LAPORAN KUNJUNGAN KERJA BADAN LEGISLASI DPR RI DALAM RANGKA SOSIALISASI PROLEGNAS RUU PRIORITAS TAHUN 2019 DI JAWA TIMUR, JANUARI 2019

dokumen-dokumen yang mirip
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

peraturan (norma) dan kondisi pelaksanaannya, termasuk peraturan pelaksanaan dan limitasi pembentukannya. 2. Peninjauan, yaitu kegiatan pemeriksaan

Nasional (Prolegnas). Prolegnas ini disusun bersama oleh DPR, DPD, dan Pemerintah yang dikoordinasi oleh alat Kelengkapan DPR yang khusus menangani

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MATRIKS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

B. Maksud dan Tujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PELAKSANAAN FUNGSI LEGISLASI DPR RI OLEH: DRA. HJ. IDA FAUZIYAH WAKIL KETUA BADAN LEGISLASI DPR RI MATERI ORIENTASI TENAGA AHLI DPR RI APRIL

Tanggal 26 Januari Disampaikan oleh: H. Firman Subagyo, SE.,MH. Wakil Ketua Badan Legislasi, A.273

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 c. bahwa beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakila

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rak

- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

Tata Tertib DPR Bagian Kesatu Umum Pasal 99 Pasal 100 Pasal 101 Pasal 102

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PROSES PEMBUATAN PERATURAN DAERAH. Oleh : Biro Hukum SETDA Provinsi Jawa Tengah

Bagaimana Undang-Undang Dibuat

BAB III PENJELASAN 1. Proses Penyusunan Rancangan Undang - Undang 2. Penyusunan RUU Berdasarkan Program Legislasi Nasional ( Prolegnas )

Optimalisasi Fungsi Legislasi DPRD Melalui Pembentukan Peraturan Daerah Yang Berkualitas

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 3 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUM. Peraturan Perundang-undangan. Penyusunan. Pedoman

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

PERAN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL DALAM PEMBANGUNAN HUKUM DI INDONESIA

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41B/DPR RI/I/ TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PENUNJUK UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

KEBIJAKAN PENYUSUNAN PROLEGNAS RUU PRIORITAS TAHUN Ignatius Mulyono

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPERSIAPKAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

ASPEK HUKUM PENATAAN RUANG PULAU KEPULAUAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF. Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda

(BIDANG HUKUM, HAM DAN KEAMANAN)

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA BADAN LEGISLASI DPR RI DALAM RANGKA SOSIALISASI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENJAMINAN KE PROVINSI JAWA TIMUR

INFO SHEET PROLEGNAS DAN PROLEGNAS PRIORITAS 2010

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG MASYARAKAT ADAT

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

PROSES PEMBENTUKAN PUU BERDASARKAN UU NO 10 TAHUN 2004 TENTANG P3 WICIPTO SETIADI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI RUU TENTANG PENYIARAN

PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH PEMERINTAH PROVINSI BALI TAHUN 2009

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan;

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2013

Transkripsi:

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA BADAN LEGISLASI DPR RI DALAM RANGKA SOSIALISASI PROLEGNAS RUU PRIORITAS TAHUN 2019 DI JAWA TIMUR, 21-24 JANUARI 2019 A. Latar Belakang Pasal 20A ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) menyebutkan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. Hal ini diatur juga dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 20l8 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Terkait fungsi legislasi, DPR merupakan pemegang kekuasaan dalam pembentukan undang-undang (Pasal 20 ayat (1) UUD 1945). Pembentukan undang-undang ini menurut Pasal 1 angka 1 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (UU PPP) mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan. Tahapan perencanaan pembentukan undang-undang ini dilakukan dalam suatu instrumen perencanaan yang disebut dengan Program Legislasi Nasional (Prolegnas). Prolegnas ini disusun bersama oleh DPR, DPD dan Pemerintah yang dikoordinasi oleh alat Kelengkapan DPR yang khusus menangani legislasi, yaitu Badan Legislasi (Pasal 21 ayat (2) UU PPP jo Pasal 105 ayat (1) Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD). 1

