BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki beberapa Undang-Undang yang mengatur tentang perbankan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. periode 5 tahun terakhir ini telah muncul bank-bank yang menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat di negara maju dan berkembang sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. dan ketiga adalah ijarah dan jasa. Bagi hasil terdiri dari mudharabah dan

BAB I PENDAHULUAN. juga mengalami penurunan yaitu industri perbankan Indonesia. Dengan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. triwulan I dan II 2012, dimana ekonomi tumbuh secara berturut turut sebesar

BAB I PENDAHULUAN. mana didasarkan pada Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi, yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keuangan syariah. Namun demikian, hingga saat ini market share

BAB I PENDAHULUAN. berupa penghimpunan dana dengan berbagai jenis skema maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur kemampuan bersaing dalam

BAB I PENDAHULUAN. perhatian banyak pihak akhir-akhir ini. Tidak sedikit kajian dilakukan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

2015 PENGARUH PEMBIAYAAN BAGI HASIL TERHADAP PROFITABILITAS

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tabungan, giro dan deposito berjangka (Oktriani, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana (defisit unit). Bank syariah secara resmi

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Lembaga Keuangan atau yang lebih khusus lagi disebut

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan prinsip bagi hasil dan menghindari unsur-unsur spekulatif yang

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian pasti ada hubungannya dengan dunia keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk membiayai investasi perusahaan. 1 Di Indonesia terdapat dua jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banking atau disebut juga Interest Free Banking. Menurut Muhammad. produknya dikembangkan berdasarkan Al-Qur an dan Hadist.

I. PENDAHULUAN. Unit Usaha Syariah (UUS)

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dan pihak yang kekurangan dana. Kelebihan dana tersebut dapat disalurkan

sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan dalam menjaga kualitas tingkat bagi hasil yang diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

2015 PENGARUH PEMBIAYAAN BERMASALAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah merupakan organisasi profit oriented business yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bank Umum Syariah (BUS) Nasional di Indonesia dengan tahun amatan

BAB I PENDAHULUAN. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang secara eksplisit menetapkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan rancangan untuk suatu penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Keberadaan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dari sejak awal perkembangan perbankan syari ah di Indonesia memiliki

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum dalam teori stakeholders menyatakan bahwa perusahaan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

PENDAHULUAN. usaha yang dibiayainya. Risiko ini dapat diatasi dengan cara memberikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang kegiatan usahanya yaitu. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus) dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya bagi umat islam. Rasa terpercaya, amanah dan aman serta

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pengertian bank umum

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai prinsip-prinsip syariah dengan berpedoman pada Al Quran

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pemerintah secara formal meletakkan dasar-dasar hukum operasionalnya

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

BAB I PENDAHULUAN. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang berfungsi menghimpun dana

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah merupakan Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak bank konvensional yang bermasalah akibat negative spread,

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit)

BAB 1 PENDAHULUAN. mikro maupun makro. Terbukti dari semakin banyak munculnya usaha baru yang

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying

BAB I PENDAHULUAN. beranggapan bahwa bank syariah belum memiliki perbedaan yang esensial dan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah di Indonesia pertama didirikan tahun 1992 meskipun

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya,

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. kantor, 24 Unit Usaha syariah (UUS) denga n 554 kantor, dan 160 Bank

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit yang memiliki

SNAPSHOT PERBANKAN SYARIAH INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian saat ini tidak lepas dengan dunia perbankan. Hampir

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui tahap pengumpulan

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional. Bank Islam telah berkembang pesat pada dekade terakhir

