Faktor Risiko KEK pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka Kota Banjarbaru

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indoensia mencapai 359 per jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS WEDI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

BAB Ι PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 dari laporan Kota/Kabupaten

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

ABSTRAK. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Ibu Hamil Trimester I di RSIA Pertiwi Makassar

BAB I PENDAHULUAN. untuk ibu hamil. Gizi ibu hamil merupakan nutrisi yang diperlukan dalam

GAMBARAN STATUS GIZI IBU HAMIL TRIMESTER I

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) Abstrak

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gambaran Karakteristik Ibu Hamil, Tingkat Pengetahuan serta Sikap terhadap Asupan Gizi Ibu Hamil di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *)

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam lima tahun pertama kehidupannya (Hadi, 2005).

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

Rizqi Mufidah *), Dina Rahayuning P **), Laksmi Widajanti **)

Woro Rahmanishati* STIKES Kota Sukabumi ABSTRAK

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

ANALISIS FAKTOR RESIKO KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI FATIMAH KOTA MAKASSAR

I. PENDAHULUAN. terpenting dalam pertumbuhan anak dimasa datang (Rodhi, 2011) World Health Organization (WHO) 2008, telah membagi umur kehamilan

Jurnal Kesehatan Medika Saintika Volome 8 Nomor 1 jurnal.syedzasaintika.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu maka salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya asupan zat gizi yang akan menyebabkan gizi buruk, kurang energi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DI PUSKESMAS KEDUNG MUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) PADA IBU HAMIL DI UPTD PUSKESMAS AJANGALE

KEJADIAN KEK DAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KALONGAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. nutrisi yang cukup untuk dirinya sendiri maupun bagi janinnya. Maka bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Menurut Depkes RI (2005), menyatakan salah satu faktor baik sebelum dan saat hamil yang

PENILAIAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN PENGUKURAN LILA DI PUSKESMAS KALAMPANGAN, KOTA PALANGKA RAYA

30 Media Bina Ilmiah ISSN No

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh: EMAH KUDYANI J

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD DR WAHIDIN SUDIROHUSODO KOTA MOJOKERTO

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

HUBUNGAN UMUR DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BUDAYA PANTANG MAKAN, STATUS EKONOMI, DAN PENGETAHUAN ZAT GIZI IBU HAMIL PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN STATUS GIZI. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Ibu hamil yang menderita KEK ( Kurang Energi Kalori) mempunyai resiko

Al-Sihah : Public Health Science Journal. Syarfaini 1, Irviani A. Ibrahim 2, Musyhirah Waris 3. Bagian Gizi FKIK UIN Alauddin Makassar

Dahlia Indah Amareta Jurusan Kesehatan, Prodi Gizi Klinik, Politeknik Negeri Jember ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI DENGAN KEJADIAN KEK PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BRINGIN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013 ISSN :

makalah KEK dalam kehamilan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI SEIMBANG BAGI IBU HAMIL DI PUSKESMAS KECAMATAN PALMERAH TAHUN 2013

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur. diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025 yaitu 73,7 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama mengenai gizi yang terjadi di Indonesia antara lain yaitu

GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU HAMIL DI BPM NENENG MAHFUZAH, S.Si.T.,M.,M.Kes BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

Hubungan Antara Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di RS Pendidikan Panembahan Senopati Bantul

BAB I PENDAHULUAN. keduanya menyatu membentuk sel yang akan tumbuh. Lama kehamilan

DAFTAR ISI PERNYATAAN...

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asupan gizi yang baik selama kehamilan merupakan hal yang penting,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK ETNIS CINA DI SD SUTOMO 2 DAN ANAK ETNIS BATAK TOBA DI SD ANTONIUS MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

HUBUNGAN EKONOMI KELUARGA DENGAN STATUS GIZI IBU HAMIL DI PUSKESMAS WONGKADITI KOTA GORONTALO. Heni PanaI. Polteknik Kesehatan Provinsi Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme, karena itu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. mampu berperan secara optimal dalam pembangunan. Karena peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan. Komponen ini memberikan kontribusi. dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan Tingkat Kecukupan Energi, Protein Dan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care Dengan Taksiran Berat Janin

HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN DENGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN PADA REMAJA HAMIL USIA TAHUN (Studi pada Kelurahan Rowosari Kota Semarang)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kontribusi penting dalam Millenium Development Goals (MDGs)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan merupakan proses fisiologis yang memberikan perubahan

