BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Terkait dengan tujuan penelitian ini yang mengabaikan variabel luar yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

O X O Pretest Perlakuan Posttest

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pre- experiment.

(Luhut Panggabean, 1996: 31)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode pre experimental (Sugiyono, 2009).

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian. mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160).

BAB III METODELOGI PENELITIAN

O 1 X O 2 Pre-test Treatment Post-test

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pada satu kelompok siswa (kelompok eksperimen) tanpa ada kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode Pre-eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Experimental Design

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan dua

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah bertujuan mengetahui efektivitas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penguasaan konsep fisika dan profil keterampilan ICT siswa setelah diterapkan

BAB III METODE PENELITIAN. Terkait dengan keperluan penelitian yaitu untuk melihat peningkatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN. keadaan praktis yang didalamnya tidak mungkin untuk mengontrol semua

1. BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. experimental dan deskriptif. Metode pre experimental digunakan untuk melihat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 3.1. Desain Concurrent Embedded dengan Metode Kuantitatif sebagai Metode Primer dan Metode Kualitatif sebagai Metode Sekunder

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pretest Perlakuan Posttest Observasi. Gambar 3.1. Desain penelitian the one-group pretest-posttest Keterangan : T 1 T 2

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Nana (2009: 52) metode penelitian merupakan rangkaian cara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penguasaan konsep dan keterampilan proses sains antara siswa yang mendapatkan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan menurut Arikunto (2002), yaitu Weak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dapat terjadi, untuk menghindari hal tersebut maka diberikan penjelasan beberapa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi

Gambar 3.1 Desain Penelitian One Group Pretest and Posttest Design.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen ini belu memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan metode eksperimen yaitu metode penelitian yang digunakan

O 1 X O 2. Gambar 3.1 One Group Pretest-Posttest Design

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Randomized Control-Group Pretest-Posttest, karena dalam melakukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam rangka melakukan analisis dan adaptasi terhadap kurikulum, materi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Sintaks model pembelajaran fisika konsep kapasitor keping sejajar

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen semu (kuasi eksperimen), yaitu penelitian yang dilaksanakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengumpulan data, dan teknik analisis data. Penjelasan dari masing-masing

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa menggunakan metode quasi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperiment. Menurut Furqon (2010:19), metode ini dipandang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan sebagai penelitian lebih lanjut dari penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan penjelasan definisi operasional sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mempermudah pembahasan, terlebih dahulu akan diuraikan definisi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode kuasi eksperimen (quasi experiment) atau sering dikenal

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN O 1 X O 2. Gambar 3.1 Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tabel 3.1 Nonequivalent Pretest and Posttest Control Group Design

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini, menggunakan metode pre experiment. Metode ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin melihat dampak dari penerapan model pembelajaran ADI terhadap peningkatan kemampuan berargumentasi, dan penalaran ilmiah siswa. Desain penelitian yang digunakan yaitu one group pretest-posttest. Desain ini hanya menggunakan satu kelompok eksperimen tanpa ada kelompok pembanding. Sampel penelitian dipilih secara random. Pola one group pretest-posttest design ditunjukkan pada Gambar 3.1. Kelas Eksperimen O 1 O 2 O 3 X O 1 O 2 O 3 Gambar 3.1 Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest Design (Fraenkel dan Wallen, 2007) Keterangan: X = Perlakuan berupa model pembelajaran ADI O 1 O 2 O 3 = Pretest-posttest untuk mengukur kemampuan berargumentasi = Pretest-posttest untuk mengukur kemampuan penalaran ilmiah = Pretest-posttest untuk mengukur kemampuan kognitif B. Populasi dan Sampel Penelitian Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) di salah satu SMA Negeri di Kabupaten 36