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan merupakan inti dari sistem keuangan di setiap negara. Indonesia telah memiliki beberapa Undang-Undang yang mengatur tentang perbankan, diantaranya adalah Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 menjelaskan bahwa perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Perkembangan bank syariah di Indonesia telah memasuki babak baru, pertumbuhan industri perbankan syariah telah berkembang dari hanya sekedar memperkenalkan alternatif praktik perbankan syariah menjadi bagaimana bank syariah menempatkan posisinya sebagai yang pertama dalam perekonomian di tanah air. Bank syariah mempunyai potensi besar untuk menjadi pilihan utama bagi nasabah dalam transaksi mereka. Bank syariah merupakan bank yang secara operasional berbeda dengan bank konvensional. Salah satu ciri khas bank syariah yaitu tidak menerima atau membebani bunga kepada nasabah, tetapi menerima atau membebankan bagi hasil serta imbalan lain sesuai akad-akad yang diperjanjikan berdasarkan ketentuan pada bank syariah. Konsep bank syariah didasarkan pada Al-Qur an dan hadits. Semua produk dan jasa yang ditawarkan tidak boleh bertentangan dengan isi Al-Qur an dan hadits Rasulullah SAW (Ismail 2011:29). 1

2 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengeluarkan peraturan terkait dengan penilaian kesehatan bank syariah yang dimuat dalam POJK Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Berdasakan POJK Nomor 8/POJK.03/2014 dalam rangka meningkatkan efektivitas penilaian tingkat kesehatan bank untuk menghadapi perubahan kompleksitas usaha maka diperlukan penilaian tingkat kesehatan bank dengan pendekatan berdasarkan risiko. Berdasarkan surat edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dalam melakukan penilaian terhadap kesehatan bank, manajemen bank perlu memperhatikan prinsip-prinsip risiko, proporsionalitas, materialitas signifikansi dan komprehensif terstruktur. Statistik Perbankan Syariah (SPS) dipublikasikan setiap bulan oleh direktorat perbankan syariah bank Indonesia. SPS disusun untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia dan kebutuhan pihak eksternal mengenai kegiatan perbankan syariah beserta perkembangannya. Perkembangan bank syariah di Indonesia disajikan dalam tabel 1.1. Tabel 1.1 Perkembangan bank syariah di Indonesia Periode Tahun 2013-2017 No KP 2013 2014 2015 2016 2017 1 BUS 11 12 12 13 13 2 UUS 23 24 22 21 21 3 BPRS 163 163 163 166 167 Sumber: Statistik Perbankan Syariah Agustus 2018

3 Keterangan: BUS : Bank Umum Syariah UUS : Unit Usaha Syariah BPRS : Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Tabel 1.1 menunjukan perkembangan perbankan syariah berdasarkan laporan Otoritas Jasa Keuangan tahun 2018. Seacara kuantitas, pencapaian perbankan syariah mengalami peningkatan dalam jumlah bank. Hingga tahun 2017 jumlah bank syariah di Indonesia mencapai 34 bank syariah yang terdiri dari 13 Bank Umum Syariah (BUS), 21 Unit Usaha Syariah, (UUS), dan 167 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Dalam upaya memperoleh laba yang maksimal, bank syariah memegang prinsip-prinsip syariat dalam mengelola aset dan memegang kepercayaan nasabah berupa tanggung jawab pemenuhan kewajibannya sebagai lembaga yang sangat bergantung dari asas kepercayaan. Selain diukur dengan pendekatan pengelolaan aset, upaya menghasilkan laba juga memperhatikan aspek manajemen bank seperti mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki bank, pemasaran layanan produk yang laku, penyaluran pembiayaan dan kas yang lancar, modal yang kuat, jumlah karyawan, jumlah kantor cabang dan evaluasi kinerja yang dipasarkan kepada calon nasabah dalam bentuk produk. Bank memiliki kewajiban untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan bank, tingkat kesehatan bank dapat dilihat dari kinerja bank. Salah satu penilaian dari kinerja bank adalah pertumbuhan laba. Kemampuan menghasilkan laba yang maksimal pada suatu bank sangatlah penting, karena pada dasarnya pihak-pihak