Dalam pasal tersebut, secara spesifik tugas Badan Legislasi dalam penyusunan Prolegnas adalah mengoordinasikan penyusunan program legislasi nasional yang memuat daftar urutan rancangan undang-undang beserta alasannya untuk 5 (lima) tahun dan prioritas tahunan antara DPR, Pemerintah, dan DPD. Penyusunan Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2019 telah dimulai sejak awal Oktober 2018. Selanjutnya Badan Legislasi selaku koordinator penyusunan Prolegnas antara DPR, DPD dan Pemerintah kemudian mengundang Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia serta Panitia Perancang Undang-Undang DPD RI dalam Rapat Kerja, untuk melakukan evaluasi atas pelaksanaan Prolegnas RUU Prioritas 2018 dan membicarakan usulan RUU yang akan diprioritaskan oleh masing-masing lembaga di tahun 2019 dengan mengacu kepada ketentuan penyusunan Prolegnas sebagaimana diatur dalam Undangundang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yakni: a. perintah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. perintah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; c. perintah Undang-Undang lainnya; d. sistem perencanaan pembangunan nasional; e. rencana pembangunan jangka panjang nasional; f. rencana pembangunan jangka menengah; g. rencana kerja pemerintah dan rencana strategis DPR; h. aspirasi dan kebutuhan hukum masyarakat; dan i. memperhatikan hasil evaluasi Prolegnas tahun sebelumnya. Berdasarkan evaluasi pelaksanaan Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2018 dalam rapat kerja tersebut, RUU yang dalam proses pembicaraan Tingkat I, RUU yang menunggu surat Presiden, dan RUU dalam proses harmonisasi di Badan Legislasi disepakati untuk dimasukkan kembali ke dalam Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2018. 2

Selanjutnya dari seluruh usulan RUU yang diterima oleh Badan Legislasi Badan Legislasi dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI menyetujui beberapa hal sebagai berikut: 1. Program Legislasi Nasional Rancangan Undang-Undang Prioritas Tahun 2019 sebanyak 12 (dua belas) RUU baru dan 43 (empat puluh tiga) RUU dari Program Legislasi Nasional Rancangan Undang-Undang Prioritas Tahun 2018 dengan perincian 12 (dua belas) Rancangan Undang-Undang usulan baru terdiri dari 7 (tujuh) Rancangan Undang-Undang dari DPR, 4 (empat) Rancangan Undang-Undang dari Pemerintah, dan 1 (satu) Rancangan Undang-Undang dari DPD. Daftar Program Legislasi Nasional Rancangan Undang-Undang Prioritas Tahun 2019 sebagaimana terlampir. 2. Perubahan Program Legislasi Nasional Rancangan Undang-Undang Tahun 2015-2019 yaitu dengan menambahkan 4 (empat) Rancangan Undang-Undang baru dan 1 (satu) Rancangan Undang- Undang penggantian. Daftar Program Legislasi Nasional Rancangan Undang-Undang Tahun 2015-2019 sebagaimana terlampir. Selanjutnya, pasca ditetapkannya Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2019 dan Perubahan Prolegnas Tahun 2015-2019, Badan Legislasi mempunyai kewajiban untuk mensosialisasikan kepada masyarakat sesuai dengan amanat Pasal 88 UU No. 12 Tahun 2011 jo Pasal 105 ayat (1) huruf i UU No.17 Tahun 2014. B. Maksud dan Tujuan Maksud dilaksanakannya kegiatan sosialisasi Prolegnas oleh Badan Legislasi adalah untuk menyebarluaskan Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2019 dan Perubahan Prolegnas Tahun 2015-2019 kepada seluruh komponen masyarakat. 3

Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah agar masyarakat mengetahui rencana pembentukan hukum yang akan mengatur peri kehidupan masyarakat dan dalam proses pembetukan hukum tersebut masyarakat dapat memberikan masukan-masukan, sehingga pada akhirnya setiap RUU yang akan ditetapkan menjadi undangundang senantiasa mencerminkan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. C. Sasaran Kegiatan Dalam kegiatan sosialisasi Prolegnas ini, Badan Legislasi DPR memiliki beberapa sasaran yang hendak dicapai, yaitu: 1. terjalinnya komunikasi dengan seluruh elemen masyarakat dan Pemerintah Daerah terkait proses pembentukan hukum yang sudah ditetapkan dalam Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2019 dan Perubahan Prolegnas Tahun 2015-2019 yang dilakukan Badan Legislasi bersama Pemerintah dan DPD RI; 2. terserapnya aspirasi masyarakat di daerah dan Pemerintah Daerah yang memiliki kepentingan terhadap beberapa atau keseluruhan RUU yang ada di dalam Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2019 dan Perubahan Prolegnas Tahun 2015-2019; 3. terselenggaranya pembahasan RUU yang masuk dalam daftar Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2019 dan Perubahan Prolegnas Tahun 2015-2019 yang sesuai dengan arah kebijakan pembangunan nasional; dan 4. terwujudnya undang-undang yang aspiratif dan memenuhi kebutuhan hukum di masyarakat. D. Waktu dan Tempat Kunjungan kerja ini dilaksanakan pada tanggal 21 sampai dengan 24 Januari 2019 di Provinsi Jawa Timur bertempat di Ruang Rapat Kantor Gubernur Provinsi Jawa Timur. 4

E. Tim Kunjungan Kerja Tim Kunjungan Kerja Badan Legislasi DPR RI dalam rangka pelaksanaan Sosialisasi Prolegnas Prioritas Tahun 2019 dan Perubahan Prolegnas Prioritas 2015-2019 ke Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut: NO. NO. ANGGOTA N A M A FRAKSI KET 1 M. Sarmuji, SE, M.Si. F-PGOLKAR Ketua Tim/ Wk. Ketua Baleg 287 2 Dr. Supratman Andi Agtas, SH., MH. 3 Arif Wibowo F-PGERINDRA F-PDI PERJUANGAN 4 H. Totok Daryanto, SE F-PAN 5 Drs. Sudiro Asno., AK F-PHANURA 6 H. KRH. Henry Yosodiningrat, SH 7 Andreas Hugo Pareira F-PDI PERJUANGAN F-PDI PERJUANGAN Anggota/ Ketua Baleg Anggota/ Wk. Ketua Baleg Anggota/ Wk. Ketua Baleg Anggota/ Wk. Ketua Baleg 388 193 489 553 Anggota 140 Anggota 214 8 Eka Sastra F-PGOLKAR Anggota 257 9 Khilmi F-PGERINDRA Anggota 373 10 Ir. Hari Kartana, MM 11 12 Didi Irawadi Syamsudin., SH., LLM. Abdul Wahab Dalimunthe., SH 13 Cholida Indryana, SH. 14 Widiharto, SH., M.H. 15 Jainuri Achmad Imam S, S.A. 16 Rosdiana, SH., M.H. F- PDEMOKRAT F- PDEMOKRAT F- PDEMOKRAT Anggota Anggota Anggota Sekretariat 17 Laksmi Harundani, SH., M.K Legal Drafting 18 Arwani Hidayat., S.Ag., M.Si Tenaga Ahli 19 Helmi Darmawan TV Parlemen 20 Eka Hindra Reporter 418 421 399 5

