JURNAL TIGA KISAH PIKIRAN SKRIPSI PENCIPTAAN SENI. Untuk memenuhi sebagai persyaratan. Mencapai derajad Sarjana Strata 1. Program Studi Seni Tari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. Penciptaan karya tari ini merupakan penuangan ide serta kreativitas penata

BAB V PENUTUP. perawan tua dan divisualisasikan melalui gerak ketubuhannya menurut apa

TEKNIK GERAK BODY CONTACT PADA KARYA TARI GREGET NYALAMI

BAB V KESIMPULAN. atau gangguan jiwa, dalam karya ini kegilaan tersebut di kemas dengan lebih

BAB IV PENUTUP. Gerak miwir, cangkah, sagah, ongkrok, dan liukan badan merupakan fokus gerak

BAB V PENUTUP. Karya tari Kicak Shrogol merupakan sebuah karya tari yang terinspirasi dari

BAB V PENUTUP. orang penari putri, dua orang penari putra untuk menarikan tari Gendang Beleq

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kreativitas merupakan satu proses pemikiran yang memunculkan

TARI KIPAS MEGA DALAM RANGKA PAMERAN BATIK DI BENTARA BUDAYA YOGYAKARTA 18 JULI 2009 OLEH : WENTI NURYANI

Kata Kunci : In Control, Keseimbangan, Liris

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Bagong Kussudiardja adalah seniman besar Indonesia yang mengabdikan

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

S I L A B U S MATA KULIAH SENI ANAK USIA DINI II. Oleh : INDRA YENI, S.Pd., M.Pd. NIP

MATERI 2 PENCIPTAAN DAN PENATAAN TARI

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. permainan modern seperti game on line dan play station. Dongeng dapat

BAB V PENUTUP. dengan tanah kelahiran Minangkabau-Sumatera Barat. Gagasan disampaikan melalui

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tidak baik dan menimbulkan konflik. Dan sahabat juga harus berani

SEKARTAJI. Kata Kunci: Karakter, Tokoh, dan Sekartaji

BAB V PENUTUP. Institut Seni Indonesia Yogyakarta. terpendam dalam diri masyarakat Baduy Dalam, mereka tetap selalu ingat

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Niat, kerja keras, kerjasama dan kesabaran adalah kunci utama

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini

PROSES PENCIPTAAN TARI SILONGOR DI SMP NEGERI 2 SIMEULUE TIMUR KABUPATEN SIMEULUE ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dan teknik yang berkaitan dengan komposisinya (analisis bentuk at au penataan

NASKAH PUBLIKASI Kendang Juwita

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

BAB IV KESIMPULAN. putri menggunakan properti dhodhog. Tari Reog Dhodhog mulai dikenal oleh

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

BAB IV PENUTUP. ide gagasan pengkombinasian antara prajurit berkuda. kesenian rakyat Jathilan dan prajurit Kavaleri TNI AD, dengan mengilhami

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan

BAB V PENUTUP. kemandirian dan kreatifitas penata tari dalam berkarya. Proses penciptaan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Kata kunci : Tari Srimpi Guitar, koreografi

BAB I PENDAHULUAN. SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur 5-10 tahun. Selain itu dongeng juga

Desain Estetik Dalam Komposisi Tari Berpasangan Oleh: Lilin Candrawati.S.

PENDIDIKAN SENI TARI ANAK USIA DINI MELALUI STIMULUS BERKREASI TARI NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi dan budaya, cerita yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. seni juga mengalami perkembangan. Seni bahkan menyatu dengan kemajuankemajuan

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB IV KESIMPULAN. Di era yang kini semakin banyak seniman-seniman tari yang semakin kreatif

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra

BAB 4 KONSEP DESAIN Premise Penyesalan seorang anak atas apa yang telah dilakukannya terhadap ibunya.

SINEMATOGRAFI DAN SARANA FISIK SINEMATOGRAFI

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel

BAB IV ANALISIS KARYA

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari beragam bentuk dan kisah-kisah pahlawan super yang sudah menjadi

BAB IV KESIMPULAN. Kota Tasikmalaya. Kesenian Angklung Badud adalah suatu pertunjukan berbentuk

V. PENUTUP. A. Kesimpulan

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

BAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan

BAB III KONSEP PERANCANGAN

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

BAB V PENUTUP. agar dapat menggambarkan isi garapan. Kata Mucak Pendak berasal dari

diikutsertakan dalam parade tari nasional mewakili Provinsi Jambi di Taman Layang Pekasih terinspirasi dari proses upacara besaleh Suku Anak Dalam

VISUALISASI CINTA TERLARANG DALAM BENTUK PENYAJIAN KARYA TARI RISTA

BAB IV KESIMPULAN. adalah tari kelompok yang selalu ditarikan secara berpasangan.