4 yang berkepentingan, misalnya investor dan kreditur mengukur keberhasilan bank berdasarkan kemampuan yang terlihat dari kinerja manajemen dalam menghasilkan laba. Hal ini dapat ditunjukkan dari pertumbuhan laba yang dihasilkan oleh bank syariah. Pertumbuhan laba pada bank syariah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu biaya operasional, dana masyarakat atau dana pihak ketiga, dan non performing finance. Pertumbuhan laba bank syariah disajikan pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Laba (Rugi) bersih bank umum syariah tahun 2013-2017 (Dalam Jutaan Rupiah/Rp) No Bank Umum Syariah 2013 2014 2015 2016 2017 1 Bank Aceh Syariah 102.434 275.355 2 Bank Muamalat 529.376 121.346 125.469 120.032 50.255 Indonesia 3 Bank Victoria Syariah 4.075 (6.996) (8.027) (23.643) 6.539 4 Bank Rakyat Indonesia 129.129 25.067 117.897 170.642 96.939 Syariah 5 Bank Jabar Banten 28.136 22.743 6.851 (414.183) (298.451) Syariah 6 Bank Nasional 113.948 163.251 219.663 270.908 326.361 Indonesia Syariah 7 Bank Mandiri Syariah 816.708 71.778 250.370 278.698 421.804 8 Bank Mega Syariah 209.538 23.870 15.175 231.054 184.631 9 Bank Panin Dubai 36.253 68.675 55.749 26.170 (810.962) Syariah 10 Bank Syariah Bukopin 27.466 12.770 36.964 53.196 4.422 11 Bank Central Asia 12.512 13.185 23.893 27.772 53.419 Syariah 12 Bank Tabungan 54.545 169.082 407.414 655.904 Pensiunan Nasional Syariah 13 Maybank Syariah 47.400 54.785 (378.826) (143.460) 166.455 Sumber: Laporan Keuangan Masing-masing bank syariah

5 Kemampuan menghasilkan laba pada suatu perusahaan merupakan hal yang sangat penting, karena pada dasarnya pihak yang berkepentingan mengukur keberhasilan perusahaan dilihat dari kinerja manajemen dalam menghasilkan laba. Hal ini menunjukkan bahwa laba menjadi salah satu ukuran kinerja sebuah perusahaan yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Portofolio pembiayaan pada bank komersial menempati porsi terbesar. Dari pembiayaan yang dikeluarkan atau disalurkan bank diharapkan mendapatkan hasil. Tingkat penghasilan dari pembiayaan merupakan tingkat penghasilan tertinggi bagi bank. Dengan demikian sumber pendapatan yang diperoleh bank bersumber dari bagi hasil atas kontrak mudharabah dan kontrak musyarakah, keuntungan atas kontrak jual beli, hasil sewa atas kontrak ijarah serta fee dan biaya administrasi jasa-jasa lainnya. Biaya operasional adalah biaya yang timbul dari kegiatan operasional perusahaan. Biaya operasional bagi bank syariah adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan usaha bank tersebut. Biaya operasional bank syariah meliputi dana yang dikeluarkan untuk menghimpun dana masayarakat, biaya gaji pegawai, biaya administrasi, dan biaya pajak penghasilan. Biaya operasional merupakan rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengendalikan biaya, semakin kecil biaya maka semakin efisien. Biaya operasional memiliki pengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba, semakin kecil biaya operasional maka semakin besar pertumbuhan laba. Dana pihak ketiga juga merupakan variabel penting yang mempengaruhi pertumbuhan laba karena merupakan sumber utama dana bank. Sumber dana bank atau dana pihak ketiga adalah usaha bank dalam menghimpun dana dari

