BAB I PENDAHULUAN. resiko efek sampingnya jauh lebih aman daripada obat-obatan kimiawi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan penyebab yang banyak menimbulkan kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari berbagai macam segi kehidupan, kesehatan merupakan harta terindah bagi setiap

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

BAB 1 PENDAHULUAN. Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. S.Thypi. Diperkirakan angka kejadian ini adalah kasus per

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh (Sub Direktorat) Subdit Diare,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari

Indonesia merupakan negara berkembang yang kaya akan tumbuhtumbuhan. Banyak sekali tanaman yang berkhasiat sebagai bahan obat telah digunakan secara

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae

BAB 1 PENDAHULUAN. Disentri basiler yang berat pada umumnya disebabkan oleh Shigella

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mulut dan bersama grup viridans lainnya umum terdapat di saluran pernapasan

Setiap tahun, diperkirakan terdapat 2 miliar kasus diare di seluruh dunia. Pada tahun 2004, diare menjadi penyebab kematian tertinggi ketiga di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. juta penduduk setiap tahun, penyebab utamanaya adalah Vibrio cholera 01,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman obat yang potensial dengan keanekaragaman hayati yang

I. PENDAHULUAN. antara lain: disebabkan oleh penyakit infeksi (28,1 %), penyakit vaskuler

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, didukung oleh gusi yang kuat dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. 1 Karies gigi merupakan

minyak mimba pada konsentrasi 32% untuk bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, 16% untuk bakteri Salmonella typhi dan 12,5% terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan ancaman yang besar untuk umat manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. 2008). Tanaman ini sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara dan di

BAB 1 PENDAHULUAN. pernapasan bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit, radang tenggorokan,

BAB I PENDAHULUAN. secara mental dan merupakan sesuatu hal yang penting karena dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, namun demikian pada

dan jarang ditemukan di Indonesia (RISTEK, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Barat dan Jambi dan produknya dikenal sebagai cassia-vera atau Korinjii

BAB I PENDAHULUAN. akut atau gastroenteritis akut terjadi pada orang dewasa (Simadibrata &

BAB I PENDAHULUAN. infeksi masih menjadi penyebab utama kesakitan dan kematian, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. tahun (Farthing, et al., 2008). Prevalensi diare pada anak usia 1 4 tahun. dengan kelompok usia lainnya (Rosari,et al., 2013).

INTISARI. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma Heyneana Val) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella Dysentriae SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat (Depkes RI, 2006), utamanya adalah gingivitis (Suproyo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak sekali khasiat sebagai obat tradisional, dan belum banyak

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada

I. PENDAHULUAN. dunia setelah Brazil, memiliki tumbuhan tropis dan biota laut yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah dengan menggunakan obat kumur antiseptik. Tujuan berkumur

I. PENDAHULUAN. penyakit menemui kesulitan akibat terjadinya resistensi mikrobia terhadap antibiotik

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari harapan. Hal ini terlihat dari penyakit gigi dan mulut masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimanfaatkn untuk pengobatan tradisional (Arief Hariana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemanfaatan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. telah sangat berkembang, salah satunya adalah sediaan transdermal. Dimana sediaan

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan dari alam tersebut dapat berupa komponen-komponen biotik seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi penyebab kematian satu juta orang di negara berkembang terutama terjadi

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak dibandingkan dengan Negara maju. Indonesia dengan kasus

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan tanaman herbal sebagai alternatif pengganti obat masih sebagian

BAB I PENDAHULUAN. pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti mycobacterium, staphylococcus,

I. PENDAHULUAN. merupakan bentuk pengobatan tertua di dunia. Setiap budaya di dunia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Sehat merupakan salah satu hal terpenting dalam hidup. Bebas dari segala penyakit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus

BAB I PENDAHULUAN. melanda peradaban manusia selama berabad-abad (Pelczar dan Chan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. baik bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan maupun pedesaan. Tanaman obat

BAB 1 PENDAHULUAN. dari saluran napas bagian atas manusia sekitar 5-40% (Abdat,2010).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun sudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Bahkan saat ini banyak industri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seperti bakteri, virus, riketsia, jamur, dan protozoa (Gibson, 1996). Badan kesehatan

Jurnal Akademi Farmasi Prayoga

BAB I PENDAHULUAN. luka ini dapat berasal dari trauma, benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN UKDW. negara berkembang seperti Indonesia (Stella et al, 2012). S. typhii adalah bakteri