BAB III TEORI PENUNJANG

TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA

TARI ANGSA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN DIKLAT SENI BUDAYA SEKOLAH DASAR

TARI SELOKA KUSUMAYUDA

PENYAJIAN VISUAL KOREOGRAFI PENDIDIKAN MBLEKOK NULOG SHEOCIANA RAMELIAH

CAWAN DALAM GARAPAN TARI

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB III TATA DEKORASI. STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami Unsur-unsur Tata Dekorasi (Scenery)

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Garapan Abimanyu Wigna Kiriman: Kadek Sidik Aryawan, Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar

BAB III GAGASAN BERKARYA

Dr.Ir. Edi Purwanto, MT

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah

BAB V PENUTUP. perkawinan Masyarakat Arab di Kota Medan kesimpulan sebagai berikut. a. Upacara Pernikahan Masyarakat Arab di Medan

KENDANG JUWITA. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta DISUSUN OLEH : Ranias Putri Rensibaya

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB V IMPLEMENTASI KARYA. logotype. Menggunakan font linkin park, font ini adalah font yang juga

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling

NASKAH PUBLIKASI FIGURAIBU

BAB I PENDAHULUAN. jazz, blues, rock, dan lain sebagainya. Diantara sekian banyak aliran musik

: Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi SMART?: SEBUAH TAFSIR SOLUSI IDIOT ATAS PENGGUNAAN TEKNOLOGI

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian

INSTITUT SENI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi utama

WATAK-WATEK. Kata Kunci: Karakter, Anak Kembar, dan Watak-Watek

GAMBAR 3 TATA RIAS WAJAH PENARI PRIA DAN WANITA

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA

TARI MANGESTHI DALAM RANGKA DISKUSI DAN PELUNCURAN BUKU THE POLITIC OF OPENING CEREMONY

BAB IV PENUTUP. suatu biara atau tempat ibadah. 1 Biarawati memilih untuk hidup selibat

2015 MODEL PEMBELAJARAN TARI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN RITME GERAK DAN RASA MUSIKAL BAGI GURU SENI BUDAYA DI PROVINSI JAWA BARAT

Jubaidah Monayanti Fathan Jurusan : Pendidikan Seni Drama,Tari dan Musik Anggota Penulis : 1. Riana Diah Sitharesmi 2. Zulkifli S.Pd, M.Sn.

Transkripsi:

JURNAL TIGA KISAH PIKIRAN SKRIPSI PENCIPTAAN SENI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Mencapai derajad Sarjana Strata 1 Program Studi Seni Tari Oleh: YURIKA MEILANI PURWANINGSIH 1411533011 TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI S1 SENI TARI JURUSAN TARI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA Gasal 2018/2019

Tiga Kisah Pikiran Oleh : Yurika Meilani Purwaningsih 1411533011 Tiga Kisah Pikiran adalah judul karya tari yang dipilih penata untuk mewakili karya ini, Tiga Kisah Pikiran diambil dari tiga segmen yang diekspresikan, Pikiran diambil dari setiap manusia memiliki pikiran dan sudut pandang yang berbeda-beda. Karya tari ini mengekspresikan tiga sikap bully yaitu ekspresi sikap tertekan, antipati dan berontak. Tiga Kisah Pikiran merupakan karya tari mengekspresikan bully, pengalaman yang sering dirasakan manusia terkait dengan kekuasaan dan dampak-dampak yang muncul karena adanya bully, sehingga tertarik untuk mengungkapkan ekspresi bully menjadi beberapa segmen dalam karya tari. Karya tari ini merupakan jenis koreografi kelompok yang ditarikan oleh 6 penari putri dengan bentuk tubuh yang berbeda-beda. Gerakan dalam karya ini dominan menggunakan teknik jatuh bangun dan lari. Karya ini terdiri dari tiga segmen yaitu tertekan, antipati dan berontak untuk mengawali setiap segmen karya dimulai dengan penanda musik vocal recording yang berbeda-beda. Kata kunci : Bully, segmen, ekspresi 1

