Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru, Kalimantan Selatan 1) 2)

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Indikator dan Parameter Faktor Internal. No Indikator Parameter Skor 1. Ketersediaan bahan baku obat tradisional

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang penampilan seseorang, bahkan bagi masyarakat dengan gaya

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan kesehatan. Gaya hidup yang kembali ke alam (Back to nature)

Resep Alam, Warisan Nenek Moyang. (Jamu untuk Remaja, Dewasa, dan Anak-anak)

PEDOMAN PENGAWASAN PRODUKSI DAN PEREDARAN KOSMETIKA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Penampilan menarik dan cantik selalu diidam-idamkan oleh semua kalangan

STUDI KASUS Berdasarkan laporan dari masyarakat bahwa disinyalir Toko Kosmetik Berkah yang beralamat di JMP Lt. I Blok 22 Surabaya menjual kosmetik

CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA (IRT)

INOVASI JAMU DALAM KEMASAN SIAP MINUM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN POLA KONSUMSI JAMU DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN JATEN

PENGUATAN USAHA PRODUKSI KEMBANG GOYANG DI NGAMPIN AMBARAWA

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh globalisasi perdagangan pangan sudah mulai meluas ke berbagai

TANAMAN BERKHASIAT OBAT. By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt

BERITA NEGARA. BADAN POM. Notifikasi Kosmetika. Prosedur. Pengajuan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

MASUKAN KAMI TERIMA PALING LAMBAT TANGGAL 18 OKTOBER 2017

III. METODE PENELITIAN. empiris, Penelitian hukum normatif-empiris adalah penelitian hukum mengenai

LAPORAN AKHIR PKM-PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN I.1.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PENGELOMPOKAN OBAT BAHAN ALAM

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

BAB I PENDAHULUAN. yang menghabiskan uangnya untuk pergi ke salon, klinik-klinik kecantikan

LAMPIRAN PENELITIAN. Dengan Judul : ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS) DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA PENGRAJIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB III WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB BBPOM DALAM PENGAWASAN TERHADAP DISTRIBUSI OBAT TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian jamu dalam Permenkes No. 003/Menkes/Per/I/2010 adalah bahan atau

Evaluasi penerapan cara pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB) di industri obat tradisional di Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga

1 Pendaftaran Akun Perusahaan. 2 Pendaftaran OT Low Risk. 3 Pendaftaran Ulang OT & SK 4 E-Trecking System Pendaftaran Baru dan Variasi OT & SK

PENINGKATAN PENGAWASAN IKLAN DAN PENANDAAN OBAT

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN SUPLEMEN KESEHATAN

INTISARI ANALISIS KUALITATIF MERKURI PADA KRIM PEMUTIH WAJAH YANG DIJUAL DI PASAR RANTAU KABUPATEN TAPIN

PELABELAN DAN IKLAN PANGAN

BAB V RENCANA AKSI. Dalam meluncurkan bisnis baru, diperlukan aktivitas-aktvitas yang harus

I. PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi telah membawa perubahan-perubahan yang cepat dan

BALAI BESAR POM DI PONTIANAK

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Disampaikan oleh. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Yogyakarta Jl Tompeyan I Tegalrejo Yogyakarta Telp (0274) , Fax (0274) ,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Kosmetika. Izin Produksi.

BAB I PENDAHULUAN. bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian atau galenik, atau

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, makanan harus baik, dan aman untuk dikonsumsi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

III. METODA KAJIAN. Lokasi yang menjadi obyek kajian tugas akhir ini adalah PT. Libe Bumi

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Seiring era perdagangan bebas sekarang ini berbagai jenis kosmetik beredar

instansi yang belum maksimal. Hal tersebut menyebabkan jamu masih saja belum menjadi produk unggulan.

