BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembuluh darah dimana keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2020 mendatang, di mana Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan persyaratan yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan usaha mikro, kecil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya,baik

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas yang sering dilakukan oleh manusia Peter Vi, (2000) dalam Tarwaka

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Saat ini pembangunan industri menjadi salah satu andalan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. tidak saja sangat penting dalam meningkatkan jaminan sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. permanen dalam bekerja. Pada tahun 2010 World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu pekerjaan. Komputer yang banyak digunakan oleh segala kalangan untuk

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI)

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih


BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri

BAB I PENDAHULUAN. PT. Sinar Sosro merupakan salah satu perusahaan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kesehatan kerja, yang merupakan perlindungan tenaga kerja terhadap

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mendukung satu sama lain dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya. Sistem

HUBUNGAN ANTARA POSISI KERJA DENGAN KELUHAN MUKULOSKELETAL PADA EKSTREMITAS BAWAH TENAGA KERJA MATAHARI MEGA MALL DI MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal

BAB I PENDAHULUAN. Bagian back office adalah sistem pendukung yang menangani bagian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat,

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kerja bagi tubuh dalam aspek ergonomi (Windi, Rasmidar Samad 2015).

BAB 1 : PENDAHULUAN. unsur penunjang keberhasilan pembangunan nasional. Ratusan tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. tidak alamiah, alat dan sarana kerja yang tidak sesuai dengan pemakainya

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang industri dan perdagangan, globalisasi menyebabkan arus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik

BAB I PENDAHULUAN. manual (Manual Material Handling/MMH). Kelebihan MMH bila

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara agraris, yang dimana. mayoritas penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani.

Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDS) Pada Aktivitas Manual Handling Pekerja Jasa Pengiriman Barang

BAB I PENDAHULUAN. protein nabati yang cukup tinggi. Tempe adalah makanan yang dibuat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di

GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manual yang memerlukan tuntutan dan tekanan secara fisik yang berat. Aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

TUGAS AKHIR. Diajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Nur Ngaeni NIM :

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi. pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini begitu banyak pekerjaan yang dilakukan dengan. menjadi lebih dominan yang dialami oleh pekerja. Di sisi lain, ternyata

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan,

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai. Menurut American Hospital Association, 1974 dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja mempunyai peranan penting dalam pembangunan sebagai unsur penunjang keberhasilan pembangunan nasional, karena tenaga kerja mempunyai hubungan dengan perusahaan dan mempunyai kegiatan usaha yang produktif. Disamping itu, tenaga kerja sebagai suatu unsure yang langsung berhadapan dengan berbagai akibat dari kemajuan teknologi di bidang industri, sehingga sewajarnya kepada mereka diberikan perlindungan pemeliharaan kesehatan dan pengembangan terhadap kesejahteraan (Suma mur, 2009). Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah aset yang tidak ternilai harganya, kesejahteraan karyawan mustahil diwujudkan dengan mengabaikan kesehatan dan keselamatan kerja, terlebih membiarkan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan gangguan yang menimpa karyawan. Jika persyaratan tersebut tidak terpenuhi, maka akan terjadi ketidaknyamanan dalam bekerja, gangguan kesehatan dan daya kerja, penyakit dan kecelakaan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap produktivitas karyawan yang bersangkutan. Faktor fisik, kimiawi, biologis atau mental psikologis yang terdapat dalam pekerjaan atau lingkungan kerja yang apabila risiko bahayanya tidak dicegah maka akan menimbulkan terjadinya kecelakaan, penyakit, dan gangguan kesehatan, untuk itulah K3 bukan hanya sebagai sekedar bertujuan meraih derajat keselamatan dan kesehatan kerja yang tinggi pada karyawan atau hanya semata dimaksudkan untuk melakukan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan/atau gangguan kesehatan dikalangan karyawan melainkan mempunyai visi dan misi dengan jangkauan jauh kedepan yaitu mewujudkan karyawan yang sehat, selamat, produktif serta sejahtera 1