37 Majalengka semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 4 kelas. Adapun yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA sebanyak 1 kelas yang dipilih secara cluster random sampling karena populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster (Sugiyono, 2012). C. Instrumen Penelitian Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, peneliti membuat seperangkat instrumen penelitian. Instrumen-instrumen tersebut adalah sebagai berikut: 1. Instrumen Tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur kemampuan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Arikunto, 2006). Tes ini terdiri dari tes kemampuan kognitif dan kemampuan berargumentasi siswa. Tes dimaksudkan untuk mengukur peningkatan kemampuan kognitif dan kemampuan berargumentasi siswa pada materi suhu dan kalor yang diberikan. Bentuk tes yang digunakan pada pretest dan posttest ini adalah tes pilihan ganda dengan 5 (lima) pilihan untuk mengukur peningkatan kemampuan kognitif, tes penalaran ilmiah dari Lawson dalam bentuk pilihan ganda, dan tes uraian dengan rubrik penilaian untuk mengukur peningkatan kemampuan berargumentasi. Untuk pretest dan posttetst digunakan soal yang sama dengan pertimbangan bahwa peningkatan kemampuan kognitif, penalaran ilmiah, dan kemampuan berargumentasi siswa benar-benar sebagai efek pemberian perlakuan dan bukan karena pengaruh intsrumen yang diberikan. Adapun butir-butir soal dalam tes kemampuan kognitif meliputi aspek mengingat (remember/c 1 ), memahami (understand/c 2 ), mengaplikasikan (apply/c 3 ), dan menganalisis (analyze/c 4 ). Tes penalaran ilmiah meliputi aspek berpikir proporsional (proportional thinking), berpikir proporsional lanjut (advanced proportional thinking), mengidentifikasi dan mengontrol variabel (identification and control of

38 variables), berpikir probabilistik (probabilistic thinking), berpikir probabilistik lanjut (advanced probabilistic thinking), berpikir korelasional (correlational thinking), berpikir hipotetik-deduktif (hypothetic-deductive thinking), dan penalaran hipotetik-deduktif (hypothetic-deductive reasoning). Sedangkan butirbutir soal dalam tes kemampuan berargumentasi meliputi kemampuan dalam mengajukan klaim, data, pembenaran, dukungan, dan sanggahan. Kisi-kisi soal tes kemampuan kognitif, penalaran ilmiah, dan kemampuan berargumentasi disajikan pada Lampiran B.1, Lampiran B.2, dan Lampiran B.3. 2. Instrumen Non-Tes Instrumen non-tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas guru dan siswa, dan angket tanggapan siswa. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa digunakan untuk melihat sejauhmana keterlaksanaan model pembelajaran Argument-Driven Inquiry (ADI) oleh guru dan siswa. Observasi ini tidak dilakukan oleh guru melainkan oleh observer. Sedangkan angket tanggapan siswa digunakan sebagai data penguat yang dapat mendukung data yang diperoleh menggunakan instrumen tes. Format observasi aktivitas guru dan siswa, serta angket tanggapan siswa, terdapat dalam Lampiran C.1, C.2, dan C.3. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk memperoleh data-data yang mendukung pencapaian tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan ialah melakukan observasi aktivitas guru dan siswa, memberikan angket tanggapan siswa, serta memberikan instrumen tes kemampuan kognitif, penalaran ilmiah, dan kemampuan berargumentasi siswa. 1. Observasi Observasi dilakukan pada dua objek yaitu guru dan siswa yang dilakukan oleh tiga observer. Observasi ini digunakan untuk melihat sejauhmana

39 keterlaksanaan model pembelajaran Argument-Driven Inquiry (ADI) oleh guru dan siswa. Observasi ini dibuat dalam bentuk cheklist ( ) dan disediakan kolom keterangan. Jadi dalam pengisiannya, observer memberikan tanda cheklist ( ) sesuai dengan kriteria penilaian pada kolom yang telah disediakan dan menuliskan komentar pada kolom keterangan apabila ada hal-hal yang perlu dituliskan. Format lembar observasi aktivitas guru dan siswa, serta kriteria penilaiannya dapat dilihat pada Lampiran C.3. 2. Instrumen Tes Instrumen tes yang digunakan dalm penelitian ini dalam bentuk tes pilihan ganda dan uraian. Tes pilihan ganda digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif dan penalaran lmiah. Sedangkan tes uraian menggunakan rubrik penilaian digunakan untuk mengukur kemampuan berargumentasi. Tes kemampuan kognitif siswa yang digunakan dalam penelitian ini dibuat berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl (2001) yang dibatasi pada Aspek mengingat (remember/c 1 ), memahami (understand/c 2 ), menerapkan (apply/c 3 ), dan menganalisis (analyze/c 4 ). Tes penalaran ilmiah digunakan Classroom Test of Scientific Reasoning edisi revisi (2000) oleh Lawson yang mengukur kemampuan berpikir proporsional (proportional thinking), berpikir proporsional lanjut (advanced proportional thinking), mengidentifikasi dan mengontrol variabel (identification and control of variables), berpikir probabilistik (probabilistic thinking), berpikir probabilistik lanjut (advanced probabilistic thinking), berpikir korelasional (correlational thinking), berpikir hipotetik-deduktif (hypothetic-deductive thinking), dan penalaran hipotetikdeduktif (hypothetic-deductive reasoning). Sedangkan tes kemampuan berargumentasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kemampuan mengajukan klaim, data, pembenaran, dukungan, dan sanggahan. Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian adalah sebagai berikut:

40 1) Membuat kisi-kisi instrumen penelitian untuk materi yang dibahas (kecuali tes penalaran ilmiah) 2) Menyusun instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. 3) Meminta pertimbangan (judgement) terhadap instrumen penelitian yang telah dibuat kepada dosen ahli untuk mengukur validitas instrumen yang digunakan. 4) Melakukan uji coba instrumen penelitian terhadap siswa untuk mengukur tingkat kemudahan, daya pembeda, dan relabilitas instrumen. 5) Setelah instrumen yang diujicobakan diolah dengan dihitung tingkat kemudahan, daya pembeda, dan reliabilitasnya maka instrumen itu dapat digunakan untuk melakukan pretest dan posttest jika skor daya pembeda minimal 0,21 (minimal kriteria cukup) dan skor reliabilitasnya minimal 0,40 (minimal kriteria cukup) E. Prosedur Penelitian tahapan, yaitu: Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga 1. Tahap Persiapan Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi: 1) Menentukan masalah yang dikaji. Untuk menentukan masalah yang dikaji, peneliti melakukan studi pendahuluan melalui kegiatan observasi, yaitu mengamati kegiatan pembelajaran fisika di dalam kelas.. 2) Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat mengenai permasalahan yang dikaji. 3) Melakukan studi kurikulum mengenai materi ajar yang dibahas dalam penelitian untuk mengetahui kompetensi dasar yang dicapai. 4) Menyusun Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, dan Skenario Pembelajaran yang mengacu pada tahapan model pembelajaran Argument- Driven Inquiry (ADI) 5) Membuat dan menyusun instrumen penelitian.

41 6) Meminta pertimbangan (judgement) instrumen penelitian kepada dosen ahli untuk mengukur validitas instrumen. 7) Melakukan uji coba instrumen penelitian untuk mengukur tingkat kemudahan, daya pembeda, dan reliabilitas instrumen. 8) Menganalisis hasil uji coba instrumen penelitian dan kemudian menentukan soal yang layak digunakan sebagai instrumen penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi: 1) Memberikan tes awal (pretest) untuk mengukur kemampuan kognitif, penalaran ilmiah, dan kemampuan berargumentasi siswa sebelum diberi perlakuan (treatment). 2) Memberikan perlakuan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Argument-Driven Inquiry (ADI), pada pembelajaran fisika materi Fluida Statis dengan adanya observer selama pembelajaran. 3) Memberikan tes akhir (posttest) untuk mengukur kemampuan kognitif, penalaran ilmiah, dan kemampuan berargumentasi siswa setelah diberi perlakuan. 4) Membagikan angket tanggapan kepada beberapa siswa. 3. Tahap Akhir Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan antara lain: 1) Mengolah data hasil pretest dan posttest serta menganalisis instrumen tes lainnya. 2) Membandingkan hasil analisis data instrumen tes antara sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan untuk melihat dan menentukan apakah terdapat peningkatan kemampuan kognitif, penalaran ilmiah, dan kemampuan berargumentasi siswa setelah diterapkan model pembelajaran Argument- Driven Inquiry (ADI)