Manajemen Risiko Dalam Penentuan Program Inspeksi OBAT TRADISIONAL BADAN POM RI

LAPORAN KEMAJUAN PKM-K JUDUL KEGIATAN

Evaluasi Permohonan Persetujuan Denah/RIP Sarana Produksi Kosmetik dan Obat Tradisional

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMUSNAHAN KOSMETIKA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1175/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG IZIN PRODUKSI KOSMETIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

HASIL DAN PEMBAHASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENARIKAN DAN PEMUSNAHAN KOSMETIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pilihan alternatif solusi kesehatan masyarakat. Oleh karena harga obat tradisional

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENYULUHAN CPOTB DAN PERSIAPAN PENDIRIAN IKOT DI KABUPATEN GARUT

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 026 TAHUN 2013

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan penyusunan dan penelitian tugas akhir ini dilakukan di Usaha Kecil Menengah

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HERBAL BIOMUNOS PADA PT. BIOFARMAKA INDONESIA, BOGOR

g. Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN. Toko Daging & Swalayan Sari Ecco merupakan salah satu industri

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Farmaka Volume 15 Nomor 4 1

Jurnal Kefarmasian Indonesia. Vol : 20-27

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

Bisnis Kerupuk Udang, Renyah Menguntungkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap masyarakat atau suku bangsa pada umumnya memiliki berbagai

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG PENGAWASAN PEMASUKAN BAHAN KOSMETIK

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu

4. Jajaran Dinas Kesehatan Kota Tangsel. : WIB : Aula Farmasi Kota Tangerang Selatan Jl. Cendeki, BSD Sektor XI, Tangerang Selatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 2. Data & Analisa

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UKM yang didirikan oleh Bapak H. Tarwa Hadi. Usaha ini bermula saat dia

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap keberadaan dan ketahanan hidup manusia. Mengingat kadar

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia merupakan suatu keadaan akan sebagian dari pemuasan

III. METODE PENELITIAN. Metode Penelitian merupakan salah satu cara atau langkah-langkah yang

MODUL BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM)

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Usaha Mebel CV. Sofa Clasic Pekanbaru. karyawannya pun berasal dari keluarga sendiri.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL

PENGUATAN USAHA PENGASAPAN IKAN SIDO MAKMUR KETAPANG KABUPATEN KENDAL. Jalan Menoreh Tengah X no 22 Semarang

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Penelitian ini bersifat komparatif. Penelitian komparatif merupakan penelitian untuk mengetahui pengaruh antara satu atau lebih variabel bebas (indepe

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PELANGGAN DAN KARAKTERISTIK TEKNIS DALAM PERANCANGAN KEMASAN PRODUK TEH SEDUH

Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN DOKUMEN INFORMASI PRODUK

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN, PENERTIBAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL

2016, No Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

BAB I PENDAHULUAN. keadilan, untuk mencapai tujuan tersebut Indonesia dihadapkan pada

KETENTUAN UMUM. Pasal 1

Transkripsi:

PKM PRODUSEN LULUR RUMAHAN: OPTIMALISASI PRODUK LULUR REMPAH TRADISIONAL BANJAR MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI FARMASI BAHAN ALAM Satrio Wibowo Rahmatullah 1), Depy Oktapian Akbar 2), dan Lisa Andina 3), 1)2)3) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru, Kalimantan Selatan Email : 1) ryowibowo46@gmail.com 2) oktadepy@gmail.com 3) lisa_imeru@yahoo.com ABSTRAK : Minat masyarakat terhadap produk kecantikan semakin meningkat baik di kalangan remaja maupun dewasa. Oleh karena itu ketertarikan masyarakat akan lulur rempah tradisional Banjar sebagai salah satu produk kecantikan khas Banjar juga harus ditingkatkan. Produk lulur rempah tradisional Banjar merupakan salah satu produk budaya yang dapat mejadi unggulan dari Kalimantan Selatan, namun pemasarannya masih terbatas karena kurangnya media promosi dan kemasan yang digunakan sangat sederhana (kurang menarik). Produsen lulur rumahan di Martapura merupakan penjual lulur rumahan yang menjadi sasaran kegiatan PKM dari tim pengabdi kepada masyarakat. Kegiatan Pengabdian Masyarakat ini terbagi dalam beberapa tahapan yaitu, Sosialisasi Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB) pada Pengusaha Industri Lulur Tradisional (Lulur Sari Pengantin), Pelatihan Pembuatan Pedoman Operasional Baku (POB) CPKB pada Industri Lulur Sari Pengantin yang disertai dengan serah terima Mesin Pengemas beserta Kemasan dan Stiker Label Lulur Sari Pengantin. Kegiatan pertama dilaksanakan pada hari selasa 8 mei 2018, Narasumber yang mengisi materi pada acara ini adalah ibu Yuyun Purwaningsih, S.Farm., Apt, yang memberikan materi CPKB terkait higiene, sanitasi, dan dokumentasi. Kegiatan selanjutnya dilaksanakan pada hari senin 30 juli 2018, dengan tema pelatihan pembuatan pedoman operasional baku (POB) CPKB pada industri lulur sari pengantin oleh ibu Leny Sanjaya, S.Farm., Apt, dan disertai dengan serah terima mesin pengemas beserta kemasan dan stiker label lulur sari pengantin. Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh karyawan beserta pemilik industri lulur sari pengantin, dosen dan mahasiswa stikes borneo lestari. Semua kegiatan ini dilaksanakan di pabrik lulur sari pengantin Jl. Hasyim Muchtar RT.14 Kel. Tanjung rema darat Kec. Martapura. Kata Kunci: Lulur rempah, Lulur sari pengantin I. PENDAHULUAN Usaha lulur rempah tradisional adalah usaha yang dilakukan oleh kelompok penjual lulur rempah tradisional melalui peracikan, pencampuran, pengolahan, pengemasan dan pengedaran lulur dalam bentuk serbuk dan dijual melalui warung, toko atau salon dengan fasilitas luluran. Produsen lulur rumahan di Martapura masih merupakan penjual lulur rumahan yang menjadi mitra kegiatan PKM dari tim pengabdi. Bahan baku lulur (simplisia) merupakan produk lokal dari beberapa daerah di Kalimantan Selatan, diantaranya kencur, temulawak, kunyit berasal dari pasar Martapura. Pemasaran lulur rempah tradisional hanya di sekitar kota Martapura, Banjarbaru dan Banjarmasin melalui warung atau toko di pasar Martapura, Banjarbaru dan Banjarmasin. 1

Animo masyarakat terhadap produk kecantikan terus mengalami peningkatan, oleh karena itu animo masyarakat terhadap lulur rempah tradisional Banjar sebagai salah satu produk kecantikan yang kental akan budaya Banjar juga harus ditingkatkan. Produksi lulur rempah tradisional Banjar dapat menjadi salah satu produk budaya unggulan dari Kalimantan Selatan, namun tingkat penjualan lulur rempah tradisional mitra masih belum optimal, hal ini juga disebabkan karena keterbatasan media promosi dan keraguan jaminan kualitas produk yang dihasilkan masih diragukan oleh konsumen. Penjual lulur rumahan setiap bulannya melakukan produksi dengan bantuan tenaga dari warga sekitar, produksi lulur rumahan tidak dilakukan setiap hari tetapi hanya dilakukan pada hari tertentu setiap bulannya. Sebagian proses produksi dilakukan secara manual seperti pencampuran, pengolahan sampai dengan pengemasan Kelompok mitra menyadari bahwa masalah jaminan kualitas dan keamanan produk lulur yang dihasilkan memang belum dapat dipertanggungjawabkan karena keterbatasan ilmu pengetahuan mengenai pembuatan lulur, yang mana selama ini kelompok mitra membuat produk lulur didasarkan pada pengetahuan empiris dan turun temurun tanpa ada panduan cara pembuatan lulur yang benar dan baik. Berdasarkan diskusi antara tim pengabdian dengan mitra ( Kelompok Penjual Lulur Rempah Tradisional) diketahui permasalahan yang mereka hadapi adalah: bagaimana mengurangi biaya produksi terutama pada pemilihan bahan baku (simplis ia) yang berkualitas, pengolahan bahan baku (simplisia) menjadi lulur dengan benar serta meningkatkan daya jual lulur melalui perbaikan produk kemasan disertai dengan jaminan kualitas dan keamanan produk lulur tersebut. Saat ini jaminan kualitas dan keamanan produk lulur yang dijual mitra akan memberikan ketenangan pada konsumen serta meningkatkan daya beli konsumen karena merasa terjamin bahwa lulur yang mereka gunakan betul-betul berkhasiat serta tidak membahayakan (Wirya, 2006). Tujuan dari kegiatan ini yaitu: 1) Produsen lulur dapat mengaplikasikan produksi lulur berbasis CPKB dan distributor bahan baku pemasok lulur dapat mengaplikasikan penyediaan bahan baku berbasis CPKB, 2) Produsen memiliki manual praktis produksi lulur, 3) produsen mampu meaplikasikan pengemasan produk yang menarik, dan 4) Produsen mampu meaplikasikan teknik pemasaran secara modern. 2

II. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN Kegiatan ini dilaksanakan di pabrik Lulur Sari Pengantin Jl. Hasyim Muchtar RT.14 Kel. Tanjung rema darat Kec. Martapura. Kegiatan ini dilaksanakan secara bertahap, tahap yang pertama dilaksanakan pada tanggal 8 Mei 2018 dengan tema Sosialisasi Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB) pada Pengusaha Industri Lulur Tradisional. Tahap elanjutnya dilaksanakan pada tanggal 30 Juli 2018 dengan tema pelatihan pembuatan pedoman operasional baku (POB) CPKB pada industri lulur sari pengantin. Kegiatan ini dihadiri oleh 40 peserta yang terdiri dari pimpinan beserta karyawan Industri Lulur Sari Pengantin, Tim dosen dan mahasiswa STIKES Borneo Lestari. Metode pelaksanaan pada kegiatan ini dilakukan dengan mensosialisasikan materi tentang CPKB, selain mensosialisasikan materi tentang CPKB, dilaksanakan juga kegiatan pelatihan pembuatan pedoman operasional baku (POB) CPKB pada industri lulur sari pengantin sudah disampaikan. Peserta juga langsung dilibatkan dalam pembuatan beberapa POB CPKB, sehingga di akhir acara sudah terdapat contoh beberapa POB CPKB pada Industri Lulur Sari Pengantin. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Sosialisasi Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB) pada Pengusaha Industri Lulur Tradisional (Lulur Sari Pengantin) Sosialisasi dan pelatihan ini dilaksanakan dengan media berupa Laptop, LCD, Materi yang dibagikan kepada masing-masing peserta, contoh POB CPKB dari BBPOM. Setelah penyampaian materi selesai dilaksanakan juga sesi tanya jawab untuk mengetahui pemahaman peserta terhadap materi yang 3

Gambar 1. Kegiatan Sosialisasi Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB) pada Pengusaha Industri Lulur Tradisional (Lulur Sari Pengantin) Kegiatan ini dimulai dengan melakukan survey ke Industri Lulur Sari Pengantin Tradisional Khas Banjar, melakukan diskusi tentang rangkaian acara pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan pada tanggal 8 Mei 2018 di Pabrik Lulur Sari Pengantin Jl. Hasyim Muchtar RT.14 Kel. Tanjung Rema Darat Kec. Martapura. CPKB merupakan salah satu faktor penting untuk dapat menghasilkan produk kosmetik yang memenuhi standar mutu dan keamanan (BPOM, 2003). Mengingat pentingnya penerapan CPKB maka dilaksanakan Kegiatan Sosialisasi CPKB Pada Pengusaha Lulur tradisional Lulur Sari Pengantin. Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh karyawan beserta pemilik industri Lulur Sari Pengantin, Dosen dan Mahasiswa STIKES Borneo Lestari. Materi disampaikan oleh narasumber yang berasal dari Balai Besar POM Banjarmasin, Ibu Yuyun Purwaningsih, S.Farm., Apt, dalam materi yang disampaikan, beliau mengatakan bahwa untuk memproduksi suatu kosmetika golongan B yang akan dipasarkan tidak cukup hanya dengan menggunakan pengalaman empiris secara turun-temurun, tetapi juga harus memenuhi aspek CPKB yaitu Higiene Sanitasi dan Dokumentasi (BPOM, 2016). Hal ini dilakukan untuk menjamin mutu dan keamanan kosmetika yang akan digunakan. Setelah materi seselai disampaikan, dilaksanakan juga sesi tanya jawab dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta terhadap materi yang telah disampaikan, diakhir acara dilakukan penyerahan kenang-kenangan untuk Narasumber dan Industri Lulur Sari Pengantin. 2. Pelatihan Pembuatan Pedoman Operasional Baku (POB) CPKB pada Industri Lulur Sari Pengantin Berdasarkan analisis situasi dan permasalahan mitra yang telah dikemukakan 4

