BAB I PENDAHULUAN. keadaan ini ditandai dengan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) 60 ml/min/1,73 m 2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan

BAB I PENDAHULUAN. dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999 berdasarkan data Global burden of

PERBANDINGAN KUALITAS HIDUP PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG DITERAPI DENGAN CONTINUOUS AMBULATORY PERITONEAL DIALYSIS ATAU HEMODIALISIS

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara progresif dan irreversible 1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Centers for Disease Control

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pasien penyakit ginjal kronik ini mencakup ilmu penyakit dalam.

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan lambat. PGK umumnya berakhir dengan gagal ginjal yang memerlukan terapi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Ginjal Kronik (Chronic Kidney Disease/CKD) adalah gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Pada tahun 1990, penyakit ginjal kronik merupakan penyakit ke-27 di

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan kartilago yang

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr.

BAB I PENDAHULUAN. komposisi cairan tubuh dengan nilai Gloumerulus Filtration Rate (GFR) 25%-10% dari nilai normal (Ulya & Suryanto 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Selain itu, ginjal juga berfungsi mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Insidensi penyakit gagal ginjal kronik semakin. meningkat dengan sangat cepat. Hal ini tidak hanya

BAB I.PENDAHULUAN. dengan penurunan glomerular filtrate rate (GFR) serta peningkatan kadar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Acute kidney injury (AKI) telah menjadi masalah kesehatan global di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).

THE RELATIONS BETWEEN HEMODIALYSIS ADEQUACY AND THE LIFE QUALITY OF PATIENTS

EFEKTIVITAS BIAYA DIALISIS DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB I PENDAHULUAN. progresif dan lambat, serta berlangsung dalam beberapa tahun. Gagal ginjal

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

THE RELATIONS BETWEEN HEMODIALYSIS ADEQUACY AND THE LIFE QUALITY OF PATIENTS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penderita gagal ginjal kronik menurut estimasi World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. bahkan terjadi gagal ginjal. Jika tidak diobati, penyakit ginjal bisa

BAB I PENDAHULUAN. atau fungsi ginjal yang berlangsung 3 bulan dengan atau tanpa disertai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah salah satu penyakit dengan risiko

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan masalah medik, sosial dan ekonomik. yang sedang berkembang yang memiliki sumber-sumber terbatas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal adalah organ vital yang berperan penting dalam mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat, UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

BAB I PENDAHULUAN. kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan.

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan sindrom klinis yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN TENSION-TYPE HEADACHE

BAB I PENDAHULUAN. hidup saat ini yang kurang memperhatikan keseimbangan pola makan. PGK ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Setiawan Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Siti Khadijah Palembang

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 150 ribu orang dan yang membutuhkan terapi pengganti ada

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Gagal ginjal yang terjadi secara mendadak disebut gagal ginjal akut,

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga diperlukan penanganan dan pencegahan yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. penyakit yang merusak nefron ginjal (Price dan Wilson, 2006).

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dari hasil gangguan jantung fungsional atau struktural yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kata kunci: diabetes melitus, diabetic kidney disease, end stage renal disease

BAB I PENDAHULUAN. secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2. penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa berbagai

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar bagi pasien dan keluarganya, khususnya di negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Singapura dan 9,1% di Thailand (Susalit, 2009). Di Indonesia sendiri belum ada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan

GAMBARAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RSUD. PROF. DR. W. Z.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai

ABSTRAK PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SEBELUM DAN SESUDAH HEMODIALISIS PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR BALI

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan

Curriculum Vitae. : Ni Made Hustrini. : EDUCATION Faculty of Medicine, Udayana University. Faculty of Medicine, of Indonesia

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian Ilmu Penyakit Dalam.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis (Joannidis et al.,

Abstract. Key words: Dialysis (HD, DPMB), Quality of life, Short Form-36, Terminal Renal Failure,

