HALAMAN PENGESAHAN...

dokumen-dokumen yang mirip
HALAMAN PENGESAHAN...

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LEMBAR PETA...

DAFTAR ISI SARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... xvii. DAFTAR LAMPIRAN... xviii BAB I PENDAHULUAN...

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, 20 Desember Penyusun III

BAB I PENDAHULUAN I.1

SKRIPSI. Oleh : ARIE OCTAVIANUS RAHEL NIM

II.3. Struktur Geologi Regional II.4. Mineralisasi Regional... 25

BAB III METODELOGI PENELITIAN

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Gambar 2.1 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 3.6 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.

BAB 2 METODOLOGI DAN KAJIAN PUSTAKA...

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL

GEOLOGI DAERAH CISURUPAN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

I.1 Latar Belakang Masalah I.4 Lokasi Daerah Penelitian I.6 Penelitian Terdahulu dan Keaslian Penelitian... 4

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum

BAB VI KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN

BAB II. METODELOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1.

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989).

STUDI ALTERASI DAN MINERALISASI DAERAH TAMBAKASRI DAN SEKITARNYA, KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN KABUPATEN MALANG, PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia terhadap mineral logam semakin tahun semakin

SKRIPSI FRANS HIDAYAT

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

DAFTAR ISI. SKRIPSI... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR...

BAB II TATANAN GEOLOGI DAN HIDROGEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II DASAR TEORI

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa merupakan daerah penghasil sumber daya tambang dengan

GEOLOGI DAN STUDI UBAHAN HIDROTERMAL DAERAH PROSPEKSI AIR BUNGINAN, KECAMATAN AIR MURING, KABUPATEN KETAUN, BENGKULU

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia khususnya Pulau Jawa memiliki banyak gunung api karena

Bab I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tentang seluruh aspek pembentukan batuan mulai dari sumber, proses primer

BAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur 1

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI DISKUSI. Dewi Prihatini ( ) 46

BAB 1. PENDAHULUAN...

3.2. Mineralogi Bijih dan Gangue Endapan Mineral Tekstur Endapan Epitermal Karakteristik Endapan Epitermal Sulfidasi Rendah...

DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...ii. HALAMAN PERSEMBAHAN...iii. UCAPAN TERIMAKASIH...iv. KATA PENGANTAR...vi. SARI...

BAB I PENDAHULUAN. batuan dan kondisi pembentukannya (Ehlers dan Blatt, 1982). Pada studi petrologi

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB V SEJARAH GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan di bidang otomotif, elektronik dan sebagainya. Endapan timah dapat ditemukan dalam bentuk bijih timah primer dan

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN UCAPAN TERIMAKASIH KATA PENGANTAR SARI DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB 1 PENDAHULUAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitan

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bijih besi, hal tersebut dikarenakan daerah Solok Selatan memiliki kondisi geologi

GEOLOGI DAERAH SARIMEKAR DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SUMEDANG - JAWA BARAT

STUDI ALTERASI DAN MINERALISASI EMAS BERDASARKAN ANALISIS PETROGRAFI CONTO INTI PEMBORAN DAERAH ARINEM, KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

GEOLOGI DAN KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING DAN BATUPASIR, DAERAH GUNUNG KIDUL DAN SEKITARNYA, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada aspek geologi serta proses sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian.

GEOLOGI DAN STUDI ASPEK PANASBUMI SUMUR KMJ-X AREA PANASBUMI KAMOJANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWABARAT

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 1

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas subduksi antara lempeng Indo-Australia dengan bagian selatan dari

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran masuk

GEOLOGI DAERAH RENDEH DAN SEKITARNYA KABUPATEN BANDUNG BARAT-JAWA BARAT TUGAS AKHIR A

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem bijih porfiri berasal dari fluida magmatik hidrotermal bertemperatur tinggi,

Geologi Daerah Tajur dan Sekitarnya, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Tantowi Eko Prayogi #1, Bombom R.

