BAB I PENDAHULUAN. sangat dinamis. Sungai seperti urat nadi dalam suatu DAS yang mengalir

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

BAB I PENDAHULUAN. manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

BAB I PENDAHULUAN. ditemui pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air

BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN KOTA YOGYAKARTA DAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah merupakan salah satu masalah serius yang sering ditemui di lapangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di Kabupaten Banjarnegara dengan rata-rata turun sebesar 4,12 % per

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat.

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktivitas industri akan memberikan dampak terhadap kondisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bagi manusia kebutuhan air akan sangat mutlak karena sebagian besar tubuh

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

ABSTRAK Penampakan fisik Tukad Badung terlihat berwarna kecoklatan, air kotor, dan bau limbah dari rumah tangga. Berbagai upaya telah dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Lanskap Hutan. Istilah lanskap secara umum dipahami sebagai bentang alam yang

~ 53 ~ PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup Jelas. Pasal 2 Cukup Jelas. Pasal 3 Cukup Jelas

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I. Pendahuluan. yang semakin kritis. Perilaku manusia dan pembangunan yang tidak

PENDAHULUAN. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dengan luas ,30 ha. Tujuan penetapan kawasan ini untuk melindungi dan melestarikan

BAB IV METODE PENELITIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Dampak tersebut harus dikelola dengan tepat, khususnya dalam

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

BAB I PENDAHULUAN. kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air dipergunakan oleh manusia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. biotik maupun abiotik, yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

Bab 1 Pendahuluan. Strategi Sanitasi Kabupaten Sleman 2015 I-1

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lingkungan hidup dan sumber daya alam merupakan anugerah Tuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE KAJIAN

Kerangka landasan pendekatan DAS: Merupakan ekologi bentang lahan (Landscape ecology), suatu subdisiplin ekologi yang mengamati sebab dan akibat

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia terdapat banyak sungai yang menjadi sumber kehidupan

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan telah memunculkan kota sebagai pusat-pusat kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah merupakan salah satu masalah serius yang sering ditemui di lapangan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. telah dijabarkan pada bagian bab 5, maka pada bagian ahir ini dapat ditarik beberapa

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983)

Disampaikan pada Seminar Nasional Restorasi DAS, 25 Agustus 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

di Sub Daerah Aliran Gajahwong Daerah Istimewa Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kondisi ekosistem Daerah Aliran (DAS) di Indonesia saat ini sangat dinamis. seperti urat nadi dalam suatu DAS yang mengalir melewati berbagai bentuk bentang alam, menjadi sumber kehidupan makhluk hidup di sekitarnya. Air sebagai integrator dalam sebuah ekosistem DAS akan mencerminkan segala tekanan antropogenik yang dialaminya (Simamora et al., 2012). Dampak dari perubahan pola pemanfaatan lahan dalam suatu DAS seperti lahan pertanian, tegalan dan pemukiman serta meningkatnya aktivitas industri akan mempengaruhi kondisi hidrologis DAS (Agustiningsih et al., 2012). Ekosistem DAS yang telah mengalami degradasi dapat mengakibatkan menurunnya kualitas air sungai serta tidak sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan. Penurunan kualitas air merupakan salah satu permasalahan degradasi lingkungan yang banyak dihadapi oleh negara-negara berkembang. Melalui pendekatan ekonomi, Asian Development Bank (2008) pernah menyebutkan pencemaran air di Indonesia telah menimbulkan kerugian Rp 45 triliun per tahun. Jumlah tersebut merupakan biaya kerugian akibat pencemaran air, mencakup biaya kesehatan, biaya penyediaan air bersih, hilangnya waktu produktif, citra buruk pariwisata, dan tingginya angka kematian bayi. Dampak dari pencemaran air yang tidak ternilai jumlah kerugiannya adalah terganggunya fungsi lingkungan hidup dan keanekaragaman hayati (Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2009). 1

