KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA DI BIDANG KONSERVASI SUMBER DAYA IKAN DI PERAIRAN INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DIREKTORAT KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1982, tepatnya tanggal 10 Desember 1982 bertempat di Jamaika

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA IKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

OLEH : DIREKTUR KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN DITJEN KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN JAKARTA, SEPTEMBER

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN

Ir. Agus Dermawan, MSi -DIREKTUR KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT-

1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Perkembangan Global Perikanan Tangkap Sejak 1974

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II PENGATURAN ILLEGAL FISHING DALAM HUKUM INTERNASIONAL. Dalam definisi internasional, kejahatan perikanan tidak hanya pencurian

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2009 TENTANG PENANGKAPAN IKAN DAN/ATAU PENGANGKUTAN IKAN DI LAUT LEPAS

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERBURUAN BURUNG, IKAN DAN SATWA LIAR LAINNYA

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. ikan) yang cukup tinggi, namun jika dibandingkan dengan wilayah

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN DI ZEE INDONESIA Ida Kurnia*

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

hakikatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila;

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PELESTARIAN SATWA BURUNG DAN IKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mengingat ketentuan-ketentuan yang relevan dari Konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa tentang Hukum Laut tanggal 10 Desember 1982,

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 15/MEN/2009 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

PRINSIP DASAR PENGELOLAAN KONSERVASI

VIII PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PULAU WAIDOBA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang : Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa


1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. negara Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAUT

ASPEK LEGAL INSTRUMEN HUKUM INTERNASIONAL IMPLEMENTASI PENGAWASAN SUMBERDAYA PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2009 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN DI KOTA DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

IUU FISHING DI WILAYAH PERBATASAN INDONESIA. Oleh Prof. Dr. Hasjim Djalal. 1. Wilayah perbatasan dan/atau kawasan perbatasan atau daerah perbatasan

Kawasan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DRAF RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN EKOSISTEM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

HUKUM DAN KEBIJAKAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN TUMBUHAN DAN SATWA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Oleh. Direktur Konservasi dantaman Nasional Laut Ditjen. Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai Negara Kepulauan (Archipilagic State) terbesar di

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PEMANFAATAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA LIAR

BAB III PRASARANA DAN SARANA Pasal 7

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2009 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.05/MEN/2008 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERLINDUNGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER DAYA IKAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

TARGET INDIKATOR KETERANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB V PENUTUP. 1. Mengenai Perkembangan Penegakan Hukum Terhadap Kapal. Fishing (IUUF) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 14 TAHUN 2006

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 6 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 6 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Wilayah Spawing Ground dan Migrasi Tuna Sirip Biru (Anthony Cox, Matthew Stubbs and Luke Davies, 1999)

RENCANA AKSI PENGELOLAAN TNP LAUT SAWU DAN TWP GILI MATRA

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

BUPATI BANGKA TENGAH

Transkripsi:

KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA DI BIDANG KONSERVASI SUMBER DAYA IKAN DI PERAIRAN INDONESIA I. Pendahuluan Indonesia merupakan sebuah negara dengan luas wilayah lautan 2/3 lebih banyak dibanding wilayah daratan yakni sebesar 3,25 juta km2 lautan, dan 2,55 juta km2 Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Hal tersebut mengisyaratkan bahwa Indonesia memiliki potensi di bidang perikanan yang cukup besar. 1 Sumber daya ikan diharapkan menjadi salah satu tumpuan ekonomi nasional di masa mendatang. Hal ini disebabkan ikan telah menjadi salah satu komoditas penting, tidak hanya untuk Indonesia tetapi juga masyarakat dunia. 2 Pemerintah Indonesia sebagai penyelenggara kekuasaan negara sebagaimana diamanatkan pada pembukaan konstitusi memiliki tanggung jawab untuk memajukan kesejahteraan umum kepada tiap-tiap warga negaranya. Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan sumber daya ikan yang ada untuk kepentingan masyarakat. Hal ini sejalan dengan muatan pasal dari Undang- Undang Dasar 1945 itu sendiri yang secara eksplisit menyatakan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementrian Kelautan dan Perikanan, per tahun 2017 angka potensi sumber daya ikan di Indonesia mencapai 12,54 Juta Ton/Tahun. 3 Banyaknya jumlah cadangan sumber daya ikan yang dapat dimanfaatkan bagi warga negara Indonesia tentunya merupakan suatu hal yang baik. Namun, kendati demikian, jumlah cadangan sumber daya ikan yang banyak tersebut jika tidak dibarengi dengan konservasi sumber daya ikan yang baik maka ke depannya hal ini akan berdampak buruk bagi rakyat Indonesia, salah satunya dengan menurunnya jumlah dari stok ikan tersebut. Bahkan untuk beberapa spesies tertentu hal ini dapat menjadi penyebab kepunahan. Pada penelitian ini, penulis hendak meneliti terkait kebijakan seperti apakah yang diambil oleh pemerintah Indonesia selaku pembentuk kebijakan publik pada bidang konservasi sumber daya ikan. Lalu, apakah kebijakan yang diambil pemerintah Indonesia tersebut telah sesuai dengan standar-standar konservasi menurut ketentuan hukum internasional. 1 https://kkp.go.id/artikel/2233-maritim-indonesia-kemewahan-yang-luar-biasa diakses pada 10 September 2018. 2 Lukman Adam, 2012, Kebijakan Pengembangan Perikanan Berkelanjutan, Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol II, Desember, Hal 115. 3 Kepmen KP No. 50/KEPMEN-KP/2017.