Transkripsi:

2 Faktor Risiko pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka Kota Banjarbaru Rahmawati 1 dan Fathurrahman 2 1 Mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Banjarmasin 2 Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Banjarmasin ABSTRAK Di Indonesia banyak terjadi kasus Kekurangan Energi Kronis () terutama yang kemungkinan disebabkan karena adanya ketidakseimbangan asupan gizi (energi dan protein), sehingga zat gizi yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Faktor yang mempengaruhi Kekurangan Energi Kronik () yaitu jumlah asupan makan, usia ibu hamil, pendidikan, jarak kehamilan, paritas, pendapatan keluarga, pekerjaan, beban kerja/aktifitas, penyakit/infeksi, pengetahuan ibu tentang gizi. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara umur ibu, tingkat pendidikan dan asupan makanan dengan terjadinya risiko Kekurangan Energi Kronis () pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka Kabupaten Kota Banjarbaru. Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilakukan di Kecamatan Cempaka bulan April-Mei 2017. Populasi penelitian adalah semua ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Cempaka dan jumlah sampel adalah 52 orang. Variabel penelitian adalah adalah umur ibu, tingkat pendidikan, asupan makanan dan risiko Kekurangan Energi Kronis () pada ibu hamil diambil dengan kuesioner dan wawancara. Analisis data menggunakan uji Rank Spearman dengan α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan umur ibu dengan terjadinya risiko Kekurangan Energi Kronis () pada ibu hamil, tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan terjadinya risiko Kekurangan Energi Kronis () pada ibu hamil, ada hubungan asupan energi dengan terjadinya risiko Kekurangan Energi Kronis () pada ibu hamil dan ada hubungan asupan protein dengan terjadinya risiko Kekurangan Energi Kronis () pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka Tahun 2017. Kata kunci : Umur ibu, asupan energi, protein, risiko Pendahuluan Di Indonesia banyak terjadi kasus Kekurangan Energi Kronis () terutama yang kemungkinan disebabkan karena adanya ketidakseimbangan asupan gizi (energi dan protein), sehingga zat gizi yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan tubuh baik fisik ataupun mental tidak sempurna seperti yang seharusnya. Sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi, khususnya gizi kurang seperti Kekurangan Energi Kronis () 1. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 mendapatkan proporsi ibu hamil umur 15-49 tahun dengan LILA < 23,5 cm atau berisiko di Indonesia sebesar 24,2%. Prevalensi risiko di Provinsi Kalimantan Selatan adalah 27,4%. Hal ini menunjukkan angka tersebut menjadi masalah kesehatan masyarakat karena melebihi angka prevalensi Nasional 2. Data dari Riskesdas 2013 di Kabupaten Kota Banjarbaru prevalensi sebanyak 13,5%. Berdasarkan data Dinkes 2016 di Kota Banjarbaru, angka yang ada di delapan Puskesmas yaitu Puskesmas

3 Banjarbaru 4,12%, Puskesmas Sei Besar 4,02%, Puskesmas Cempaka 9,47%, Landasan Ulin 2,58%, Puskesmas Gt. Payung 2,64%, Puskesmas BJB Utara 2,84%, Puskesmas L. Anggang 8,64% dan Puskesmas Sei Ulin 8,33%. Hal ini menunjukkan bahwa prevalensi angka tertinggi yang ada di delapan Puskesmas bulan Januari sampai Agustus Tahun 2016 yaitu di Puskesmas Cempaka dengan angka risiko sebesar 9,47% 3. Berdasarkan profil dan analisis penduduk Kecamatan Cempaka tahun 2009, diketahui bahwa tingkat pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Cempaka yaitu tidak/belum tamat sekolah 1.192 jiwa, tidak tamat SD 5.909 jiwa, SD 9.063 jiwa, SLTP 6.846 jiwa, SLTA 1.795 jiwa, DI/II 48 jiwa, DIII/akademik 32 jiwa, SI/DIV ke atas 82 jiwa. Hal ini menunjukkan pendidikan terbanyak hanya sampai setingkat SD yaitu sebanyak 16.164 jiwa dari total penduduk 24.968 jiwa. Disamping itu, didapatkan pula data bahwa terjadinya pada ibu hamil usia 15 tahun sampai 49 tahun lebih banyak pada usia < 20 tahun. Berdasarkan hasil penelitian Ramadhani (2016), tentang pola konsumsi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Cempaka masih terdapat pola konsumsi yang kurang yaitu sebesar 17,8% dan pola konsumsi cukup sebesar 42,2%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan umur, tingkat pendidikan dan asupan makanan dengan terjadinya risiko pada ibu hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka. Metode Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional, karena pada penelitian ini proses pengumpulan data variabel bebas (independent variabel) dan variabel terikat (dependent variabel) dilakukan dalam satu periode waktu, dimana responden hanya mendapat satu kesempatan untuk diteliti selama penelitian berlangsung. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Cempaka pada tanggal 3 April 1 Mei 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil dengan sampel berjumlah 52 orang. Hasil a. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kota Banjarbaru secara secara administratif berada dibawah wilayah Propinsi Kalimantan Selatan yang ibukotanya Banjarmasin. Kota Banjarbaru memiliki 8 Puskesmas yaitu Puskesmas Liang Anggang, Puskesmas Landasan Ulin, Puskesmas Guntung Payung, Puskesmas Banjarbaru, Puskesmas Banjarbaru Utara, Puskesmas Sei Besar, Puskesmas Sei Ulin dan Puskesmas Rawat Inap Cempaka. Adapun kondisi geografi wilayah Puskesmas Rawat Inap Cempaka adalah terletak padaa dataran tinggi dengan curah hujan rata-rata 1.598-2.579 pertahun

