Assalamu'alaikum W r. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua, MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA PEMBICARAAN TINGKAT II/ PENGAMBILAN KEPUTUSAN ATAS RUU TENTANG PARTAI POLITIK MENJADI UNDANG-UNDANG Jakarta, 4 Desember 2007 Yth. Pimpinan DPR-RI, Yth. Anggota DPR-RI, Yth. Menteri Sekretaris Negara, Yth. Menteri Hukum dan HAM Yth. Para hadirin dan peserta Rapat Paripurna. Pertama-tama marilah kita bersama-sama memanjatkan puji syukur kekhadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya kepada kita semua sehingga pada hari ini kita dapat menghadiri rapat paripurna terbuka tentang pembicaraan tingkat II pengambilan keputusan atas Rancangan Undang- Undang tentang Partai Politik. Pada kesempatan yang berbahagia ini perkenankan kami menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi yang setinggitingginya kepada Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat serta semua pihak terkait yang telah membantu kelancaran pembahasan dan finalisasi Rancangan Undang-Undang tentang Partai Politik sehingga pada hari ini Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat telah berhasil menyepakati rumusan Rancangan Undang- Undang tentang Partai Politik menjadi Undang-Undang tentang Partai Politik. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
Memasuki era reformasi, paling tidak ada dua hal yang perlu dicermati dalam kehidupan politik di tanah air tercinta ini, Pertama, dinamika masyarakat yang cukup tinggi dalam tuntutan di bidang kesejahteraan dan keadilan. Kedua, kesiapan perangkat peraturan perundang-undangan dalam pengelolaan kehidupan politik. Terkait dengan tuntutan dan dinamika masyarakat, akhir-akhir ini makin dirasakan peningkatan kualitas kehidupan demokrasi sebagai bagian dari kemerdekaan berserikat, berkumpul, serta mengeluarkan pendapat secara lisan ataupun tulisan dalam kehidupan berpolitik. Dengan peningkatan kualitas demokrasi partai politik dapat berperan lebih besar dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Terkait dengan kesiapan perangkat peraturan perundang-undangan untuk mengakomodasi tuntutan masyarakat, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik sudah tidak lagi memadai dalam mengakomodasi dinamika dan perkembangan masyarakat, terutama terkait dengan tuntutan agar peran partai politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta dalam rangka membangun partai politik sebagai organisasi yang bersifat nasional, modern, dan kredibel dapat segera terwujud dan dirasakan masyarakat. Berkaitan dengan itu, pembaruan terhadap paradigma, isi, dan muatan Undang-Undang Nomor 31 tentang Partai Politik kita lakukan perubahan secara bersama-sama. Dalam rangka pemantapan kehidupan demokrasi, paket undangundang bidang politik yang harus diselesaikan dalam kurun waktu 2007-2008 adalah: (1) Undang-Undang tentang Partai Politik; (2) Undang-Undang tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD, (3) Undang-Undang tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD; (4) Undang-Undang tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Sejalan dengan penyelesaian keempat undang-undang tersebut, ada 1 (satu) undang-undang yang juga penting untuk segera diselesaikan, yaitu penyempurnaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Dalam rangka membangun tatanan masyarakat madani (civil society) terdapat keterkaitan erat antara dinamika masyarakat di bidang politik dan kemasyarakatan. Oleh sebab Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