2 dan juga menciptakan perlindungan kepada pengusaha dan perusahaan (Suma mur, 2009). Menurut BAB IX Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 86 paragraf 5, antara lain menyatakan bahwa; Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama, untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja, dan perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) d an ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. Salah satu penyakit akibat kerja adalah musculoskeletal disorder (MSD s)/ gangguan muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal adalah gangguan pada bagian-bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari gangguan sangat ringan sampai sangat sakit, apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama akan dapat menyebabkan gangguan berupa kerusakan pada sendi, ligamen, dan tendon (Tarwaka, 2011). Berdasarkan hasil penelitian di Britania, menunjukkan bahwa gangguan system musculoskeletal (MSDs) tetap menjadi jenis masalah kesehatan yang paling umum dilaporkan di Britania Raya selama lebih dari satu dekade (yang disebabkan oleh stres dalam beberapa tahun terakhir), Menurut survei Nasional, penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan yang dilaporkan sendiri oleh Komisi Kesehatan & Keselamatan Komisi (HSC) menunjukkan angka-angka terbaru bahwa pada Tahun 2003-2004, diperkirakan 1.108.000 orang di Britania Raya mengalami gejala bahwa mereka merasa gangguan masalah kesehatan (diantaranya MSDs) yang disebabkan atau diperparah oleh pekerjaan mereka sendiri yang diperkirakan menyebabkan hilangnya 11,8 juta hari kerja dalam periode 12 bulan. Masalah ini tentunya menyebabkan timbulnya masalah biaya yang besar

3 secara terus-menerus untuk korban/ penderita, dan pengusaha (Health & Safety Executive, 2005). Hasil survei Departemen Kesehatan RI dalam profil masalah kesehatan tahun 2005, menunjukkan bahwa sekitar 40,5% penyakit yang diderita pekerja berhubungan dengan pekerjaannya, gangguan kesehatan yang dialami pekerja menurut studi yang dilakukan terhadap 482 pekerja di 12 kabupaten/kota di Indonesia, umumnya berupa gangguan MSDs (16%), kardiovaskuler (8%), gangguan syaraf (6%), gangguan pernafasan (3%) dan gangguan THT (1.5%) (Depkes RI, 2005). Di Negara Uni Eropa, gangguan muskuloskeletal yang berhubungan dengan pekerjaan (MSDs) merupakan masalah kesehatan kerja terkemuka. Dari hasil survei didapatkan prevalensi sakit punggung sebesar 25%, prevalensi nyeri otot dilengan atau kaki sebesar 17% (Guidotti, 2011). Di Indonesia, faktor sikap kerja tidak alamiah yang dapat menyebabkan keluhan system musculoskeletal lebih banyak disebabkan adanya ketidaksesuaian antara dimensi alat dan stasiun kerja dengan ukuran tubuh tenaga kerja. Berdasarkan faktor postur kerja, hasil penilitian Hendra dan Raharjo (2008), diperoleh bahwa 83,7% dari 117 pekerja merasakan keluhan MSDs pada leher dan punggung bawah karena bekerja dengan posisi postur janggal. Berdasarkan faktor usia, hasil penelitian Bukhori pada analisis hubungan umur dengan keluhan MSDs pada tukang angkut beban diperoleh bahwa sebanyak 19 dari 20 pekerja (95 %) yang berumur diatas atau sama dengan 35 tahun mengalami keluhan MSDs. Berdasarkan faktor masa kerja, hasil penelitian oleh Januar, Masyitha,dan Yahya (2013) diperoleh hasil responden yang mengalami kejadian musculoskeletal disorders tertinggi terdapat pada responden dengan kategori masa kerja tidak lama ( 5 tahun) yakni sebanyak 23 orang (85.2%), sedangkan berdasarkan faktor durasi kerja, menunjukan kategori lama kerja dengan jumlah responden sebanyak 37orang, terdapat 32orang dengan lama kerja > 4 jam bekerja