II. Standar Konservasi Sumber Daya Ikan Dalam Hukum Internasional Konservasi sumber daya ikan menurut rumusan undang-undang no. 45 tahun 2009 dirumuskan sebagai upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan submber daya ikan, termasuk ekosistem, jenis, dan genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumber daya ikan. Konservasi sumber daya ikan pada hakikatnya dilakukan dalam rangka mempertahankan atau sebisa mungkin meningkatkan sumber daya ikan yang ada. Mekanisme konservasi sebagai suatu rangkaian kegiatan sebagaimana telah dijelaskan pada rumusan pasal di atas tentunya memiliki standar-standar yang harus diikuti dalam rangka tercapainya hasil yang optimal. Di tingkat Internasional, standar konservasi sumber daya ikan diatur dalam perjanjianperjanjian internasional. Perjanjian-perjanjian internasional yang memuat pengaturan mengenai konservasi sumber daya ikan antara lain: United Nations Convention on The Law Of The Sea, 1982, Code of Conduct for responsible fisheries, dan Agreement for the implementation of the provision of the United Nations Convention on the Law of the Sea of 10 December 1982 relating to the Conservation and Management of Straddling Fish Stocks and Highly Migratory Fish Stocks. 4 Pada UNCLOS 1982, mengenai konservasi dinyatakan secara garis besar bahwa negara pantai harus menentukan jumlah tangkapan sumber kekayaan hayati yang dapat diperbolehkan dalam zona ekonomi eksklusifnya. Negara pantai, dengan memperhatikan bukti ilmiah terbaik yang tersedia baginya harus menjamin dengan mengadakan tindakan konservasi dan pengelolaan yang tepat sehingga pemeliharaan sumber kekayaan hayati di zona ekonomi eksklusif tidak dibahayakan oleh eksploitasi yang berlebihan. 5 Tindakan demikian bertujuan untuk memelihara atau memulihkan populasi jenis yang dapat dimanfaatkan pada tingkat yang dapat menjamin hasil maksimum yang lestari, sebagaimana ditentukan oleh faktor ekonomi dan lingkungan yang relevan, termasuk kebutuhan ekonomi masyarakat nelayan daerah pantai dan kebutuhan khusus Negara berkembang, dan dengan memperhatikan pola penangkapan ikan, saling ketergantungan persediaan jenis ikan dan standar minimum internasional yang diajukan secara umum, baik di tingkat sub-regional, regional maupun global. Dalam mengambil tindakan demikian, Negara pantai harus memperhatikan akibat terhadap jenis-jenis yang berhubungan atau tergantung pada jenis yang dimanfaatkan dengan tujuan untuk memelihara atau memulihkan populasi jenis yang berhubungan atau tergantung demikian di atas 4 Yopie Septian Riyadi, 2009, Arti Penting United Nations Implementing Agreement 1995(UNIA) Bagi Indonesia dalam Kaitannya dengan Konservasi dan Pengelolaan Sumber Daya Perikanan di Laut lepas, Skripsi, Universitas Lampung. Hal. 3-4. 5 Pasal 61 Ayat 1 dan 2 UNCLOS 1982.