4 dengan jumlah hari hujan 56-158 hari dan suhu udara yang rata-rata antara 26 derajat Celcius-35 derajat celcius. Puskesmas Rawat Inap Cempaka secara administrasi terbagi dalam 4 Kelurahan yaitu Kelurahan Cempaka, Kelurahan Sei Tiung, Kelurahan Bangkal dan Kelurahan Palam, hampir semua Wilayah Puskesmas Rawat Inap Cempaka dapat dihubungi dengan transportasi darat. b. Gambaran Responden Hubungan umur ibu dengan terjadinya risiko pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 1 Hubungan asupan energi dengan terjadinya risiko dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Asupan Energi dan Risiko Ibu Hamil di Puskesmas Cempaka Risiko Asupan Energi Risiko Tidak Jumlah N % n % n % Defisit 17 55 14 45 31 100 Kurang 4 57 3 43 7 100 Cukup 1 11 8 89 9 100 Baik 0 0 5 100 5 100 p = 0,017 α = 0,05 Uji statistik korelasi rank spearman didapatkan hasil probabilitas (p) 0,017 yang menunjukkan p<α (0,05) sehingga H0 ditolak atau ada hubungan asupan energi dengan terjadinya risiko pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka Tahun 2017. Tabel.1 Distribusi Responden Menurut Umur Ibu dan Risiko Ibu hamil di Puskesmas Cempaka Risiko Umur Ibu Risiko Tidak Jumlah n % n % n % Berisiko 4 40 6 60 10 100 Tidak Berisiko 18 43 24 57 42 100 ᵖ = 0,873 α = 0,05 Uji statistik korelasi rank spearman didapatkan hasil probabilitas (p) 0,873 yang menunjukkan p>α (0,05) sehingga H0 diterima atau tidak ada hubungan umur ibu dengan terjadinya risiko pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka Tahun 2017. Hubungan asupan protein dengan terjadinya risiko pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3 Distribusi Responden Menurut Asupan Protein dengan Risiko Ibu Hamil di Puskesmas Cempaka Risiko Asupan Protein Risiko Tidak Jumlah n % N % n % Defisit 14 67 7 33 21 100 Kurang 10 0 0 6 0 6 100 Cukup 5 31 11 69 16 100 Baik 3 33 6 67 9 100 ᵖ = 0,034 α = 0,05 Uji statistik korelasi rank spearman didapatkan hasil probabilitas (p) 0,034 yang menunjukkan p<α (0,05) sehingga H0 ditolak atau ada hubungan asupan protein dengan terjadinya risiko pada ibu