6 masayarakat, perolehan dana ini tergantung dari bank itu sendiri, apakah dari simpanan masyarakat atau lembaga lainnya. Bagi bank yang paling penting adalah bagaimana memilih dan mengelola sumber dana yang tersedia. Sumber dana dari masyarakat luas, terutama dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito adalah sangat penting. Dalam pengelolaan sumber dana dimulai dari perencanaan akan kebutuhan dana, kemudian pelaksanaan pencairan sumber dana dan pengendalian terhadap sumber-sumber dana yang tersedia. Meskipun sebagian dana pihak ketiga pada bank syariah adalah titipan yang tidak dimaksudkan untuk disalurkan pembiayaan yang akan mendatangkan pendapatan yang akhirnya meningkatkan laba. Peningkatan aset dalam perbankan syariah didorong oleh meningkatnya penghimpunan dana pihak ketiga. Dana pihak ketiga merupakan pembiayaan yang disalurkan oleh masayarakat. Dana pihak ketiga tidak hanya membawa keuntungan saja bagi kinerja perbankan syariah tetapi juga membawa resiko yang cukup besar. Resiko yang ditimbulkan dari dana pihak ketiga ini adalah timbulnya pembiayaan yang bermasalah atau disebut juga dengan Non Performing Finance. Non performing finance adalah perbandingan antara pembiayaan bermasalah dan pembiayaan yang disalurkan oleh bank. Bank yang berhasil menjaga kualitas pembiayaannya maka akan memperkecil kemungkinan terjadinya pembiayaan bermasalah, sedangkan bank yang tidak mampu menjaga kualitas pembiayaannya maka potensi terjadinya pembiayaan bermasalah akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan dan Winarsih (2013) yang menyatakan bahwa semakin besar jumlah pembiayaan bermasalah,

7 maka semakin banyak biaya penyisihan penghapusan aktiva produktif yang harus dialokasikan. Dengan biaya akan menjadi semakin besar sehingga berdampak pada berkurangnya laba bank. Berdasarkan Statistik Perbankan Syariah (SPS) yang dilansir Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terungkap jumlah laba perbankan syariah akhir desember 2017 mencapai Rp 3,08 triliun, tumbuh 46,9% dibandingkan dengan pencapaian tahun lalu yaitu Rp 2,09 triliun. Kenaikan tersebut terbilang sangat besar apabila dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya di mana laba bank syariah hanya tumbuh 17,3% pada tahun 2016 dan bahkan stagnan pada tahun 2015. Dilihat dari persebarannya, sebanyak 13 Bank Umum Syariah (BUS) hanya menguasai laba bersih sebesar Rp 987 miliar, sisanya sebesar Rp 2,09 triliun disumbang oleh 21 bank yang berstatus Unit Usaha Syariah (UUS). Kinerja Bank Usaha Syariah belum menunjukkan perbaikan yang berarti sepanjang 2017, bila dilihat dari capaian labanya yang hanya tumbuh 3,6% dari tahun 2016 Rp 952 triliun. Bahkan pada 2015, laba BUS sempat turun 9,5%. Kenaikan untung industri perbankan syariah, mayoritas bersumber dari pendapatan operasional hasil penyaluran dana atau pembiayaan yang tumbuh 15,9% secara year on year (yoy), terutama yang bersifat bagi hasil musyarakah serta piutang murabahah. Selain itu ada juga kenaikan pendapatan yang bersumber dari penempatan dana di BI dan surat berharga. Di sisi lain, beban operasional bank berupa bagi hasil untuk pemilik dana dapat dijaga sehingga hanya naik 11,7%. Di luar itu, perbankan syariah juga mendapat laba dari kenaikan pendapatan

8 operasional lainnya seperti dari penyertaan/fee/provisi. Keuntungan bersih perbankan syariah yang mencapai 47% tahun lalu disebabkan dua faktor utama. Pertama, perbankan syariah mampu meningkatkan dan menjaga kualitas pembiayaan sehingga penerimaan dari pembiayaan mengalami peningkatan yang signifikan yakni sebesar 16%. Kedua, selama tahun 2017 industri perbankan syariah mampu menekan beban operasional secara drastis. Beban operasional perbankan syariah yang pada tahun 2016 mencapai Rp29,3 triliun bisa diturunkan menjadi hanya Rp23,8 triliun atau turun 19%, katanya kepada Bisnis, beberapa waktu lalu. (Sumber: Bisnis.com) Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan syariah tumbuh 11,7% dibandingkan pertumbuhan akhir tahun lalu sebesar 6,45%. Pertumbuhan DPK tersebut berasal dari 13 bank umum syariah (BUS). Salah satu pendorong pertumbuhan karena sejumlah produk yang ditawarkan oleh BUS dapat menarik perhatian calon-calon nasabah baru maupun mempertahankan nasabah yang sudah ada. Hingga desember 2016, jumlah DPK BUS tumbuh sebesar 6,45%. Meski begitu, pertumbuhan DPK BUS di bawah kinerja seluruh perbankan. (Sumber : Kontan.co.id) Non Performing Finance (NPF) perbankan syariah menyentuh 4,73% pada agustus 2015 dan membuat goyang secara nasional. Untuk itu, Asbisindo memprediksi, akhir 2015 pembiayaan belum dapat naik 20% secara year on year. Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah (SPS) yang dipublikasi OJK, Non Performing Finance (NPF) perbankan syariah mencapai 2,62% pada 2013. Posisi