4 (manual handling) dengan responden yang mengalami kejadian musculoskeletal disorders tertinggi yakni 25 orang (78.1%). Pada kegiatan pekerjaan di bagian fabrikasi/ welding, sebagian besar posisi kerja berada pada waktu yang cukup lama tanpa adanya peregangan otot atau stretching muscle. Hal ini dapat berpengaruh pada postur tubuh tenaga kerja ditambah dengan durasi dan beban kerja yang diterima sehingga dapat menimbulkan terjadinya gangguan atau gangguan pada sistem muskuloskeletal. Terdapat beberapa metode observasi postur tubuh yang berkaitan dengan risiko gangguan pada sistem muskuloskeletal, salah satu diantaranya adalah Metode OWAS (Ovako Working Analysis System). Metode OWAS merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis suatu pembebanan pada postur tubuh. PT. Farrel Internusa Pratama Jakarta merupakan perusahaan yang bergerak di bidang Oil & Gas Industrial Supply yang mana hampir60% kegiatan kerja yang dilakukan berupa pekerjaan fabrikasi. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 5 pekerja di bagian welding (pekerjaan pengelasan material), dapat diketahui bahwa 5 pekerja tersebut terindikasi mengalami gangguan pada sistem muskuloskeletal. Sikap kerja tidak alamiah yang dilakukan oleh tenaga kerja di bagian welding ini merupakan suatu keterpaksaan karena kondisi lingkungan dan tempat kerja yang memaksa tenaga kerja mengambil sikap demikian. Dalam hal ini tenaga kerja bekerja dengan durasi waktu cukup lama (-+ 1 jam) tanpa istirahat dan dengan posisi tubuh yang statis dengan beban kerja yang diterima (penggunaan hand tool/ perkakas stik las). Dari berbagai faktor tersebut menyebabkan tenaga kerja mengalami gangguan muskuloskeletal terutama di bagian punggung, leher bagian belakang, dan lengan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Musculoskeletal Disorders (M SDs) Pada Tenaga Kerja Bagian Welding PT. Farrel Internusa Pratama, Jakarta.

5 1.2 Perumusan Masalah Hasil survei Departemen Kesehatan RI dalam profil masalah kesehatan tahun 2005, menunjukkan bahwa sekitar 40,5% penyakit yang diderita pekerja berhubungan dengan pekerjaannya, gangguan kesehatan yang dialami pekerja menurut studi yang dilakukan terhadap 482 pekerja di 12 kabupaten/kota di Indonesia, umumnya berupa gangguan MSDs (16%). Berdasarkan hasil wawancara terhadap 5 pekerja di bagian welding (pekerjaan pengelasan material), dapat diketahui bahwa 5 pekerja tersebut terindikasi mengalami gangguan pada sistem muskuloskeletal. Sikap kerja tidak alamiah yang dilakukan oleh tenaga kerja di bagian welding ini merupakan suatu keterpaksaan karena kondisi lingkungan dan tempat kerja yang memaksa tenaga kerja mengambil sikap demikian. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada tenaga kerja bagian welding PT. Farrel Internusa Pratama, Jakarta? 2. Bagaimana gambaran postur kerja pada tenaga kerja bagian welding PT. Farrel Internusa Pratama, Jakarta? 3. Bagaimana gambaran usia pada tenaga kerja bagian welding PT. Farrel Internusa Pratama, Jakarta? 4. Bagaimana gambaran durasi kerja pada tenaga kerja bagian welding PT. Farrel Internusa Pratama, Jakarta? 5. Bagaimana gambaran masa kerja pada tenaga kerja bagian welding PT. Farrel Internusa Pratama, Jakarta? 6. Bagaimana gambaran gangguan system musculoskeletal disorders (MSDs) pada tenaga kerja bagian welding PT. Farrel Internusa Pratama, Jakarta? 7. Apakah ada hubungan antara postur kerja dengan gangguan MSDs pada tenaga kerja bagian welding PT. Farrel Internusa Pratama, Jakarta?

