SINERGITAS DAN KOORDINASI ANTAR INSTANSI TERKAIT DALAM PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI PROVINSI LAMPUNG

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Regu Kesiapsiagaan dan Kewaspadaan Dini; Regu Pengamanan; Regu Pertolongan Pertama Pada Korban dan Kebakaran;

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 057 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah

PERAN GERAKAN PRAMUKA DALAM PENANGGULANGAN BENCANA 12/23/2009 1

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT DI KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Tahun demi tahun negeri ini tidak lepas dari bencana. Indonesia sangat

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) berdasarkan Undang-Undang Republik

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 72 Tahun : 2015

DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN.5 2. MENGENAL LEBIH DEKAT MENGENAI BENCANA.8 5W 1H BENCANA.10 MENGENAL POTENSI BENCANA INDONESIA.39 KLASIFIKASI BENCANA.

BAB I P E N D A H U L U A N

BUPATI BANDUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 8 TAHUN 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MITIGASI BENCANA BENCANA :

BAB1 PENDAHULUAN. Krakatau diperkirakan memiliki kekuatan setara 200 megaton TNT, kira-kira

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN DARURAT BENCANA

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG SANTUNAN DAN BANTUAN SOSIAL BERUPA UANG UNTUK KORBAN BENCANA

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

Peristiwa Alam yang Merugikan Manusia. a. Banjir dan Kekeringan

PEDOMAN BANTUAN PERALATAN

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Definisi dan Jenis Bencana

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

BAB II JENIS-JENIS BENCANA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2083, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Penanggulangan Bencana. Pemanfaatan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.2

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

PEDOMAN BANTUAN LOGISTIK

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RENCANA AKSI PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN SUMBAWA ( 2016 S/D 2021 )

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

Wates, 2 Maret Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian.

Powered by TCPDF (

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAN BPBD MELALUI PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL KEBENCANAAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia, sehingga

GUBERNUR LAMPUNG. PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 5) TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBERlAN BANTUAN AKlBAT BENCANA DI PROVINSI LAMPUNG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

Definisi dan Jenis Bencana

MATRIKS SANDINGAN PERUNDANG-UNDANGAN DALAM PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA 1 BNPB KEMENDAGRI KEMENSOS CATATAN. Pemerintahan Daerah

Click to edit Master title style

OLEH : DRS. SAFRIZAL ZA, M.SI KEPALA BAGIAN PERENCANAAN DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

SINERGITAS DAN KOORDINASI ANTAR INSTANSI TERKAIT DALAM PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI PROVINSI LAMPUNG O l e h : KEPALA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI LAMPUNG disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS BAGI APARATUR SATPOL PP YANG MEMBIDANGI LINMAS DAN ANGGOTA SATLINMAS DALAM MEMBANTU PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI PROVINSI LAMPUNG

KONDISI PROVINSI LAMPUNG 1. Kondisi Wilayah : Luas wilayah 35.367.50 km2 Dengan demografi 9 juta lebih tersebar di 14 Kabupaten/Kota 2. Kondisi Geografis : Berdasarkan BMKG bahwa tipologi struktur tanah dibawah wilayah Provinsi Lampung yaitu sepanjang pantai barat dan pesisir Lampung Selatan merupakan lapisan lempengan patahan yg rawan terjadi bencana gempa bumi bahkan berpotensi tsunami dan juga fluktuasi cuaca ekstrim yg sewaktu-waktu terjadi perubahan cuaca berpotensi puting beliung dan hujan badai. 3. Kondisi Kerawanan : Anak Gunung Krakatau yang berada di Selat Sunda merupakan gunung api teraktif di dunia yang harus diantisipasi dengan serius, selain dari ancaman bencana alam yang harus di tangani dengan serius Pemerintah juga harus dapat mengantisipasi bencana konflik sosial yang sering terjadi di Provinsi Lampung.

Sekilas Bencana di Provinsi Lampung 1. Potensi Bencana Gempa Bumi Dalam sejarah gempa bumi di Provinsi Lampung salah satu gempa terbesar yang pernah terjadi adalah gempa bumi Liwa tanggal 15/2/1994 yang berkekuatan 6.5 SR dengan jumlah korban jiwa 300 orang. 2. Gunung Merapi Berdasarkan catatan sejarah Gunung Krakatau pernah meletus sangat dahsyat pada tanggal 26 Agustus 1883 yang mengakibatkan timbulnya awan panas dan tsunami sehingga menewaskan sekitar 36.500 jiwa dan saat ini ancaman tersebut yang berupa anak Gunung Krakatau (salah satu Gunung Api aktif di dunia). 3. Bencana Tsunami Terjadi pada tanggal 26/8/1983 bencana yang paling dahsyat yang di akibatkan dari letusan Gunung Krakatau dengan tinggi gelombang mencapai 41 meter dengan korban jiwa mencapai 36.500 jiwa.

