BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 dalam Soegondo 2007, dikatakan bahwa Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemi kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan jangka panjang terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah. Sedang sebelumnya WHO 1980 berkata bahwa Diabetes Mellitus merupakan suatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomi dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin absolute atau relative dan gangguan fungsi insulin. Tampaknya terdapat pada keluarga tertentu berhubungan dengan aterosklerosis yang dipercepat, dan merupakan predisposisi untuk terjadinya kelainan microvaskular spesifik seperti retinopati, nepropati, dan neuropati. Jumlah penderita Diabetes mellitus di dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini berkaitan dengan jumlah populasi yang meningkat, life expectancy bertambah, urbanisasi yang merubah pola hidup tradisional ke pola hidup modern, prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan fisik kurang. Diabetes mellitus perlu diamati karena sifat penyakit yang kronik
progresif, jumlah penderita semakin meningkat dan banyak dampak negatif yang ditimbulkan ( Soegondo, 2007). Menurut survei yang di lakukan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO), jumlah penderita Diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2000 terdapat 8,4 juta orang, jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, sedangkan urutan di atasnya adalah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta), dan Amerika Serikat (17,7 juta). Diperkirakan jumlah penderita Diabetes mellitus akan meningkat pada tahun 2030 yaitu India (79,4 juta), Cina (42,3 juta), Amerika Serikat (30,3 juta) dan Indonesia (21,3 juta). Jumlah penderita Diabetes Mellitus tahun 2000 di dunia termasuk Indonesia tercatat 175,4 juta orang, dan diperkirakan tahun 2010 menjadi 279,3 juta orang, tahun 2020 menjadi 300 juta orang dan tahun 2030 menjadi 366 juta orang (Persatuan Endokrinologi Indonesia, 2007). Di Indonesia berdasarkan penelitian epidemiologis didapatkan prevalensi Diabetes mellitus sebesar 1,5% 2,3% pada penduduk yang usia lebih 15 tahun, bahkan di daerah urban prevalensi DM sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar 7,2%. Prevalensi tersebut meningkat 2-3 kali dibandingkan dengan negara maju, sehingga Diabetes mellitus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2003 penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebesar 133 juta jiwa, maka pada tahun 2030 diperkirakan terdapat penderita DM di daerah urban sejumlah 8,2 juta dan di daerah rural sejumlah 5,5 juta. Selanjutnya berdasarkan pola pertambahan penduduk diperkirakan pada tahun 2030 akan terdapat 194 juta penduduk yang berusia di atas 20 tahun maka diperkirakan terdapat penderita sejumlah 12 juta di
daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural (Persatuan Endokrinologi Indonesia, 2007). Faktor utama penyebab diabetes adalah genetik. Namun, ada juga faktor lain, yaitu kelebihan berat badan (obesitas). Untuk mengetahui seseorang menderita diabetes atau tidak, bisa diketahui dari gejalanya. Terdiri dari rasa haus, gatal-gatal, sering kencing, letih, lesu, lemah dan berat badan menurun derastis dan terjadi secara signifikan. Selain gejala-gejala tersebut kadar gula darah dalam darah dan urin pun tinggi. Kadar gula darah normal, yaitu 80-120 mg/dl. Jika ditemukan gejala-gejala diatas, pemeriksaan gula darah ke tenaga adalah pilihan tepat, sebagai pendeteksian awal. Karena jika penyakit ini dibiarkan bisa terjadi komplikasi serius terhadap organ tubuh lain. Pada ginjal, diabetes menimbulkan gagl ginjal. Pada jantung bisa terjadi jantung koroner. Komplikasi pada mata menimbulkan perdarahan pada retina. Komplikasi lain, seperti tekanan darah tinggi, tuberculosisis paru. Penderita diabetes juga harus berhati-hati dengan luka. Jika dibiarkan akan menjadi ganggren. Jika sampai infeksi, organ yang luka bisa diamputasi. (Surya, Harlinawati. 2006) Penderita diabetes mellitus berisiko 29 kali lebih besar terjadi komplikasi ulkus diabetika. Ulkus diabetik merupakan luka terbuka pada permukaan kulit yang disebabkan adanya makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati. Ulkus diabetika mudah berkembang menjadi infeksi karena masuknya kuman atau bakteri dan adanya gula darah yang tinggi menjadi tempat yang strategis untuk pertumbuhan kuman, Ulkus diabetika kalau tidak segera mendapatkan pengobatan dan perawatan, maka akan mudah terjadi infeksi yang
