POPULASI BURUNG RANGKONG BADAK (Buceros rhinoceros) DI EKOSISTEM TAHURA POCUT MEURAH INTAN PROVINSI ACEH

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.

I. PENDAHULUAN. Burung merupakan salah satu jenis satwa liar yang banyak dimanfaatkan oleh

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 di Hutan Mangrove KPHL Gunung

METODE PENELITIAN. Penelitian keberadaan rangkong ini dilaksanakan di Gunung Betung Taman Hutan

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai salah satu habitat alami bagi satwa liar. Habitat alami di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2012 di Rawa Bujung Raman

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

JUMLAH INDIVIDU DAN KELOMPOK BEKANTAN (Nasalis larvatus, Wurmb) Di TAMAN NASIONAL DANAU SENTARUM KABUPATEN KAPUAS HULU

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

INVENTARISASI JENIS BURUNG PADA KOMPOSISI TINGKAT SEMAI, PANCANG DAN POHON DI HUTAN MANGROVE PULAU SEMBILAN

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan mangrove Desa Margasari

POPULASI BEKANTAN Nasalis larvatus, WURM DI KAWASAN HUTAN SUNGAI KEPULUK DESA PEMATANG GADUNG KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan jumlah spesies burung endemik (Sujatnika, 1995). Setidaknya

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar,

BAB I PENDAHULUAN. migran. World Conservation Monitoring Centre (1994) menyebutkan

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember

1. PENDAHULUAN. Indonesia (Sujatnika, Jepson, Soeharto, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). terluas di Asia (Howe, Claridge, Hughes, dan Zuwendra, 1991).

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

STUDI JENIS TUMBUHAN PAKAN KELASI (Presbitis rubicunda) PADA KAWASAN HUTAN WISATA BANING KABUPATEN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

POLA AKTIVITAS ORANGUTAN (Pongo abelii) DI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER KETAMBE ACEH TENGGARA

Kata kunci : Burung, Pulau Serangan, habitat

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

KAJIAN KEBERADAAN TAPIR (Tapirus indicus) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS BERDASARKAN JEBAKAN KAMERA. Surel :

BAB I PENDAHULUAN. rapat dan menutup areal yang cukup luas. Sesuai dengan UU No. 41 Tahun

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

BAB I PENDAHULUAN. memiliki luas sekitar Ha yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

Sumber: & google earth 2007 Gambar 2. Lokasi Penelitian

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2012, di Kampus. Universitas Lampung (Unila) Bandar Lampung (Gambar 3).

ANALISIS KERAPATAN TEGAKAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BALURAN BERBASIS QUANTUM-GIS

KONSERVASI SATWA LIAR

3 METODE Jalur Interpretasi

ABSTRAK. Kata kunci : kuntul kecil, pulau serangan, aktivitas harian, habitat, Bali

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 46 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA POCUT MEURAH INTAN

I. PENDAHULUAN. Distribusi dan status populasi -- Owa (Hylobates albibarbis) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Tengah tepatnya di kabupaten Karanganyar. Secara geografis terletak

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sebaran jenis serangga yang unik. Selain jenis-jenis yang sebarannya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September 2014 di Kawasan Budidaya

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

IV. METODE PENELITIAN

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

PENDAHULUAN METODE PENELITIAN. gunaan bersama tempat-tempat tersebut oleh badak jawa dan banteng.

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

I. PENDAHULUAN. dunia. Frekuensi erupsi Gunungaapi Merapi yang terjadi dalam rentang waktu 2-

PEMANFAATAN BERBAGAI TIPE HABITAT OLEH CUCAK KUTILANG (Pycnonotus aurigaster Vieillot) DI KEBUN RAYA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. plasma nutfah serta fungsi sosial budaya bagi masyarakat di sekitarnya dengan

Analisis Populasi Kalawet (Hylobates agilis albibarbis) di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah

ABSTRACT PENDAHULUAN METODE PENELITIAN STRUKTUR DAN KOMPOSISI POHON PADA BERBAGAI TINGKAT GANGGUAN HUTAN 01 GUNUNG SALAK, JAWA BARAT

SMP NEGERI 3 MENGGALA

BAB I. PENDAHULUAN. beragam dari gunung hingga pantai, hutan sampai sabana, dan lainnya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BERBAGAI TIPE DAERAH TEPI (EDGES) TAMAN HUTAN RAYA SULTAN SYARIF HASYIM PROPINSI RIAU DEFRI YOZA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