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu keadaan patologis berupa abnormalitas struktural maupun fungsional ginjal sehingga menurunkan kemampuan ginjal dalam melaksanakan fungsi ekskresinya secara progresif, keadaan ini ditandai dengan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) 60 ml/min/1,73 m 2 selama 3 bulan atau lebih. 1,2 Kerusakan ginjal yang terjadi pada PGK bersifat ireversibel dan pada suatu derajat tertentu memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, baik berupa dialisis ataupun transplantasi ginjal. 2 Penyakit kardiovaskuler dan diabetes merupakan kondisi patologis yang memperberat kondisi pasien PGK. 3 Pasien PGK sering terdeteksi saat sudah menjadi End Stage Renal Disease (ESRD) karena penderita sering asimtomatik, dan hanya Renal Replacement Therapy (RRT) melalui dialisis maupun transplantasi ginjal sebagai solusi pilihan. Sebagian besar pasien PGK di negara berkembang, contohnya riset di Iran pada tahun 2014 menyatakan bahwa angka keberlangsungan hidup pasien ESRD sangat rendah apabila dibandingkan dengan negara maju. Angka keberlangsungan hidup pasien ESRD di negara berkembang sangat rendah karena kurangnya diagnosis pasien ESRD serta keterlambatan rujukan ke spesialis. 4 Riset pada tahun 2010 di Kuba menunjukkan bahwa pencegahan dapat dilakukan asalkan terdapat layanan primer yang kuat sehingga memungkinkan deteksi dan intervensi dini supaya menurunkan mortalitas kardiovaskuler dan perkembangan progresif ke arah ESRD. 5,6 1

2 Saat ini PGK merupakan merupakan masalah kesehatan yang dipandang sangat serius di dunia, terlebih lagi di negara-negara berkembang. PGK dipandang tidak hanya sebagai masalah medis bagi pasien tetapi juga berdampak secara sosial dan ekonomi terhadap keluarganya. 7 PGK diperkirakan telah terjadi pada 13% populasi orang dewasa di seluruh dunia. 6 Penelitian di Amerika Serikat pada tahun 2003 menunjukkan angka prevalensi kejadian PGK pada populasi dewasa sebesar 11% (19,2 juta) dari total populasi. Diperkirakan 5,9 juta pasien (3,3%) berada pada stadium 1 (albuminuria menetap dengan LFG normal), 5,3 juta (3.0%) pada stadium 2 (albuminuria menetap den gan LFG sebesar 60-89 ml/min/1.73 m 2 ), 7.6 juta (4.3%) pada stadium 3 (LFG sebesar 30-59 ml/min/1.73 m 2 ), 400,000 pasien (0.2%) stadium 4 (LFG, 15-29 ml/min/1.73 m 2 ), dan 300,000 pasien (0.2%) sudah stadium 5 atau gagal ginjal. Usia adalah faktor predisposisi dari PGK, dengan 11% pasien > 65 tahun tanpa riwayat hipertensi atau diabetes berada pada stadium 3 atau lebih berat, di samping faktor komorbid seperti hipertensi dan diabetes. 8 Di Indonesia sendiri diperkirakan terdapat 100 kasus per sejuta penduduk atau sekitar 20.000 kasus PGK baru dalam setahun. 7 Saat ini ada 3 pilihan untuk RRT yang tersedia di Indonesia yaitu hemodialisis (HD), peritoneal dialisis (PD) yang salah satu jenisnya ialah Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) dan transplantasi ginjal. Dalam memilih salah satu dari ketiga modalitas terapi yang ada dipengaruhi oleh beberapa pertimbangan seperti ketersediaan dan kecocokan, kondisi komorbid dan sosial ekonomi faktor. 9,10 Hingga saat ini transplantasi masih dianggap sebagai bentuk RRT yang paling optimal untuk pasien PGK, dan terbukti meningkatkan

3 kualitas hidup dan mengurangi risiko mortalitas untuk sebagian besar pasien bila dibandingkan dengan terapi dialisis. Studi di Saudi Arabia tahun 2012 menemukan bahwa rerata kualitas hidup pasien PGK yang diterapi CAPD memiliki angka yang lebih besar dibanding pasien dengan hemodialisis hampir di semua aspek dan skor total kualitas hidup, kecuali pada status fisik meski perbedaanya tidak signifikan secara statistik. 11 Peningkatan signifikan terhadap angka insidensi dan prevalensi ESRD dan kurangnya donor ginjal yang tersedia menjadi dasar pemilihan terapi dialisis dibanding transplantasi ginjal. Terlebih lagi harganya yang masih belum terjangkau oleh mayoritas kalangan masyarakat di Indonesia serta hanya bisa dilaksanakan di kota-kota besar maka dialisis (baik CAPD maupun HD) masih sangat diperlukan dan masih menjadi pilihan yang diprioritaskan saat ini. 12 14 Kualitas hidup pada penelitian ini diukur dengan menggunakan menggunakan KDQOL-SF TM 1.3. KDQOL-SF TM 1.3 merupakan instrumen yang paling banyak digunakan untuk mengukur kualitas pada pasien dengan penyakit ginjal. 15 Instrumen tersebut telah digunakan untuk meneliti kualitas hidup pada berbagai populasi penyakit kronik serta telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Reliabilitas serta validitas dari instrumen tersebut telah di uji di berbagai penelitian di seluruh dunia. 16 Baru sedikit riset mengenai perbandingan antara CAPD dan hemodialisis yang telah dilakukan di negara berkembang seperti Indonesia sehingga masih banyak memerlukan perhatian lebih. Pada penelitian ini, akan dibandingkan kualitas hidup pasien PGK baik yang menggunakan CAPD maupun hemodialisis.