F. Pelaksanaan Kegiatan Pertemuan dihadiri oleh Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Timur, Dr. Suprianto, SH, MH beserta jajarannya dan anggota Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kepala Kantor Wilayah Hukum dan HAM Nusa Tenggara Timur, Organisasi Kemasyarakatan di Provinsi Nusa Tenggara Timur, dan Civitas Akademika Universitas Wijaya Kusuma. G. Hasil Kunjungan Kerja 1. Sambutan Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Dr. Suprianto, SH, MH yang menyambut baik kedatangan delegasi Badan Legislasi DPR RI untuk menjaring aspirasi masyarakat dalam rangka sosialisasi Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2019. Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, menyampaikan kondisi umum Provinsi Jawa Timur. 2. Sambutan Ketua Delegasi Badan Legislasi DPR RI M. Sarmuji, SE, M.Si. Dalam Sambutannya, Ketua Delegasi menyampaikan ucapan terima kasih kepada Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat atas kesediaannya menerima Delegasi. Selanjutnya, Ketua Delegasi memperkenalkan Anggota Delegasi Sosialisasi Prolegnas dan menyampaikan maksud dan tujuan sosialisasi prolegnas, serta arti penting kegiatan sosialisasi prolegnas dalam rangka menjaring masukan terhadap RUU yang akan dibahas pada tahun 2019 dan Prolegnas Tahun 2015-2019. 3. Tanya jawab yang merupakan inti dari kegiatan Sosialisasi Prolegnas. Dalam kesempatan ini, tim sosialisasi lebih banyak mendengarkan keinginan/aspirasi terkait dengan pembangunan hukum ke depan dan pelaksanaan hukum saat ini. Masukan-masukan yang disampaikan pada kegiatan Sosialisasi Prolegnas berasal dari: a. Kepala Biro Hukum Provinsi Jawa Timur 6

Terdapat banyak kendala dalam pelaksanaan di Pemerintah Provinsi akibat aturan yang bertentangan antara undang-undang dengan peraturan pemerintah ataupun peraturan menteri. Pertama, penetapan RPJMD yang berbeda pengaturannya antara Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dengan pengaturan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (UU Pemda). Oleh karena itu, perlu adanya sinkronisasi mengingat UU No. 25 Tahun 2004 tersebut masih berlaku dan belum dicabut pengaturannya. Kedua, pelaksanaan orientasi dan pendalaman tugas yang menjadi hak anggota DPRD Kabupaten/Kota dalam UU Pemda diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Sekretaris Dewan Kabupaten/Kota, Partai Politik atau Perguruan Tinggi. Namun, muncul Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota (PP 12/2018) yang menyebutkan bahwa Pemerintah Provinsi sebagai salah satu penyelenggara orientasi dan pendalaman tugas yang menjadi anggota DPRD Kabupaten/Kota. Selain itu juga muncul Peraturan Kementerian Dalam Negeri dan Surat Edarannya yang menyatakan bahwa yang pihak yang menyelenggarakan orientasi adalah pihak yang juga menanggung biayanya. Hal ini menimbulkan ketidakpastian apabila Partai Politik yang menyelenggarakan, namun ada biaya kontribusi yang dipungut sehingga dikhawatirkan menjadi temuan BPK di kemudian hari. Ketiga, pemberhentian sementara Kepala Desa. Dalam Prolegnas Prioritas 2019 tidak terdapat usul perubahan terhadap Undang- Undang Desa. Terkait pemberhentian sementara Kepala Desa, dalam UU Desa diatur jika Kepala Desa menjadi terdakwa, sedangkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri pemberhentian sementara Kepala Desa dilakukan jika sudah ada putusan inkracht. 7