I. PENDAHULUAN Yurika Meilani Purwaningsih yang akrab dipanggil Yurika memiliki kening jenong, hidung pesek, dan rambut kriting. Rambut kriting menjadi ketidaknyamanan Yurika. Menginjak kelas enam Sekolah Dasar mulai ada beberapa teman sekolah yang memanggil dengan panggilan rimba. Panggilan rimba menjadi kegelisahan bahwa saat itu Yurika merasa di bully karena memiliki rambut kriting. Sampai Sekolah Menengah Atas julukan rimba ( si rambut kriting ) selalu menghantui benak dan pikirannya Yurika menjadi gelisah, tidak percaya diri, dan tertekan sehingga selalu menutupi rambut kriting dengan di catok, smooting, memakai hijab, atau topi. Berbagai macam cara dilakukan untuk menutupi rambut kriting. Rasa emosional bully menjadi bagian dari hidup Yurika pada waktu itu. Kasus bully juga masuk dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), pasal yang mengatur tentang penghinaan di depan umum pasal 315 KUHP yang menyatakan bahwa Tiap-tiap penghinaan dengan sengaja yang tidak bersifat pencemaran atau pencemaran tertulis yang dilakukan terhadap seseorang, baik dimuka umum dengan lisan atau tulisan, maupun di muka orang itu sendiri dengan lisan atau perbuatan, atau dengan surat yang dikirimkan atau diterimakan kepadanya, diancam karena penghinaan ringan dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. 1 Pada dasarnya setiap manusia pernah merasakan bullying dengan bentuk yang berbeda dan dampak yang berbeda. Ada yang berdampak positif dan yang berdampak negatif bagi perkembangan manusia yang terkena bully. Dampak positif pembullyan antara lain lebih kuat dan tegar dalam menghadapi suatu masalah, termotivasi untuk menunjukan potensi agar tidak direndahkan lagi, terdorong untuk berintrospeksi diri. Dampak negatif bully antara lain munculnya masalah mental seperti depresi, kegelisan dan gangguan saat tidur, masalah ini 1 Hukumtertulis.blogspotcom. 29 november 2018. Pukul 17.39 2

bisa terjadi hingga dewasa. Munculnya rasa tidak percaya diri, rasa tidak aman saat berada di lingkungan, korban bisa menunjukan sifat kekerasan. Hal ini yang kemudian menjadi kegelisahan sebagai landasan dasar karya ini dibuat nantinya dalam tema besar bully. Bully dalam karya ini bukan tentang pengalaman empiris Yurika tetapi bully yang yang berlandaskan tentang sikap tertekan, sikap antipati dan sikap pemberontakan dari manusia yang menjadi korban bully. Bullying dalam wikipedia dijelaskan sebagai penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. 2 Namun interpretasi bully yang nantinya dalam karya tari ini adalah perilaku agresif yang disengaja untuk menindas seseorang dengan kekerasan, ancaman atau paksaan sampai orang tersebut berada di titik paling bawah sehingga akan muncul sikap tertekan, sikap pemberontakan dan sikap antipati dari manusia yang menjadi korban bully. Dalam perjalanan observasi memperkuat landasan karya ini ditemukan perilaku bully dapat menjadi suatu kebiasaan, ketidakseimbangan kekuasaan sosial ataupun fisik yang berakibat pada mental manusia yang menjadi korban bully. Proses mencipta karya seni dibuat dengan maksud utama untuk mencapai efec-efec kualitas tertentu, yakni memiliki nilai ekspresif. 3 Acuan apapun yang lebih tepat tentang perasaannya biasanya menyebutkan keadaan yang memberikan kesan sesuatu seperti perasaan kegelisahan yang muncul saat di bully. Hal ini merupakan kenyataan, yang diekspresikan dan dibawakan, harus diabstrasikan dari kenyataan tersebut. 4 Oleh karena itu, interpretasi terhadap bully menjadi bermakna, yakni sebagai kebebasan berekspresi dalam karya tari ini untuk mengembangkan tiga landasan utama bullying dalam karya tari ini nantinya yaitu sikap tertekan, sikap antipati dan sikap pemberontakan dari manusia yang menjadi korban bullying. 2 http://id.m.wikipedia.org/wiki/penindasan. 5 september 2018 3 Suzanne K. Langer. 2006. Problems of Art. Terjemahan FX. Wikdaryanto. Bandung: Sunan Ambu Press, 99-100. 4 Suzanne K. Langer. 2006. Problems of Art. Terjemahan FX. Wikdaryanto. Bandung; Sunan Ambu Press, 102. 3