di Sub Daerah Aliran Gajahwong Daerah Istimewa Yogyakarta 2 Terjadinya degradasi lingkungan akan mempengaruhi kualitas lingkungan hidup dan sosial. Lingkungan yang tidak sehat dan kemiskinan merupakan dua hal yang saling berhubungan (Miller dan Rose, 1990). Sanchez (2014) menyatakan bahwa terdapat korelasi antara kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lingkungan sungai. Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H Ayat (1) Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Berdasarkan amanat tersebut, melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, juga ditegaskan kembali dalam Pasal 65 Ayat (1), bahwa setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia. Status Lingkungan Hidup Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012 menyebutkan bahwa sembilan sungai utama di Daerah Istimewa Yogyakarta telah mengalami penurunan kualitas, dan dikategorikan tercemar berat (Bapedal DIY, 2012). Gajahwong sebagai sungai utama di Sub DAS Gajahwong, merupakan salah satu dari sembilan sungai yang telah mengalami penurunan kualitas karena terkontaminasi oleh limbah. Upaya peningkatan kualitas air melalui Program Kali Bersih (Prokasih) pada Gajahwong telah dilakukan, namun baku mutu parameter kualitas airnya masih berada di atas ambang batas yang ditetapkan. Upaya pengendalian pencemaran air dan peningkatan kualitas air memerlukan partisipasi dari semua pihak. Hal ini juga telah diamanatkan dalam Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

di Sub Daerah Aliran Gajahwong Daerah Istimewa Yogyakarta 3 Lingkungan Hidup Pasal 65 Ayat (2), bahwa setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi has atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Selama ini sungai yang melewati daerah perkotaan umumnya kurang layak untuk dilihat dan kondisi ekosistem perairannya telah terganggu, seperti halnya yang terjadi di Gajahwong. Meskipun demikian, tidak seluruhnya bagian Gajahwong kurang layak untuk dilihat. Telah muncul kepedulian dari masyarakat pemukiman padat penduduk di beberapa penggal ruas bantaran Gajahwong. Berkat dukungan berbagai pihak, berhasil memperoleh penghargaan Indonesia Millenium Development Goals (MDGs) Award 2012 (Antara News, 2013). Hal seperti ini dapat terus diupayakan agar masyarakat tergerak untuk terus berpartisipasi melestarikan lingkungan, khususnya pada DAS yang telah mengalami degradasi lingkungan. Rumusan Masalah Perubahan sistem penggunaan lahan dan aktivitas masyarakat pada suatu DAS akan mempengaruhi komponen-komponen di dalamnya. Sub DAS Gajahwong merupakan suatu lanskap yang membentang dari hulu ke hilir dengan bentuk penggunaan lahan yang beragam. Penurunan kualitas ekosistem perairan Gajahwong diantaranya disebabkan oleh tingginya intensitas pencemaran limbah sungai akibat aktivitas manusia di beberapa wilayah Sub DAS Gajahwong. Bagian hulu yang dulunya berfungsi sebagai kawasan lindung, telah berubah fungsi menjadi kawasan budidaya terlihat dari bentuk penggunaan lahan yang ada saat ini. Pembukaan lahan untuk pemukiman, pertanian dan industri di bagian

di Sub Daerah Aliran Gajahwong Daerah Istimewa Yogyakarta 4 hulu dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan fungsi maupun penurunan kualitas ekosistem DAS. Sementara itu, permasalahan juga terjadi di bagian tengah dan hilir, serta di sepanjang bantaran sungai, sehingga ekosistem perairan sungai juga mengalami penurunan kualitas air atau mengalami pencemaran. Masyarakat dan lingkungannya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Namun demikian, cara pandang masyarakat terhadap lingkungannya sangat beragam. Program-program dalam rangka menyelesaikan permasalahan lingkungan saat ini banyak yang bersifat top-down, sehingga ditemui banyak kendala di lapangan. Kendala tersebut diantaranya adalah perbedaan cara pandang antara pembuat kebijakan dan masyarakat. Oleh karena itu, menyamakan sudut pandang atau persepsi merupakan salah satu kunci dalam pengambilan keputusan, agar masyarakat mau berpartisipasi aktif sehingga program dapat efektif dan terus berkelanjutan. Dalam rangka pengendalian pencemaran dan peningkatan kualitas air sungai pemerintah telah menggalakkan Program Kali Bersih (Prokasih). Melalui program ini, upaya peningkatan kualitas air melibatkan partisipasi masyarakat diantaranya dengan gerakan kebersihan sungai. Terwujudnya kesadaran dan tanggung jawab masyarakat dalam pengendalian pencemaran air dan peningkatan kualitas air sungai menjadi salah satu tujuan dari program tersebut. Selain itu, telah muncul pula beberapa wadah atau forum komunikasi dari berbagai lapisan masyarakat. Masyarakat memiliki peranan penting dalam keberlanjutan upaya peningkatan kualitas ekosistem perairan sungai. Masyarakat memiliki hak untuk