3 hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka Tahun 2017. Pembahasan Pada penelitian ini ibu hamil yang memiliki risiko pada penelitian ini yaitu sebesar 42,3%. Hal ini disebabkan karena kurangnya asupan energi dan protein yang dikonsumsi ibu selama kehamilan. Kurang energi kronis merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil.. Salah satu dampak negatif pada ibu hamil yang sangat menonjol adalah risiko kematian ibu saat melahirkan dan bayi lahir dengan berat badan rendah 4. Sebagian ibu hamil berumur 20-35 tahun yang termasuk kategori tidak berisiko. Walaupun ada sebagian ibu hamil yang berumur <20 dan >35 tahun. Usia yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun, dengan diharapkan gizi ibu hamil akan lebih baik 5. Umur ibu erat kaitannya dengan bayi yang dilahirkan. Kehamilan dibawah 20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi dibandingan dengan kehamilan wanita yang cukup umur. Pada umur yang masih muda, perkembangan organ-organ repruduksi dan fungsi fisiologisnya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaanya belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi komplikasi. Meski kehamilan di bawah umur sangat berisiko tetapi kehamilan diatas umur 35 tahun juga tidak dianjurkan dan sangat berbahaya, mengingat mulai usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi dan lain-lain. Selain itu, ibu hamil umur >35 tahun yang tidak memiliki penyakit juga berisiko yang disebabkan karena asupan makanan yang dikonsumsi kurang selama masa kehamilan. Asupan makan yang kurang menyebabkan LILA ibu hamil <23,5 cm. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Cempaka, bahwa umur ibu yang berisiko yang mempunyai risiko sebanyak 40%, sedangkan umur ibu yang tidak berisiko yang mempunyai risiko sebanyak 43%. Hal ini menunjukkan ibu hamil dengan umur ibu dalam kategori berisiko lebih sedikit yang mengalami risiko dibandingkan dengan ibu hamil dengan kategori umur ibu yang tidak berisiko. Hasil uji statistik yaitu uji Korelasi Rank Spearman didapatkan hasil p=0,873 (p>0,05) yang dapat diartikan tidak ada hubungan antara umur ibu dengan terjadinya risiko pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka Tahun 2017. Hal ini terjadi karena umur ibu hamil yang paling banyak pada umur 20-35 tahun (tidak berisiko) yang merupakan umur paling baik untuk ibu hamil. Walaupun

4 kemungkinan kecil umur ibu yang tidak berisiko juga dapat mengalami risiko, apabila kebutuhan gizi berupa asupan energi dan protein yang di konsumsi selama kehamilan tidak tercukupi 10. Hal ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa usia yang paling baik untuk hamil adalah usia antara 20-35 tahun. Sehingga dapat disimpulkan umur bukanlah faktor yang memberikan pengaruh terjadinya kejadian karena para responden mayoritas berumur ideal untuk hamil 11. Umur berisiko yaitu umur muda (< 20 tahun) dan umur tua (>35 tahun) dapat menyebabkan terjadinya resiko pada ibu hamil. Umur muda pada ibu hamil akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi untuk janin yang sedang dikandung. Selain itu, umur 20 tahun kebawah dapat menimbulkan banyak permasalahan karena bisa mempengaruhi organ tubuh seperti rahim, bahkan bayi bisa prematur dan berat lahir kurang. Sedangkan, untuk umur tua perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang makin melemah maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang berlangsung. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa usia yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun, dengan diharapkan gizi ibu hamil akan lebih baik 12. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata asupan energi ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka termasuk kategori defisit yaitu sebesar 59,6%. Asupan energi yang dikonsumsi ibu selama kehamilan yaitu sumber karbohidrat seperti nasi dengan frekuensi 2 kali dalam sehari. Ibu hamil normal mengkonsumsi nasi rata-rata 450 gram per hari. Konsumsi nasi pada ibu hamil berisiko cenderung lebih sedikit dibanding dengan kelompok ibu hamil normal yaitu 300 gram perhari. Makanan sumber energi lainnya yang juga di konsumsi adalah mie, bihun dan roti dengan frekuensi 1-3 kali perminggu, sedangkan untuk umbi-umbian dan singkong dengan frekuensi 1-3 kali perbulan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Cempaka, bahwa asupan energi dengan kategori defisit yang mempunyai risiko sebanyak 55%, sedangkan asupan energi dengan kategori kurang yang mempunyai risiko sebanyak 57%. Hal ini menunjukkan asupan energi ibu hamil dengan kategori defisit lebih sedikit dibandingkan dengan ibu hamil dengan kategori asupan energi kurang. Hasil uji statistik yaitu uji Korelasi Rank Spearman didapatkan hasil p=0,017 (p<0,05) yang dapat diartikan ada

