Terikat a. Pengetahuan PSN b. Sikap PSN c. Praktek PSN d. Tidur Siang e. Penggunaan Kelambu f. Pemakaian Anti Nyamuk g. Menggantung Pakaian Sanitasi Lingkungan a. Tempat Penampuangan Air b. Memelihara Ikan Pemakan Jentik c. Vas Bunga d. Pembuangan Limbah Air e. Ventilasi Hasil Ada Hubungan Kebiasaan Menggunakan Anti Nyamuk (p=0,026; OR=4,343), Kebiasaan Menggantungkan Pakaian (p=0,018; OR=5,500) Dengan Kejadian DBD Ada Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian DBD (P = 0,000, P <0,05).