BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit yang tergolong ke dalam Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan sekitar 80-90 % dari seluruh kematian ISPA adalah pneumonia. Pneumonia merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian balita di negara sedang berkembang. Badan kesehatan dunia (WHO), menyatakan bahwa setiap tahunnya pneumonia menyebabkan 1,3 juta anak meninggal pada usia dibawah lima tahun. Menurut laporan perkembangan pneumonia yang dilansir International Vaccine Access Center (IVAC), India dan Nigeria menjadi negara dengan angka kematian balita terbanyak akibat pneumonia yaitu sebanyak 371.605 dan 177.212 jiwa, sedangkan Indonesia berada pada peringkat ke -8 dunia dengan jumlah kematian balita mencapai 38.331 jiwa (IVAC, 2011). Pneumoni menyebabkan kematian lebih banyak pada anak dibandingkan penyakit lain di dunia seperti malaria, tuberkulosis dan AIDS. Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun 2007 menyatakan bahwa pneumonia menjadi penyebab kematian kedua tertinggi pada balita (15,5 %) setelah diare dengan Angka Kematian Balita (AKABA) adalah 196.579 balita atau sebesar 44 per 1000 kelahiran hidup. Jumlah kematian balita akibat pneumonia pada tahun 2007 adalah 30.470 balita atau rata-rata 83 orang balita meninggal setiap hari (Kemkes RI, 2010). Sumatera Utara, menurut Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2011 diperoleh 16.688 kasus pneumonia, di antaranya 9.841 kasus yang terjadi pada
balita dari jumlah balita 1.454.691 (Kemkes RI, 2012). Kota Medan dan Simalungun merupakan daerah yang paling banyak balitanya menderita pneumonia. Balita penderita pneumonia di Medan sebanyak 2.261 balita, sedangkan di Simalungun sebanyak 2.312 balita (Akbar, 2011). Pneumonia merupakan infeksi saluran pernapasan akut yang menyerang bagian bawah paru yaitu alveoli. Pneumonia pada balita ditandai dengan batuk dan kesukaran bernapas (KemKes RI, 2010). Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat faktor yang mempengaruhi terjadinya pneumonia pada balita. Adapun faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya pneumonia pada balita diantaranya adalah imunisasi tidak lengkap, malnutrisi, riwayat pemberian ASI yang tidak adekuat, suplementasi vitamin A, berat badan lahir rendah, pencemaran udara di dalam rumah, lingkungan tempat tinggal yang tidak sehat, serta pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu terhadap pneumonia (Riza, 2009; Kemkes, 2010; Rahmin, 2011). Penelitian yang dilakukan Fanada (2012), mengemukakan bahwa selain faktor imunisasi, pemberian ASI eksklusif dan status gizi balita. Pendidikan ibu juga memiliki hubungan yang bermakna dengan terjadinya pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Kenten Palembang. Pernyataan ini juga didukung oleh penelitan yang dilakukan Mariana (2011), dengan membandingkan tingkat pengetahuan ibu tentang pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Cempaka dan Puskesmas Sungai Besar kota Banjarbaru. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa pneumonia pada balita lebih banyak terjadi pada wilayah dengan tingkat pengetahuan ibu yang lebih rendah. Tingkat pengetahuan ibu dalam penelitian ini berbanding lurus dengan pendidikan ibu.
Program pemberantasan penyakit ISPA memfokuskan kegiatannya pada penanggulangan pneumonia pada balita.. Dalam pelaksanaannya, program Pemberantasan Penyakit ISPA (P2ISPA) memerlukan dukungan semua pihak dan peran aktif masyarakat. Peran masyarakat terutama keluarga, dalam penanggulangan dan pencegahan ISPA terutama pneumonia sangat menentukan keberhasilan upaya penanggulangan ISPA pneumonia (Trapsilowati, 1999 dalam Nurhidayah, 2008) Peran aktif keluarga terutama ibu dalam menangani pneumonia pada balita sangat penting. Pemilihan ibu sebagai kelompok sasaran karena pada umumnya ibu adalah orang yang paling dekat dengan anaknya dan seringkali ibu berperan sebagai penggambil keputusan dalam mencari pertolongan pengobatan anaknya yang sakit serta merawat anaknya yang sakit (Notosiswoyo, 2003). Perilaku ibu dalam melakukan perawatan penyakit pneumonia yang tepat di rumah dapat mengurangi tingkat keparahan dan mengurangi kematian balita akibat pneumonia. Dalam penelitian Dewa (2003), perawatan balita yang menderita pneumonia di rumah merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan perubahan status penyakit ISPA non pneumonia menjadi pneumonia ataupun pneumonia berat. Perawatan yang kurang baik di rumah ibu tidak mengompres balitanya ketika demam dan tidak memberikan makanan sedikit tetapi sering ketika balitanya tidak mau makan. Oleh karena itu balitanya kembali mendapatkan antibiotik. Data yang diperoleh dari puskesmas Medan Denai tercatat bahwa jumlah balita yang menderita pneumonia yang berobat di Puskesmas Medan Denai pada tahun 2008, adalah 277 dari 3.585 balita (Dinkes Kota Medan, 2008 dalam Batubara, 2008). Jumlah ini mengalami penurunan pada tahun 2011 yaitu
sebanyak 160 balita. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2012 pada bulan Januari sampai Oktober terdapat 168 balita yang menderita pneumonia. Pemilihan wilayah kerja Puskesmas Medan Denai sebagai lokasi penelitian dikarenakan Puskesmas Medan Denai merupakan salah satu puskesmas yang memiliki jumlah balita penderita pneumonia terbanyak. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku ibu tentang perawatan pneumonia pada balita di wilayah kerja puskesmas Medan Denai. 1.2 Pertanyaaan Penelitian Pertanyaan penelitian berdasarkan latar belakang masalah diatas adalah bagaimana perilaku ibu tentang perawatan pneumonia pada balita di wilayah kerja puskesmas Medan Denai. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Hasil penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku ibu dalam perawatan pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Medan Denai. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mengetahui pengetahuan ibu dalam perawatan pneumonia pada balita di wilayah kerja puskesmas Medan Denai
1.3.2.2 Mengetahui sikap ibu dalam perawatan pneumonia pada balita di wilayah kerja puskesmas Medan Denai. 1.3.2.3 Mengetahui tindakan ibu dalam perawatan balita di wilayah kerja puskesmas Medan Denai. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : 1.4.1 Praktek Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan dan informasi bagi tenaga kesehatan khususnya perawat penyuluh dalam pemberian pendidikan kesehatan dan asuhan keperawatan terhadap upaya perawatan pneumonia. 1.4.2 Pendidikan Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk menambah wawasan mengenai gambaran perilaku ibu dalam perawatan pneumonia pada balita 1.4.3 Peneliti Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi dan penambah wawasan bagi peneliti selanjutnya yang terkait dengan perilaku ibu dalam perawatan pneumonia pada balita.