tingkat dimana reproduksinya dapat sangat terancam. Keterangan ilmiah yang tersedia, statistik penangkapan dan usaha perikanan, serta data lainnya yang relevan dengan konservasi persediaan jenis ikan harus disumbangkan dan dipertukarkan secara teratur melalui organisasi internasional yang berwenang baik sub-regional, regional maupun global di mana perlu dan dengan peran serta semua Negara yang berkepentingan, termasuk Negara yang warganegaranya diperbolehkan menangkap ikan di zona ekonomi eksklusif. 6 III. Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam Konservasi Sumber Daya Ikan di Perairan Indonesia Secara geopolitik, wilayah laut dapat dikategorikan menjadi dua jenis antara lain adalah laut lepas dan perairan nasional masing-masing negara. 7 Perairan nasional negara Indonesia meliputi, yaitu: perairan pedalaman, laut teritorial, perairan kepulauan, zona tambahan, serta zona ekonomi eksklusif. Berkaitan dengan perikanan, pemerintah Indonesia telah mengundangkan instrumen hukum berupa Undang-Undang untuk menjadi dasar bagi segala kegiatan perikanan yaitu Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Pada bidang Konservasi Sumber Daya Ikan, kedua Undang-Undang tersebut tidak mengatur secara detail mengenai konservasi. Pasal 13 Undang-Undang itu hanya menyatakan bahwa: dalam rangka pengelolaan sumber daya ikan, dilakukan upaya konservasi ekosistem, konservasi jenis ikan, dan konservasi genetika ikan. Ketentuan lebih lanjut mengenai hal tersebut diatur dengan Peraturan Pemerintah. Ketentuan lebih lanjut mengenai konservasi dapat ditemukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan. Pada Peraturan Pemerintah tersebut, Konservasi sumber daya ikan terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu: Konservasi ekosistem, konservasi jenis ikan, dan konservasi genetik ikan. Konservasi ekosistem adalah upaya melindungi, melestarikan, dan memanfaatkan fungsi ekosistem sebagai habitat penyangga kehidupan biota perairan pada waktu sekarang dan yang akan datang. Konservasi jenis ikan diartikan sebagai upaya melindungi, melestarikan, dan memanfaatkan sumber daya ikan, untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan jenis ikan bagi generasi sekarang maupun yang akan datang. Sedangkan, konservasi genetik ikan adalah upaya melindungi, melestarikan dan memanfaatan sumber 6 Pasal 61 Ayat 3, 4, dan 5 UNCLOS 1982. 7 Lih. Abdul Muthalib Tahar, 2015, Hukum Internasional dan Perkembangannnya, Lampung: Justice Publisher, hal 67-68.