6 8. Apakah ada hubungan antara usia dengan gangguan MSDs pada tenaga kerja bagian welding PT. Farrel Internusa Pratama, Jakarta? 9. Apakah ada hubungan antara masa kerja dengan gangguan MSDs pada tenaga kerja bagian welding PT. Farrel Internusa Pratama, Jakarta? 10. Apakah ada hubungan antara durasi kerja dengan gangguan MSDs pada tenaga kerja bagian welding PT. Farrel Internusa Pratama, Jakarta? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Tenaga Kerja Bagian Welding PT. Farrel Internusa Pratama, Jakarta. 1.4.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui gambaran postur kerja pada tenaga kerja bagian welding PT. Farrel Internusa Pratama, Jakarta 2. Mengetahui gambaran usia pada tenaga kerja bagian welding PT. Farrel Internusa Pratama, Jakarta 3. Mengetahui gambaran durasi kerja pada tenaga kerja bagian welding PT. Farrel Internusa Pratama, Jakarta 4. Mengetahui gambaran masa kerja pada tenaga kerja bagian welding PT. Farrel Internusa Pratama, Jakarta 5. Mengetahui gambaran gangguan musculoskeletal disorders (MSDs) pada tenaga kerja bagian welding PT. Farrel Internusa Pratama, Jakarta 6. Mengetahui hubungan antara postur dengan gangguan MSDs kerja pada tenaga kerja bagian welding PT. Farrel Internusa Pratama, Jakarta

7 7. Mengetahui hubungan antara usia dengan gangguan MSDs pada tenaga kerja bagian welding PT. Farrel Internusa Pratama, Jakarta 8. Mengetahui hubungan antara durasi kerja dengan gangguan MSDs pada tenaga kerja bagian welding PT. Farrel Internusa Pratama, Jakarta 9. Mengetahui hubungan antara masa kerja dengan gangguan MSDs pada tenaga kerja bagian welding PT. Farrel Internusa Pratama, Jakarta 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Tenaga Kerja Sebagai pengetahuan tambahan bagi tenaga kerja tentang sikap kerja yang ergonomis sehingga dapat menghindari terjadinya gangguan muskuloskeletal. 1.5.2 Bagi Perusahaan Sebagai bahan masukan dan kajian bagi perusahaan dalam meningkatkan kesehatan tenaga kerjanya dan sebagai upaya untuk mengurangi penyakit akibat kerja yang berhubungan dengan sistem muskuloskeletal. 1.5.3 Bagi Peneliti Sebagai pengalaman langsung bagi peneliti dalam melakukan penelitian dalam bentuk tulisan ilmiah khususnya mengenai masalah yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja. 1.5.4 Bagi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Sebagai bahan untuk menambah kepustakaan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, khususnya mengenai Hubungan Postur Kerja Dengan Gangguan Musculoskeletal

8 Disorders (MSD s) Berdasarkan Metode OWAS Pada Tenaga Kerja Bagian Welding PT. Farrel Internusa Pratama, Jakarta. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Tenaga Kerja Bagian Welding PT. Farrel Internusa Pratama, Jakarta. Penelitian ini berkaitan dengan keterbatasan sumber daya, waktu dan biaya. Oleh karena itu, peneliti hanya meneliti hubungan postur kerja, usia, durasi kerja, dan masa kerja terhadap gangguan muskuloskeletal kaitannya pada tenaga kerja di area workshop FIP. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan karena masih rendahnya tingkat kesadaran dalam penerapan sikap kerja yang sesuai sehingga gangguangangguan pada bagian otot rangka masih terjadi yang berdampak terhadap kesehatan tenaga kerja.