4. Bencana Banjir Berdasarkan catatan sejarah salah satu bencana banjir bandang yang pernah terjadi pada tahun 1986 Kecamatan Wonosobo, Kota Agung. Yang mengakibatkan 100 orang lebih meninggal dunia 5. Longsor Bencana tanah longsor kerap terjadi di Kabupaten Tanggamus, Lampung Barat dan Lampung Selatan. Hal ini mengakibatkan jalur transportasi darat terputus. 6. Puting Beliung Bencana angin puting beliung pernah/sering terjadi di wilayah kabupaten kota Provinsi Lampung. Meskipun tidak menimbulkan korban jiwanamun menimbulkan kerusakan dan kerugian harta penduduk. 7. Bencana Kekeringan Bencana kekeringan adalah bencana yang sering menimpa di hampir seluruh Provinsi Lampung akibat dari kemarau panjang. Hal ini berdampak pada kekurangan air bersih, gagal panen, kemiskinan dan kelaparan.

8. Abrasi, Erosi dan Sidementasi. Wilayah pesisir Lampung merupakan wilayah rawan akan terjadinya Abrasi, Erosi dan Sidementasi. Hal ini di akbitkan/dipengaruhi oleh kegiatan manusia yang membabat tanaman pantai (Mangrove). Mengingat kondisi geologi tersebut masih labil serta akibat cuaca ekstrem yang menimbulkan gelombang tinggi. 9. Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Provinsi Lampung memiliki kawasan hutan dan lahan kebun yang cukup luas seperti Taman Bukit Barisan, Taman Nasional Waykambas, Perkebunan Karet, Sawit dan Tebu. Hal tersebut merupakan rawan akan terjadinya kebakaran apabila memasuki musim kering dan dipacu oleh kelalaian ulah manusia. Hal ini pernah terjadi bencana kebakaran hutan yang cukup luas pada tahun 1997 hampir di seluruh wilayah Provinsi Lampung khususnya Taman Nasional Waykambas memiliki Hutan Gambut apabila terjadi kebakaran sangat sulit untuk di lakukan pemadaman. 10.Bencana Kejadian Luar Biasa Kejadian Bencana Luar Biasa (KLB) merupakan wabah penyakit yang diakibatkan oleh faktor gigitan nyamuk (DBD) dan akibat fermentasi pencemaran lingkungan yang merusak kualitas air sehingga menimbulkan dampak penyakit diare dan gatal gatal. Kejadian tersebut pernah terjadi di Provinsi Lampung baru baru ini dan mengganas pada awal tahun 2007 yang menyerang 1302 warga dan 4 orang meninggal dunia. Wabah diare sejak bulan Juli Agustus 2011 yang mengalami penderitaan mencapai 5148 orang di Kabupaten Lampung Selatan.

TYPE OF DISASTERS IN INDONESIA GEMPA BUMI TSUNAMI BANJIR LONGSOR KEBAKARAN KEKERINGAN LUMPUR GUNUNG BERAPI KONFLIK SOSIAL PUTING BELIUNG

POTENSI KERAWANAN BENCANA DI PROVINSI LAMPUNG Bencana Tsunami: (7 Kabupaten) Tanggamus, Pesisir Barat, Pesawaran, Tulang Bawang, Lampung Timur, B. Lampung, Lampung Selatan Bencana Banjir, Kebakaran dan Putting Beliung: Di seluruh Kab./Kota se- Provinsi Lampung Bencana Gempa Bumi: (6 Kabupaten) Lampung Barat, Tanggamus, Pesisir Barat, Pesawaran, B.Lampung, Lampung Selatan Bencana Gelombang tinggi : (7 Kabupaten) Tanggamus, Pesisir Barat, Pesawaran, Tulang Bawang, Lampung Timur, B.Lampung, Lampung Selatan. Bencana Konflik : (2 Kabupaten) Mesuji, Lampung Selatan Tanah Longsor : (9 Kabupaten) Way Kanan, Lampung Barat, Tanggamus, Pesisir Barat, Pesawaran, Mesuji, Tulang Bawang, B. Lampung, Lampung Selatan 7

