Investasi Sosial, Inovasi Sosial, dan Eksperimentasi:

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific

Deklarasi Dhaka tentang

BAB I PENDAHULUAN. (Weygandt et al., 2008). Keseluruhan proses akuntansi pada akhirnya akan menghasilkan

Kode Etik PT Prasmanindo Boga Utama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Indonesia Komitmen Implementasikan Agenda 2030 Senin, 05 September 2016

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat memberikan dampak

Mewujudkan Visi Keberlanjutan melalui Kemitraan Tiga Sektor Senarai Kesimpulan dari ISIF 2014

INDONESIA NEW URBAN ACTION

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Citra perusahaan adalah sesuatu yang penting untuk dijaga dan

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Kajian Tengah Waktu Strategi Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pedoman merupakan alat atau acuan yang digunakan untuk menentukan

Outline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs

CSR dalam Industri Pulp and Paper

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan community empowerment developing program, community. based resources management, community based development

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan timbal balik antara

Gambaran Umum G20. Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral dan Pembiayaan. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Marzuki Usman PENDIRI FIHRRST

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bagian dari masyarakat dan lingkungan. Perusahaan tidak harus mengembangkan diri dengan tidak memperhatikan

Perempuan dan Sustainable Development Goals (SDGs) Ita Fatia Nadia UN Women

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA) diselenggarakan sejak

BAB I. Pada awalnya bisnis dibangun dengan paradigma single bottom line

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini mengakibatkan tekanan berat yang dihadapi perusahaan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Theory)

Rangkuman Penelitian

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. environmental responsibility (Bakdi Soemanto dkk, 2007). Dari penjelasan diatas

BAB I PENDAHULUAN. saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya persaingan yang kompetitif di pasar saat ini, tidaklah dapat

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berkaitan dengan lingkungan, khususnya masalah yang

Fakta tentang Air. Air tawar itu terbatas dan langka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen

TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN/SDGs MEMIKIRKAN MEKANISME PENDANAAN

1. Mengelola penyampaian bantuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh perusahaan dari kegiatan operasi, misalnya limbah, global warming,

MODUL 1: PENGANTAR TENTANG KETANGGUHAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA. USAID Adapt Asia-Pacific

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas operasi perusahaan. Perkembangan CSR secara konseptual baru di kemas sejak tahun 1980-an

BAB I PENDAHULUAN. menerbitkan sustainability report. Sustainability report mulai diterapkan

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,23 persen


BAB I PENDAHULUAN. tingkat pertumbuhan pendapatan yang terdapat dalam laporan keuangan.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Berdasarkan UNFPA (2003) dalam Population and Development Strategies Series

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

Oleh : Arief Setyadi. Persyaratan Gender dalam Program Compact

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan merupakan suatu kesatuan usaha yang menghasilkan barang dan

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN SDGs. Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS)

Pembangunan Berkelanjutan, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR), dan Penanganan Kemiskinan

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

BAB I PENDAHULUAN. dan negatif. Di satu sisi, perusahaan menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Oleh: Wahyu Susilo dalam Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil untuk SDGs Jakarta, 6-7 Oktober 2015

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

BAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. tetapi perusahaan juga dituntut agar dapat mengembangkan hubungan tanggung

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. ikhtisar laba yang ditahan, dan laporan posisi keuangan (Sawir, 2001:2).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. begitu halnya di Indonesia. Perdagangan bebas menempatkan lingkungan usaha

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena perkembangan isu Corporate Social Responsibility (CSR) cukup

BAB I PENDAHULUAN. kinerja keuangan perusahaan namun juga ingin mengetahui mengenai kinerja non

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini topik kinerja sosial terhadap stakeholders menjadi topik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan inovasi di bidang finansial yang semakin canggih.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bagian dari perekonomian nasional mempunyai andil yang besar dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kinerja keuangan perusahaan adalah tujuan yang seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi banyak perusahaan di Indonesia yang tidak memperhatikan dan

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

INSTRUMEN EKONOMI UNTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KULIAH VALUASI ESDAL PERTEMUAN KE

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER

Transkripsi:

Investasi Sosial, Inovasi Sosial, dan Eksperimentasi: Hasil-hasil CSR Asia Summit 2016 J a l a l Chairperson of Advisory Board - Social Investment Indonesia Disampaikan dalam Social Investment Roundtable Discussion Jakarta, 23 November 2016

I. Pelaporan Keberlanjutan Keuntungan pelaporan datang dari internal (perbaikan manajemen) dan eksternal (reputasi). Keuntungan pelaporan itu terutama ditentukan oleh derajat keterlibatan manajemen puncak: BoC dan BoD. GRI bisa dipergunakan sebagai alat perbaikan strategi. Dengan melaporkan, perusahaan bisa ikut menentukan agenda pembicaraan dengan pemangku kepentingan. Pelaporan keberlanjutan semakin penting terkait dengan perubahan iklim dan SDGs. Standar pelaporan akan berubah, bukan saja dari G4 ke GRI SRS, melainkan juga tata cara dan frekuensi pelaporannya.