GEOLOGI DAN ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI DAERAH DESA SUKARAMA DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BOJONGPICUNG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT TUGAS AKHIR A

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

Foto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai ciri-ciri umum holokristalin, subhedral-anhedral, tersusun atas mineral utama

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III ALTERASI HIDROTERMAL

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Transkripsi:

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PENGAKUAN/ DECLARATION... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... i ii iv v vi vii ix x xi xiii xviii BAB 1. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latarbelakang... 1 1.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian... 8 1.3 Sejarah Eksplorasi dan Peneliti Terdahulu... 9 1.4 Rumusan Masalah Penelitian... 17 1.5 Maksud dan Tujuan Penelitian... 18 1.6 Asumsi-Asumsi... 18 1.7 Hipotesis Penelitian... 19 1.8 Ruang Lingkup Penelitian... 20 1.9 Manfaat Penelitian... 20 BAB 2. METODOLOGI PENELITIAN... 21 2.1 Tahapan Penelitian... 21 2.2 Pengumpulan Data... 22 2.2.1 Pemetaan Geologi Permukaan... 23 2.2.2 Pengukuran Struktur... 23 2.2.3 Pengambilan Sampel... 24 2.3 Pengolahan Data... 24 2.3.1 Analisis Struktur... 24 2.3.2 Analisis-Analisis Laboratorium... 26 2.4 Diagram Alir Penelitian... 28 BAB 3. GEOLOGI REGIONAL... 29 3.1 Fisiografi Pulau Jawa Bagian Timur... 29 3.2 Stratigrafi Regional... 31 3.3 Struktur Geologi Regional... 33 3.4 Tatanan Tektonik Regional... 35 BAB 4. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN... 40 4.1 Geomorfologi Daerah Penelitian... 40 4.1.1 Satuan Pegunungan Vulkanik (V1)... 40 4.1.2 Satuan Lembah Vulkanik (V2)... 41 4.1.3 Satuan Lembah Struktural (S1)... 42 xi