4 Penelitian ini belum pernah dilakukan di RSUP Dr. Kariadi, Semarang sehingga diharapkan mendapat hasil yang dapat menjadi acuan dalam pemilihan modalitas terapi yang tepat dan optimal pada pasien PGK di Indonesia. 1.2 Permasalahan Penelitian Apakah terdapat perbedaan kualitas hidup antara pasien PGK dengan CAPD dan PGK dengan HD di Unit Dialisis RSUP Dr. Kariadi Semarang? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Membandingkan kualitas hidup antara pasien PGK dengan CAPD dan PGK dengan HD di Unit Dialisis RSUP Dr. Kariadi Semarang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui kualitas hidup pasien PGK dengan CAPD di Unit Dialisis RSUP Dr. Kariadi Semarang yang dinilai dengan instrumen KDQOL- SF TM 1.3. 2. Mengetahui kualitas hidup pasien PGK dengan HD di Unit Dialisis RSUP Dr. Kariadi Semarang yang dinilai dengan instrumen KDQOL- SF TM 1.3. 3. Menganalisis perbedaan kualitas hidup pada pasien PGK dengan CAPD dan PGK dengan HD di Unit Dialisis RSUP Dr. Kariadi Semarang yang dinilai dengan instrumen KDQOL-SF TM 1.3.

5 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat untuk ilmu pengetahuan Dalam bidang ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan ilmu pengetahuan tentang perbandingan kualitas hidup antara pasien PGK dengan CAPD dan PGK dengan HD di Unit Dialisis RSUP Dr. Kariadi Semarang. 1.4.2 Manfaat untuk masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan menjadi tambahan informasi bagi masyarakat khususnya tenaga medis RSUP Dr. Kariadi Semarang tentang perbandingan kualitas hidup antara pasien PGK dengan CAPD dan PGK dengan HD di Unit Dialisis RSUP Dr. Kariadi Semarang. 1.4.3 Manfaat untuk penelitian Dalam bidang penelitian, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan referensi untuk penelitian berikutnya. 1.5 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian di luar negeri membuktikan bahwa perbedaan modalitas terapi dialisis yang berbeda yaitu CAPD dan HD memberikan dampak yang berbeda pula terhadap kualitas hidup pasien PGK. Banyak faktor lain juga ikut mempengaruhi hasil penelitian tersebut. Penelitian mengenai perbandingan kualitas hidup antara pasien PGK dengan CAPD dan PGK dengan HD semakin berkembang di seluruh dunia termasuk Indonesia dengan menggunakan berbagai