9 Non Performing Finance (NPF) perbankan syariah kemudian melesat menjadi 4,33% pada akhir Desember 2014. (Sumber : Investor daily/berita Satu) Pada Desember 2017 Bank Rakyat Indonesia Syariah menoreh laba bersih sebesar Rp 96.939 miliar. Laba tersebut turun 40,13% year on year (yoy) bila dibandingkan dengan Desember 2016 sebesar Rp 170.642 miliar. Penurunan laba BRI Syariah pada tahun 2017 disebabkan oleh perseroan yang memupuk pencadangan guna mitigasi resiko pembiayaan. Ini dilakukan agar menjaga kualitas pembiayaan BRI Syariah. Berdasarkan laporan keuangan bank, rasio cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) BRI Syariah naik dari 1,91% di Desember 2016 menjadi 2,04 % di Desember 2017. Kenaikan itu diiringi oleh naiknya rasio pembiayaan bermasalah atau Non Performing Finance per Desember 2017 sebesar 6,43% dari desember sebesar 4,57%. Lebih lanjut Indri menuturkan, pihaknya akan meningkatkan pembiayaan dan dana pihak ketiga (DPK) untuk mendorong laba di tahun 2018. Segmen pembiayaan UMKM dan komersial diharapkan akan berpotensi di tahun ini. Selain itu, BRI Syariah akan terus menekan NPF agar kualitas pembiayaan tetap terjaga. Kami akan berupaya laba tahun 2018 dapat meningkat lebih baik dari tahun 2017, (Sumber: Kontan.co.id)

10 Pertumbuhan Laba BRI Syariah periode 2013-2017 200.000 150.000 100.000 50.000 0 2013 2014 2015 2016 2017 Periode Kondisi ekonomi Indonesia yang kurang baik akan berdampak pada kinerja keuangan bank syariah. Oleh karena itu bank syariah perlu memperhatikan banyak aspek untuk mengurangi risiko yang dihadapi. Untuk itu, penelitian ini ingin mengungkapkan faktor penyebab pertumbuhan laba bank syariah dengan menganalisis pengaruh Biaya Operasional, Dana Pihak Ketiga, dan Non Performing Finance terhadap pertumbuhan laba pada perbankan syariah di Indonesia. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Cut Marliana dan Meutia pada tahun 2015 dengan judul Pengaruh Biaya operasional, Dana Pihak Ketiga, dan Non Performing Finance terhadap Pertumbuhan Laba pada Perbankan Syariah di Indonesia. Variabel yang di teliti adalah Biaya operasional, Dana pihak ketiga, dan Non Performing Finance sebagai variabel independen, sedangkan pertumbuhan laba sebagai variabel dependen. Unit analisis dari penelitian tersebut adalah Bank umum syariah. Unit observasi penelitian tersebut adalah rasio keuangan Bank syariah periode 2011-2014 menggunakan Statistik Perbankan Syariah (SPS). Jumlah populasi penelitian tersebut sebanyak 13 Bank Umum Syariah dan sampel 11 Bank Umum Syariah,

