BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam berpikir, emosi atau perilaku (atau bisa juga keduanya)

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KEMANDIRIAN PERAWATAN DIRI PASIEN SKIZOFRENIA MELALUI REHABILITASI TERAPI GERAK. Abstrak

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

BAB I PENDAHULUAN. adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku dimana. individu tidak mampu mencapai tujuan, putus asa, gelisah,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan lainnya ( Samuel, 2012). Menurut Friedman, (2008) juga

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lansia dapat menjadi salah satu tolok ukur kesejahteraan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial.

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. berpikir abstrak) serta kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari (Keliat

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. dan penarikan diri dari lingkungan (Semiun, 2006). Skizofrenia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada fungsi mental, yang meliputi: emosi, pikiran, perilaku,

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

BAB I PENDAHULUAN. muncul dalam masyarakat, diantaranya disebabkan oleh faktor politik, sosial

BAB I PENDAHULUAN. oleh penderita gangguan jiwa antara lain gangguan kognitif, gangguan proses pikir,

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi perkembangan individu secara fisik, mental, spiritual, dan sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Psychiatric Association,1994). Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat serius dan memprihatinkan. Kementerian kesehatan RI dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY OF DAILY LIVING

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami kekambuhan. WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan sesuai kebutuhan masing-masing, dimana retardasi mental itu adalah

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. eksternal, dibuktikan melalui pikiran, perasaan dan perilaku yang tidak sesuai

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TERHADAP SIKAP KELUARGA DALAM PEMBERIAN PERAWATAN ACTIVITIES DAILY LIVING

BAB I PENDAHULUAN. jiwa menjadi masalah yang serius dan memprihatinkan, penyebab masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. emosi, pikiran, perilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB I PENDAHULUAN. perannya dalam masyarakat dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa setiap

HUBUNGAN PELAKSANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN DENGAN PENGENDALIAN DIRI PASIEN HALUSINASI DI RUMAH SAKIT JIWA

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai. salah satunya adalah pembangunan dibidang kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit gangguan jiwa adalah kondisi kesehatan yang melibatkan perubahan dalam berpikir, emosi atau perilaku (atau bisa juga keduanya) (American Psychiatric Association, 2015). Sedangkan menurut Yosep (2009) gangguan jiwa adalah gangguan atau masalah dalam cara berpikir (cognitive), kemauan (volition), emosi (affective), dan tindakan (psychomotor) seseorang. Gangguan jiwa dikaitkan dengan distress mengenai masalah fungsi sosial, pekerjaan atau kegiatan keluarga, seperti halnya skizofrenia. Dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (2013) definisi skizofrenia dijelaskan bahwa gangguan jiwa yang ditandai dengan distorsi khas dan fundamental dalam pikiran dan persepsi yang disertai dengan adanya afek yang tumpul atau tidak wajar. Menurut WHO (2016), terdapat sekitar 21 juta orang penduduk dunia terkena skizofenia. Sedangkan hasil Riskesdas (2013) yang dilaksanakan oleh badan penelitian dan pengembangan kesehatan RI tahun 2013 menyebutkan prevalensi gangguan jiwa berat skizofrenia pada penduduk Indonesia sebanyak 1.728 orang dan prevalensi di Jawa Tengah sebanyak 0,23%. Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta terdapat 439 orang dengan skizofrenia. Pasien skizofrenia kronis umumnya tidak mampu melakukan fungsi dasar secara mandiri, misalnya kebersihan diri, penampilan, dan sosialisasi, karena 1

2 adanya kemunduran dalam kognitif, emosi, tingkah laku, serta persepsi oleh karena itu perlu dilakukan rehabilitasi pada pasien. Menurut Hawari (2007) program rehabilitasi adalah terapi yang dapat diberikan pada pasien skizofrenia. Sedangkan Stuart dan Laraia (2005) menegaskan bahwa rehabilitasi merupakan rangkaian tindakan sosial, edukasi, perilaku dan kognitif untuk meningkatkan fungsi kehidupan pasien gangguan jiwa dan berguna untuk proses penyembuhan serta pasien dengan gangguan jiwa kronis harus diberikan kesempatan untuk hidup mandiri dalam masyarakatnya. Terapi rehabilitasi mencakup semua terapi psikiatri non-akut dan poin utamanya adalah untuk mencegah akan terjadinya penyakit kronis (Nasir, 2011). Saat terjadi rangsangan dari luar melalui berbagai aktivitas sehari-hari pasien, misalnya seperti kunjungan dan bertamasya ke suatu tempat, maka dengan begitu kebebasan akan terpacu dan terjadi angka penurunan dalam gejala negatif skizofrenia (Nasir & Muhith, 2011). Pasien skizofrenia sering terlihat adanya kemunduran yang ditandai dengan menghilangnya motivasi dalam diri dan tanggung jawab, tidak mengikuti kegiatan, dan hubungan sosialnya, kemampuan mendasar yang terganggu salah satunya Activity of Daily Living (Maryatun, 2015). Activity of Daily Living (ADL) adalah aktivitas yang dilakukan sehari-hari scera normal yang mencakup ambulasi, makan, mandi, menyikat gigi, berpakaian, dan berhias (Abdul dan Sandu, 2016). Ada beberapa sifat dalam kondisi tertentu yang membutuhkan bantuan untuk memenuhi ADL antara lain sifat akut, kronis, temporer, rehabilitative (Potter&Perry, 2005). Kemudian Menurut Dewy (2013) sangat penting untuk melakukan

