BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial tidaklah dapat hidup sendiri tanpa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perbankan di Indonesia diatur dalam UU Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus senantiasa memperhatikan keserasian, keselarasan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan. Perbankan, dalam pasal 1 angka 2 dinyatakan bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. dan memperkokoh dalam tatan perekonomian nasional. peningkatan pembangunan pemerintah maupun bagi pengusaha-pengusaha swasta

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. saat ini dan masa yang akan datang tidak akan lepas dari sektor perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. Selain itu, juga

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang berkembang menjadi krisis ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan baik karena keterbatasan dana sehingga sudah sewajarnya manusia

BAB I PENDAHULUAN. arah peningkatan taraf hidup masyarakat. sangat vital, seperti sebuah jantung dalam tubuh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dan. dan peningkatan pembangunan yang berasaskan kekeluargaan, perlu

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. barter merupakan suatu sistem pertukaran antara barang dengan barang atau

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

A. Kesimpulan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh bank sebagai suatu lembaga keuangan, sudah semestinya. hukum bagi semua pihak yang berkepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya.

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut menimbulkan hak dan kewajiban bagi negara yang dapat dinilai

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya di Indonesia. Untuk itu diperlukan dukungan dari

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

BAB I PENDAHULUAN. sebagai mitra dalam melakukan transaksi keuangan. 1 Semua sektor usaha maupun

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK ATAS PENSIUN

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang usahanya, semula hanya melakukan tugas sebagai. perdagangan dan setiap adanya bank baru yang di dirikan akan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian yang dimuat secara sah mengikat para pihak sebagai Undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan atau badan usaha. Bank sebagai perantara pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. badan hukum yang mengalami kasus pailit, begitu juga lembaga perbankan.

KREDIT TANPA JAMINAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana. baru. Dengan liberalisasi perbankan tersebut, sektor perbankan

BAB III METODE PENELITIAN. membandingkan dengan standar ukuran yang telah ditentukan. 1

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan secara tepat dan cepat menyalurkan dana tersebut pada

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan mengenai perekonomian untuk dapat dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di

kredit dari dana-dana yang di peroleh melalui perjanjian kredit. dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Asuransi, Perusahaan Keuangan, Pasar Modal, Holding. bank adalah lembaga perbankan itu sendiri.

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura)

BAB I PENDAHULUAN. dijanjikan oleh orang lain yang akan disediakan atau diserahkan. Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang telah memiliki beberapa Undang-undang yang mengatur tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan papan adalah kebutuhan tempat tinggal untuk tidur,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal, modal venture, leasing, factoring dan lain lain. 1 Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

BAB I PENDAHULUAN. kiprah dan sepak terjang industri perbankan syariah di tanah air. Hal ini dengan

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang memproduksi dapat tetap berproduksi. Pada dasarnya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya seperti kebutuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi nasional semakin menyatu dengan ekonomi regional dan

Lex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017

BAB I PENDAHULUAN. dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. penduduk menjadikan Indonesia harus dapat meningkatkan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan kini telah menjadi hal yang kian penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. menunculkan bidang-bidang yang terus berkembang di berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan ini dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sudah berlangsung kurang lebih 45 tahun sejak dilahirkannya Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. KUHPerdata Buku II mengenal adanya hak kebendaan yang bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang dimaksud adalah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidaklah dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari manusia lain. Sejak zaman dahulu, manusia telah disibukkan dengan keterciptaan berbagai aturan dan norma dalam kehidupan berkelompok mereka sehingga bukan rahasia lagi bahwa segala bentuk kebudayaan, tatanan hidup, dan sistem kemasyarakatan terbentuk karena adanya interaksi dan benturan kepentingan dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Pemenuhan kebutuhan hidup merupakan bagian yang penting dalam hidup manusia. Terdapat perkembangan yang signifikan mengenai hal ini yakni dahulu manusia memerlukan manusia lain untuk melakukan barter, tetapi pada zaman sekarang ini telah berkembang alat tukar yang dijadikan sebagai sarana yang universal bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, uang adalah alat penukar atau standar pengukur nilai ( kesatuan hitungan ) yang sah, yang dikeluarkan oleh pemerintah suatu negara berupa kertas, emas, perak, atau logam lain yang dicetak dengan bentuk dan gambar tertentu. 1 Uang merupakan suatu benda yang diterima secara umum sebagai alat perantara untuk mempermudah tukar menukar dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Pada era globalisasi saat ini, uang telah berkembang dan bahkan membentuk suatu sistem keuangan. Sistem keuangan merupakan suatu sistem yang dibentuk oleh lembaga- lembaga yang mempunyai 1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2005, hlm. 1232.