itu, perlu adanya keharmonisan antara ketentuan yang menjadi muatan Undang-Undang tentang Partai Politik dan Undang-Undang tentang Organisasi Kemasyarakatan. Sebagai contoh, berdasar Undang-Undang ini, Partai Politik dapat membentuk Organisasi Sayap Partai Politik (OSP); sementara dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Dalam rangka membangun tatanan masyarakat madani (civil society) terdapat keterkaitan erat antara dinamika masyarakat dibidang politik dan kemasyarakatan. Oleh sebab itu, erlu adanya keharmonisan antara ketentuan yang menjadi muatan Undang-Undang tentang Partai Politik dan Undang-Undang tentang Organisasi Kemasyarakatan. Sebagai contoh, berdasar Undang-Undang ini, Partai Politik dapat membentuk Organisasi Sayap Partai Politik (OSP) sementara dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan, belum memuat ketentuan Organisasi Kemasyarakatan menjadi OSP atau berafiliasi dengan Partai Politik. Setelah diputuskannya Rancangan Undang-Undang tentang Partai Politik menjadi Undang-Undang, kami berharap dapat segera dirancang penyiapan penyempurnaan Undang-Undang tentang Organisasi Kemasyarakatan yang telah lebih dari 20 tahun belum dilakukan penyempurnaan. Pimpinan dan Anggota Dewan yang kami Hormati, Sebagaimana lazimnya pembentukan suatu undang-undang, Undang-Undang ini tidaklah sama sekali baru. Walaupun dalam Undang- Undang ini telah dimuat beberapa paradigma baru, pembentukan Undang-Undang ini tetap dilakukan dengan memperhatikan isi dan substansi Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik. Oleh sebab itu, Undang-Undang ini dapat dipandang sebagai penyempurnaan dari Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik. Pada era pasca reformasi, tuntutan terhadap terwujudnya sistem kepartaian yang mampu melakukan pengelolaan kehidupan politik yang baik (political good governance) makin meningkat. Oleh sebab itu, dimuatnya paradigma baru dalam Rancangan Undang-Undang ini merupakan bagian dari upaya merespon tuntutan masyarakat mengenai pentingnya peningkatan kualitas Partai Politik pada masa yang akan datang. Dengan Partai Politik yang berkualitas, masyarakat akan mempunyai wahana untuk menyalurkan aspirasi dan keterwakilannya dalam perumusan kebijakan negara yang memihak pada peningkatan Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
kesejahteraan masyarakat dan pencapaian keadilan bagi seluruh masyarakat Indonesia sesuai dengan yang diamanatkan alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Rancangan Undang-Undang ini memuat paradigma baru untuk memperbaiki iklim demokrasi dan pendidikan politik pasca reformasi dengan tetap berlandaskan pada kedaulatan rakyat. Perbaikan iklim kehidupan demokrasi yang dimaksud akan sangat ditentukan oleh kualitas Partai Politik. Muatan paradigma baru dalam Rancangan Undang-undang ini diarahkan untuk penguatan sistem dan kelembagaan partai politik, demokratisasi internal partai politik, transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan partai politik, kesetaraan gender, dan peran partai politik dalam menghasilkan kepemimpinan nasional secara konstitusional. Pirnpinan dan Anggota Dewan yang kami hormati, Rancangan Undang-Undang tentang partai politik yang kita sepakati bersama telah diupayakan untuk menjadi landasan hukum bagi pengelolaan partai politik yang akuntabel, modern dan mandiri, serta mencerminkan kedaulatan rakyat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pokok pokok pikiran yang mendasar dan berubah dari Undang- Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik, yang dituangkan ke dalam Rancangan Undang-Undang ini mencakup hal-hal berikut: Pertama, Bab Pembentukan partai politik memuat tentang kesertaan 30% keterwakilan perempuan dalam pendirian dan pembentukan partai politik. Hal ini dimaksudkan dalam rangka memberikan kesempatan berpartisipasi bagi kaum perempuan dalam partai politik. Dalam hal kepengurusan juga ditekankan tentang penyertaan sekurang-kurangnya 30% keterwakilan perempuan dalam kepengurusan partai politik tingkat pusat, serta memperhatikan sekurangkurangnya 30% keterwakilan perempuan dalam kepengurusan partai politik tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Dalam bab ini juga dikemukakan hal baru, yaitu adanya penekanan bahwa Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai Politik merupakan konstitusi tertinggi partai politik. Oleh sebab itu, muatan pokok Anggaran Dasar Partai Politik dirumuskan secara khusus dalam rancangan Undang-Undang ini. Kedua, dalam bab Hak dan Kewajiban dikemukakan bahwa Partai Politik berhak membentuk dan memiliki organisasi sayap partai politik. Hal ini dimaksudkan agar dalam melakukan pengembangan Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