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata tertekan artinya tertindih;menindas. Sikap tertekan dalam karya ini adalah sikap penindasan karena di bully. Pemberontak artinya orang yang melawan atau menentang kekuasaan yang sah; pendurhaka; orang yang sifatnya suka memberontak(melawan), sikap pemberontak dalam karya ini sikap tubuh yang spontanitas memberontak. Antipati artinya penolakan atau perasaan tidak suka yang kuat. Sikap antipati dalam karya ini nantinya akan mengambil sikap acuh tidak memperdulikan orang lain dalam bully. Karya tari ini menghadirkan gerak dengan ekspresi sikap tertekan, sikap antipati dan sikap berontak, dijelaskan secara umum bahwa gerak tari sebagai ekspresi manusia sering dipahami sebagai ungkapan metakinesis. Metakinesis yang berasal dari kata meta dan kinesis; dan kata kinesis biasanya menyebut gerakan-gerakan fisik, sehingga pengertian itu mengandung maksud adanya kesatuan gerak-gerak fisik dan psikis. Menunjuk dengan adanya teori bahwa fisik dan psikis adalah dua aspek yang sesungguhnya satu, maka yang dimaksud gerak metakinesis dalam sebuah koreografi atau tari, mempunyai hubungan erat dengan pengalaman pribadi, mental dan peralatan emosional; dan bagi seorang penari emosional dapat diekspresikan langsung lewat gerak. 5 Sikap tertekan, antipati dan berontak ini jadi memicu tema teknik gerak yang akan di hadirkan. Tertekan akan memunculkan gerak penekanan-penekanan, antipati dengan gerakan menghindar antar penari, berontak dengan gerakan lebih power full. Dari hasil merefleksikan diri dengan kasus bully serta observasi akan sikap tertekan, sikap berontak dan sikap antipati terhadap manusia korban bullying. Oleh karena itu berpangkal dari hasil observasi terhadap tiga sikap umum korban bullying maka hal tersebut sangat menarik untuk diangkat ke dalam sebuah karya tari. 5 Y.Sumandiyo Hadi. 2014. Koreografi Bentuk Teknik Isi, Yogyakarta Cipta Media, p. 13 4

II. PEMBAHASAN A. Rangsang Tari Suatu rangsang dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang mengaktifkan fikir, atau semangat, atau mendorong kegiatan. 6 Rangsang visual dapat timbul dari gambar, patung, obyek, pola, wujud dan sebagainya. 7 Rangsang visual disini terjadi saat proses observasi bertemu dengan hal-hal yang berbentuk tindakan bullying baik berupa rekaman video bullying dari sudut pandang korban maupun pelaku bullying. Selain itu juga hasil pengamatan saat bertemu langsung dengan korban bullying, sehingga terbayang bagaimana jika suasana visual tersebut ditransformasikan ke dalam tubuh penari dalam karya tari ini sehingga akan terjadi suatu imajinasi ruang bullying dalam pertunjukan karya tari ini. Selain rangsang visual, karya ini juga menggunakan rangsang kinestetik. Rangsang kinestetik merupakan gerak atau frase gerak tertentu berfungsi sebagai rangsang kinestetik, sehingga tari tercipta menggunakan cara ini. Dalam hal ini gerak tidak dimaksudkan dalam fungsi komunikatif kecuali sifat alami yang terdapat pada gerak itu sendiri. Meskipun tidak berkecenderungan untuk mengalihkan gagasan apapun, tetapi itu memiliki gaya, suasana, teba dinamis, pola atau bentuk dan aspek-aspek atau frase gerak dapat digunakan dan 6 Jacqueline Smith. 1978. Dance Compotition, A Practical Guide For Teacher, diterjemahkan Ben Suharto, 1985. Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru. Yogyakarta: Ikalasti. p 20 7 Jacqueline Smith. 1978. Dance Compotition, A Practical Guide For Teacher, diterjemahkan Ben Suharto, 1985. Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru. Yogyakarta: Ikalasti. p 23 5

dikembangkan membentuk tari yang merupakan pameran itu sendiri. 8 Hal ini yang menyampaikan banyak pengolahan gerak dalam ekspresi tertekan, antipati dan berontak akibat teror yang ada disekitar. B. Tema Tari Tema merupakan hal yang paling mendasar atau paling penting dalam sebuah karya tari. Tema dalam perancangan karya tari ini adalah literal, yaitu bercerita tentang visualisasi sikap tertekan, sikap pemberontakan dan sikap antipati dari manusia korban pembullyan baik secara umum ataupun secara khusus dari hasil observasi. Tema ini menjadi acuan spesifikasi dalam karya tari untuk menyampaikan maksud bahasa tubuh dan bahasa ekspresi. Penata ingin mencoba memberikan keleluasaan dalam berekspresi untuk setiap tubuh-tubuh yang hadir dalam ukuran yang berbeda. Karya tari ini menyajikan koreografi kelompok dengan postur tubuh yang berbeda-beda, setiap ekspresi penari dengan pengungkapan sikap tertekan berontak dan antipati yang berbeda-beda menjadi kosa ekspresi yang dihadirkan di karya ini. C. Judul Tari Judul merupakan sarana untuk mengidentifikasikan suatu karya, melalui judul dapat diperoleh gambaran tentang apa yang akan ditampilkan pada penonton. Judul dalam karya tari ini adalah Tiga Kisah Pikiran diperoleh pada saat membaca kembali latar belakang karya ini. Tiga Kisah diambil dari persegmen tertekan antipati dan berontak, Pikiran dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Sehingga jika di gabungkan Tiga Kisah Pikiran yang artinya mengisahkan ekspresi dan sikap tertekan antipati dan berontak pembullyan dalam sudut pandang orang yang berbeda-beda. 8 Jacqueline Smith. 1978. Dance Compotition, A Practical Guide For Teacher, diterjemahkan Ben Suharto, 1985. Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru. Yogyakarta: Ikalasti. p 22 6