GRI Sustainability Reporting Standards 2016

II. Kemitraan untuk Dampak Kolektif Keterbatasan sumberdaya adalah alasan utama untuk bermitra. Selalu ada pihak lain yang memiliki kepedulian atas isu dan daerah yang sama, dan bersedia bermitra. Donasi dari satu pihak terus-menerus selama beberapa tahun biasanya berdampak lebih kecil daripada pembiayaan dan usaha bersama beberapa pihak sekaligus. Kemitraan hampir selalu bisa menghindari jebakan ketergantungan, karena kemitraan selalu memiliki exit strategy. Indikator kinerja yang dipergunakan dalam kemitraan tidak sama dengan indikator untuk projek yang dilaksanakan sendiri, sehingga membutuhkan modifikasi, terutama agar tidak ada klaim berlebih dari satu pihak.

Suksesnya kemitraan ditentukan oleh: agenda bersama, alat ukur yang disepakati, aktivitas yang saling menguatkan, komunikasi yang terus-menerus, dan organisasi yang kokoh. Indikator kinerja yang diukur akan bergeser sepanjang siklus projek, mulai dari output-outcome-impact, dan memerlukan kesadaran bersama soal apa yang perlu diukur itu. Perusahaan harus menyadari keterbatasannya, karena bukanlah institusi yang paling mumpuni dalam pengukuran kinerja projek di masyarakat. Penempatan organisasi dengan pengetahuan dan keterampilan yang tepat di posisi kemitraan yang tepat adalah hal yang esensial. Hal yang tak boleh ditinggalkan adalah bekerja sama dengan kelompok-kelompok masyarakat sejak fase awal. Bersama dengan pemerintah, kemitraan perlu terlebih dahulu mengidentifikasikan mana saja potensi duplikasi, dan perlu diubah menjadi program/projek yang saling melengkapi dan menguatkan.

III. Investasi Sosial/Komunitas Dampak negatif tak terduga dari investasi sosial sangat banyak ditemukan. Kebanyakan dampak negatif tak terduga datang dari dua hal yang tidak disiapkan dengan memadai: pengembangan kapasitas, exit strategy. Kelemahan investasi sosial kerap disebabkan oleh perusahaan hanya melakukan engagement dengan para fasilitator/pelakunya, namun tidak benar-benar berhubungan dengan penerima manfaat, yaitu masyarakat. Investasi sosial harus dipandang BUKAN sebagai pengganti dari minimisasi dampak negatif, juga TIDAK BOLEH dipergunakan untuk menutupi dampak negatif perusahaan. Memahami konteks politik lokal adalah keniscayaan bila ingin investasi sosial berhasil.

Mendapatkan dukungan seluruh pekerja perusahaan bukan hanya bagian tertentu sangatlah esensial untuk keberhasilan investasi sosial. Setiap bagian memiliki peran masing-masing dalam menyukseskan investasi sosial. Dalam komunikasi dengan seluruh pemangku kepentingan, cerita tentang inisiatif, dilengkapi foto dan caption yang kuat, adalah komponen yang sangat penting. Peran donasi dan kesukarelawanan (volunteerism, terutama skilled volunteering) pekerja dalam investasi sosial sangat perlu didefinisikan, karena terdapat buktibukti bahwa mereka sangat ingin berpartisipasi. Pemberdayaan mereka yang terlibat dalam pengelolaan donasi dan kesukarelawanan pekerja sangatlah penting, karena keduanya tidak seharusnya dikelola secara amatir. Kegiatan investasi sosial oleh perusahaan seharusnya dimulai dari bisnis dan kompetensi inti perusahaan, baru kemudian dikembangkan.

Perencanaan investasi sosial adalah berjangka panjang terutama untuk memastikan waktu yang memadai untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian kelompok sasaran, serta proses interaksi yang memadai untuk mencapainya. Sumberdaya untuk melakukan pemantauan dan evaluasi sangat penting untuk disiapkan. Banyak projek/program tidak menyediakannya karena berkonsentrasi pada implementasi. Sebelum melakukan kegiatan dalam skala yang massif, diperlukan juga penyiapan untuk perusahaanperusahaan lain, pemerintah, dan masyarakat. Diperlukan pembentukan forum inovasi sosial di antara seluruh pemangku kepentingan untuk mendiskusikan bagaimana investasi sosial bisa dilaksanakan dengan cara-cara yang baru dan lebih baik.

IV. Laporan Tracking the Trends 2016 (CSR Asia, 2016)

1. Perubahan Iklim Perubahan iklim memengaruhi bisnis, terutama karena meningkatnya biaya. Fokus perlu diarahkan kepada adaptasi. Peningkatan pengetahuan dibutuhkan agar bisnis bisa melindungi diri dari perubahan iklim dan kaitannya dengan bencana, ketahanan, keamanan pasokan, dan keberlangsungan bisnis. Reduksi risiko dan kesiapan terhadap bencana perlu dimasukkan ke dalam perencanaan bisnis. Perpindahan dari bahan bakar fosil menuju sumber energi terbarukan dan teknologi bersih. Rekognisi terhadap (dan program penguatan bagi) kelompok masyarakat rentan.