4.2 Stratigrafi Daerah Penelitian... 43 4.2.1 Satuan Andesit Lava Mandalika... 43 4.2.2 Satuan Breksi Polimik Mandalika... 45 4.2.3 Satuan Intrusi Dasit... 46 4.2.4 Satuan Intrusi Andesit Hornblende... 48 4.2.5 Satuan Intrusi Andesi Piroksen... 49 4.2.6 Satuan Endapan Alluvial... 51 4.3 Struktur Geologi Daerah Penelitian... 52 4.3.1 Struktur Sesar... 52 4.3.2 Struktur Kekar... 54 4.3.3 Struktur Urat... 55 BAB 5. ANALISIS STRUKTUR... 57 5.1 Langkah-langkah Pembuatan Stereonet Data Kekar dan Urat... 57 5.2 Analisis Struktur Kekar... 58 5.3 Analisis Struktur Urat... 60 BAB 6. PETROLOGI DAN GEOKIMIA... 67 6.1 Analisis Petrografi Batuan Beku... 67 6.1.1 Petrografi Andesit Lava... 67 6.1.2 Petrografi Dasit... 69 6.1.3 Petrografi Andesit Hornblende... 72 6.1.4 Petrografi Andesit Piroksen... 74 6.2 Analisis XRD Batuan Beku dan Urat Kuarsa... 76 6.2.1 Analisis XRD Batuan Beku... 76 6.2.2 Analisis XRD Urat Kuarsa... 79 6.3 Analisis Geokimia XRF Batuan Beku dan Urat Kuarsa... 90 6.3.1 Analisis Geokimia Batuan Beku... 90 6.3.2 Analisis Geokimia Urat Kuarsa... 93 6.4 Analisis Mineragrafi Batuan Beku dan Urat Kuarsa... 98 6.4.1 Analisis Mineragrafi Batuan Beku... 99 6.4.2 Analisis Mineragrafi Urat Kuarsa... 102 BAB 7. PARAGENESA URAT KUARSA... 108 7.1 Tahap I... 110 7.2 Tahap II... 113 BAB 8. KESIMPULAN... 119 DAFTAR PUSTAKA... 121 DAFTAR LAMPIRAN... 125 xii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Peta distribusi busur magmatik dan aneka tipe endapan 4 mineral di Indonesia di Indonesia (digambar ulang oleh Carlile & Mitchell, 1994; dalam Setiadji & Maryono, 2012; dan Sutarto, 2016). Gambar 1.2 Peta distribusi endapan mineral di Pulau Jawa (dimodifikasi 5 oleh Setiawan & Yudawinata, 2000; Setijadji, dkk., 2006; Setijadji & Maryono, 2012; dan Sutarto, 2016). Gambar 1.3 Skema struktural Asia bagian timur dan daerah Pasifik 6 bagian barat (Rangin, dkk., 1990; dalam Abdullah, dkk., 2003). Gambar 1.4 Sistem rekahan dan urat pada seting tektonik subduksi 7 ortogonal (Corbett & Leach, 1997). Gambar 1.5 Peta lokasi daerah penelitian. 9 Gambar 1.6 Peta relief-shaded regional Pulau Jawa yang menunjukkan 11 distribusi keterdapatan endapan mineral logam pada kelurusan sesar utama (Ismayanto, dkk., 2007). Gambar 1.7 Jalur magmatisme/ vulkanisme Pulau Jawa (Soeria- 13 Atmadja, dkk., 1994). Gambar 2.1 Contoh analisis struktur menggunakan program Dips versi 26 5.1. Gambar 2.2 Hubungan potong-memotong (cross-cutting) antar urat 26 kuarsa. Gambar 2.3 Diagram alir penelitian. 28 Gambar 3.1 Fisiografi dan geologi sederhana Pulau Jawa bagian timur, 29 menunjukkan empat zona fisiografi dan unit-unit stratigrafi (Smyth, dkk., 2008). Gambar 3.2 Kolom kesebandingan stratigrafi Tersier Pegunungan 31 Selatan Jawa Timur dari beberapa Peneliti terdahulu. Gambar 3.3 Peta geologi regional lembar Pacitan (Samodra, dkk., 33 1992). Gambar 3.4 Pola struktur utama Pulau Jawa dan sekitarnya (kompilasi 35 dari Pulonggono & Martodjojo, 1994; Sribudiyani, 2003; Satyana, 2007; dalam Sutarto, 2016). Gambar 3.5 Peta tatanan tektonik Asia Tenggara (Hall, 2001). 36 Gambar 3.6 Kerangka tektonik Pulau Jawa (modifikasi Baumann, 37 1982; dalam Gorsel, dkk., 1989; dan Simandjuntak & Barber, 1996). Gambar 4.1 Kenampakan morfologi di daerah penelitian. 40 Gambar 4.2 Kenampakan morfologi Satuan Pegunungan Vulkanik 41 (V1). Gambar 4.3 Kenampakan morfologi Satuan Lembah Vulkanik (V2). 41 Gambar 4.4 Kenampakan morfologi Satuan Lembah Struktural (S1). 42 Gambar 4.5 Peta geomorfologi daerah penelitian (digambar oleh 43 penulis, 2018; mengacu pada klasifikasi Van Zuidam, 1983). Gambar 4.6 Kenampakan singkapan andesit lava terkekarkan lokasi LP-71. 44 xiii