kompetensi yang berkaitan dengan seluk-beluk di bidang keuangan. 2 Sistem keuangan ( financial system ) pada umumnya merupakan suatu kesatuan sistem yang dibentuk dari semua lembaga keuangan yang ada dan yang kegiatan utamanya di bidang keuangan, yakni menarik dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat. Sistem ini diharapkan dapat menjadi lembaga perantara keuangan ( financial intermediation ) yang menjembatani masyarakat yang kelebihan dana ( surplus of funds ) dan masyarakat yang membutuhka dana ( lack of funds ). Pada dasarnya proses intermediasi ini dilakukan dalam hal pemberian kredit dan penanaman dana dalam surat berharga. Lembaga keuangan merupakan bagian dari sistem keuangan dalam suatu sistem perekonomian modern yang melayani masyarakat pemakai jasa-jasa keuangan. Lembaga keuangan terdiri dari lembaga keuangan bukan bank dan lembaga keuangan bank. Lembaga keuangan bukan bank termasuk diantaranya perusahaan asuransi, penyelenggara dana pensiun, perusahaan keuangan, perusahaan yang memberikan potongan, perusahaan pemutar kredit, dan rumah gadai. Sedangkan lembaga keuangan bank terdiri dari BI dan lembaga perbankan lainnya. Bank Indonesia sebagai Bank Sentral berperan sebagai perencana dan pelaksana kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas moneter, tetapi fungsi pengawasan terhadap lembaga keuangan bank serta lembaga keuangan non-bank didasarkan kepada Undang- Undang Otoritas Jasa Keuangan. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 4 Jo angka 10 Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, lembaga keuangan merupakan suatu lembaga 2 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta, Kencana,2006, hlm. 1.

yang melaksanakan kegiatan di sektor perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya. Lembaga keuangan bukan bank adalah badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang keuangan yang secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana dengan jalan mengeluarkan surat berharga dan menyalurkannya ke dalam mayarakat guna membiayai investasi perusahaanperusahaan. 3 Pengaturan lembaga keuangan bukan bank pada zaman orde baru secara lebih jelas dimulai sejak awal 1970-an dengan didasari oleh pertimbangan perlunya lembaga selain lembaga perbankan yang dapat memberikan sarana untuk kelancaran pembangunan sehingga dikeluarkanlah peraturan mengenai lembaga keuangan bukan bank berbentuk Keputusan Menteri Keuangan Nomor Kep.729 /MK/ IV/ 12/ 1970 tanggal 7 Desember 1970 tentang Lembaga Keuangan yang kemudian diubah dan ditambah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor Kep. 38/ MK/ IV/ I/ 72 tanggal 18 Januari 1972 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 562/ KMK.011/ 1982 tanggal 1 September 1982. Seiring berjalannya dengan waktu, dirasakan Keputusan Menteri Keuangan tersebut kurang memadai lagi sehingga pada tahun 1988 bersamaan dengan dikeluarkannya Paket Kebijakan Oktober 1988 juga mengeluarkan peraturan mengenai lembaga keuangan bukan bank, yaitu Keputusan Presiden Nomor 39 Tahun 1988 tentang Lembaga 3 Pasal 1 angka 4 Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan.