2. Rantai Pasokan, Ketenagakerjaan dan HAM Isu ketenagakerjaan akan tetap menjadi sumber risiko yang penting. Prlu bergeser dari tier one auditing menuju deep supply chains auditing. Perhatian padan risiko terkait pekerja migran, perdagangan manusia dan eksploitasi atas pengungsi. Peningkatan kesadaran konsumen atas isu HAM sepanjang rantai pasokan. Tuntutan pemangku kepentingan terhadap keterlacakan dan transparensi. Dampak pengelolaan HAM terhadap reputasi perusahaan dan merk.

3. Air Dampak utama terhadap kemampuan menjalankan bisnis dan biaya produksi. Pencemaran air serta akses terhadap air bersih dan dapat dimanfaatkan. Ketegangan bahkan konflik pemanfaatan air antara perusahaan dan masyarakat. Kaitan dengan sanitasi, higiene, serta kesehatan. Ketegangan terkait dengan pertanian dan keamanan pangan. Banjir dan kekeringan terkait dengan perubahan iklim memerlukan kesiapan menghadapi bencana.

4. Tata Kelola Perusahaan, Transparensi dan Anti-Korupsi Peningkatan tuntutan atas transparensi dan akuntabilitas. Kebutuhan untuk mendemonstrasikan tindakan-tindakan nyata dalam antikorupsi. Tekanan terutama datang dari LSM, investor, dan pasar saham. Kebutuhan atas sistem tata kelola yang memasukkan pertimbangan keberlanjutan. Pelaporan yang menggunakan standar internasional yang diakui. Kemungkinan untuk mengarah pada pelaporan terpadu (integrated reporting).

5. Ketimpangan Kekayaan, Kemiskinan dan Ketidakseimbangan Sosial Melebarnya kesenjangan kaya miskin di banyak negara. Tuntutan agar perusahaan turut mengelola dampaknya atas ketimpangan sosial. Peran bisnis dalam meningkatkan mobilitas sosial serta menyediakan peluang ketenagakerjaan yang beragam, serta mendukung kewirausahaan. Masyarakat miskin kerap tidak mendapat manfaat pembangunan. Pengangguran di antara pemuda diperkirakan menjadi sumber konflik yang berbahaya di masa mendatang. Semakin dibutuhkan strategi untuk mengatasi diskriminasi terhadap kelompok minoritas.

Pemangku Kepentingan yang Memengaruhi CSR (CSR Asia, 2016)

V. Kesimpulan Perubahan iklim, rantai pasokan, air, tata kelola, dan ketimpangan adalah di antara isu-isu CSR yang paling penting untuk dikelola oleh perusahaan di masa sekarang dan mendatang. Praktik terbaik harus terus disebarluaskan dan dipelajari, terutama yang terkait dengan bagaimana membina hubungan dengan pemangku kepentingan (stakeholder engagement), membangun kultur perusahaan yang berkelanjutan, pengukuran kinerja keberlanjutan perusahaan, serta pelaporan keberlanjutan. Bahasa yang dipergunakan oleh perusahaan, maupun pemerintah dan LSM adalah bahasa pembangunan. Wujud paling nyatanya mulai 2016 hingga 2030 adalah Tujuan dan Target dalam Sustainable Development Goals. SDGs memungkinkan seluruh sektor berbicara tentang hal yang sama. Inovasi sosial untuk memecahkan masalah ekonomi-sosial-lingkungan yang dihadapi masyarakat adalah hal yang sangat penting untuk dikuasai perusahaan yang aspirasinya menjadi berkelanjutan.

Perusahaan harus membuka diri terhadap eksperimentasi dalam pemecahan masalah, karena belum seluruh informasi diketahui. Eksperimentasi berarti kesediaan untuk berbuat salah dan memerbaiki diri. Bila perusahaan dan dunia bisnis secara umum ingin menjadi relevan di masa mendatang, maka mereka harus berhenti hanya membicarakan profitabilitas. Harus ada kejelasan social social and environmental purposes. Bisnis harus menerima sepenuhnya blended values. Cara untuk melakukan inovasi, eksperimentasi, serta menegakkan blended values tersebut adalah melalui kemitraan. Bentuk-bentuk kemitraan yang paling pentin adalah B2B(usiness), B2G(overnment), B2S(ociety), serta multistakeholder. Dengan semakin besarnya tantangan di level global dan lokal, sukses-gagalnya bisnis akan ditentukan terutama oleh kemampuan bekerjasama (cooperativeness), bukan lagi daya saing (competitiveness).

J a l a l Chairperson of Advisory Board Social Investment Indonesia jalal.csri@yahoo.com; jalal.csri@gmail.com +62-815-13803616