D. Tipe tari Tipe tari yang ingin disampaikan dalam karya tari ini, yaitu tipe tari studi dan dramatik. Tipe studi berarti bahwa penggarapan tari lebih berkonsentrasi pada tema materi yang terbatas. 9 Tipe tari studi pada karya tari ini mengolah ekspresi dan sikap tertekan, antipati dan pemberontakan dari gerak hasil eksplorasi dan improvisasi. Tipe tari dramatik dalam karya ini memusatkan perhatian pada penggambaran suasana bully. E. Bentuk dan Cara Ungkap Bentuk dan cara ungkap merupakan salah satu cara mengungkapkan maksud dan makna sebuah karya tari baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada koreografi karya ini menggunakan cara ungkap representasional dan simbolik, karena materi gerak pada koreografi ini hampir semua menunjukan makna yang sesungguhnya, tetapi adapula yang menggunakan tanda atau simbol-simbol yang memberikan ruang untuk penonton berimajinasi. Karya tari ini disajikan dengan konsep segmented. Segmented jika digunakan dalam karya tari adalah kumpulan karya-karya pendek dalam setiap segmen memiliki perbedaan bentuk tetapi masih dengan tema yang sama, pada karya tari ini disetiap bagian memiliki perbedaan visual dan ruang tetapi dengan tema yang sama yaitu bully. F. Gerak Gerak merupakan elemen dasar dalam aspek koreografi. Pemilihan gerak pada tari ini adalah hasil dari setelah melakukan pengamatan terhadap objek bully. Gerak-gerak tari yang digunakan dalam karya ini lebih mengekspresikan sikap 9 Jacqueline Smith. 1978. Dance Compotition, A Practical Guide For Teacher, diterjemahkan Ben Suharto, 1985. Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru. Yogyakarta: Ikalasti. p 24. 7

tertekan, antipati dan pemberontakan seseorang terhadap pembullyan, gerak yang akan dikembangkan teknik ekspresi, vibrasi, fall and recovery dikemas dan di komposisikan menurut aspek koreografi kelompok. Sesungguhnya gerakangerakan yang di eksplorasi kemudian disajikan dalam karya ini juga mendapatkan pengaruh dari tarian pop-dance yang berkembang pada era tahun 1970 di Amerika oleh kelompok-kelompok masyarakat minoritas Afro-Amerika dan Latin-Amerika dengan tarian-tarian yang dikenal seperti hip-hop, tap-dance, break-dance. Dari hasil eksplorasi tersebut kemudian di kembangkan melalui aspek ruang waktu dan tenaga yang selanjutnya disusun menjadi satu koreografi yang utuh. 10 G. Penari Penari dalam karya ini berjumlah 6 orang penari putri dengan tubuh yang berbeda-beda dan fleksibel. Pada saat melakukan observasi terhadap tema rata-rata sumber yang ditemukan adalah sebagian besar perempuan sebagai korban bullying, sehingga dalam karya tari ini nantinya berkeinginan untuk menggunakan penari perempuan dan memilih tubuh yang berbeda karena karya ini akan membicarakan manusia korban bully. Penata sengaja memilih postur tubuh dan ketubuhan yang fleksibel, baik itu teknik maupun latar belakang tubuh yang dikategorikan dalam pengalaman penata, dimulai dari fisik yang berbeda mudah terkena bullying karena disini menceritakan setiap manusia yang terkena bully berbeda-beda. H. Musik Tari Karya tari ini menggunakan musik live midi, musik yang dihadirkan dalam karya tari ini digunakan untuk menciptakan suasana sesuai dengan konsep garapan ini. Musik absurd yang akan dipilih untuk karya ini karena berdasarkan pengalaman observasi setiap bertemu sumber selalu suasana yang dirasakan saat melihat dan berbicara tentang bullying ada kesan aneh, mencekam, sedih dan masih banyak lagi suasana lain yang sulit diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Karya tari ini disajikan tiga segmen, segmen pertama penata memilih kata 10 http://id.m.wikipedia.org/wiki/afrika-amerika. 20 november 2017. Pukul 01.10 8