Pembiayaan yang kemudian dicabut kembali oleh Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan. 4 Pada dasarnya, lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara. Lembaga keuangan ini mampu melancarkan gerak pembangunan dengan menyalurkan dananya ke berbagai proyek penting di berbagai sektor usaha yang dikelola oleh pemerintah serta menyediakan dana bagi pengusaha- pengusaha swasta atau kalangan rakyat pengusaha lemah yang membutuhkan dana bagi usahanya langsung. 5 Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, bank adalah usaha di bidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang di masyarakat terutama memberikan kredit dan jasa di lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. 6 Dalam Pasal 1 angka 2 Undang- Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, merumuskan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakaat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk- bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berbicara tentang bank, tentunya bank sebagai badan usaha tidak terlepas dari istilah perbankan. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara, dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. 7 Berdasarkan definisi mengenai bank tersebut, dapat dilihat bahwa bank berfungsi sebagai perantara 4 Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung, PT Citra Adtya Bakti, 2012, hlm. 100. 5 Gemala Dewi, Aspek- Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, Jakarta, Kencana, 2006, hlm. 51. 6 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Loc.Cit, hlm. 103. 7 Hermansyah, Op.Cit., hlm. 18.

pihak-pihak yang kelebihan dana dengan pihak- pihak yang kekurangan atau memerlukan dana. Ketentuan mengenai fungsi bank ini tentunya dapat dilihat dalam Pasal 3 Undang- Undang No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Latar belakang masyarakat membutuhkan dana dan disalurkan dalam bentuk kredit mempunyai berbagai corak ragam alasan. Perorangan, perusahaan, negara atau bangsa di dunia ini mempunyai kepentingan dan alasan untuk berusaha dengan aneka jalan agar mendapatkan kredit. Kebutuhan akan kredit itu timbul antara lain: ada yang sengaja, sesuai dengan rencana yang dibuatnya secara tidak mutlak; yang lain lagi karena kebutuhan yang terdesak oleh kondisi dan situasi; juga kebutuhan karena kebetulan saja atau kebetulan yang mutlak untuk menghindarkan sesuatu yang dapat menghancurkan secara total. 8 Dilihat dari segisegi kebutuhan ini, alasan dan latar belakang mengapa suatu pihak membutuhkan kredit lebih luas dan rumit dibandingkan dengan dasar- dasar pertimbangan pemberi kredit. Sasaran dari kebutuhan kredit juga mempunyai ragamnya tersendiri. Ada yang untuk memenuhi keperluan modal kerja, pembelian alat- alat, pengeluaran usaha, membayar hutang, atau bahkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari. 9 Eksistensi bank pada dasarnya sangat mutlak bergantung pada kepercayaan dari para nasabah yang mempercayakan dananya. 10 Dana yang telah dipercayakan ini nantinya akan disalurkan oleh pihak bank melalui perjanjian 8 Tjiptoadinugroho, Perbankan Masalah Perkreditan, Jakarta, Pradnya Paramita, 1994, hlm. 16. 9 Ibid., hlm. 19. 10 Adrian Sutedi, Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi, dan Kepailitan, Jakarta, Sinar Grafika, 2010, hlm. 1.

kredit. Perjanjian kredit merupakan perjanjian antara bank dengan debitur untuk memberikan pinjaman sejumlah dana kepada debitur. Perjanjian kredit juga merupakan suatu dasar hukum dan bentuk pengamanan yang sangat penting guna mencegah resiko kerugian yang mungkin timbul dari penyaluran kredit. Kucuran dana berupa kredit perbankan yang disalurkan terhadap dunia usaha di Indonesia senantiasa diiringi resiko yang tidak kecil bagi kesehatan suatu usaha perbankan. Perjanjian kredit biasanya sudah tertuang dalam bentuk yang baku ( standard contract ). Perjanjian telah disediakan oleh pihak bank sebagai kreditur dan calon debitur hanya mempelajari dan memahaminya dengan baik. Apabila calon debitur telah menyetujui isi daripada perjanjian tersebut, maka perjanjian itu akan ditandatangani dan berlaku mengikat bagi para pihak yang membuatnya. Bank sebagai penghimpun dan pengatur dana masyarakat bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Usaha yang diperlukan untuk mencapai tingkat kesejahteraan harus berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Bank dan orang- orang yang terlibat di dalamnya, terutama dalam membuat kebijaksanaan dan menjalankan kegiatan usahanya wajib menjalankan tugas dan wewenangnya secara cermat, teliti serta professional sehingga memperoleh kepercayaan dari masyarakat. 11 Sebelum memberikan pinjaman kredit kepada calon debitur terlebih dulu menilai calon debitur apakah kredit tersebut layak diberikan atau tidak. Penilaian dilakukan dengan beberapa dasar pemberian kredit seperti prospek usaha yang akan 11 Hermasyah, Op.Cit., hlm. 18.