42 3) Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data. 4) Memberikan saran-saran terhadap aspek-aspek penelitian yang kurang sesuai. Untuk lebih jelasnya, alur penelitian yang dilakukan dilukiskan pada Gambar 3.2. Tahap Persiapan Studi Pendahuluan Rumusan Masalah Studi Litelatur Solusi Permasalahan Studi Kurikulum Pembuatan Perangkat Pembelajaran Pembuatan Instrumen Penelitian Judgement/Validasi Ahli Instrumen Penelitian Perbaikan Uji Coba dan Analisis Instrumen Penelitian Tahap Pelaksanaan Pretest Penerapan model pembelajaran Argument-Driven Inquiry (ADI) Posttest

43 Tahap Akhir Pengolahan Data Kesimpulan Hierarki kegiatan Pengumpulan data Gambar 3.2 Diagram Alur Proses Penelitian F. Teknik Analisis Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Kualitas instrumen sebagai alat pengambil data harus teruji kelayakannya dari segi validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kemudahan soal. 1. Analisis validitas instrumen uji coba Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Melanjutkan hal tersebut, Sugiono menyatakan bahwa validitas dapat dianalisis dengan meminta pendapat dari ahli (judgement expert), baik itu untuk menganalisis validitas isi maupun validitas konstruk (Sugiyono, 2012). Pengujian validitas konstruk dan isi dilakukan dengan melihat kesesuaian antara konstruk dan isi instrumen dengan materi pelajaran yang diajarkan (meliputi standar kompetensi dan kompetensi dasar), indikator kemampuan kognitif, kemampuan penalaran ilmiah, serta indikator kemampuan berargumentasi.

44 2. Analisis reliabilitas instrumen uji coba Reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg (konsisten) walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Ajeg atau konsisten tidak harus selalu sama, tetapi mengikuti perubahan secara konsisten. Jika keadaan siswa A mula-mula berada lebih rendah dibandingkan dengan siswa B, maka jika diadakan pengukuran berulang, siswa A juga berada lebih rendah dari siswa B. Itulah yang dikatakan ajeg atau konsisten, yaitu sama dalam memposisikan siswa di antara anggota kelompok yang lain. Besarnya kekonsistenan itulah menunjukkan tingginya reliabilitas instrumen tes. Berdasarkan definisi reliabilitas di atas, metode yang digunakan dalam menentukan reliabilitas instrumen tes pada penelitian ini adalah metode tes berulang (test-retest method). Instrumen penelitian yang reliabilitasnya diukur dengan tes berulang dilakukan dengan mencobakan instrumen tes dua kali pada responden. Jadi dalam hal ini instrumen tesnya sama, respondennya sama, tetapi waktunya berbeda. Reliabilitas diukur dengan mengkorelasikan antara uji coba yang pertama dengan yang berikutnya. Berikut persamaan yang digunakan untuk menentukan nilai reliabilitas instrumen tes: r xy i i i i n X Y X Y 2 2 n X X n Y Y 2 2 i i i i... (3.1) Keterangan: r xy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y (Arikunto, 2006) Nilai r xy dihitung dengan bantuan piranti lunak ANATES. Untuk menginterpretasikan nilai r xy yang diperoleh dari perhitungan, digunakan kriteria reliabilitas instrumen tes seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Interpretasi Reliabilitas Instrumen Tes

45 Koefisien Korelasi Kriteria 0,80 < r xy 1,00 Sangat Tinggi 0,60 < r xy 0,80 Tinggi 0,40 < r xy 0,60 Cukup 0,20 < r xy 0,40 Rendah 0,00 < r xy 0,20 Sangat Rendah (Arikunto, 2006) 3. Analisis Tingkat Kemudahan Butir Soal Tingkat kemudahan suatu butir soal merupakan proporsi dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar sehingga tingkat kemudahan butir soal dapat didefinisikan sebagai bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal (Arikunto, 2006). Analisis tingkat kemudahan dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut tergolong mudah atau sukar. Tingkat kemudahan dapat ditulis rumus sebagai berikut (Arikunto, 2006) a) Untuk soal pilihan ganda B P... (3.2) JS (Arikunto, 2006) Keterangan: b) Untuk soal uraian P = tingkat kemudahan B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes (32 siswa) S P... (3.3) SI (Arikunto, 2006) Keterangan: P = tingkat kemudahan S = jumlah skor yang diperoleh siswa