dengan suara sebagai penanda segmen akan dimulai, pada segmen ini ditandai kata dengan suara datar. berlari jauh tanda koma lalu tanda tanya bukan berlarinya tanda seru jauh saja tanda seru kata ini untuk mewakili segmen satu dengan ekspresi dan sikap tertekan. Pada segmen kedua penata memilih penanda kata dengan suara datar apa kenapa hm terus apa hm kenapa hm terus hm hm hm terus kata ini untuk mewakili segmen dua dengan ekspresi dan sikap antipati. kemudian dilanjutkan dengan segmen ketiga untu mengawali segmen ini penata memilih penanda suara. ha ha ha ha ha ha kata ini mewakili segmen ketiga dengan ekspresi dan sikap berontak, selain kata itu ada pula lagu yang mengiringi segmen tiga yaitu lagu balonku. Berikut adalah lirik dari lagu balonku: Lagu : Balonku Cipt : AT Mahmud Balonku ada lima Rupa-rupa warnanya Hijau kuning kelabu Merah muda dan biru 9

Meletus balon hijau DOOR!!! Hatiku sangat kacau Balonku tinggal empat Ku pegang erat-erat Dipilih lantunan lagu balonku yang sudah di aransement komposer dalam karya tari ini, balonku merupakan lagu anak-anak yang sudah familiar dikalangan masyarakat Indonesia. Dipilihnya lagu ini sebagai simbol perwakilan bahwa jika manusia tidak bisa meninggalkan sifat kekuasaannya atau menilai baik dan buruk berarti manusia tersebut belum dewasa, karena sebagian besar hanya anak kecil yang belum bisa mengerti bahwa bully itu salah. I. Rias dan busana Pada karya tari Tiga Kisah Pikiran menggunakan tata rias dan busana yang didapat dari hasil eksplorasi bersama pendukung karya tari ini khususnya antara penari dan penata cahaya selama proses pembuatan karya. Permainan warna busana yang akan menjadi identitas di setiap segmen, namun tetap akan berlandaskan tiga elemen penting dalam bingkai karya tari ini yaitu rias dan busana yang cocok dengan suasana manusia yang sedang mengalami tertekan, pemberontakan dalam dirinya serta sikap antipati. Tata rias dalam karya ini menggunakan tata rias yang tidak mencolok dengan riasan pucat seperti orang yang tertindas. Tata busana dalam karya ini menggunakan kolaborasi warna busana yang cerah. Pemakaian celana boxer dan baju kemeja berdasi untuk memperjelas simbol relasi kekuasaan bahwa bully terkait erat dengan kekuasaan dan ada pembatas di dalamnya dan berbicara tentang mayoritas dan minoritas. Kostum tari juga mendapatkan pengaruh dari tarian pop-dance yang berkembang pada era tahun 1970 di Amerika oleh kelompok-kelompok masyarakat minoritas Afro-Amerika dan Latin-Amerika. J. Pemanggungan Karya tari ini di pentaskan di procenium stage Jurusan Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Dalam karya tari ini bereksplorasi dengan bermain ruang yang ada di procenium stage jurusan tari. 10

Tempat pementasan ini memiliki satu arah sudut pandang, diharapkan penonton dapat menangkap bentuk visualisasi gerak yang dipertunjukan. Oleh sebab itu penata membagi tiga segmen dalam visualisasi ruang yang berbeda. Segmen satu menggunakan ruang apron, pemilihan segmen di apron berhubungan dengan segmen satu yaitu tertekan ekspresi dan bentuk-bentuk tertekan yang dihadirkan penonton bisa ikut merasakan karena di ruang apron jarak yang sangat dekat dengan penonton, segmen dua menggunakan stage dengan keadaan frontcurtain dan backdrop dibuka segmen ini dengan perbedaan ruang stage dan dengan skat yang berbeda, segmen tiga dengan mengangkat sidewing. Tata rupa pentas digunakan sebagai penguat artistik untuk menguastkan suasana sesuai dengan tema yang akan diangkat. Kursi diletakan di pojok kanan dinding belakang backdrop sebagai visualisasi ruang yang nyaman untuk mencurahkan hati. Rolling door 1 visualisasi ruang depresi, rolling door 2 dengan tangga besi visualisasi dimensi ruang dengan apron. Karya Tiga Kisah Pikiran menggunakan properti karet elastis sebagai bentuk kesakitan saat di bully, boneka sebagai permainan antara korban bully dan pelaku bully, kursi di pojok mengimajinasikan tempat perlindungan rumah curahan hati, tangga besi di rolling door 2 mengimajinasikan dimensi ruang yang sangat jauh seperti jiwa yang di penjara. III. EVALUASI A. Segmen I Di dalam segmen pertama adegan karya dilakukan di apron stage. Kemudian muncul empat penari yang sudah on stage dari awal dengan teknis lighting fit in. Dalam penjabaran gerak penari dalam segmen ini menggambarkan tentang tertekannya seorang pada saat mengalami pembullyan yang digambarkan dengan sesama penari saling beradu punggung seakan tidak bisa keluar untuk melepaskan tekanannya, dalam adegan ini penata mencoba mengekspresikan tekanan-tekanan yang dialami orang yang dibully dengan teknik visual permainan pencahayaan yang berfungsi sebagai penekanan ekspresi wajah maupun ekspresi tubuh seseorang yang dibully, contoh teknik pencahayaan menggunakan senter 11