6 instrumen yang memiliki reliabilitas dan validitas tinggi. Berikut detail penelitian sejenis disajikan dalam tabel 1 berikut. Tabel 1. Keaslian Penelitian Nama,Tahun Penelitian Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Rai Dewi Damayanthi Pande. 17 2011 Analisis Perbedaan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis Dengan Hemodialisis Dan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis Ditinjau Dari Status Fisik Dan Mental Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross section al yang dilakukan di Unit Dialisis RSUP Sanglah Denpasar. Sampel diambil dari 30 orang pasien HD dan 24 orang pasien CAPD. Data yang dikumpulkan meliputi data demografi, karakteristik klinis dan kuesioner Short Form-36 (SF-36) yang dimodifikasi digunakan untuk mengukur status kualitas hidup yang ditinjau dari status fisik dan mental. Untuk menganalisis perbedaan kualitas hidup digunakan Independent Sample t test pada α = 0,05. Penelitian menunjukkan 53,3% responden HD memiliki status kualitas hidup yang buruk dan hanya 29,2 % pasien CAPD yang memiliki kualitas hidup buruk. Ada perbedaan yang signifikan pada status fisik ( ρ=0,011), status mental (ρ=0,022) dan status kualitas hidup (ρ=0,007) antara responden HD dan CAPD dengan skor lebih tinggi pada responden CAPD. Christina Tomazou, dkk. 18 2015 Quality of Life in Patients with Chronic Kidney Disease: A Cross-sectional Study Comparing Patients on Hemodialysis, Peritoneal Dialysis and Sampel terdiri dari 186 pasien di Nicosia General Hospital pada tahun 2012, 118 pasien HD, 23 pasien PD dan 45 pasien transplantasi. Kualitas hidup diukur dengan Kidney Disease Quality of Life-Short Form (KDQOL-SF36). Pasien HD memiliki skor terburuk pada semua komponen. Pasien pada ketiga kelompok terapi menunjukkan skor yang tinggi pada status mental (HD: 57.7; PD: 70.3; KT: 75.6), sedangkan skor

7 with Kidney Transplantation terendah berada pada status fisik (HD 33.1; PD 54.4 and KT 56.7) dan kondisi kesehatan umum (HD 32.5; PD 44.1 dan KT 60.4). Pasien transplantasi ginjal memiliki skor tertinggi di semua komponen, diikuti dengan peritoneal dialysis. Pasien laki-laki secara signifikan menunjukkan skor yang lebih tinggi. K. Griva, dkk. 19 2013 Quality of life and emotional distress between patients on peritoneal dialysis versus community-based hemodialysis Data dikumpulkan dari tahun 2009-2011 penelitian cross-sectional 232 pasien HD dan 201 pasien PD dari community dialysis centers and outpatient PD clinics in Singapore. Pasien diperiksa dengan Hospital Anxiety and Depression Scale, World Health Organization Quality of Life Brief and the Short form for the Kidney Disease Quality of Life. Pengukuran derajat ESRD, komorbiditas, dan biokimia juga dilakukan. Kemunduran status fisik dan emosinal yang berhubungan dengan kualitas hidup terdapat pada kedua kelompok dialisis. Case-mixadjusted comparisons menunjukkan gejala depresi yang lebih tinggi (p = 0.027), dan status fisik yang lebih rendah serta kepuasan pelayanan yang lebih tinggi (p = 0.001) pada pasien PD terhadap pasien HD. Jamal Al Wakeel, dkk. 11 2012 Quality of life in hemodialysis and peritoneal dialysis patients in Saudi Arabia Disain: Penelitian Crosssectional pada pasien hemodialisis dan peritoneal dialysis Pasien dan Metode: 200 pasien dialisis dibagi menjadi 100 pasien hemodialisis dan 100 pasien peritoneal, dari Juli 2007 sampai Juli 2008dengan menggunakan Kidney Disease Quality of Life Pasien pada kedua kelompok memiliki karakteristik sosiodemografi yang sama ( usia, status pernikahan, dan pendidikan). Rerata usia (SD) pada hemodialisis kelompok adalah 47.5 (13.8) tahun dan 51.0 (13.5) tahun pada kelompok peritoneal dialysis. Skor

8 (KDQoL questionnaire. SF) total kualitas hidup lebih tinggi pada PD hampir di semua aspek, kecuali pada status fisik lebih tinggi pada pasien HD meski secara statistik tidak signifikan. Penelitian ini memiliki orisinalitas, karena penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah : 1. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang dengan studi cross-sectional dan menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data. 2. Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret-Oktober 2016. 3. Variabel bebas berupa pilihan modalitas terapi baik CAPD maupun HD. 4. Variabel terikat adalah kualitas hidup pada pasien PGK dengan CAPD dan pasien PGK dengan HD. 5. Variabel perancu pada penelitian ini adalah karakteristik sosiodemografi (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, asuransi kesehatan, pendapatan) serta faktor lain ( lama dialisis, penyebab PGK, Indeks Masa Tubuh (IMT)). 6. Hasil penelitian lebih menitikberatkan pada perbandingan kualitas hidup antara pasien PGK dengan CAPD dan pasien PGK dengan HD di Unit Dialisis RSUP Dr.Kariadi Semarang, sehingga nantinya dapat menjadi acuan dalam pemilihan modalitas terapi yang tepat dan optimal bagi pasien.