11 menjadi 44 sampel selama periode 2011-2014. Teknik sample menggunakan Purposive sampling. Hasil penelitian Cut Marliana dan Meutia adalah bahwa biaya operasional, dana pihak ketiga, dan non performing finance secara simultan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba pada perbankan syariah. Secara parsial biaya operasional, dana pihak ketiga, dan non performing finance berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. keterbatasan penelitian yang dilakukan oleh Cut Marliana dan Meutia ini adalah peneliti hanya menggunakan variabel biaya operasional, dana pihak ketiga, dan non performing finance dalam penelitian nya, sehingga perlu mencari variabel yang mungkin mempengaruhi pertumbuhan laba di luar variabel ini, agar mendapatkan hasil yang bervariatif. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah penulis memilih tahun pengamatan periode 2013-2017, sedangkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Cut Marliana dan Meutia dengan tahun pengamatan periode 2011-2014. Alasan penulis memilih periode 2013-2017 ini dikarenakan pada periode ini terjadinya pertumbuhan laba yang fluktuatif dan terbilang lambat yang mengakibatkan perusahaan perbankan perlu lebih waspada dalam mengelola keuangan agar tidak mengalami kebangkrutan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesai kuartal I 2017 berada di angka 5,01% atau lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal I 2016 di kisaran 4,92%. Angka tersebut juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kuartal IV 2016 yang sebesar 4,94%, meski masih lebih rendah dibandingkan dengan laju ekonomi tahun 2015 yaitu 5,04%. Tetapi pada tahun 2014 hampir setara yaitu

12 5,01%. Namun masih lebih rendah dari 2013 yang di posisi 5,56%. Bebrapa hal yang dianggap sebagai faktor perlambatan ekonomi Indonesia adalah turunnya harga komoditas yang mempengaruhi ekspor Indonesia, realisasi belanja pusat dan daerah yang belum optimal, rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (the FED) menekan nilai tukar rupiah terhadap dollar, perlambatan ekonomi China berdampak pada penurunan permintaan ekspor bahan baku Indonesia. (Sumber: CNN Indonesia) Penelitian ini dilakukan karena terjadinya ketidakkonsistenan pada beberapa penelitian sebelumnya dan bermaksud untuk melakukan pengembangan yang diteliti oleh Cut Marliana dan Meutia (2015), yang dalam hal ini variabel independen nya adalah biaya operasional, dana pihak ketiga dan Non performing finance, sedangkan variabel dependennya adalah pertumbuhan laba. hasil Penelitian mengenai pengaruh volume pembiayaan, dana pihak ketiga, dan biaya intermediasi terhadap marjin laba pada bank umum syariah di Indonesia yang dilakukan oleh Widyastuti dan Anto (2010) mengemukakan bahwa biaya operasional berpengaruh terhadap pertumbuhan laba, kemudian pada penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba bank syariah yang dilakukan oleh Setiawan dan Winarsih (2013) mengemukakan bahwa biaya operasional tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba, kemudian pada penelitian mengenai pengaruh biaya operasional dan dana pihak ketiga terhadap pertumbuhan laba pada perbankan syariah di Indonesia yang dilakukan oleh Cut Marliana dan Meutia (2015) mengemukakan bahwa biaya operasional berpengaruh terhadap pertumbuhan laba, sedangkan pada penelitian mengenai pengaruh NPF,

13 FDR, NI, BOPO dan CAR terhadap pertumbuhan laba pada perbankan syariah yang dilakukan oleh Ikhwan (2018) mengemukakan bahwa NPF berbengaruh terhadap pertumbuhan laba dan Biaya operasional tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian-penelitian terdahulu mendorong penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian kembali. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian kembali mengenai hal yang berkaitan dengan pertumbuhan laba pada perbankan syariah di Indonesia yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuanganc(OJK) ini dengan variabel yang sama namun pada tahun yang berbeda. Adapun judul yang diambil dalam penelitian ini adalah Pengaruh Biaya Operasional, Dana Pihak Ketiga, dan Non Performing Finance terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perbankan Syariah Di Indonesia 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan fenomena yang diuraikan diatas, penulis mengidentifikasi adanya beberapa masalah sebagai berikut: 1. Masih banyaknya sektor perbankan syariah yang mengalami penurunan laba. 2. Masih tingginya biaya operasional sehingga belum efisien dan mengakibatkan pertumbuhan laba menjadi tidak terlalu besar. 3. Penurunan pertumbuhan laba salah satunya disebabkan besarnya jumlah pembiayaan bermasalah (Non Performing Finance), selain itu juga perekonomian yang mengalami stagnansi beberapa tahun belakangan