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber bahan obat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang dapat diolah menjadi berbagai macam obat. Pengembangan produksi tanaman obat yang semakin pesat, dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat yang meningkat tentang manfaat tanaman obat. Masyarakat semakin sadar akan pentingnya kembali ke alam (back to nature) dengan memanfaatkan obat-obatan alami. Hal ini menyebabkan masyarakat menggunakan obat-obatan alami adalah karena resiko efek sampingnya jauh lebih aman daripada obat-obatan kimiawi. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan yang dari waktu ke waktu terus berkembang. Infeksi merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain, dari hewan ke manusia. Infeksi disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Penyakit infeksi atau penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri merupakan penyakit yang banyak ditemukan dalam masyarakat. Menurut laporan WHO penyakit infeksi ini menjadi penyebab kematian terbesar pada anak-anak dan dewasa dengan jumlah kematian lebih dari 13 juta jiwa setiap tahun, dan satu dari dua kematian terjadi di negara berkembang seperti Indonesia (WHO, 2000). Salah satu penyebab infeksi adalah bakteri Shigella dysenteriae yang merupakan bakteri patogen gram negatif yang berkembang dari kerabat enterobacterial berbahaya dan dapat menyebabkan daire. Pada tahun 2004, diare merupakan penyakit dengan frekuensi kejadian luar biasa kelima terbanyak setelah demam berdarah dengue, campak, tetanus 1

2 neonatorium dan keracunan makanan. Penyebab diare yang terbanyak adalah diare infeksi yang disebabkan oleh virus bakteri dan parasit terutama di negara berkembang yang menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun. WHO menyebutkan bahwa sekitar 15% dari seluruh kejadian diare pada anak dibawah usia 5 tahun adalah disentri disebabkan oleh Shigella dysenteriae. Besarnya angka kesakitan dan kematian di atas salah satunya dipicu oleh penggunaan sediaan antimikroba yang tidak rasional sehingga menimbulkan resistensi bakteri Shigella dysenteriae terhadap antimikroba. WHO menyatakan pemakaian obat dikatakan rasional jika memenuhi kriteria: a) sesuai dengan indikasi penyakit; b) tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau; c) diberikan dengan dosis yang tepat; d) cara pemberian dengan interval waktu yang tepat; e) lama pemberian yang tepat; f) obat yang diberikan harus efektif, dengan mutu yang terjamin dan aman. Hasil penelitian Badan Peneliti dan Pengembangan Kesehatan Jakarta menyebutkan 14,2% Shigella dysenteriae telah resisten terhadap 4 jenis antibiotik yaitu kloramfenikol, tetrasiklin, ampisilin dan kotrimoxazol. Di Ethiopia, Salmonella dan Shigella telah dilaporkan resisten terhadap antibiotik seperti ampicillin, tetracycline, dan chloramphenicol (Sakagami, 2005). Shigella dysenteriae merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang pendek bergerombol yang berhabitat di saluran cerna manusia. Infeksi Shigella dysenteriae pada saluran cerna dapat menyebabkan diare berdarah atau disentri, khususnya pada anak-anak. Penggunaan ramuan dan obat-obatan tradisional

3 semakin disukai dan mendapat tempat yang layak dimasyarakat. Salah satunya adalah daun sirih hijau (Piper betle L.). Sejauh ini obat diare yang dikenal oleh masyarakat adalah daun jambu biji (Psidium guajava L.) karena bagian tanaman yang sering digunakan sebagai obat adalah daunnya, karena daunnya diketahui mengandung senyawa tanin 9-12%, minyak atsiri, minyak lemak dan asam malat (Depkes, 1989 dalam Yuliani, 2001). Biasanya masyarakat mengkonsumsi dengan cara merebus daun muda jambu biji (Psidium guajava L.), selain daun jambu biji (Psidium guajava L.) ada tanaman lain di uji sebagai obat diare yaitu sirih hijau (Piper betle L.). Kandungan sirih hijau (Piper betle L.) yang diketahui adalah 0,7-2,6 minyak atsiri, sekitar 60-80% berupa fenilpropana seperti eugenol (42,5%), estragol (14,6%), karvakol (4,8%), kavikol fenilalanin, 22,1 g serine dan 23 mg asam aspartat, dan juga tanin. Senyawa kavikol merupakan kandungan terbesar yakni memiliki daya bunuh 5 kali lebih besar daripada fenol biasa. Kavikol disebut sebagai pembunuh berdarah dingin, daya bunuhnya 5 kali lebih besar daripada fenol biasa (Dzen, 2003). Penelitian terdahulu menyatakan bahwa kandungan senyawa daun sirih seperti fenolik, alkaloid dan terpenoid memiliki aktivitas antibakteri yang aktif terhadap bakteri gram positif dan negatif diantaranya bakteri Staphyplococcus aureus, Salmonella typhi dan Shigella dysenteriae (Cahyono dan Indrayudha, 2012). Sifat senyawa yang terdapat dalam duan sirih hijau (Piper betle L.) seperti memiliki efek antidiare yang bekerja sebagai pembekuan protein atau astrigen yaitu zat yang berikatan pada mukosa kulit atau jaringan yang berfungsi pembekuan protein sehingga membran mukosa