5 hubungan antara asupan energi dengan terjadinya risiko pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka Tahun 2017. Hal ini disebabkan selama kehamilan asupan energi yang dikonsumsi ibu masih belum tercukupi. Rata-rata ibu hamil yang mengkonsumsi makanan pokok seperti nasi atau sumber karbohidrat seperti umbiumbian hanya 1-2 kali sehari. Asupan energi ibu yang defisit sangat berpengaruh dengan kejadian risiko. Apabila asupan karbohidrat dari makanan kurang, maka tubuh akan menggunakan cadangan protein dan lemak untuk diubah menjadi energi. Sebaliknya, apabila jumlah makanan yang masuk lebih besar dari kalori yang dibutuhkan maka berat badan akan meningkat. Jika kebutuhan zat gizi ibu hamil tidak tercukupi, maka zat gizi yang dibutuhkan janin untuk pertumbuhan dan perkembangannya akan diambil dari cadangan ibu, hal ini akan berpengaruh menghambat kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan janin. Terjadinya risiko pada ibu hamil akan mempengaruhi tumbuh kembang janin dan ibu dapat melahirkan bayi BBLR. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan faktor yang mempengaruhi kejadian salah satunya adalah asupan energi 14. Hal tersebut dimungkinkan karena terdapat beberapa faktor antara lain dari penyebab langsung yaitu kurangnya asupan tidak memenuhi 80% AKG dan faktor tidak langsung antara lain aktivitas fisik berat dan lingkungan 15. Ibu hamil membutuhkan asupan energi yang tinggi karena adanya peningkatan metabolisme basal. Jika asupan energi tidak adekuat, maka tubuh akan menggunakan cadangan lemak. Bila cadangan lemak digunakan terus menerus dan habis, maka akan terjadi perubahan biokimia dengan cara menggunakan protein yang ada dihati. Hal ini akan menyebabkan terjadinya deplesi masa otot yang ditandai dengan hasil LILA <23,5 cm, sehingga jika asupan energi rendah secara terus menerus maka dapat terjadi 16. Hasil penelitian rata-rata asupan protein termasuk kategori defisit yaitu sebesar 40,4%. Jenis bahan pangan sumber protein yang dikonsumsi ibu selama kehamilan seperti tempe dan tahu lebih banyak di konsumsi oleh ibu hamil yang tidak berisiko dengan rata-rata 50 gram per hari. Ibu hamil yang memiliki risiko lebih banyak mengkonsumsi tahu sebagai sumber protein nabati dengan rata-rata 40 gram per hari. Sumber protein hewani yang paling sering dikonsumsi oleh ibu hamil yang berisiko yaitu telur ayam dengan frekuensi 4-5 kali perminggu yaitu dengan rata-rata sebesar 50 gram. Ikan gabus atau haruan dengan frekuensi 3-4 kali per minggu yaitu dengan rata-rata sebesar 40 gram. Daging ayam di konsumsi ibu hamil berisiko dengan prekuensi 2-3 kali per minggu. Untuk daging sapi paling jarang di

6 konsumsi ibu hamil berisiko yaitu dengan frekuensi 1-2 kali per bulan, sehingga jumlah protein yang dikonsumsi baik protein hewani maupun protein nabati masih kurang untuk memenuhi kebutuhan gizi dalam tubuh ibu hamil. Asupan protein ibu hamil dapat terpenuhi ibu harus membiasakan diri untuk merubah kebiasan pola makan ibu yang biasanya kurang baik menjadi baik dengan mengkonsumsi asupan makanan tinggi protein lebih banyak. Sebagian besar protein dianjurkan berasal dari sumber hewani, misalnya daging, telur, susu, produk ayam dan ikan karena makanan ini mengandung asam amino yang optimal. Susu dan produk susu telah lama dianggap sebagai sumber nutrisi, terutama protein dan kalsium yang ideal bagi wanita hamil 9. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Cempaka, bahwa asupan protein dengan kategori defisit yang mempunyai risiko sebanyak 67%, sedangkan asupan energi dengan kategori cukup yang mempunyai risiko sebanyak 31%. Hal ini menunjukkan asupan protein ibu hamil dengan kategori cukup lebih sedikit dibandingkan dengan ibu hamil dengan kategori asupan protein defisit. Hasil uji statistik yaitu uji Korelasi Rank Spearman didapatkan hasil p=0,034 (p<0,05) yang dapat diartikan ada hubungan antara asupan protein dengan terjadinya risiko pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka Tahun 2017. Ibu hamil yang termasuk kategori defisit dikarenakan selama kehamilan asupan protein yang dikonsumsi ibu masih belum tercukupi. Rata-rata ibu hamil yang mengkonsumsi protein hewani seperti telur ayam, daging ayam, daging sapi, ikan haruan dan lain-lain hanya 2-3 kali per minggu, sedangkan protein nabati seperi tahu dan tempe hampir setiap hari di konsumsi ibu hamil. Asupan protein ibu yang defisit sangat berpengaruh dengan kejadian risiko. Apabila asupan protein dari makanan kurang, maka tubuh tidak dapat memenuhi kebutuhan energi, karena protein berfungsi sebagai alternatif terakhir setelah karbohidrat dan lemak terpakai. Protein digunakan sebagai penyusun struktur sel dan jaringan, sehingga ibu hamil yang kekurangan protein dapat mengalami kelelahan otot yang merupakan tanda dari kekurangan protein. Jika kebutuhan zat gizi ibu hamil tidak tercukupi, maka zat gizi yang dibutuhkan janin untuk pertumbuhan dan perkembangannya akan diambil dari cadangan ibu, hal ini akan berpengaruh menghambat kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan janin. Terjadinya risiko pada ibu hamil akan mempengaruhi tumbuh kembang janin dan ibu dapat melahirkan bayi BBLR. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa terdapat