Transkripsi:

Jurnal Biotik, ISSN: 2337-9812, Vol. 6, No. 1, Ed. April 2018, Hal. 11-16 POPULASI BURUNG RANGKONG BADAK (Buceros rhinoceros) DI EKOSISTEM TAHURA POCUT MEURAH INTAN PROVINSI ACEH 1 Samsul Kamal, 2 Elita Agustina dan 3 Azhari 1, 2 dan 3 Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Email: samsulkamal@ar-raniry.ac.id ABSTRAK Burung rangkong badak (Buceros rhinoceros) merupakan salah satu spesies burung dari familia Bucerotidae yang terdapat di Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan Provinsi Aceh. Tingginya laju deforestasi habitat dan pembukaan lahan di kawasan Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan akan memberi dampak negatif dan mempercepat penurunan populasi burung rangkong badak. Penelitian tentang Populasi Burung Rangkong Badak (Buceros rhinoceros) di Ekosistem Tahura Pocut Meurah Intan Provinsi Aceh dilaksanakan pada bulan November 2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah individu dan kepadatan populasi burung rangkong badak (Buceros rhinoceros) yang terdapat di Tahura Pocut Meurah Intan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode titik hitung yang dikombinasikan dengan transect quadrat. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung pada objek penelitian. Pengamatan dilakukan selama 6 hari mulai dari pukul 06.30 s.d 10.00 WIB, dan dilanjutkan sore hari dari pukul 16.00 s.d. 18.00 WIB. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah jumlah individu dan kepadatan populasi burung rangkong badak (Buceros rhinoceros). Analisis data dilakukan dengan menghitung kepadatan populasi burung rangkong badak (Buceros rhinoceros) menggunakan formula kepadatan populasi Eisenberg (1981). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah burung rangkong badak (Buceros rhinoceros) yang terdapat di Tahura Pocut Meurah Intan berjumlah 14 individu. Kepadatan populasi rangkong badak (Buceros rhinoceros) di Tahura Pocut Meurah Intan yaitu 1,4 individu/km 2. Kata Kunci: Kepadatan Populasi, Rangkong Badak (Buceros rhinoceros), Tahura Pocut Meurah Intan. ABSTRACT The Rhinoceros Hornbill (Buceros rhinoceros) is one of the bird species of the Bucerotidae family found in Pocut Meurah Intan Forest Park in Aceh Province. The high rate of habitat deforestation and land clearing in the Pocut Meurah Intan Forest Park area is believed to have a negative impact and accelerate the decline in its populations. This research on Rhinoceros Hornbill population in Pocut Meurah Intan Forest Park in Aceh Province was conducted in November 2016. The purpose of this study was to determine the number of individuals and population density of Rhinoceros Hornbills found in Pocut Meurah Intan Forest Park. The method used in this study is the count point method combined with quadrate transect. Data collection is done by direct observation which were carried out for 6 days starting at 6:30 a.m. to 10:00 a.m., and continued in the afternoon from 4:00 p.m. to 6:00 p.m. Data analysis was performed by calculating the population density of Rhinoceros Hornbills using a population density formula of Eisenberg (1981). The results showed that the number of Rhinoceros Hornbills found in Pocut Meurah Intan Forest Park is 14 individuals, while the density of the Rhinoceros Hornbill population (Buceros rhinoceros) in the Pocut Meurah Intan Forest Park is 1.4 individuals/km 2. Keywords: Population Density, Rhinoceros Hornbill (Buceros rhinoceros), Pocut Meurah Intan Forest Park. PENDAHULUAN aman Hutan Raya (TAHURA) memiliki keindahan alam yang begitu indah juga memiliki beraekaragam jenis flora dan fauna didalamnya, selain dijadikan tempat wisata, Tahura juga dimamfaatkan sebagai tempat konservasi, penelitian, praktikum lapangan dan kegiatan pembelajaran lapangan untuk siswa, mahasiswa maupun pemerhati lingkungan. Salah [11]