di Sub Daerah Aliran Gajahwong Daerah Istimewa Yogyakarta 5 berpartisipasi dalam upaya tersebut. Bentuk partisipasi masyarakat telah banyak digunakan sebagai salah satu strategi dalam pengelolaan sumberdaya alam yang bersifat partisipatif. Pengendalian pencemaran dalam rangka peningkatan kualitas air secara partisipatif sangat penting dan telah banyak dilakukan, namun terkendala dalam keberlanjutan pelaksanaannya. Pengendalian pencemaran secara partisipatif merupakan pendekatan yang lebih mengarah pada konsep keadilan lingkungan. Selain itu, dalam pelaksanaan Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, juga berdasarkan asas partisipatif, sehingga konsep partisipatif dan keadilan merupakan dua konsep yang saling mendukung. Berdasarkan uraian di atas, peneliti mencoba mengeksplorasi fenomena sosial masyarakat, khususnya mengenai kualitas air sungai sebagai salah satu permasalahan dalam pengelolaan DAS. Beberapa permasalahan penelitian yang akan dijawab pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimana kondisi kualitas air di Sub DAS Gajahwong berdasarkan sumber pencemar di bagian hulu, tengah dan hilir? b. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap kondisi kualitas air Gajahwong? c. Bagaimana sebaiknya strategi pengendalian pencemaran dalam rangka peningkatan kualitas air sungai di Sub DAS Gajahwong?

di Sub Daerah Aliran Gajahwong Daerah Istimewa Yogyakarta 6 Tujuan Penelitian a. Mengkaji kondisi kualitas air di Sub DAS Gajahwong berdasarkan sumber pencemar di bagian hulu, tengah dan hilir. b. Mengkaji persepsi masyarakat terhadap kondisi kualitas air Gajahwong. c. Merumuskan strategi pengendalian pencemaran dalam rangka peningkatan kualitas air sungai di Sub DAS Gajahwong. 4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini di antaranya adalah : a. Sebagai referensi dan masukan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman, Bantul, dan Kota Yogyakarta, serta Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam pengambilan keputusan untuk menyusun kebijakan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. b. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi pengembangan penelitian terkait dengan pengendalian pencemaran air. 5. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran pustaka, peneliti menemukan beberapa penelitian mengenai kualitas air di Sub DAS Gajahwong dan program pengendalian pencemaran serta peningkatan kualitas air sungai. Peneliti mencoba

di Sub Daerah Aliran Gajahwong Daerah Istimewa Yogyakarta 7 membandingkan penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan saat ini. Widyastuti dan Marfa i (2004) melakukan penelitian mengenai kualitas air di Gajahwong terkait daya tampung terhadap beban pencemaran. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kualitas air secara fisik, kimia dan biologi terdapat fluktuasi nilai, kecenderungan meningkat ke arah hulu. Pemanfaatan lahan di Sub DAS Gajahwong memepengaruhi kualitas air sungai dan diidentifikasi sebagai sumber pencemar. Peneliti mengasumsikan bahwa saat ini kondisi kualitas air di Sub DAS Gajahwong masih berada di atas baku mutu yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliana, et al. (2012). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa kualitas air sungai Prokasih ( Code, Winongo dan Gajahwong) berada di atas ambang batas yang ditentukan. Penentuan kualitas air tersebut dilakukan dengan pengambilan sampel air. Pada penelitian ini, peneliti mencoba mengkaji kondisi kualitas air di Gajahwong berdasarkan data sekunder dari pengambilan sampel tahun 2015. Peneliti mencoba menganalisis berdasarkan hasil identifikasi sumber pencemar mulai dari bagian hulu, tengah dan bagian hilir Sub DAS Gajahwong. Penelitian mengenai kualitas air dengan menganalisis sumber pencemar juga telah dilakukan oleh Setiari, et al. (2012) di Tukad Yeh Sungi di Kabupaten Tabanan dengan metode pengambilan sampel dan analisis Indeks Pencemaran.