7 hubungan asupan protein dengan kejadian kurang energi kronis. Protein memiliki fungsi yang sangat penting dalam tubuh manusia, protein merupakan sumber energi setelah glikogen, protein juga menjadi katalitase bagi reaksi biokimia dalam tubuh. Selain itu protein digunakan sebagai penyusun struktur sel dan jaringan. Jika asupan protein cukup maka status gizi akan baik termasuk ukuran lingkar lengan atas (LILA) 17. Kesimpulan Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa asupan energy dan protein berhubungan dengan terjadinya risiko pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka. Disarankan agar ibu hamil untuk mengkonsumsi makanan menu seimbang terdiri dari menu utama yaitu makanan pokok seperti nasi. Lauk hewani seperti ikan atau ayam, lauk nabati yaitu tahu atau tempe, serta dilengkapi dengan sayursayuran, buah dan susu. Selain juga diberikan makanan selingan yang bahannya juga bersumber dari karbohidrat, protein hewani dan nabati, lemak, vitamin dan mineral untuk mencegah terjadinya risiko pada ibu hamil. Daftar Pustaka 1. Muliarini, 2010. Pola Makan & Gaya Hidup Sehat Selama Kehamilan, Yogyakarta. 2. Riskesdas, 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 3. Depkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Litbang Departemen Kesehatan. 4. Depkes RI, 2002. Program Perbaikan Gizi Makro, Jakarta : Direktorat Gizi Masyarakat, Depkes RI. 5. Atika Proverawati dan Siti Asfuah. Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan, Yogyakarta: Numed Medika. 6. Baliwati, Yayuk.F. dan Retnaningsih, 2004. Kebutuhan Gizi. Dalam Pengantar Pangan dan Gizi. Editor Yayuk. F. Baliwati, Ali Khomsan dan C. Meti D. Jakarta:Swadaya. 7. Nursalam, 2013. Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 8. Sediaoetama, A.D. 2002. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa Dan Profesi. Jakarta : Dian Rakyat. 9. Chuningham, F Gary.2005.Obstetry Williams. Jakarta : EGC. 252-6,24-111 10. Baliwati, 2006. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya, Surabaya 11. Soetjiningsih, IGN Gde Ranuh. 2003. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC 12. Arisman, 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. EGC. Jakarta 13. Ausa et al. (2013). Hubungan Pola Makan dan Status Sosial Ekonomi dengan Kejadian pada Ibu Hamil di Kabupaten Gowa. Makassar: Universitas Hasanuddin. 14. Surasih, H. 2005.faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keadaan Kekurangan Energi Kronik () Pada Ibu hamil di Kabupaten Banjar

8 Negara.Semarang : IKM Universitas Negeri Semarang. 15. Paath, E.F, et.al. 2004. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC 16. Aritonang, Evawany. Kebutuhan gizi ibu hamil. Bogor. IPB Press; 2010. 17. Sirajuddin, Saifuddin. 2012. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara Biokimia dan Antropometri Makasar: Universitas Hasanuddin.