14 yang mempengaruhi perekonomian Indonesia, khusunya pendapatan ekspor, investasi, dan pendapatan negara. 1.2.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana Biaya Operasional pada Bank umum syariah di Indonesia yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK)? 2. Bagaimana Dana Pihak Ketiga pada Bank umum syariah di Indonesia yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK)? 3. Bagaimana Non Performing Finance pada perbankan syariah di Indonesia yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK)? 4. Bagaimana Pertumbuhan Laba pada Bank umum syariah di Indonesia yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK)? 5. Seberapa besar pengaruh Biaya Operasional terhadap pertumbuhan laba pada Bank umum syariah di Indonesia yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK)? 6. Seberapa besar pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap pertumbuhan laba pada Bank umum syariah di Indonesia yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK)? 7. Seberapa besar pengaruh Non Performing Finance terhadap pertumbuhan laba pada Bank umum syariah di Indonesia yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK)?

15 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui Biaya Operasional pada Bank umum syariah di Indonesia yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 2. Untuk mengetahui Dana Pihak Ketiga pada Bank umum syariah di Indonesia yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 3. Untuk mengetahui Non Performing Finance pada Bank umum syariah di Indonesia yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 4. Untuk mengetahui Pertumbuhan Laba pada Bank umum syariah di Indonesia yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 5. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Biaya Operasional terhadap pertumbuhan laba pada Bank umum syariah di Indonesia yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 6. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap pertumbuhan laba pada Bank umum syariah di Indonesia yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 7. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Non Performing Finance terhadap pertumbuhan laba pada Bank umum syariah di Indonesia yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 1.4 Kegunaan penelitian Beberapa kegunaan dari dilakukannya penelitian pengaruh biaya operasional, dana pihak ketiga, dan non performing fianance terhadap pertumbuhan

16 laba pada perbankan syariah di Indonesia baik dari kegunaan praktis dan kegunaan teoritis. 1.4.1 Kegunaan Praktis 1. Bagi Penulis a. Dapat menambah ilmu pengetahuan, wawasan, pengalaman, pengenalan, dan pengamatan penulis dalam bidang kajian akuntansi syariah terutama pengaruh biaya operasional, Non performing Finance, dana pihak ketiga terhadap pertumbuhan laba pada bank syariah di Indonesia. b. Dapat memotivasi penulis dalam mengembangkan daya kreativitas, meningkatkan keterampilan, serta menyajikan data dan fakta mengenai pengaruh biaya operasional, Non performing Finance, dana pihak ketiga terhadap pertumbuhan laba pada bank syariah di Indonesia. c. Dapat melatih penulis dalam menggabungkan hasil bacaan mengenai akuntansi syariah dari berbagai sumber dan mengembangkannya ke tingkat yang lebih matang.

17 2. Bagi Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau menjadi informasi tambahan bagi pihak akademsi serta menjadi suatu referensi dalam hal pengembangan kerangka pemikiran tentang pengaruh biaya operasional, Non performing Finance, dana pihak ketiga terhadap pertumbuhan laba pada bank syariah di Indonesia. 3. Bagi Instansi Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak perbankan untuk mengetahui atau sebagai informasi tambahan, serta sebagai bahan masukan bagi perbankan terutama tentang pengaruh biaya operasional, Non performing Finance, dana pihak ketiga terhadap pertumbuhan laba pada bank syariah di Indonesia. 1.4.2 Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam menjunjung ilmu akuntansi khusunya dalam kajian akuntansi syariah tentang pengaruh biaya operasioanal, dana pihak ketiga dan non performing finance terhadap pertumbuhan laba pada perbankan syariah di Indonesia.

18 1.5 Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengunjungi website pada bank syariah yang terdaftar pada Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan dari tahun 2013-2017 melalui website www.bi.go.id dan www.ojk.go.id. Waktu penelitian dimulai pada bulan November 2018 sampai