46 SI = jumlah skor ideal Nilai P dihitung dengan bantuan piranti lunak ANATES dan selanjutnya, nilai yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Interpretasi Tingkat Kemudahan Butir Soal Nilai P Kriteria 0,00-0,30 Sukar 0,31-0,70 Sedang 0,71-1,00 Mudah (Arikunto, 2006) 4. Analisis Daya Pembeda Butir Soal Daya pembeda merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. (Arikunto, 2006). Untuk menentukan nilai daya pembeda maka digunakan rumus sebagai berikut: a) Untuk soal pilihan ganda BA BB DP... (3.4) J (Arikunto, 2006) Keterangan: DP = daya pembeda butir soal

47 B A = banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar (9 siswa) B B = banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar (9 siswa) J = banyaknya peserta pada kelompok atas atau bawah (18 siswa) b) Untuk soal uraian S A SB DP... (3.5) SI (Arikunto, 2006) Keterangan: DP = daya pembeda butir soal S A S B SI = jumlah skor kelompok atas = jumlah skor kelompok bawah = jumlah skor ideal kelompok atas atau bawah Nilai DP dihitung dengan menggunakan bantuan piranti lunak ANATES. Nilai DP yang diperoleh selanjutnya diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.3. Tabel 3.3 Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal Nilai DP Negatif Kriteria Soal Dibuang 0,00 0,20 Jelek 0,21 0,40 Cukup 0,41 0,70 Baik 0,71 1,0 Baik Sekali (Arikunto, 2006) G. Hasil Judgement dan Uji Coba Instrumen Tes Hasil pertimbangan dari tiga dosen ahli (judgement expert), diperoleh

48 kesimpulan bahwa dari 25 butir soal kemampuan kognitif, 24 butir soal kemampuan penalaran ilmiah, dan 9 butir soal kemampuan berargumentasi yang di-judgement, seluruhnya sudah memenuhi validitas isi dan validitas konstruk sehingga dapat digunakan untuk keperluan penelitian. Tetapi ada beberapa hal terkait redaksi yang perlu diperbaiki. Adapun hasil uji coba instrumen tes kemampuan kognitif, kemampaun penalaran ilmiah, dan kemampuan berargumentasi dilakukan kepada siswa di sekolah yang sama tetapi berbeda tingkatan kelas. Dalam hal ini uji coba diberikan pada kelas XII yang sudah mendapatkan materi pelajaran yang diujicobakan (fluida statis). Untuk mengingatkan kembali siswa terkait materi pelajaran yang pernah mereka pelajari di kelas XI, maka satu hari sebelum pemberian tes uji coba, peneliti me-review pembelajaran mengenai materi fluida statis. Data hasil uji coba kemudian dianalisis meliputi uji daya pembeda, tingkat kemudahan, dan reliabilitas seperti yang dibahas sebelumnya. Hasil analisis terhadap uji coba instrumen tes kemampuan kognitif yang telah dilakukan, dirangkum pada Tabel 3.4. No Soal Tabel 3.4 Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Kognitif Tingkat Kemudahan Daya Pembeda Nilai Kriteria Nilai Kriteria Keputusan 1 0.78 mudah 0.22 cukup dipakai 2 0.68 sedang 0.33 cukup dipakai 3 0.53 sedang 0.55 baik dipakai 4 0.59 sedang 0.22 cukup dipakai 5 0.65 sedang 0.11 jelek tidak dipakai 6 0.78 mudah -0.11 soal dibuang tidak dipakai