4 menjadi kering dan membentuk pembatas (Thight junction) yang bersifat terhadap inflamasi dari mikroorganisme, selain itu dapat menghambat sekresi klorida melalui ikatan antara protein tannate yang berada di usus (Cowan, 1999). Penelitian terdahulu khasiat antibakteri daun sirih hijau (Piper betle L.) telah dilakukan oleh Hermawan dkk (2007), ekstrak daun sirih hijau dengan pelarut etanol menggunakan metode dilusi dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan kategori sedang dan dibuktikan oleh peneliti Hermawan dkk (2007) bahwa ekstrak daun sirih hijau dengan pelarut DMSO (Dimethil Sulfoxide) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus dengan kategori kuat. Aspek farmakologi daun sirih hijau (Piper betle L.) yang begitu besar mendorong peneliti untuk mencari informasi mengenai pemanfaatan daun sirih hijau sebagai antimikroba terhadap Shigella dysenteriae dengan menggunakan metode rebus. Tanaman sirih hijau (Piper betle L.) sudah lama dikenal sebagai obat dan banyak tumbuh di Indonesia. Bagian dari tanaman sirih yang dimanfaatkan sebagai obat adalah daunnya dengan direbus atau di inang. Manfaat bahwa daun sirih dapat menguatkan gigi, menyembuhkan luka-luka kecil di mulut, menghilangkan bau mulut, menghentikan pendarahan gusi, dan sebagai obat kumur. Tanaman sirih hijau telah diketahui dapat mengobati beberapa jenis penyakit dan dipercaya dapat digunakan sebagai antibakteri (Damayanti dkk, 2006). Permasalahan timbul ketika pada tahap penyajian daun sirih segar sebagai obat yang dikonsumsi langsung. Hal ini wajar mengingat penggunaan cara yang

5 lama dan sulit akan membuat orang enggan untuk membuat obat tradisional. Beberapa cara pengolahan obat herbal yang sampai saat ini masih digunakan oleh masyarakat diantaranya memipis (perasan), menyeduh, merebus, pengapsulan, membentuk lulur, pil, dan sirup. Pengolahan yang umum dan mudah dilakukan masyarakat sampai saat ini untuk membuat obat tradisional adalah merebus bahan obat yang akan digunakan. Merebus tanaman obat merupakan cara yang sangat mudah dan sudah lazim dilakukan dimasyarakat. Tujuan merebus tanaman obat adalah untuk memindahkan zat-zat berkhasiat yang ada pada tanaman ke dalam larutan air, kemudian diminum untuk pengobatan. Namun, harus tetap diperhatikan cara-caranya karena memaparkan bahan makanan kepada panas yang tinggi cahaya dan atau oksigen akan menyebabkan kehilangan zat gizi (Sundari dkk, 2015). Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui efektifitas antibakteri rebusan daun sirih hijau (Piper betle L.) terhadap Shigella dysenteriae yang merupakan salah satu penyebab dari disentri. Adapun konsentrasi yang digunakan adalah 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90% dan 100% (Cahyono dan indrayudha, 2012). Hasil penelitian ini memiliki keterkaitan pada sub bab peran bakteri pada manusia yaitu mata pelajaran biologi SMA kelas X yang dimanfaat menjadi media pembelajaran. Proses pembelajaran diperlukan sebuah media untuk mempermudah siswa. Media yang digunakan untuk melengkapi guru dengan meningkatkan keefektifitasannya dalam kelas dan media yang digunakan untuk menggantikan guru melalui sistem media pembelajaran (Prastowo, 2011).