di Sub Daerah Aliran Gajahwong Daerah Istimewa Yogyakarta 8 Penelitian mengenai kualitas air dan strategi pengendalian air sungai juga telah dilakukan oleh Agustiningsih (2012) di Blukar Kabupaten Kendal, dengan metode pengambilan sampel air sungai dan pengumpulan data prioritas strategi dilakukan dengan wawancara mendalam. Analisis data mutu air dilakukan melalui metode indeks pencemaran dan analisis prioritas strategi pengendalian pencemaran menggunakan analisis AHP (Analitical Hierarchy Process). Penelitian terkait strategi pengendalian pencemaran air berbasis masyarakat di Sub DAS Gajahwong juga telah dilakukan oleh Lestariningsih (2014). Salah satu tujuan pada penelitian tersebut adalah mengetahui persepsi masyarakat terhadap program pengendalian pencemaran air melalui kuesioner. Selanjutnya, strategi pengendalian pencemaran air dilakukan dengan melakukan analisis SWOT. Menurut Lestariningsih (2014) strategi pengendalian pencemaran air Gajahwong berdasarkan analisis SWOT dilakukan dengan meningkatkan identifikasi sumber pencemar air, pemantauan dan pengawasan terhadap pembuangan limbah, meningkatkan pembinaan terhadap pelaku usaha dan masyarakat, meningkatkan pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendukung pengendalian pencemaran air sungai, serta meningkatkan koordinasi antar pemangku kepentingan. Sementara itu, penelitian mengenai pengendalian pencemaran dan peningkatan kualitas air sungai secara partisipatif juga telah dilakukan oleh Basuki (2010) terhadap kualitas lahan dan air untuk program penatagunaanlahan di Laos. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan Participatory Action Research (PAR), survei lapangan dan survei desa, serta studi literatur. Menurut

di Sub Daerah Aliran Gajahwong Daerah Istimewa Yogyakarta 9 Basuki (2010) integrasi pendekatan ilmiah dan lokal menyediakan formulasi sistem pengendalian pencemaran yang lebih akurat dan bermakna. Sistem pengendalian pencemaran dan peningkatan kualitas air sungai secara partispatif dilakukan berdasarkan lokasi dan fokus kegiatan. Hasil pengendalian pencemaran dan peningkatan kualitas air sungai secara partisipatif diharapkan dapat menjadi informasi untuk membuat laporan kepada pengambil kebijakan mengenai dampak tataguna lahan terhadap produktivitas lahan dan kelayakan air minum. Pada penelitian ini peneliti mengkaji kondisi kualitas air di Sub DAS Gajahwong berdasarkan persepsi masyarakat dengan melakukan wawancara mendalam terhadap informan kunci. Selanjutnya persepsi masyarakat tersebut menjadi dasar dalam menyusun strategi pengendalian pencemaran dan peningkatan kualitas air sungai yang berbasis partisipasi masyarakat. Strategi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengelolaan DAS yang selama ini telah dijalankan sehingga dapat membantu masyarakat dalam memanfaatkan DAS secara lebih berkeadilan. Keaslian penelitian sebagaimana telah diuraikan di atas kemudian perbandingan antara beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Adapun perbandingan tersebut dijabarkan dalam bentuk tabel sebagaimana disajikan dalam Tabel

di Sub Daerah Aliran Gajahwong Daerah Istimewa Yogyakarta Tabel Keaslian Penelitian No. Nama Peneliti (Tahun) Widyastuti & Marfa I (2004) Judul Penelitian Kajian Daya Tampung Gajahwong Terhadap Beban Pencemaran Tujuan Penelitian Mengetahui kualitas air sungai; Mengidentifikasi sumber pencemaran potensial; Mengevaluasi daya tampung air sungai terhadap beban pencemaran. Metode Penelitian Observasi, pengukuran lapangan, uji laboratorium terhadap sampel air sungai, metode neraca massa. Hasil/Temuan Penelitian Yuliana, et al. (2012) Pengaruh Program Kali Bersih terhadap Kesehatan Kawasan Lingkungan di Yogyakarta Mengevaluasi Program Kali Bersih (Prokasih) melalui parameter kualitas air sungai; Mengetahui pengaruh Prokasih terhadap kesehatan lingkungan sungai; Mengetahui tingkat kesadaran masyarakat sekitar sungai Prokasih. 10 Pengambilan sampel air, kuesioner dan wawancara, analisis regresi sederhana dan berganda. Kualitas air Gajahwong baik secara fisik, kimia, maupun biologi pada lokasi pengamatan terdapat fluktuasi nilai, kecenderungan konsentrasi meningkat ke arah hulu; kecuali logam berat (Cr, Cu, Cd) tidak terdeteksi. Pemanfaatan lahan pada DAS Gajahwong mempengaruhi kualitas air sungai dan diidentifikasi sebagai sumber pencemar; Daya tampung Gajahwong terhadap beban pencemaran di bagian hulu dan bagian tengah sangat baik, sedangkan semakin ke arah hilir kurang baik. Program Kali Bersih belum cukup mampu mencapai tujuan program, terlihat dari masih lemahnya sistem kelembagaan dan rendahnya kesadaran dunia usaha, mengakibatkan kualitas air sungai Prokasih (parameter kualitas air menurut PP No.82 tahun 2001) berada di atas ambang batas yang ditentukan. Rendahnya kualitas air sungai akan berdampak kepada masyarakat pengguna air tersebut, sementara program kali bersih tidak berdampak