Kab. Way Kanan Banjir, Puting Beliung, Longsor, Kebakaran Kab. Lampung Utara Banjir, Puting Beliung, Kebakaran Kab. Lampung Barat Banjir, Puting Beliung, Kebakaran Gempa bumi Kab. Tanggamus Banjir, Puting Beliung, Kebakaran Gempa bumi, Tsunami, Longsor Kab. Pesisir Barat Banjir, Puting Beliung, Kebakaran Gempa bumi, Tsunami, Longsor Kab. Mesuji Banjir, Longsor, Puting Beliung, Kebakaran, Konflik Kab. Tulang Bawang Barat Banjir, Puting Beliung, Kebakaran Kab. Tulang Bawang GelombangTinggi, Banjir, Longsor, Puting Beliung, Kebakaran Kab. Lampung Tengah Banjir, Puting Beliung, Kebakaran Kab. Lampung Timur Puting Beliung, Kebakaran, Banjir, Gelombang Tinggi Kota Metro Puting Beliung, Kebakaran Kab. Pringsewu Banjir, Puting Beliung, Kebakaran Kab. Pesawaran Banjir, Puting Beliung, Kebakaran Gempa bumi, Tsunami, Longsor, KLB Kota B. Lampung Banjir, Putting, Beliung,Kebakaran Gempa bumi, Tsunami,Longsor Kab. Lampung Selatan Gunung berapi, Tsunami, Gempa Bumi, Puting Beliung, Kebakaran, Banjir, Gelombang Tinggi, Konflik, KLB

PENANGANAN PENANGGULANGAN BENCANA 1. Bencana Banjir dan Tsunami - Melakukan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan banjir dan tsunami - Melakukan upaya-upaya penyelamatan korban - Melakukan peran P3K serta pemberdayaan masyarakat desa - Sinergisitas kinerja dan koordinasi ke instansi BPBD, RAPI dan SAR setempat

2. Bencana Kebakaran - Melakukan pemetaan wilayah rawan kebakaran - Pengenalan jenis dan penggunaan peralatan pemadam kebakaran - Mempunyai pengetahuan dasar penyelamatan dan evakuasi korban - Sinergisitas kinerja dan koordinasi ke instansi BPBD, Damkar setempat

3. Bencana Gunung Meletus, Gempa Bumi, Tanah Longsor dan Angin - Melakukan karakteristik gunung meletus - Memiliki pengetahuan dasar tentang mitigasi bencana - Mempunyai pengetahuan dasar deteksi dini gunung meletus, gempa bumi dan tanah longsor - Pemberdayaan masyarakat dengan ikut serta secara aktif kejadian bencana yang dihadapi - Sinergisitas kerja dan koordinasi ke Instansi BNPB, SAR BPBD, BMKG dll

4. Penanganan Pengungsi - Melakukan pemahaman tentang karakteristik daerah - Melakukan relokasi pengungsi - Melakukan pengamanan distribusi jalur lokasi - Pembuatan pasilitas umum dan dapur umum - Sinergisitas kinerja dan koordinasi ke Instansi BNPB dan BPBD

UU 23/2014 PSL 12 Ayat (1) Huruf e PSL 255 Ayat (1) UR WAJIB YG JADI KEWENANGAN PEMDA MELIPUTI PENYELENGGARAAN TRAM & TIBUM SERTA LINMAS DIBENTUKNYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA (Penyelenggaraan LINMAS) PERMENDAGRI NO. 84 TH. 2014 TTG PENYELENG. LINMAS. SAT LINMAS MEMPUNYAI TUGAS MEMBANTU PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MELAKSANAKAN TUGAS BIDANG PERLINDUNGAN MASYARAKAT DAN TUGAS LAIN YANG DITETAPKAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. BERARTI SAT. LINMAS MEMPUNYAI PERAN PENTING & STRATEGIS, DLM MEWUJUDKAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT DAN BANTUAN DALAM HAL TERJADI BENCANA, KAMTRAMTIBMAS, GIAT SOSIAL KEMASY, PENYELENG. PEMILU DAN UPAYA PERTAHANAN NEGARA SERTA TUGAS LAIN YANG DITETAPKAN DALAM PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN

SPM Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan Pelindungan Masyarakat PP No. 2 Th 2018 Pasal 9 ayat 3 (3) Jenis Pelayanan Dasar pada SPM ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat Daerah kabupaten/kota terdiri atas: a. pelayanan ketenteraman dan ketertiban umum b. pelayanan informasi rawan bencana c. pelayanan pencegahan dan kesiapsiagaan terhadap bencana d. pelayanan penyelamatan bencana dan evakuasi korban e. pelayanan penyelamatan kebakaran dan evakuasi korban