segera meluas dan dalam keadaan lebih lanjut memerlukan tindakan amputasi. (Misnarly, 2006) Ulkus diabetik merupakan komplikasi menahun yang paling ditakuti dan mengesalkan bagi penderita diabetes melitus, baik ditinjau dari lamanya perawatan, biaya tinggi yang diperlukan untuk pengobatan yang menghabiskan dana 3 kali lebih banyak dibandingkan tanpa ulkus (Djokomulyanto, 1997). Prevalensi penderita ulkus diabetika di Amerika Serikat sebesar 15-20%, risiko amputasi 15-46 kali lebih tinggi dibandingkan dengan penderita Non Diabetes Millitus (Waspadji, 2006) Sedangkan prevalensi penderita ulkus diabetika di Indonesia sekitar 15%, angka amputasi 30%, angka mortalitas 32% dan ulkus diabetik merupakan sebab perawatan rumah sakit yang terbanyak sebesar 80% untuk Diabetes mellitus dan penderita ulkus diabetik di Indonesia memerlukan biaya yang tinggi sampai Rp1,6 juta perbulan dan Rp. 43,5 juta per tahun untuk seorang penderita (Persatuan Endokrinologi Indonesia, 2007). Upaya pencegahan terhadap terjadinya Ulkus Diabetik perlu segera dilakukan, pemantauan secara dini sangat perlu dilakukan, adapun diantara beberapa metode pencegahan dan pendeteksian dini terhadap terjadinya Ulkus Diabetik diantaranya yang dapat dilakukan seperti pemeriksaan kaki secara berkala sebagai upaya pencegahan primer karena penderita rentan terhadap luka dan sulit sembuh, komplikasi kaki diabetik beresiko amputasi, cacat hingga meninggal dunia sebab problematika kaki diabetik yaitu keterlambatan penanganan sebab ketidaktahuan, ketakutan, tidak peduli, kelalaian, menganggap sepele, keterbatasan dan kepercayaan. Selain senam kaki hal-hal yang harus
dilakukan bagi penderita yaitu memakai alas kaki yang lembut dan menyerap keringat, segera periksa luka sekecil apapun pada tenaga Medis Profesional serta senam kaki secara teratur setiap hari. Gerakan senam kaki bertujuan membantu memperlancar peredaran darah pada kaki, memperkuat otot-otot kecil kaki, otot betis dan paha serta membantu mengatasi kekakuan sendi. Dari data yang didapatkan dari kader kesehatan di desa marindal I dusun VIII medan tahun 2012, diketahui bahwa kunjungan pasien Diabetes Mellitus mencapai pada posko kesehatan berjumlah 120orang, upaya-upaya penanggulangan yang sudah dilakukan diposko kesehatan setempat diantaranya pendeteksian awal: cek gula darah, upaya promosi kesehatan tentang Diabetes Millitus, pencegahan dini Ulkus Diabetik pada kaki dan perawatan pada klien Diabetes Millitus yang dilaksanakan di rumah salah satu kader kesehatan di lingkungan setempat, sedangkan untuk perawatan khusus seperti pencegahan dengan senam kaki belum pernah dilaksanakan dan berdasarkan data yang diperoleh dari jumlah lansia yang ada dilingkungan Desa Marindal I yaitu terdapat 24 orang penderita Diabetes Millitus dari 42 orang lansia yang ada yang keseluruhannya belum mendapatkan pendidikan khusus perawatan diri terhadap pencegahan Ulkus Diabetik. Berdasarkan data tersebut maka perlu diupayakan tindakan pencegahan dan penanggulangan khusus bagi penderita Diabetes Millitus khususnya terhadap pencegahan ulkus diabetik pada penderita Diabetes Millitus pada umumnya. Yang salah satunya yaitu dengan mengupayakan kegiatan peningkatan kesehatan penderita Diabetes Militus dengan mengadakan senam kaki diabetik.
B. Tujuan Adapun tujuan penulisan praktek belajar lapangan komprehensif ini adalah: 1. Mengaflikasikan teori dan konsep tentang pencegahan ulkus diabetik melalui kegiatan senam kaki diabetik. 2. Meningkatkan kemauan dan kemampuan penderita Diabetes Millitus dalam melaksanakan senam kaki diabetik. 3. Mengevaluasi manfaat senam kaki diabetik bagi penderita Diabetes Millitus. C. Manfaat 1. Mahasiswa Keperawatan Sebagai sumber informasi mengenai Diabetes Millitus dan ulkus diabetik serta pencegahannya dengan senam diabetik 2. Pendidikan Keperawatan Meningkatkan pengetahuan mengenai pengelolaan asuhan keperawatan terhadap penderita Diabetes Millitus khususnya pada lansia dengan Diabetes. 3. Lahan Praktek Memberi pengetahuan yang dalam tentang pencegahan ulkus diabetik pagi penderita Diabetes Millitus dan pengembangan senam kaki diabetik.