di Sub Daerah Aliran Gajahwong Daerah Istimewa Yogyakarta 11 No. Nama Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil/Temuan Penelitian Setiari, et al. (2012) Lanjutan Tabel 1 4. Lestariningsih (2014) Identifikasi Sumber Pencemar dan Analisis Kualitas Air Tukad Yeh Sungi di Kabupaten Tabanan dengan Metode Indeks Pencemaran Strategi Pengendalian Pencemaran Air Berbasis Masyarakat di DAS Gajahwong 4. Menentukan karakter sumber pencemar yang berdampak pada perubahan kualitas air secara fisik, kimia, dan biologi pada teugah dan hilir. Menentukan Indcks Pencemaran pada hulu, tengah dan hilir Tukad Yeh Sungi. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Metode pengambilan sampel air adalah sampel gabungan (composite sample). Metode untuk mengetahui Status Mulu Air dengan Metode lndeks Pencemaran Mengetahui dampak pencemaran air sungai; Mengetahui persepsi masyarakat terhadap program pengendalian pencemaran air; Mengetahui kesukarelaan membayar (WTP) program pengendalian pencemaran air; Mengetahui faktor yang Kuesioner dan wawancara, analisis regresi liner berganda, analisis deskritif kualitatif dan kuantitatif, analisis SWOT terhadap peningkatan kesehatan lingkungan sungai. Tingkat kesadaran masyarakat secara individual cukup tinggi dalam menjaga kualitas air sungai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas pada Tukad Yeh Sungi didominasi oleh kegiatan pertanian, pemukiman, petemakan dalam skala rumah tangga dan industri yang terdapat di daerah hilir. Status mutu Tukad Yeh Sungi pada bagian hulu masih memenuhi kualitas air kelas 1 sedangkan pada bagian tengah dan hilir tergolong tercemar ringan. Parameter kualitas air yang melampaui Baku Mutu Air kelas 1 di Tukad Yeh Sungi yaitu Total Fosfat dan Faecal coliform pada bagian tengah dan bagian hilir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencemaran air Gajahwong berdampak buruk terhadap kegiatan ekonomi responden di bagian hulu, sedangkan di bagian tengah berdampak pada kesehatan dan di bagian hilir berdampak pada kegiatan sehari-hari. Tingkat persepsi responden terhadap program pengendalian pencemaran air sungai di hulu lebih tinggi dibandingkan persepsi responden di

di Sub Daerah Aliran Gajahwong Daerah Istimewa Yogyakarta 12 No. Nama Peneliti (Tahun) Judul Penelitian 5. Tujuan Penelitian mempengaruhi nilai WTP; Menyusun strategi pengendalian pencemaran air Gajahwong Metode Penelitian Hasil/Temuan Penelitian 4. 5. 5. Agustiningsih, et al. (2012) Kajian Kualitas Air Blukar Kabupaten Kendal dalam Upaya Pengendalian Menganalisis kondisi kualitas air sungai Blukar; Menyusun strategi pengendalian Analisis kualitas air dilakukan dengan penentuan status mutu air menggunakan metode indeks pencemaran, analisis kegiatan masyarakat dengan deskriptif tengah dan hilir. Nilai kemauan membayar program tersebut di hilir lebih tinggi yaitu Rp 4.700,00/ KK/ bulan. Faktor yang pengaruhnya positif terhadap nilai WTP baik di hulu, tengah, dan hilir adalah pendapatan rumah tangga dan persepsi, sedangkan faktor yang pengaruhnya berbanding terbalik dengan WTP yaitu umur responden, jumlah anggota rumah tangga, dan pengeluaran. Strategi pengendalian pencemaran air Gajahwong berdasarkan analisis SWOT dilakukan dengan meningkatkan identifikasi sumber pencemar air, pemantauan dan pengawasan terhadap pembuangan limbah, meningkatkan pembinaan terhadap pelaku usaha dan masyarakat, meningkatkan pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendukung pengendalian pencemaran air sungai, serta meningkatkan koordinasi antar pemangku kepentingan. Kualitas air sungai Blukar mengindikasikan bahwa telah terjadi penurunan kualitas air dari hulu ke hilir yang ditandai dengan nilai indeks pencemaran yang cenderung