TUGAS a. Membantu dlm penanggulangan dan pencegahan bencana serta kebakaran b. Membantu keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat c. Membantu dlm kegiatan sosial kemasyarakatan d. Membantu penanganan ketentraman, ketertiban dan keamanan dlm penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa, Pemilihan Kepala Daerah dan Pemilihan Umum e. Membantu upaya pertahanan negara

Point Usulan Revisi Rancangan Permendagri No 84 Th 2014 ttg Penyelenggaraan Perlindungan Masyarakat Pasal 19 Hak dan Kewajiban Anggota Sat Linmas, Mempunyai Hak : 1) Mendapatkan kesempatan mengikuti kegiatan peningkatan kapasitas 2) Mendapat kartu tanda anggota Sat Linmas 3) Mendapat Fasilitas, Sarana dan prasarana penunjang tugas operasional 4) Mendapat biaya operasional dalam menunjang pelaksanaan tugas

5. Mendapat Santunan apabila terjadi kecelakaan tugas dan/atau meninggal dunia 6. Mendapatkan insentif 7. Mendapatkan fasilitas jaminan kesehatan 8. Mendapatkan piagam penghargaan bagi yg telah mengabdi selama 10 (sepuluh) tahun dari Bupati/Walikota, 20 (dua puluh) tahun dari Gubernur dan 30 (tiga puluh) tahun dari Mentri Dalam Negeri.

KEWAJIBAN A B C D E 19

Penyelenggaraan Perlindungan Masyarakat

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI RI NOMOR 84 TAHUN 2018 TTG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT Hasil pembahasan tgl.19 April 2018 PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT PENGORGANISASIAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT PEMBERDAYAAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

PENGORGANISASIAN (Pasal 2) Gubernur dan Bupati/Wali Kota berwenang melakukan penyelenggaraan perlindungan masyarakat. Bupati/Wali Kota dalam melaksanakan penyelenggaraan perlindungan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada tingkat kecamatan melimpahkan sebagian pelaksanaannya kepada camat melalui Keputusan Bupati/Wali Kota. Penyelenggaraan perlindungan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui pengorganisasian dan pemberdayaan masyarakat. Merekrut warga masyarakat untuk menjadi anggota Satlinmas di desa dan kelurahan oleh Kepala Desa/Lurah.

PRA BENCANA ( BEFORE ) MASYARAKAT AGAR SIAP SIAGA ( TO PREPARED) Dengan cara : Dilatih Diberi Pemahaman Disiapkan Alat Dan Sarana POLA KERJA? ORIENTASI INTERVENSI SAAT BENCANA ( DURING ) MASYARAKAT DAPAT MENOLONG DIRI SENDIRI ( TO HELP THEM SELF ) Dengan cara : Menetapkan Pola Tindakan Menentukan Prioritas Kebutuhan (MAKAN, PENGUNGSIAN, SANDANG, DLL Community based disaster management (CBDM) PASCA BENCANA ( AFTER ) MASYARAKAT / SARANA DAN PRASARANA DAPAT DIPERBAIKI / MEMPERBAIKI DIRI SENDIRI SENDIRI ( TO IMPROVE ) Dengan cara : Mempercepat proses pemulihan POLA KERJA?

Desa Tanggap Bencana Desa yg masyarakatnya mampu menyiapkan diri mengurangi ancaman, melakukan kegiatan mengurangi dampak ancaman, kesiapsiagaan, dan meningkatkan kemampuan dalam penanganan bencana. Hal ini dapat dilakukan dengan baik apabila masyarakat mengorganisir diri membentuk : SATUAN LINMAS DESA/KELURAHAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT Upaya yang dilakukan oleh anggota masyarakat secara terorganisir baik sebelum, saat dan sesudah bencana dengan menggunakan sumber daya yang mereka miliki semaksimal mungkin untuk mencegah, mengurangi, menghindari dan memulihkan diri dari dampak bencana.

KESIMPULAN 1. Satuan Linmas diharapkan dapat menjadi pionir atau garda yang terdepan dalam penanggulangan bencana. 2. Peran Satuan Linmas diharapkan pada saat pra bencana dengan memberikan pelatihan dan pemahaman tentang kebencanaan serta menjadi unsur pendorong dan penggerak partisipasi masyarakat dalam rangka menciptakan Desa Tanggap Bencana. 3. Peran Satuan Linmas pada saat terjadinya bencana menjadi unsur yang terpenting sebagai perwakilan pemerintah di tingkat Desa/Kelurahan dalam membantu proses evakuasi dan penanganan pengungsi sampai ada tindakan atau bantuan dari pihak yang terkait.