Gambar 4.7 Kenampakan singkapan andesit lava terkekarkan lokasi 44 LP-29. Gambar 4.8 Kenampakan singkapan breksi polimik lokasi LP-14. 45 Gambar 4.9 Kenampakan singkapan breksi polimik terubah argilisasi 46 berhubungan menjari dengan andesit lava lokasi LP-11. Gambar 4.10 Kenampakan singkapan batuan beku intrusi dasit yang 47 mengalami ubahan propilitisasi lokasi LP-01. Gambar 4.11 Kenampakan singkapan batuan beku intrusi dasit yang 47 mengalami ubahan argilisasi lokasi LP-44. Gambar 4.12 Kenampakan singkapan batuan beku intrusi dasit yang 48 mengalami ubahan silisifikasi lokasi LP-50. Gambar 4.13 Kenampakan singkapan batuan beku intrusi andesit 49 hornblende lokasi LP-58. Gambar 4.14 Kenampakan singkapan batuan beku intrusi andesit 49 hornblende lokasi LP-27. Gambar 4.15 Kenampakan singkapan batuan beku andesit piroksen 50 lokasi LP-19. Gambar 4.16 Kenampakan singkapan batuan beku andesit piroksen 50 lokasi LP-43. Gambar 4.17 Kenampakan endapan alluvial dan singkapan dasit pada 51 Sungai Grindulu di sebelah barat daerah penelitian. Gambar 4.18 Kolom stratigrafi daerah penelitian (digambar oleh penulis, 52 2018; mengacu pada Samodra, dkk., 1992; dan Sutanto, 2004). Gambar 4.19 Stereografis sesar-sesar di daerah penelitian. 53 Gambar 4.20 Diagram rosette pola umum kekar di daerah penelitian. 54 Gambar 4.21 Kenampakan urat kuarsa jenis tekan yang saling 55 berpotongan di sungai Grindulu lokasi LP-20. Gambar 4.22 Kenampakan urat kuarsa jenis tekan yang memotong urat 56 jenis tarik lokasi LP-38. Gambar 4.23 Kenampakan urat kuarsa jenis tarik di lokasi LP-36, 56 menunjukkan tekstur comb pada urat. Gambar 5.1 Stereografis kekar di daerah penelitian. 59 Gambar 5.2 Model sifat kekar dan urat kuarsa (Purwanto, 2002). 61 Gambar 5.3 Stereografis urat kuarsa di daerah penelitian. 62 Gambar 5.4 Kenampakan singkapan urat kuarsa I jenis tekan yang 63 dipotong oleh urat kuarsa III jenis tekan lokasi LP-04. Gambar 5.5 Perpotongan urat kuarsa I jenis tekan dengan urat kuarsa 64 III jenis tekan di sungai Grindulu lokasi LP-20. Gambar 5.6 Perpotongan urat kuarsa II jenis tarik dengan urat kuarsa 65 III jenis tekan lokasi LP-38. Gambar 5.7 Perpotongan urat kuarsa I jenis tekan dengan urat kuarsa 65 IV jenis tarik lokasi LP-47. Gambar 6.1 Kenampakan megaskopis singkapan andesit lava terubah 68 propilitisasi lokasi LP-71. Gambar 6.2 Fotomikrografi sayatan tipis andesit lava sebagian terubah TLB-11 lokasi LP-71. 68 Gambar 6.3 Kenampakan megaskopis singkapan dasit terubah 70 propilitisasi lokasi LP-09. xiv