di Sub Daerah Aliran Gajahwong Daerah Istimewa Yogyakarta Lanjutan Tabel 1 No. Nama Peneliti (Tahun) 13 Judul Penelitian Tujuan Penelitian pencemaran air sungai. Pencemaran Air Metode Penelitian kualitatif, serta strategi pengendalian pencemaran dengan AHP. 6. Basuki (2010) Formulasi Pemantauan Partisipatif Kualitas Lahan dan Air untuk Program Penatagunaan Lahan di Laos Memformulasikan sistem pemantauan partisipatif untuk evaluasi dampak penatagunaan lahan terhadap produktivitas lahan dan kualitas air minum. Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan penelitian aksi partisipatif (PAR/participatory action research) dan survei lapangan serta survei desa. 7. Arumi (2017) Kajian Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi Kualitas Air Analisis kualitas air dilakukan dengan penentuan status mutu air menggunakan metode Mengkaji kondisi kualitas air di Sub DAS Gajahwong berdasarkan Hasil/Temuan Penelitian semakin meningkat, yaitu dengan nilai indeks pencemaran berkisar antara 0,49 sampai 3,28. Status mutu air sungai Blukar telah tercemar dengan status cemar ringan. Strategi pengendalian pencemaran air sungai difokuskan pada peningkatan peran masyarakat baik masyarakat umum, petani maupun industri dalam upaya pengendalian pencemaran air melalui kegiatan sanitasi berbasis masyarakat, pengurangan penggunaan pupuk tunggal dan pestisida serta pengelolaan limbah industri. Integrasi pendekatan ilmiah dan lokal menyediakan formulasi sistem pengendalian pencemaran yang lebih akurat dan bermakna. Sistem pengendalian pencemaran dan peningkatan kualitas air sungai secara partispatif dilakukan berdasarkan lokasi dan fokus kegiatan. Hasil pengendalian pencemaran dan peningkatan kualitas air sungai secara partisipatif diharapkan dapat menjadi informasi untuk membuat laporan kepada pengambil kebijakan mengenai dampak tataguna lahan terhadap produktivitas lahan dan kelayakan air minum Hasil analisis kualitas air Gajahwong menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan kualitas air dari

di Sub Daerah Aliran Gajahwong Daerah Istimewa Yogyakarta 14 No. Nama Peneliti (Tahun) Judul Penelitian dan Strategi Pengendalian Pencemaran di Sub Daerah Aliran Gajahwong Daerah Istimewa Yogyakarta Tujuan Penelitian sumber pencemar di bagian hulu, tengah dan hilir. Mengkaji persepsi masyarakat terhadap kondisi kualitas air Gajahwong. Merumuskan strategi pengendalian pencemaran dalam rangka peningkatan kualitas air sungai di Sub DAS Gajahwong. Metode Penelitian Hasil/Temuan Penelitian STORET, analisis persepsi masyarakat dengan deskriptif kualitatif metode induktif, serta analisis strategi pengendalian pencemaran. hulu ke hilir yang ditandai dengan nilai STORET di hulu -91, di tengah 94, dan di hilir -96, dengan status cemar berat. Sumber pencemar tak tentu di bagian hulu didominasi oleh penggunaan lahan pertanian, di bagian tengah dan hilir permukiman. Sumber pencemar tertentu di bagian hulu berasal dari kegiatan hotel, di bagian tengah dan hilir berasal dari kegiatan restoran. Persepsi masyarakat terhadap kualitas air sungai mencakup kondisi Sub DAS Gajahwong dan permasalahannya, pemanfaatan sungai, penyebab dan dampak pencemaran sungai, upaya pengendalian pencemaran sungai, peran pemerintah, kepedulian dan peran serta masyarakat, serta hak dan kewajiban terhadap lingkungan, sehingga muncul konsep peningkatan kualitas air, kebijakan pemerintah, partisipasi masyarakat dan keadilan terhadap lingkungan Strategi pengendalian pencemaran air sungai di Sub DAS Gajahwong dilakukan melalui aspek pengelolaan, hukum, kelembagaan dan lingkungan.