organisinya hendaklah bersifat terbuka dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selain itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas di bidang keuangan, partai politik diwajibkan melakukan pengelolaan sumbangan secara terbuka kepada masyarakat. Ketiga, dalam bab Kepengurusan, Partai Politik dapat membentuk badan/lembaga yang bertugas untuk menjaga kehormatan dan martabat Partai Politik beserta anggotanya. Hal ini dimaksudkan agar Partai Politik membangun etika dan kehormatan diri dalam kehidupan politik yang demokratis pada semua tingkatan. Keempat, dalam bab Pendidikan Politik. Partai Politik diharapkan secara aktif melakukan pendidikan politik bagi masyarakat sesuai dengan ruang lingkup tanggung jawabnya dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender. Pelaksanaan pendidikan politik dimaksudkan untuk membangun etika dan budaya politik sesuai dengan Pancasila agar setiap anggota masyarakat mengetahui hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Kelima, di bidang keuangan terdapat muatan baru, antara lain bahwa Partai Politik berhak memperoleh bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam bab Keuangan juga dimuat ketentuan baru, yaitu bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah diberikan secara proporsional kepada partai politik yang mendapatkan kursi di Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota yang penghitungannya berdasarkan jumlah perolehan suara. Keenam, dalam Bab Penyelesaian Perselisihan Partai Politik, yang merupakan bab baru, sejauh mungkin partai politik dapat menyelesaikan perselisihannya di luar pengadilan dengan mengutamakan musyawarah untuk mufakat. Jika penyelesaian perselisihan di luar pengadilan tidak dapat dicapai melalui musyawarah untuk mufakat secara elegan, Undang-Undang ini membuka peluang bagi partai politik untuk membentuk lembaga arbitrase. Ketujuh, dalam Bab Larangan, Partai Politik dilarang mendirikan badan usaha dan/atau memiliki saham suatu badan usaha. Pelarangan ini dimaksudkan agar dalam sistem kehidupan Partai Politik tidak terjadi konflik kepentingan. Perkembangan budaya politik di Indonesia belum memungkinkan dibukanya peluang agar Partai Politik dapat membentuk badan usaha dan/atau memiliki saham suatu badan usaha. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
Dengan gambaran di atas, pembentukan Undang-Undang ini telah diarahkan untuk mewujudkan Partai Politik yang kredibel, modern, dan mandiri. Proses pembentukan Undang-Undang ini memerlukan waktu cukup lama, lebih dari setahun. Sejak dibuatnya Draft Rancangan Undang- Undang hingga finalisasinya, Rancangan Undang-Undang telah beberapa kali mengalami perubahan dan sekaligus pengayaan yang telah memerlukan tenaga dan pikiran banyak pihak. Suasana kebatinan pembahasan Rancangan Undang-Undang ini sangat baik, lebih-lebih lagi sebagian pembahasannya dilakukan di bulan Ramadhan. Antara Anggota Dewan Pemerintah terdapat keinginan bersama, yaitu jadwal penetapan Rancangan Undang-Undang menjadi Undang-Undang dapat dilakukan tepat waktu dengan tidak mengabaikan kualitas. Hal lain yang mengembirakan ialah bahwa, walaupun melalui berbagai perdebatan yang hangat, pembahasan dan finalisasi Rancangan Undang-Undang ini dilakukan tanpa melalui mekanisme pemungutan suara (voting), hal yang secara substansi belum dapat disepakati dilakukan melalui forum lobby. Akhir kata, Pemerintah mengharapkan Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia pada hari ini dapat mengambil keputusan terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Partai Politik menjadi Undang-Undang tentang Partai Politik. Kepada pimpinan dan Anggota Dewan yang terhormat dan semua pihak yang turut serta dalam pembahasan dan finalisasi Rancangan Undang-Undang ini kami, atas nama Pemerintah, mengucapkan terima kasih; semoga Allah Swt melimpahkan rahmat dan hidayah-nya kepada kita semua. Sekian dan terima kasih. Wassalamu'alaikum wr. wb. Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di