dibiayai, jaminan yang diberikan, dan hal-hal yang ditentukan oleh bank. Dasar pemberian kredit ini untuk meyakinkan bank bahwa kredit yang dimohonkan itu adalah layak dan dapat dipercaya serta tidak fiktif. Dalam hal para pihak telah mengikatkan diri pada kontrak yang telah disepakati dan pihak bank telah melakukan penilaian terhadap kredit yang diberikan, terkadang masih terjadi hal- hal yang berada di luar kemampuan kita sebagai manusia, contohnya pihak debitur meninggal dunia. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan tanpa memandang jenis kelamin, status sosial, bangsa, warna kulit, dan agama pasti mengalami kematian. Terdapat bermacam- macam faktor yang menyebabkan manusia meninggal misalnya dikarenakan faktor usia, sakit-penyakit yang tidak dapat disembuhkan, kecelakaan, dsb. Akan tetapi semua tetap kepada fakta bahwa setiap manusia suatu hari nanti pasti akan meninggalkan dunia ini. Lembaga perbankan yang ada di Indonesia harus mempunyai suatu langkah yang tepat dalam menyelesaikan masalah kredit macet yang disebabkan oleh meninggalnya debitur. Penyelamatan ini dapat ditempuh melalui restrukturisasi kredit ataupun penyelamatan kredit melalui lembaga-lembaga hukum. Selain itu, langkah preventif yang merupakan upaya perlindungan yang dilakukan oleh pihak perbankan juga dibutuhkan dalam menghadapi kredit macet yang disebabkan oleh meninggalnya debitur. Penulisan skripsi berjudul Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit Macet Atas Kejadian Meninggalnya Debitur ( Studi Pada PT. Bank Panin,Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi ) akan membahas persoalan kredit

yang ditimbulkan akibat meninggalnya debitur beserta dengan penyelesaiannya berdasarkan peraturan- peraturan hukum yang ada. Diharapkan agar skripsi ini bermanfaat bagi mahasiswa dan masyarakat luas pada umumnya. B. Permasalahan Dalam penulisan skripsi, dibutuhkan permasalahan supaya karya tulis berupa skripsi ini terfokus pada pembahasan yang terarah dan sistematis. Adapun permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penyelesaian hukum terhadap pinjaman kredit PT. Bank Panin,Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi atas kasus meninggalnya debitur? 2. Bagaimana peranan PUPN dalam menyelesaikan kredit atas kejadian meninggalnya debitur pada PT. Bank Panin,Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi? 3. Bagaimana upaya perlindungan PT. Bank Panin,Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi dalam mencegah masalah kredit macet yang disebabkan oleh meninggalnya debitur? C. Tujuan Penelitian berikut : Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai

1. Untuk mengetahui penyelesaian hukum terhadap pinjaman kredit PT. Bank Panin,Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi atas kejadian meninggalnya debitur. 2. Untuk menganalisis peranan PUPN dalam menyelesaikan kredit atas kejadian meninggalnya debitur pada PT. Bank Panin,Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi. 3. Untuk menjelaskan upaya perlindungan PT. Bank Panin,Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi dalam mencegah masalah kredit macet yang disebabkan oleh meninggalnya debitur. D. Manfaat Penelitian Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat terkait dengan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini. Adapun manfaat dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Secara teoretis, skripsi ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai hukum perbankan di Indonesia, khususnya mengenai masalah kredit macet yang disebabkan oleh meninggalnya debitur sehingga dapat menjadi bahan masukkan bagi mahasiswa dan masyarakat pada umumnya. 2. Secara praktik, skripsi ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada masyarakat pada umumnya tentang penyelesaian atas kredit macet yang disebabkan oleh meninggalnya debitur serta masalah perbankan yang mungkin saja akan dihadapi pada saat terjun ke dalam dunia masyarakat.