Samsul Kamal, dkk satu Tahura yang terdapat di Indonesia adalah Taman Hutan Raya (Tahura) Pocut Meurah Intan. Secara geografis Tahura Pocut Meurah Intan terletak pada 05 o 24-05 o 28 LU dan pada 95 o 38-95 o 47 BT. Secara administratif berada di Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Pidie Provinsi Aceh. Tahura Pocut Meurah Intan memiliki luas 6.220 Ha yang terletak pada ketinggian tempat 500 1,800 mdpl [1]. Tahura Pocut Meurah Intan memiliki sebagian besar ekosistem yang masih alami dan terdiri dari ekosistem sungai, hutan, padang rumput dan lahan gambut. Jenis tumbuhan dominan di Tahura Pocut Meurah Intan itu adalah Pinus (Pinus mercusi) dan Akasia (Acasia auriculiformis) yang mencapai luas 250 Ha, dan padang alang-alang yaitu seluas 5.000 hektar [2]. Tingginya aktivitas masyarakat di wilayah sekitar dan kawasan Tahura, seperti kegiatan masyarakat membuka lahan dengan cara menebang hutan, alih fungsi lahan hutan menjadi lahan perkebunan monokultur, pemburuan satwa liar dan pembakaran hutan akan menyebabkan perubahan fisik dan berdampak terhadap kelangsungan hidup flora dan fauna yang terdapat di Tahura Pocut Meurah Intan, bahkan akan menyebabkan kepuhanan terhadap spesies hewan tertentu. Salah satunya adalah spesies burung rangkong badak (Buceros rhinoceros). Burung dari rangkong badak (Buceros rhinoceros) memberikan banyak manfaat bagi ekosistem dan kehidupan manusia. Burung dari famili Bucerotidae merupakan salah satu satwa yang membantu pemencaran biji-bijian di hutan, sehingga kondisi keanekaragamn hutan tetapi terjaga. Burung rangkong badak (Buceros rhinoceros) juga merupakan indikator yang memiliki peran yang sangat baik untuk kesehatan lingkungan dan nilai keanekaragaman hayati, dengan adanya burung rangkong badak (Buceros rhinoceros) dilingkungan menjelaskan bahwa lingkungan itu masih bagus [3]. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa faktor yang menentukan keberadaan burung adalah ketersediaan makanan, tempat istirahat, bermain, kawin, bersarang, bertengger dan berlindung [4]. Kemampuan area menampung burung ditentukan oleh luasan, komposisi dan struktur vegetasi, banyaknya tipe ekosistem dan bentuk habitat. Burung famili Bucerotidae merasa betah tinggal di suatu tempat apabila terpenuhi tuntutan hidupnya antara lain habitat yang mendukung dan aman dari gangguan. Kehadiran suatu spesies burung tertentu, pada umumnya disesuaikan dengan kesukaannya terhadap habitat. Habitat yang menyediakan makanan, air, tempat berlindung dan berkembangbiak lebih disenangi oleh berbagai spesies burung. Deforestasi habitat yang sangat tinggi di Tahura Pocut Meurah Intan dan wilayah sekitarnya menjadi ancaman serius terhadap kelangsungan hidup burung rangkong badak (Buceros rhinoceros). Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Aceh Besar pada bulan Oktober 2016 terjadinya kebakaran hutan yang menghanguskan 100 Ha lahan di Tahura Pocut Meurah Intan, hal tersebut disebabkan perilaku warga yang membukan lahan dengan cara membakar hutan [5]. Minimnya data tentang dampak deforestasi habitat terhadap keberadaan spesies burung rangkong badak (Buceros rhinoceros) menyebabkan lemahnya fungsi kontrol terhadap kondisi populasi burung rangkong badak (Buceros rhinoceros). Kondisi ini jelas akan mempercepat penuruann populasi burung rangkong badak (Buceros rhinoceros). Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui jumlah individu dan kepadatan populasi burung rangkong badak (Buceros rhinoceros) di ekosistem Tahura Pocut Meurah Intan, selain itu hasil penelitian ini dapat dimamfaatkan sebagai database jumlah individu dan populasi burung rangkong badak (Buceros rhinoceros) di Tahura Pocut Meurah Intan. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Tahura Pocut Meurah Intan Provinsi Aceh. Penelitian dilakukan pada bulan November 2016. Lokasi Penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari peralatan untuk pengamatan burung serta peralatan dokumenter kegiatan pada saat penelitian. Alat dan bahan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey eksploratif dengan cara [12]