3 pengkajian ADL karena dengan pengkajian tersebut dapat ditentukan seberapa besar bantuan yang diperlukan dalam melakukan aktivitas seharihari. Tingkat kemandirian ADL mengalami perubahan salah satunya dengan dilakukan terapi rehabilitasi. Penelitian Maryatun (2015) menegaskan bahwa pasien mandiri sebanyak 15 dari 18 (83,3%) dapat melakukan rehabilitasi terapi gerak dengan baik dan sebanyak 5 dari 14 (35,7%) pasien kurang baik dalam melakukan rehabilitasi terapi gerak. Sedangkan dari data penelitian Silvina (2011) didapatkan bahwa sebagian besar pasien yang aktif mengikuti posyandu lansia, tingkat kemandirian aktivitas sehari-harinya dengan persentase 64% mandiri dan pasien yang tidak aktif mengikuti posyandu tingkat kemandiriannya 44% tergolong mandiri tetapi ada sebagian juga yang tergantung pada orang lain. Penelitian tersebut semakin menegaskan bahwa terapi atau keaktifan dalam mengikuti terapi membuat perubahan dalam tingkat kemandirian aktivitas sehari-hari pada pasien. Menurut Kaplan et.al. (1995 dalam Stallard, 2002) menyebutkan bahwa terapi kognitif merupakan terapi untuk mengurangi perilaku yang mengganggu. Upaya mengurangi perilaku tersebut maka perawatan intensif di rumah sakit jiwa adalah pilihan yang tepat bagi pasien. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta merupakan rumah sakit pusat penyakit gangguan jiwa di Surakarta. Terdiri dari 25 bangsal, bangsal akut dan bangsal maintenance rawat inap dan memiliki daya tampung sebanyak 340 tempat tidur. Sesuai dengan pemisahan bangsal akut dan tidak akut, dewasa dan lansia, putra dan putrid serta pelayanannya, rumah sakit ini

4 merupakan rumah sakit khusus kelas A dengan adanya peningkatan angka kejadian skizofrenia disetiap tahunnya secara signifikan. Observasi yang dilakukan peneliti selama satu minggu pada tanggal 11 Desember 2017 hingga 18 Desember 2017 di bangsal gatotkaca dan bangsal sadewa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta terdapat 12 pasien skizofrenia yang menjalani terapi rehabilitasi dengan sembilan pasien mampu mandi, makan, berpindah, berpakaian, toileting dan kontinensi dan tiga pasien kurang mampu dalam berpakaian, mandi dan toileting. Namun, belum diukur tingkat kemandirian dalam ADL, karena terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan terapi rehabilitasi dengan tingkat kemandirian Activity of Daily Living pada pasien Schizophrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut Apakah ada hubungan antara terapi rehabilitasi dengan tingkat kemandirian Activity of Daily Living pada pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta? C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini meliputi tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu dengan keterangan sebagai berikut : 1. Tujuan Umum Untuk menganalisa hubungan antara terapi rehabilitasi dengan tingkat kemandirian Activity of Daily Living pada pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

5 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui karakteristik pasien Schizophrenia b. Untuk mengetahui tingkat kemandirian Activity of Daily Living pada pasien Skizofrenia setelah mengikuti terapi rehabilitasi. c. Untuk mengetahui hubungan terapi rehabilitasi dengan tingkat kemandirian Activity of Daily Living. D. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini dapat memiliki manfaat bagi : 1. Institusi pendidikan keperawatan Hasil dari penelitian ini diharapkan agar menambah pengetahuan dalam ilmu keperawatan. 2. Instansi pelayanan kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dalam memberikan terapi rehabilitasi secara efektif supaya pasien dapat mandiri dalam aktivitas sehari-hari. 3. Profesi Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai acuan profesi keperawatan supaya dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama pelayanan terapi rehabilitasi pada pasien Skizofrenia dilakukan juga pemantauan tingkat kemandirian Activity of Daily Living pada pasien.

6 4. Peneliti Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan untuk dikembangkan dalam penelitian selanjutnya. E. Keaslian Penelitian 1. Maryatun, Sri (2015) dengan judul Peningkatan Kemandirian Perawatan Diri Pasien Skizofrenia melalui Rehabilitasi Terapi Gerak di Ruang Nusa Indah Rumah Sakit Dr. Ernaldi Bahar Palembang. Penelitian ini menggunakan survey analitik dengan pendekatan Cross sectional. Sampel terdiri dari 32 pasien skizofrenia yang rawat pada periode bulan Desember tahun 2013 dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara rehabilitasi terapi gerak dengan kemandirian self care pada pasien skizofrenia nilai (pvalue= 0,006). 2. Primadayanti, Silvina (2011) dengan judul Perbedaan Tingkat Kemandirian Activity of Daily Living (ADL) pada Lansia yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Sumbersari Kabupaten Jember dengan hipotesa ada perbedaan tingkat kemandirian Activity Daily of Living (ADL) pada lansia yang mengikuti dan tidak mengikuti posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Sumbersari Kabupaten Jember, khususnya di Kelurahan Tegal Gede. Jumlah sampel yang diperoleh dari teknik pengambilan purposive quota sampling dibagi menjadi dua kelompok sehingga masing masing diperoleh 25 orang sampel sehingga mendapatkan rasio 1:1. Hasil penelitian uji statistik diperoleh nilai Pvalue=0,001 (α=0,05).