Gambar 6.4 Fotomikrografi sayatan tipis dasit sebagian terubah TLB- 11 lokasi LP-09. 70 Gambar 6.5 Kenampakan megaskopis singkapan dasit terubah 71 argilisasi lokasi LP-31. Gambar 6.6 Fotomikrografi sayatan tipis dasit sebagian terubah TLB- 72 25 lokasi LP-31.. Gambar 6.7 Kenampakan megaskopis singkapan andesit hornblende 73 terubah propilitisasi lokasi LP-58. Gambar 6.8a Fotomikrografi sayatan tipis andesit hornblende sebagian 73 terubah TLB-75 lokasi LP-58. Gambar 6.8b Fotomikrografi sayatan tipis andesit hornblende sebagian 74 terubah TLB-75 lokasi LP-58. Gambar 6.9 Kenampakan megaskopis singkapan andesit piroksen 75 terubah propilitisasi lokasi LP-43. Gambar 6.10 Fotomikrografi sayatan tipis andesit piroksen sebagian 75 terubah TLB-33 lokasi LP-43. Gambar 6.11 Foto conto batuan dasit TLB-02 lokasi LP-02. 76 Gambar 6.12 Grafik analisis XRD conto batuan TLB-02 lokasi LP-02 77 Gambar 6.13 Foto conto batuan TLB-76A lokasi LP-18 77 Gambar 6.14 Grafik analisis XRD conto batuan TLB-76A lokasi LP-18. 78 Gambar 6.15 Foto conto batuan TLB-54 lokasi LP-50. 78 Gambar 6.16 Grafik analisis XRD conto batuan TLB-54 lokasi LP-50. 79 Gambar 6.17 Foto conto urat kuarsa I jenis tekan TLB-66A lokasi LP- 80 04. Gambar 6.18 Grafik analisis XRD conto urat I jenis tekan TLB-66A 80 lokasi LP-04. Gambar 6.19 Foto conto urat kuarsa II jenis tarik TLB-65 lokasi LP-06 81 Gambar 6.20 Grafik analisis XRD conto urat II jenis tarik TLB-65 lokasi 81 LP-06. Gambar 6.21 Foto singkapan dari conto urat III jenis tekan TLB-22 82 lokasi LP-35. Gambar 6.22 Grafik analisis XRD conto urat III jenis tekan TLB-22 82 lokasi LP-35. Gambar 6.23 Foto singkapan dari conto urat III jenis tekan TLB-61B 83 lokasi LP-20. Gambar 6.24 Grafik analisis XRD conto urat III jenis tekan TLB-61B 83 lokasi LP-20. Gambar 6.25 Foto singkapan dari conto urat IV jenis tarik TLB-63 84 lokasi LP-16 Gambar 6.26 Grafik analisis XRD conto urat IV jenis tarik TLB-63 84 lokasi LP-16. Gambar 6.27 Ploting mineral sekunder conto urat I TLB-66A pada 86 diagram stabilitas mineral (White & Hedenquist, 1995). Gambar 6.28 Ploting mineral sekunder conto urat II TLB-65 pada 87 diagram stabilitas mineral (White & Hedenquist, 1995). Gambar 6.29 Ploting mineral sekunder conto urat III TLB-61B pada diagram stabilitas mineral (White & Hedenquist, 1995). 88 xv

Gambar 6.30 Ploting mineral sekunder conto urat IV TLB-63 pada 89 diagram stabilitas mineral (White & Hedenquist, 1995). Gambar 6.31 Perajahan batuan beku intrusi andesit hornblende dan dasit 91 di daerah penelitian dalam diagram Peccerrillo & Taylor (1976). Gambar 6.32 Kenampakan singkapan batuan beku intrusi dasit lokasi 91 LP-01. Gambar 6.33 Kenampakan singkapan batuan beku intrusi andesit 92 hornblende lokasi LP-27. Gambar 6.34 Kenampakan singkapan urat kuarsa I jenis tekan lokasi 93 LP-01. Gambar 6.35 Kenampakan singkapan urat kuarsa II jenis tarik lokasi 94 LP-34. Gambar 6.36 Kenampakan singkapan urat kuarsa III jenis tekan lokasi 94 LP-65. Gambar 6.37 Kenampakan singkapan urat kuarsa IV jenis tarik lokasi 95 LP-17. Gambar 6.38 Variasi perbandingan beberapa senyawa oksida utama 97 terhadap SiO 2 pada conto urat-urat kuarsa di daerah penelitian dalam diagram Harker. Gambar 6.39 Variasi perbandingan beberapa senyawa oksida utama 98 terhadap SiO 2 pada conto batuan intrusi dasit dan andesit hornblende di daerah penelitian dalam diagram Harker. Gambar 6.40 Foto megaskopis conto batuan andesit lava TLB-57 lokasi 99 LP-29. Gambar 6.41 Fotomikrografi sayatan mineral bijih conto batuan andesit 100 lava TLB-57 lokasi LP-29. Gambar 6.42 Foto megaskopis conto batuan dasit TLB-52 lokasi LP-45. 100 Gambar 6.43 Fotomikrografi sayatan mineral bijih conto batuan dasit 101 TLB-52 lokasi LP-45. Gambar 6.44 Foto megaskopis conto batuan andesit hornblende TLB-77 102 lokasi LP-27. Gambar 6.45 Fotomikrografi sayatan mineral bijih conto batuan andesit 102 hornblende TLB-77 lokasi LP-27. Gambar 6.46 Kenampakan singkapan dari conto urat kuarsa I jenis tekan 103 TLB-03 lokasi LP-02. Gambar 6.47 Fotomikrografi sayatan mineral bijih conto urat kuarsa I 104 jenis tekan TLB-03 lokasi LP-02. Gambar 6.48 Kenampakan singkapan dari conto urat kuarsa II jenis tarik 105 TLB-49 lokasi LP-36. Gambar 6.49 Fotomikrografi sayatan mineral bijih conto urat kuarsa II 105 jenis tarik TLB-49 lokasi LP-36. Gambar 6.50 Foto megaskopis conto urat kuarsa III jenis tekan TLB-76 106 lokasi LP-18. Gambar 6.51 Fotomikrografi sayatan mineral bijih conto urat kuarsa III 106 jenis tekan TLB-76 lokasi LP-18. Gambar 6.52 Kenampakan singkapan dari conto urat kuarsa IV jenis tarik TLB-64 lokasi LP-16. 107 xvi