49 No Tingkat Kemudahan Daya Pembeda Soal Nilai Kriteria Nilai Kriteria Keputusan 7 0.65 sedang 0.22 cukup dipakai 8 0.71 mudah 0.44 baik dipakai 9 0.28 sukar 0.22 cukup dipakai 10 0.53 sedang 0.22 cukup dipakai 11 0.28 sukar 0.33 cukup dipakai 12 0.62 sedang 0.22 cukup dipakai 13 0.75 mudah 0.22 cukup dipakai 14 0.53 sedang -0.11 soal dibuang tidak dipakai 15 0.59 sedang -0.22 soal dibuang tidak dipakai 16 0.56 sedang 0.33 cukup dipakai 17 0.62 sedang 0.22 cukup dipakai 18 0.53 sedang 0.11 jelek tidak dipakai 19 0.31 sedang 0.33 cukup dipakai 20 0.28 sukar 0.55 baik dipakai 21 0.50 sedang 0.55 baik dipakai 22 0.28 sukar 0.22 cukup dipakai 23 0.56 sedang 0.44 baik dipakai 24 0.53 sedang 0.55 baik dipakai 25 0.53 sedang 0.44 baik dipakai Reliabilitas Soal (r XY ) 0.63 Tinggi Berdasarkan Tabel di atas, hasil perhitungan menunjukan bahwa tingkat kemudahan dari 25 soal yang diujicobakan dengan kategori mudah sebesar 16% atau sebanyak 4 butir soal, kategori sedang sebesar 68% atau sebanyak 17 butir soal, dan kategori sukar sebesar 16% atau sebanyak 4 butir soal. Daya pembeda dari 25 soal yang diujicobakan dengan kategori soal dibuang sebesar 12% atau sebanyak 3 butir soal, kategori jelek sebesar 8% atau sebanyak 2 butir soal,

50 kategori cukup sebesar 52% atau sebanyak 13 butir soal, kategori baik sebesar 28% atau sebanyak 7 butir soal. Setelah menganalisis hasil uji coba soal tersebut maka soal yang digunakan peneliti berjumlah 20 butir soal dari 25 butir soal yang dibuat, dengan membuang butir soal dengan kategori soal dibuang dan kategori jelek. Selain itu dari tabel tersebut diperoleh informasi bahwa reliabititas tes yang terdiri dari 20 butir soal dinyatakan reliabel dengan kriteria tinggi yaitu 0,63. Berikut komposisi soal setelah ujicoba soal yang digunakan sebagai instrumen tes penelitian kemampuan kognitif. Tabel 3.5 Komposisi Instrumen Tes Kemampuan Kognitif yang Digunakan Level Kemampuan Kognitif Jumlah Soal No Soal C 1 4 1, 2, 8, 13 C 2 7 4,7,12,16,17,21,24 C 3 5 3,10,19,23,25 C 4 4 9,11,20,22 Jumlah soal 20 soal Hasil analisis terhadap uji coba instrumen tes penalaran ilmiah yang telah dilakukan, dirangkum pada Tabel 3.6. No Soal Tabel 3.6 Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Ilmiah Tingkat Kemudahan Daya Pembeda Nilai Kriteria Nilai Kriteria Keputusan 1 0.47 mudah 0.22 cukup dipakai 2 0.47 sedang 0.33 cukup dipakai

51 No Tingkat Kemudahan Daya Pembeda Soal Nilai Kriteria Nilai Kriteria Keputusan 3 0.44 sedang 0.33 cukup dipakai 4 0.41 sedang 0.67 baik dipakai 5 0.47 sedang 0.33 cukup dipakai 6 0.41 sedang 0.33 baik dipakai 7 0.38 sedang 0.33 cukup dipakai 8 0.38 mudah 0.44 baik dipakai 9 0.44 sedang 0.22 cukup dipakai 10 0.31 sedang 0.22 cukup dipakai 11 0.28 sukar 0.33 cukup dipakai 12 0.47 sedang 0.56 baik dipakai 13 0.41 sedang 0.33 cukup dipakai 14 0.34 sedang 0.44 baik dipakai 15 0.47 sedang 0.67 baik dipakai 16 0.41 sedang 0.33 cukup dipakai 17 0.28 sukar 0.33 cukup dipakai 18 0.28 sukar 0.44 baik dipakai 19 0.28 sukar 0.22 cukup dipakai 20 0.28 sukar 0.44 baik dipakai 21 0.38 sedang 0.22 cukup dipakai 22 0.34 sedang 0.33 cukup dipakai 23 0.34 sedang 0.44 baik dipakai 24 0.34 sedang 0.33 cukup dipakai Reliabilitas Soal (r XY ) 0.55 Cukup Berdasarkan Tabel di atas, hasil perhitungan menunjukan bahwa tingkat kemudahan dari 24 soal yang diujicobakan dengan kategori sedang sebesar 79% atau sebanyak 19 butir soal, dan kategori sukar sebesar 21% atau sebanyak 5 butir