yang diarahkan kewajah dan penggunaan lampu neon di dinding saat dua penari mengekpresikan rasa tertekan saat dibully. Sehingga sampai pada titik dimana seseorang yang tertekan frustasi akan kehidupannya yang digambarkan dengan teknik permainan tali elastis yang dililitkan ketubuh penari lalu ditarik kencang dan dilepaskan sehingga membalik kepada dirinya sebagai bentuk kesakitan saat di bully, sekaligus itu sebagai penanda berakhirnya segmen pertama dalam adegan karya ini. B. Segmen II Segmen kedua penata melakukan pengolahan sudut pandang ruang procenium stage yang tadinya konvensional dengan side wing hitam diganti menjadi side wing putih, karena penata menganalogikan putih simbol dari ketangguhan dan ukuran side wing putih lebih besar dari side wing konvensional hitam agar visual karya pada segmen ini menjadi kecil sebagaimana penata teliti orang yang dibully akan merasa dunianya sempit dan ruang gerak kesehariannya kecil. Di dalam segmen kedua penata menggunakan alur flashback seperti dalam film, diawali dengan visual keberadaan posisi satu penari dengan properti kursi berada di sudut atas sebelah kiri panggung dengan maksud penggambaran ruang setelah terjadinya bullying, selalu tersudutkan dan lebih memilih sendiri dalam penyelesaian masalahnya serta imajinasi tempat untuk mewakili ekspresi dan sikap antipati. Imajinasi bully dalam segmen ini penata menggambarkan dengan beberapa adegan gerak realis maupun simbolis pelaku dan korban bully, contohnya seperti satu penari di tengah memeluk boneka dihimpit dengan empat penari melakukan gerak menyiku satu penari yang berada di tengah serta empat penari memohon ampun dengan gerakan cepat dan lambat menjauh dan penari yang membawa boneka, pada akhirnya penari yang membawa boneka perlahanlahan menghilang dari visual audience sebagai penanda berakhirnya segmen dua. Tata cahaya yang dihadirkan pada segmen dua memfokuskan pada titik properti kursi sedangkan yang lainnya menggunakan teknik pencahayaan general light dari side light, karena untuk memperkuat imajinasi segmen dua yang 12

menggunakan alur flashback sehingga kursi tetap menjadi fokus menyambung cerita. C. Segmen III Segmen ketiga penata mengolahan sudut pandang ruang procenium stage dengan cara diperluas sudut pandang audience, dalam segmen ini penata mengekspresikan bullying dalam gerak yang sudah disterilisasikan dimana setiap manusia yang melakukan bully lebih berkuasa dari segala hal dibandingkan korban bully. Segmen tiga juga merupakan bagaian akhir dari karya tari ini, pada bagian akhir satu penari mengimajinasikan manusia bisa lepas dari bully jika meninggalkan sifat atau sikap merasa lebih berkuasa dari manusia lain, dalam bagian akhir penata juga menggambarkan bahwa manusia bisa lepas dari korban bully jika memiliki tekat kuat untuk menutup ruang-ruang kesempatan munculnya rasa tertekan dan rasa antipati akibat bully. Tata cahaya yang dihadirkan pada segmen tiga membantu penguatan imajinasi sikap ingin berontak namun tidak melupakan ruang-ruang yang membuat bully terjadi, sampai pada akhirnya ruang-ruang yang mewakili peristiwa terjadinya bully silih berganti hilang dari penglihatan yang tertinggal hanya cahaya simbol melepaskan kekuasaan dan menghilangkan cahaya ruang bully sehingga bully tidak pernah terjadi. IV. KESIMPULAN Karya tari Tiga Kisah Pikiran merupakan karya tari yang mengambil tema tentang bully yang dialami manusia pada umumnya, pengalaman bully yang diambil dari ekspresi dan sikap tertekan, antipati dan berontak. Dampak-dampak yang muncul karena adanya bully mulai dari ketakutan, depresi, sedih, senang, bahagia, dan lain sebagainya. Karya tari ini merupakan bentuk koreografi kelompok yang ditarikan dengan enam penari perempuan dengan tubuh yang berbeda-beda. Karya tari ini 13