Populasi Burung Rangkong Badak (Buceros rhinoceros) di Ekosistem Tahura Gambar 1. Lokasi Penelitian Tabel 1. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian Populasi Burung Rangkong Badak (Buceros rhinoceros) di Ekosistem Tahura Pocut Meurah Intan Provinsi Aceh No Jenis Alat Fungsi 1 Kamera digital/kamera DSLR Sebagai media penyimpan gambar dan informasi lainnya 2 Teropong binokuler Alat untuk mengamati burung baik dalam jarak yang dekat maupun jarak jauh 3 Tabel pengamatan Sebagait empat mencatat hasil penelitian 4 Kompas Sebagai media penunjuk arah mata angin 5 GPS (Global Posititioning System) Alat untuk menentukan posisi dan titik hitung pengamatan burung 6 Hand counter Alat untuk menghitung jumlah burung 7 Buku panduan pengamatan burung Sebagai panduan dalam pengamatan di lapangan 8 Alat tulis Alat untuk mencatat data penelitian melakukan observasi langsung pada lokasi dan objek pengamatan. Pengumpulan data menggunakan kombinasi metode titik hitung dan transect quadrat [6] dan [7]. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menentukan titik hitung dan transect quadrat untuk mengamati dan mencatat jumlah individu burung rangkong badak (Buceros rhinoceros). Jumlah titik hitung yang ditetapkan sebanyak 5 titik, masing-masing titik memiliki panjang jalur 1000 meter dan lebar 1000 m. Pada setiap titik hitung dilakukan pencatatan burung selama 30 menit, setiap individu burung rangkong badak (Buceros rhinoceros) dicatat. Setelah 30 menit, pengamatan dilakukan pada titik hitung berikutnya dan melakukan hal yang sama, yaitu mencatat jumlah individu burung rangkong badak (Buceros rhinoceros) yang terlihat, demikian seterusnya untuk titik hitung selanjutnya. Pengamatan dilakukan pada waktu pagi hari antara pukul 06.00-11.00 Wib dan sore hari mulai pukul 15.00 Wib sampai pukul 18.30 WIB, dimana waktu tersebut merupakan saat aktivitas rangkong badak (Buceros rhinoceros) mencari makan, sehingga peluang teramati rangkong badak (Buceros rhinoceros)lebih besar. Penentuan [13]

Samsul Kamal, dkk titik hitung dan transect quadrat dilakukan secara acak. Jumlah titik hitung dan kuadrat sebanyak 5 titik (Gambar 2). Analisis data dilakukan dengan menghitung kepadatan populasi dengan paduan metode titik hitung dan metode kuadrat sesuai dengan formula kepadatan populasi Eisenberg (1981), yaitu: D = ND/2W(L) Keterangan: D = Kepadatan populasi (individu/km 2 ) ND = Jumlah perjumpaan (individu) L = Jumlah panjang jalur (km) W = Lebar jalur yang ditelusuri (km) [8] HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan di Ekosistem Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan didapatkan 14 individu burung rangkong badak (Buceros rhinoceros), dengan kepadatan populasi adalah 1,4 individu/km². Jumlah individu dan kepadatan populasi burung rangkong badak (Buceros rhinoceros) yang terdapat di Tahura Pocut Meurah Intan dapat dilihat pada Gambar 3. Berdasarkan Gambar 3, dapat dijelaskan bahwa jumlah individu burung rangkong badak (Buceros rhinoceros) yang paling banyak terdapat pada titik hitung 5, dengan jumlah 5 individu, dengan kepadatan populasi yaitu 2,5 individu/ Km². Kepadatan populasi yang paling rendah Gambar 2. Lokasi Titik Hitung dan Petak Kuadrat Gambar 3. Jumlah Individu dan Kepadatan Populasi Burung Rangkong Badak (Buceros rhinoceros). (Data Hasil Penelitian, 2016) [14]