52 soal. Daya pembeda dari 24 soal yang diujicobakan dengan kategori soal dibuang dan kategori jelek tidak ada, kategori cukup sebesar 63% atau sebanyak 15 butir soal, kategori baik sebesar 37% atau sebanyak 9 butir soal. Setelah menganalisis hasil uji coba soal tersebut maka soal yang digunakan peneliti berjumlah 24 seluruhya digunakan. Selain itu dari tabel tersebut diperoleh informasi bahwa reliabititas tes yang terdiri dari 24 butir soal dinyatakan reliabel dengan kriteria cukup yaitu 0,55. Berikut komposisi soal setelah ujicoba soal yang digunakan sebagai instrumen tes penelitian kemampuan penalaran ilmiah. Tabel 3.7 Komposisi Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Ilmiah Aspek Penalaran Ilmiah Jumlah Soal No Soal Berpikir proporsional 2 5, 6 Berpikir proporsional lanjut 2 7, 8 Mengidentifikasi dan mengontrol variabel 6 1, 2, 3, 4, 9, 10 Mengidentifikasi, mengontrol variabel, dan berpikir probabilistik 4 11, 12, 13, 14 Berpikir probabilistik 2 15, 16 Berpikir probabilistik lanjut 2 17, 18 Berpikir korelasional 2 19, 20 Berpikir hipotetik-deduktif 2 21, 22 Penalaran hipotetik-deduktif 2 23, 24 Jumlah soal 24 soal Hasil analisis terhadap uji coba instrumen tes Kemampuan berargumentasi yang telah dilakukan, dirangkum pada Tabel 3.8. Tabel 3.8 Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Berargumentasi

53 No Tingkat Kemudahan Daya Pembeda Soal Nilai Kriteria Nilai Kriteria Keputusan 1 0.47 sedang 0.28 cukup dipakai 2 0.44 sedang 0.37 cukup dipakai 3 0.45 sedang 0.31 cukup dipakai 4 0.47 sedang 0.28 cukup dipakai 5 0.48 sedang 0.22 cukup dipakai 6 0.44 sedang 0.33 cukup dipakai 7 0.47 sedang 0.21 cukup dipakai 8 0.44 sedang 0.39 cukup dipakai 9 0.46 sedang 0.39 cukup dipakai Berdasarkan Tabel di atas, hasil perhitungan menunjukkan bahwa tingkat komposisi kemudahan dari sembilan soal yang diujicobakan, seluruhnya memiliki kategori sedang. Daya pembeda dari sembilan soal yang diujicobakan, seluruhnya memiliki kategori cukup. H. Teknik Pengolahan Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data jenis tes dan nontes. 1) Data nilai tes yaitu nilai tes kemampuan kognitif, penalaran ilmiah, dan kemampuan berargumentasi 2) Data nilai non-tes yang terdiri dari data hasil wawancara dengan guru mata pelajaran fisika, data observasi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar fisika sebelum diterapkan perlakuan, data wawancara dengan siswa setelah diterapkan perlakuan, angket tanggapan siswa dan data keterlaksanaan model pembelajaran berupa data hasil observasi. Dari data-data tersebut, data wawancara guru mata pelajaran fisika dan observasi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar fisika digunakan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran

54 fisika sehingga data-data tersebut digunakan untuk merumuskan masalah pada tahap studi pendahuluan. Data nilai tes hasil belajar kognitif, penalaran ilmiah, dan kemampuan berargumentasi digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar kognitif, penalaran ilmiah, dan kemampuan berargumentasi siswa, serta untuk mengetahui hubungan antara kemampuan berargumentasi, penalaran ilmiah dengan kemampuan kognitif. Data wawancara siswa dan angket tanggapan siswa setelah diterapkan perlakuan digunakan untuk mendapatkan data penunjang yang mendukung data instrumen tes. Data keterlaksanaan model pembelajaran diperoleh dari data hasil observasi aktivitas guru dan siswa pada proses pembelajaran. 1. Analisis Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Untuk mengetahui kriteria keterlaksanaan model pembelajaran pada setiap pertemuan, maka diperlukan pengolahan data yang menampilkan data dalam bentuk persentase. Adapun langkah-langkah untuk mengolah data tersebut sebagai berikut: 1) Menghitung jumlah jawaban ya dan tidak yang diisi oleh observer pada format observasi keterlaksanaan pembelajaran. 2) Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan rumus berikut :.3.4 Observer yang menjawab ya atau tidak % Keterlaksanaan Model x 100% Observer seluruhnya Untuk mengetahui kategori keterlaksanaan model pembelajaran Argument- Driven Inquiry (ADI) yang dilakukan oleh guru dan siswa, diinterpretasikan pada Tabel 3.9.

55 KM (%) Tabel 3.9 Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kriteria KM = 0 Tak satu kegiatan pun terlaksana 0 < KM < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana 25 KM < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana KM = 50 Setengah kegiatan terlaksana 50 < KM < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana 75 KM < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana KM = 100 Seluruh kegiatan terlaksana Keterangan: KM = Keterlaksanaan model pembelajaran 2. Analisis Peningkatan Kemampuan Kognitif, Penalaran Ilmiah, dan Kemampuan Berargumentasi Siswa Untuk melihat efektifitas model pembelajaran Argument-Driven Inquiry (ADI) terhadap peningkatan kemampuan kognitif, penalaran ilmiah, dan kemampuan berargumentasi siswa maka dilakukan analisis gain yang dinormalisasi dari skor pretest dan posttest kemampuan kognitif, penalaran ilmiah, dan kemampuan berargumentasi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan antara lain: 1) Memberi skor pada hasil pretest dan posttest Langkah pertama yang dilakukan sebelum pengolahan data adalah memberikan skor pada semua jawaban pretest dan posttest. Untuk tes kemampuan kognitif dan penalaran ilmiah, jawaban benar diberi nilai satu dan jawaban salah atau tidak dijawab diberi nilai nol. Sedangkan untuk tes kemampuan berargumentasi, penilaian didasarkan pada rubrik penilaian yang dibuat peneliti. Pemberian skor dihitung dengan rumus :

56 S = R 3.5 (Arikunto, 2006) Keterangan : S = skor yang diperoleh R= skor masing-masing soal 2) Menghitung skor gain yang dinormalisasi (N-Gain) Gain yang dinormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain yang diperoleh siswa dengan skor gain maksimum yang dapat diperoleh (Hake, 1999: 1), secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: S post S pre g. 3.6 S S m ideal Keterangan: g S post S pre S m ideal pre = gain yang dinormalisasi = skor tes akhir yang diperoleh siswa = skor tes awal yang diperoleh siswa = skor maksimum 3) Menentukan skor rata-rata gain yang dinormalisasi Untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif, penalaran ilmiah, dan kemampuan berargumentasi siswa pada materi ajar fluida statis digunakan data skor rata-rata gain yang dinormalisasi yang diolah dengan menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh Hake (1999), yaitu sebagai berikut. S post S pre g... 3.7 S S Keterangan : <g> m ideal pre = skor rata-rata gain yang dinormalisasi <S post > = skor rata-rata tes akhir yang diperoleh siswa <S pre > = skor rata-rata tes awal yang diperoleh siswa <S m ideal > = skor maksimum

57 Setelah diperoleh kriteria nilai rata-rata gain yang ternormalisasi dari kelas eksperimen dan kelompok kontrol, maka selanjutnya dibandingkan untuk melihat peningkatan kemampuan kognitif, penalaran ilmiah, dan kemampuan berargumentasi siswa. 4) Menginterpretasikan skor rata-rata gain yang dinormalisasi dengan menggunakan Tabel 3.10. Tabel 3.10 Interpretasi Skor Rata-Rata Gain yang Dinormalisasi Nilai <g> Kriteria <g> 0,7 Tinggi 0,7 > <g> 0,3 Sedang <g> < 0,3 Rendah (Hake, R. R. 1999)