Keempat, banyaknya Peraturan Daerah terkait keagamaan yang tumpang tindih seperti pengaturan tentang pengenaan zakat bagi pegawai dan pengelolaan madrasah diniyah. Kelima, kewenangan camat di UU Pemda saat ini lebih terbatas jika dibandingkan dengan UU Pemerintahan Daerah sebelumnya. Keenam, kewenangan izin pertambangan berdasarkan UU Pemda berada pada Pemerintah Provinsi. Hal ini menimbulkan kendala dalam pelaksanaannya karena sulit untuk memantau semua lokasi tambang yang ada di daerah kabupaten/kota yang termasuk dalam wilayah Provinsi Jawa Timur. Ketujuh, pengaturan mengenai jembatan timbang dalam UU Pemda menjadi kewenangan Pemerintah Pusat, hal ini mengakibatkan pengawasan yang tidak optimal sehingga banyak jalan yang rusak. Kedelapan, kewenangan terhadap laut 0-12 mil pada UU Pemda berada pada Pemerintah Provinsi, yang dalam pengaturan sebelumnya berada di Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Hal ini dalam pelaksanaannya menimbulkan banyak hambatan di Pemerintah Provinsi. Kesembilan, Surabaya pernah mengajukan Peraturan Daerah tentang pelarangan minuman beralkohol, namun ditolak karena sebaiknya cukup pengendalian minuman beralkohol saja, terutama terhadap minuman beralkohol yang oplosan. b. Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa beramai-ramai membentuk Peraturan Daerah tentang desa, namun ternyata pada saat muncul peraturan pelaksananya banyak hal yang tidak sesuai sehingga harus diulang kembali untuk pembentukan Peraturan Daerahnya. Selain itu, pengaturan mengenai prosedur tata cara penetapan batas daerah agar menyepakati peta rupa bumi yang ada sehingga tidak menimbulkan konflik, karena pada saat ini ada beberapa peta rupa bumi yang 8

dikeluarkan oleh instansi yang berbeda-beda. Peta rupa bumi yang berbeda-beda ini mengakibatkan tumpang tindih. Oleh karena itu, sangatlah diperlukan dalam pembentukan undang-undang perlu adanya sinkronisasi, harmonisasi sehingga tidak tumpang tindih dan dapat menimbulkan kepastian hukum bagi masyarakat. Kami sangat mengapresiasiasi terhadap pembentukan beberapa rancangan undang-undang seperti RUU Wawasan Nusantara yang saat ini diperlukan pengaturannya karena dirasa sudah berkurang nilai-nilai kebangsaannya. c. Kejaksaan Tinggi Provinsi Jawa Timur Mendukung adanya RUU Penyadapan dengan pemberian kewenangan yang sama dengan KPK. RUU KUHAP sudah ada pembentukan tim dan sangat mengharapkan pembahasan RUU KUHAP ini dapat segera diselesaikan. d. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Perlu ada RUU tentang Wilayah Negara yang sangat mendesak. H. Rekomendasi 1. Beberapa undang-undang yang sudah disahkan dan sudah diundangkan perlu dikaji dan ditinjau ulang karena adanya aturan yang tumpang tindih dan menimbulkan ketidakpastian di daerah, seperti aturan penetapan RPJMD yang berbeda antara UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dengan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Pengaturan yang berbeda juga terjadi pada kasus pemberhentian kepala desa, di mana aturan pemberhentian kepala desa di UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa berbeda dengan yang diatur dalam UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah 2. Pengaturan terkait dengan bidang keagamaan sebaiknya ditingkat pusat, sesuai amanat undang-undang yang membagi kewenangan 9

pusat dan daerah, sehingga daerah tidak membuat perda-perda yang terkait bidang keagamaan. 3. Pengaturan mengenai kewenangan pusat dan daerah perlu ditinjau ulang, mengingat implementasinya sulit didaerah, seperti bidang perptambangan, jalan raya dan lain-lain. I. Penutup Demikian Laporan Kunjungan Kerja Badan Legislasi DPR RI dalam rangka sosialisasi Prolegnas RUU Prioritas Pioritas 2019 dan Perubahan Prolegnas Jangka Menengah 2015-2019 ke Provinsi Jawa Timur. Atas perhatian dan kerjasama seluruh pihak terkait, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. JAKARTA, JANUARI 2019 KETUA TIM, M. Sarmuji, SE, M.Si. A-287 10