terdiri dari tiga segmen yaitu segmen satu tertekan, segmen dua antipati dan segmen tiga berontak. Gerak gerak yang digunakan dalam karya tari ini dominan menggunakan gerakan jatuh bangun dan lari. Karya Tiga Kisah Pikiran menggunakan artistik yang fungsinya sebagai suasana, simbol serta pesan tentang bully yang disampaikan. Seperti karet elastis sebagai bentuk kesakitan saat di bully, boneka sebagai permainan antara korban bully dan pelaku bully, kursi mengimajinasikan tempat perlindungan rumah curahan hati dan tangga besi dengan dimensi ruang yang sangat jauh mengimajinasikan tangga kekuasaan. Ekpresi tubuh yang dihadirkan dipertunjukan sangat mengena bagi penata dan penonton. Penata berhasil membawa penonton untuk merasakan kemunculankemunculan teror dalam bully dengan suara membuka dan menutup rolling door, suara-suara rekaman masalalu, dan dihadirkan dengan spectacle yang muncul secara tiba-tiba. Adanya kemunculan teror yang membuat kegelisahan dan ketidaknyamanan muncul disetiap suasana yang dihadirkan penari dengan tema bully. Seperti yang sudah dijelaskan dipembagian ruang procenium seperti itulah teror ada dimana-mana, kemunculannya ada pada ruang imaji dan visual dalam karya ini. Sebuah apresiasi pertunjukan yang dapat dipetik dari karya ini bahwa setiap manusia mempunyai kekurangan dan kelebihannya masing-masing, dengan adanya karya TIGA KISAH PIKIRAN ingin menyadarkan kita untuk tidak melakukan bully atau menindas satu sama lain. 14

1. Sumber Tertulis DAFTAR SUMBER ACUAN Admadipurwa, Purwadmadi. 2007. Joget Mbagong Di Sebalik Tarian Bagong Kussudiardja. Yogyakarta : Yayasan Bagong Kussudiardja. Ellfeldt, Loise. 1997. A Primer For Choreographiers. Terjemahan Sal Murgiyanto. Pedoman Dasar Penata Tari. Jakarta: Lembaga Pendidikan Kesenian. Hadi, Y Sumandiyo. 2003. Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok. Yogyakarta: Elkaphi.. 2014. Koreografi (Bentuk-Teknik-Isi). Yogyakarta: Cipta Media.. 2017 Koreografi Ruang Proscenium. Yogyakarta : Cipta Media. Holt, Michael.2009. Desain Panggung dan Properti, Disadur ke Bahasa Indonesia oleh Supriatna, Bandung: Sunan Ambu PRESS STSI Khan, Hazrat Inayat.2002.Dimensi Mistik Musik dan Bunyi. Yogyakarta : Pustaka Sufi Kussudiardja, Bagong.2002. Dari Klasik Hingga Kontemporer, Yogyakarta: Padepokan Press, Yayasan Padepokan Seni Bagong Kussudiardja Langer, K Suzanne. Problems of Art. Terjemahan FX Widaryanto. 2006. Bandung: Sunan Ambu Press Martono, Hendro. 2015. Ruang Pertunjukan dan Berkesenian. Yogyakarta: Cipta Media Meri, La. Dance Compotition The Basic Elements. Terjemahan Soedarsono. 1975. Elemen-Elemen Dasar Komposisi Tari. Yogyakarta: Akademi Seni Tari Indonesia. 15

Partanto, Pius M Dahlan Berry.2001.Kamus Ilmiah Populer. Arkola Surabaya Smith, Jacqueline,1985, Dance Compotition A Practical Guide For Teacher. Diterjemahkan Ben Suharto. Komposisi Tari: Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru, Yogyakarta: Ikalasti Soelaeman, Munandar. 1992. Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. Sumaryono. 2011. Antropologi Tari dalam Prespektif Indonesia. Yogyakarta: Media Kreativa. Supratiknya. 1993. A Psikologi Kepribadian2 Teori-teori Holistika(Organismik-Fenomenologi). Yogyakarta: Kanisius media. Wolf, Naomi. 2002. Mitos Kecantikan Kala Kecantikan Menindas Perempuan.terjemahan : Alia Swastika. Anggota Aliansi Penerbit Independen. 2. Sumber Website Hukumtertulis.blogspotcom. 29 november 2018. Pukul 17.39 http://id.m.wikipedia.org/wiki/penindasan. 5 september 2018 Instagram : @ceritadramatis 3. Sumber Audiovisual Cerita Lelaki Penyiram Bunga karya tari Ahmad Susantri Film Wonder City of Darkness 4. Narasumber Ahmad Susantri, 25 tahun, korban bully Dwi Purnomo, 25 tahun, korban bully Titin, 15 tahun, korban bully 16