6 Penggunaan media sebagai sumber belajar dapat digunakan untuk tambahan dalam memperkaya ilmu pengetahuan materi peran bakteri pada manusia SMA kelas X. Sehingga, diperlukan media yang tepat untuk menambah khasanah pengetahuan dan mempermudah kegiatan proses belajar pembelajaran. Media handout merupakan salah satu media yang bersifat mengajak dan meyakinkan pembaca (Rumelean, 2014). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti menentukkan rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) Adakah pengaruh pemberian berbagai konsentrasi rebusan daun sirih hijau (Piper betle L.) terhadap diameter zona hambat pertumbuhan Shigella dysenteriae? 2) Pada pemberian konsentrasi berapakah rebusan daun sirih hijau (Piper betle L.) yang memiliki pengaruh terbaik terhadap diameter zona hambat pertumbuhan Shigella dysenteriae? 3) Bagaimanakah memanfaatkan hasil penelitian daya antibakteri air rebusan sirih hijau (Piper betle L.) terhadap pertumbuhan bakteri Shigella dysenteriae sebagai sumber belajar? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut. 1) Menganalisis diameter zona hambat pertumbuhan Shigella dysenteria setelah pemberian berbagai konsentrasi rebusan daun sirih hijau (Piper betle L.).

7 2) Menentukkan konsentrasi rebusan daun sirih (Piper betle L.) yang memiliki pengaruh terbaik diameter zona hambat pertumbuhan Shigella dysenteriae. 3) Memanfaatkan hasil penelitain sebagai sumber belajar berupa handout materi monera pada siswa SMA kelas X. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapakn dalam penelitian ini adalah: 1) Secara Teoritis a. Secara teoritis peneliti ingin memberikan informasi ilmiah tentang pengaruh rebusan daun sirih hijau (Piper betle L.) terhadap pertumbuhan bakteri Shigella dysenteriae secara in vitro. b. Memperluas pengetahuan tentang khasiat rebusan daun sirih sebagai obat tradisional. 2) Secara Praktis a. Memberikan tambahan sumber belajar untuk siswa SMA kelas X pada materi monera mengenai peran bakteri Shigella dysenteriae. b. Pada aspek pendidikan, guru dan siswa dapat memanfaatkan ilmiah sebagai sumber belajar yang dikembangkan dari hasil penelitian daya antibakteri air rebusan daun sirih hijau (Piper betle L.) terhadap pertumbuhan bakteri Shigella dysenteriae secara in vitro. 1.5 Batasan Penelitian Agar tidak terjadi gambaran luas dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan batasan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Penelitian menggunakan rebusan daun sirih hijau (Piper betle L.)

8 2. Objek dalam penelitian ini adalah bakteri shigella dysentriae yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang. 3. Parameter yang di ukur dalam penelitian ini adalah mengetahui daya antibakteri atau diameter zona hambat dari pemberian rebusan daun sirih hijau (Piper betle L.), kemudian mendeskripsikan pertumbuhan daya antibakteri Shigella dysenteriae. 1.6 Definisi Istilah 1. Shigella dysentriae merupakan bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit shigellosis atau sering disebut disentri basiler (Volk dan Weeler, 1993). 2. Daun sirih hijau adalah tumbuhan yang tumbuh pada ranting yang umumnya berbentuk pipih dan berwarna hijau. Berwarna hijau karena mengandung klorofil (Damayanti dkk, 2006) 3. Daya antibakteri adalah kemampuan suatu zat yang dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolisme melalui mekanisme perghambatan mikroorganisme (Pelczar dan Chan, 2010). 4. Pertumbuhan bakteri merupakan pertambahan komponen suatu sel hidup. Semakin baik zat nutrisi di dalam substrat tempat tumbuhnya mengakibatkan pertumbuhan sel semakin cepat dan ukuran sel semakin besar (Sjahrurachman, 2011).

9 5. Rebusan merupakan memindahkan zat-zat berkhasiat yang ada pada tanaman ke dalam larutan air, kemudian diminum untuk pengobatan (Sundari dkk, 2015). 6. Handout merupakan sumber belajar tertulis yang didalamnya berisikan berbagai konsep penting dari suatu bagian dalam satu materi pembelajaran atau materi secara lengkap (Sanaky, 2011).