Gambar 6.53 Gambar 7.1 Gambar 7.2 Gambar 7.3 Gambar 7.4 Gambar 7.5 Gambar 7.6 Gambar 7.7 Fotomikrografi sayatan mineral bijih conto urat kuarsa IV jenis tarik TLB-64 lokasi LP-16. Kenampakan brecciated dan dilasi pada urat kuarsa I jenis tekan lokasi LP-01. (a) Kenampakan tekstur sisir (comb) pada urat kuarsa II jenis tarik lokasi LP-34; dan (b) kenampakan tekstur dogteeth pada urat kuarsa II jenis tarik lokasi LP-06. Interpretasi hubungan antara urat kuarsa I jenis tekan dan kekar tekan pasangannya dengan dasit. Kenampakan brecciated pada urat kuarsa III jenis tekan lokasi LP-20. Kenampakan tekstur sisir (comb) pada urat kuarsa IV jenis tarik lokasi LP-16. Interpretasi hubungan antara urat kuarsa III jenis tekan dan kekar tekan pasangannya dengan andesit hornblende. Model genesis urat-urat kuarsa di daerah penelitian (digambar oleh penulis, 2018). 107 112 112 113 115 115 116 118 xvii

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Jenis-jenis analisis laboratorium dan tujuannya. 27 Tabel 3.1 Umur radiometrik K-Ar batuan volkanik daerah Pacitan dan 32 sekitarnya (Sutanto, 1993; Sutanto, dkk., 1994; dalam Sutanto, 2004) Tabel 5.1 Hasil pengukuran kekar tekan dan kekar tarik di daerah 60 penelitian. Tabel 5.2 Hasil pengukuran urat kuarsa tekan dan urat kuarsa tarik di 62 daerah penelitian. Tabel 6.1 Hasil analisis XRD conto urat di daerah penelitian. 85 Tabel 6.2 Hasil analisis geokimia major element pada conto batuan dan 90 urat kuarsa. Tabel 7.1 Klasifikasi jenis-jenis urat kuarsa di daerah penelitian 108 berdasarkan hasil analisis struktur. Tabel 7.2 Klasifikasi mineralogi dan temperatur jenis-jenis urat kuarsa 109 di daerah penelitian berdasarkan hasil analisis difraksi sinar-x (XRD). Tabel 7.3 Kandungan senyawa-senyawa oksida utama pada urat kuarsa 110 dan batuan intrusi di daerah penelitian. Tabel 7.4 Sekuen paragenesa urat kuarsa daerah penelitian hubungannya dengan tektonik, magmatik, dan himpunan mineral. 117 xviii