Populasi Burung Rangkong Badak (Buceros rhinoceros) di Ekosistem Tahura Gambar 4. Spesies Burung Rangkong Badak (Buceros rhinoceros) dan Pohon Pakan yang Terdapat di Ekosistem Tahura Pocut Meurah Intan. a) Burung rangkong badak (Buceros rhinoceros); b) Pohon Pakan (Ficus sp) di Ekosistem Tahura Pocut Meurah Intan. terdapat pada titik 1 yaitu 0 individu/km². Jumlah individu dan kepadatan populasi burung rangkong badak (Buceros rhinoceros) di Ekosistem Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan sangat dipengaruhi oleh kondisi habitat di Tahura Pocut Meurah Intan. Titik hitung 1 memiliki vegetasi yang didominasi oleh tanaman pinus dan tidak banyak terdapat vegetasi hutan yang menghasilkan buah sebagai pakan burung rangkong badak (Buceros rhinoceros). Vegetasi hutan bukan hanya sebagai tempat tinggal semata bagi burung, akan tetapi juga menyediakan sumber makanan dan tempat berkembang biak. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Alikodra (1986) bahwa kehadiran tanaman buah-buahan di suatu habitat dapat meransang burung pemakan buah dan berbagai jenis burung lainnya untuk membuat sarangnya pada tanaman tersebut [9]. Kondisi vegetasi hutan di Tahura Pocut Meurah Intan didominasi oleh tumbuhan pinus, akasia, medang dan ara. Vegetasi hutan tersebut memiliki peranan yang sangat penting bagi burung, termasuk burung rangkong badak (Buceros rhinoceros). Ara merupakan salah satu tanaman yang disukai oleh burung rangkong badak (Buceros rhinoceros), dimana buah ara merupakan salah satu buah pakan yang disukai oleh burung rangkong badak (Buceros rhinoceros) selain buah dari tanaman hutan lainnya. Vegetasi hutan bukan hanya sebagai tempat tinggal semata, akan tetapi juga menyediakan sumber makanan dan tempat berkembang biak. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Alikodra (1986) bahwa kehadiran tanaman buah-buahan di suatu habitat dapat meransang burung pemakan buah dan berbagai jenis burung lainnya untuk membuat sarangnya pada tanaman tersebut [9]. Pernyataan tersebut juga sesuai dengan pendapat Trainor (2000) menyatakan hutan merupakan habitat vital yang menyediakan makanan berlimpah, air, dan tempat penampungan burung untuk menopang kehidupan mereka [10]. Ketiadaan hutan bisa menyebabkan kepunahan burung dan spesies lainnya, apalagi tingkat kepadatan populasi dan distribusi burung merupakan indikator penting untuk menilai keanekaragaman hayati daerah tertentu. Spesies burung rangkong badak (Buceros rhinoceros) dan pohon pakan dapat dilihat pada Gambar 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1) Jumlah burung rangkong badak (Buceros rhinoceros) yang terdapat di Ekosistem Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan sebanyak 14 individu; dan 2) Kepadatan populasi burung rangkong badak (Buceros rhinoceros) di Ekosistem Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan adalah 1,4 individu/ Km². [15]

Samsul Kamal, dkk. DAFTAR PUSTAKA [1] Daud, M., dkk. 2017. Profil KPH Tahura Pocut Meurah Intan. Yogyakarta: Penebar Media Pustaka [2] Anonim. 2007. Peranan Pendidikan Konservasi dalam Penyelamatan Hutan di Kawasan Ekosistem Seulawah Aceh Besar. Rencana Kerja: Hutanku Hutanmu Jua, Selamatkan Dia. Cut Meurah Intan. Banda Aceh: Yayasan Masyarakat Penyayang Alam dan Lingkungan Hidup. [3] Rusmendro, H. 2009. Perbandingan Keanekaragaman Burung pada Pagi dan Sore Hari di Empat Tipe Habitat di wilayah Pengadaran, Jawa Barat (Jurnal Vol.02 No. 1), Jakarta: Fakultas Biologi Universitas Nasional. [4] Darmawan, M., P. 2006. Keanekaragaman Jenis Burung Pada Beberapa Habitat Di Hutan Lindung Gunung Lumut Kalimantan Timur. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. [5] Anonim. 2016. Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan Terbakar Apa Penyebabnya. http://www.mongabay.co.id/2016/10/13/ taman-hutan-raya-pocut-meurah-intanterbakar-apa-penyebabnya. Diakses tanggal 13 Oktober 2016. [6] Biby, C., M. Jones dan S. Marsden. 2000. Tekhnik-tekhnik Ekspedisi Lapangan: Survey Burung. BirdLife International- IP. Bogor. [7] Kamal, S., Elita Agustina, Zahtarur Rahmi. 2016. Spesies Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Biotik, Volume 4, No. 1, Edisi April 2016 ISSN: 2337-9812,, Hal. 15-32. [8] Walpole. 1990. Pengantar Statistika. Jakarta: PT Gramadia. Indonesia. [9] Alikodra, H. S. 1986. Pengelolaan Habitat Satwa Liar. Institut Pertanian Bogor, Bogor. [10] Trainor C, Lesmana D, Gatur A. 2000. Importance of forest in the west side of Timor land-first study of biodiversity and socio-economic information in Timor island of Nusa Tenggara Timur. (Rep. No. 13). PKA/Birdlife International/WWF, Bogor. [16]