daya ikan, untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan sumber daya genetik ikan bagi generasi sekarang maupun yang akan datang. 8 Berkenaan dengan konservasi ekosistem, kegiatan yang dilakukan meliputi perlindungan habitat dan populasi ikan; rehabilitasi habitat dan populasi ikan; penelitian dan pengembangan; pemanfaatan sumber daya ikan dan jasa lingkungan; pengembangan sosial ekonomi masyarakat; pengawasan dan pengendalian; dan/atau monitoring dan evaluasi. Kegiatan tersebut dilakukan berdasarkan data dan informasi sumber daya ikan dan lingkungan sumber daya ikan. 9 Konservasi ekosistem dilakukan pada tipe-tipe ekosistem antara lain: laut, padang lamun, terumbu karang, mangrove, estuari, pantai, rawa, sungai, danau, waduk, embung, dan ekosistem perairan buatan. Beberapa tipe ekosistem tersebut ada yang dapat dijadikan sebagai kawasan konservasi perairan. Kawasan konservasi perairan terdiri atas taman nasional perairan, taman wisata perairan, suaka alam perairan, dan suaka perikanan. Menteri adalah pihak yang diberikan wewenang dalam menetapkan suatu kawasan konservasi perairan. 10 Dalam hal suatu kawasan konservasi perairan memiliki potensi biofisik dan sosial budaya yang sangat penting secara global, maka dapat diusulkan oleh Pemerintah kepada lembaga internasional yang berwenang sebagai kawasan warisan alam dunia sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 11 Pengelolaan kawasan konservasi perairan dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangannya. Pengelolaan kawasan tersebut dilakukan satuan unit organisasi pengelola dengan mengacu pada rencana pengelolaan kawasan konservasi perairan yang dibuat sendiri oleh satuan unit organisasi pengelola tersebut, di mana setiap rencana pengelolaan kawasan konservasi tersebut harus memuat zonasi kawasan konservasi perairan. 12 Suatu pengelolaan kawasan konservasi perairan dapat dibentuk jejaring kawasan, baik tingkat lokal, nasional, regional dan global. Kemudian berkenaan dengan konservasi jenis ikan, bahwasanya konservasi ini dilakukan dengan tujuan melindungan jenis ikan yang terancam punah; mempertahankan keanekaragaman jenis ikan; memelihara keseimbangan dan kemantapan ekosistem; dan memanfaatkan sumber daya ikan secara berkelanjutan. Konservasi ini dilakukan melalui penggolongan jenis ikan, penetapan status perlindungan jenis ikan, pemeliharaan, pengembangbiakan dan penelitian pengembangan. Penggolongan jenis ikan adalah pengklasifikasian jenis-jenis ikan yang dibagi ke dalam jenis ikan yang dilindungi dan jenis ikan yang tidak dilindungi. Kriteria 8 Pasal 1 angka 2, 3, dan 4 PP No. 60 Tahun 2007. 9 Pasal 6 ayat (1) dan (2) PP No. 60 Tahun 2007. 10 Pasal 8 ayat (2) dan (3) PP No. 60 Tahun 2007. 11 Pasal 10 PP No. 60 Tahun 2007. 12 Pasal 17 PP No. 60 Tahun 2007.

tentang jenis ikan yang dilindungi meliputi ikan yang terancam punah, langka, daerah penyebaran terbatas (endemik), ikan yang mengalami penurunan jumlah populasi secara drastis, serta ikan dengan tingkat kemampuan reproduksi yang rendah. Penetapan status perlindungan jenis ikan ditetapkan oleh menteri serta tata cara mengenai penetapan status perlindungan jenis ikan tersebut diatur dalam peraturan menteri. 13 Pemeliharaan dilakukan melalui kegiatan koleksi ikan hidup pada suatu media terkontrol sebagai habitat buatan. Pemeliharaan tersebut dapat dilakukan dengan cara mengambil ikan dari habitat alam atau dari hasil pengembangbiakan. Pemeliharaan dapat dilakukan apabila telah memenuhi syarat antara lain: standar kesehatan ikan, tempat yang cukup luas, aman, dan nyaman; dan mempekerjakan tenaga ahli dalam bidang medis dan pemeliharaan ikan. Pihak yang dapat melakukan pemeliharaan yaitu orang perseorangan, kelompok masyarakat, badan hukum Indonesia, lembaga penelitian, dan/atau perguruan tinggi. 14 Pengembangbiakan dilakukan melalui cara pembenihan dalam lingkungan yang terkontrol, penetasan telur, pembesaran anakan yang diambil dari alam, atau transplantasi. Pengembangbiakan dilakukan dengan cara menjaga kemurnian genetik ikan serta harus memenuhi standar kualifikasi pengembangbiakan jenis ikan. Pihak yang dapat melakukan pengembangbiakan dapat berupa perseorangan, kelompok masyarakat, badan hukum Indonesia, lembaga penelitian dan/atau perguruan tinggi. 15 Penelitian dan pengembangan dilakukan terhadap jenis ikan yang dilindungi dan jenis ikan yang tidak dilindungi menurut ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Berkenaan dengan konservasi genetik ikan meliputi pemeliharaan, pengembangbiakan, penelitan dan pelestarian gamet. Ketentuan mengenai pemeliharaan, pengembangbiakan dan penelitian maka ketentuan ketentuan mengenai konservasi jenis ikan diberlakukan secara mutatis mutandis dalam ketentuan konservasi genetik ikan. Pelestarian gamet dilakukan dalam kondisi beku, serta pengaturan secara lebih lanjut mengenai pelestarian gamet ini diatur dalam peraturan menteri. IV. Simpulan. 13 Pasal 24 PP No. 60 Tahun 2007. 14 Pasal 25 PP No. 60 Tahun 2007. 15 Pasal 26 PP No. 60 Tahun 2007.