terkait kelengkapan Pedoman Operasional Baku (POB) pada Industri Lulur Sari Pengantin, maka dilaksanakan Pelatihan Pembuatan Pedoman Operasional Baku (POB) CPKB pada Industri Lulur Sari Pengantin. Narasumber yang mengisi materi pada acara ini adalah Ibu Leny Sanjaya, S.Farm., Apt, yang memberikan materi tentang POB CPKB. Acara ini dilaksanakan pada hari Senin 30 Juli 2018 di Pabrik Lulur Sari Pengantin Jl. Hasyim Muchtar RT.14 Kel. Tanjung Rema Darat Kec. Martapura dan dihadiri oleh seluruh karyawan beserta pemilik industri Lulur Sari Pengantin, Dosen dan Mahasiswa STIKES Borneo Lestari. Kegiatan ini dimulai dengan menjelaskan arti penting dari Pedoman Operasional baku dalam sebuah industri, khususnya industri Lulur Sari Pengantin sesuai dengan Peraturan Kepala BPOM RI tentang Pedoman Penerapan Higiene Sanitasi dan Dokumentasi pada Kosmetika Golongan B. Setelah selesai sesi penyampaian materi, semua peserta dilatih untuk dapat membuat beberapa POB yang terkait CPKB di Industri Lulur Sari Pengantin, dan hasilnya seluruh peserta berhasil membuat POB terkait CPKB dengan Baik. POB yang dibuat sangat bermanfaat antara lain sebagai standarisasi karyawan dalam melaksanakan tugas, mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin dilakukan oleh seorang karyawan, serta sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin (BPOM, 2003). 5

dipasarkan tidak cukup hanya dengan menggunakan pengalaman empiris secara turun-temurun, tetapi juga harus memenuhi aspek CPKB yaitu Higiene Sanitasi dan Dokumentasi. POB yang dibuat sangat bermanfaat antara lain sebagai standarisasi karyawan dalam melaksanakan tugas, mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin dilakukan oleh seorang karyawan, serta sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin. Selanjutnya dilakukan serah terima 2 unit mesin Continuous Sealer FR Vertical Horizontal dan kemasan aluminium foil beserta label oleh ketua Tim PkM kepada pimpinan industri lulur sari pengantin. Alat dan kemasan yang di serahkan akan digunakan untuk meningkatkan mutu, kualitas dan nilai jual dari Lulur sari pengantin. Diakhir acara dilakukan penyerahan kenang-kenangan untuk Narasumber dan Industri Lulur Sari Pengantin. DAFTAR PUSTAKA BPOM, 2003, Nomor :HK.00.05.4.3870 tentang Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik BPOM, 2016, Pedoman Penerapan Higiene Sanitasi dan Dokumentasi pada Industri Kosmetika Golongan B, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan nomor 11 tahun 2016. Wirya I. 2006. Kemasan yang Menjual, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta IV. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diperoleh dari kegiatan ini adalah untuk memproduksi suatu kosmetika Golongan B yang akan 6