E. Metode Penelitian Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya. 12 Pelaksanaan penelitian hukum sebagai suatu proses tidak dapat begitu saja terselesaikan tanpa melalui langkah dan penahapan tertentu secara beruntun. 13 Langkah tersebut tertuang dalam suatu cara atau metode ilmiah untuk mencapai kepada kesatuan pengetahuan. 14 Penulisan skripsi ini mengunakan metode penelitian hukum normatif empiris karena penulisan skripsi ini berdasarkan pada data sekunder yang berasal dari data kepustakaan. Bahan pustaka di bidang hukum penggunaannya sesuai dengan ketentuan bahan-bahan dasar suatu penelitian, terdiri dari: 1. Bahan hukum primer, yaitu undang- undang yang berkaitan dengan Perbankan dan Kitab Undang- Undang Hukum Perdata. 2. Bahan hukum sekunder, yaitu tulisan-tulisan atau karya-karya para ahli hukum dalam buku-buku teks,makalah internet dan lain-lain yang relevan dengan masalah penelitian. 3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang dapat dipergunakan untuk membantu bahan hukum primer dan sekunder. Sedangkan penelitian langsung di lapangan menggunakan teknik wawancara terhadap Bapak Darwin selaku karyawan PT. Bank Panin,Tbk Cabang 12 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI-Press, 2005, hlm. 43. 13 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta, Sinar Grafika, 2008, hlm. 21. 14 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, PT Grafindo Persada, 2007, hlm. 45.

Pembantu Tebing Tinggi dan Ibu Susanna Intan, SH selaku notaris Tebing Tinggi yang melakukan kerja sama dengan PT. Bank Panin,Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi. F. Keaslian Penulisan Pengajuan judul skripsi ini telah melalui tahapan penelusuran melalui perpustakaan dan diketahui belum ada tulisan yang mengangkat permasalahan Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit Macet Atas Kejadian Meninggalnya Debitur (Studi Pada PT. Bank Panin, Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi) baik di lingkungan kepustakaan USU maupun kepustakaan lainnya. Penulisan skripsi ini dibuat berdasarkan literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah kredit perbankan beserta literatur yang mendukung dalam penulisan skripsi ini sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Oleh karena tulisan ini merupakan sebuah karya tulis asli berdasarkan asas kejujuran dan keterbukaan, maka telah mendapatkan persetujuan dari Ketua Departemen Keperdataan Fakultas Hukum USU sehingga tulisan ini dapat dinyatakan asli dan aktual. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan harus dibuat secara teratur agar memudahkan penyusunan dan pembahasan dalam skripsi ini. Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab dan di dalam bab tersebut dibagi lagi ke dalam sub

bab yang lebih spesifik untuk membahas permasalahan yang ada. Adapun susunan dalam penulisan skripsi ini ialah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab pendahuluan berisi tentang: latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, keaslian penulisan dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN TENTANG KREDIT BANK DI INDONESIA DALAM SISTEM HUKUM PERDATA Bab ini berisi tentang: pengertian kredit bank, jenis- jenis kredit bank, landasan pengaturan kredit bank, dasar- dasar pemberian kredit bank, jaminan kredit bank serta batasanbatasan dalam pemberian kredit. BAB III : TINJAUAN TENTANG KREDIT MACET YANG DISEBABKAN OLEH MENINGGALNYA DEBITUR Pembahasan dalam bab ini mengenai: penggolongan kredit dalam kegiatan perbankan, faktor- faktor penyebab terjadinya kredit macet, fungsi asuransi jiwa dalam kredit terhadap kematian dan jenis-jenis kematian yang ditanggung pihak asuransi. BAB IV : PENYELESAIAN KREDIT PADA PT. BANK PANIN,TBK CABANG TEBING TINGGI ATAS KEJADIAN MENINGGALNYA DEBITUR

Bab ini menguraikan tentang: penyelesaian hukum terhadap pinjaman kredit PT. Bank Panin,Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi atas kejadian meninggalnya debitur, peranan PUPN dalam menyelesaikan kredit atas kejadian meninggalnya debitur pada PT. Bank Panin,Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi dan upaya perlindungan PT. Panin Bank,Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi dalam mencegah masalah kredit macet yang disebabkan oleh meninggalnya debitur. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini memuat kesimpulan dan saran berdasarkan materi yang telah disampaikan dalam penulisan skripsi ini.