menjadi penyakit tidak menular (Kemenkes, 2014).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. berdampak pula pada peningkatan angka kematian dan kecacatan. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff,H, 2006). Penyakit ini juga

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masyarakat, termasuk di Indonesia. Bangsa Indonesia yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut badan organisasi dunia World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB 1 PENDAHULUAN. negara agraris yang sedang berkembang menjadi negara industri membawa

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB I PENDAHULUAN. menular (noncommunicable diseases). Terjadinya transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat,

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan, pada tahun 2020

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalaminya. Akan tetapi usia tidak selalu menjadi faktor penentu dalam perolehan

diantaranya telah meninggal dunia dengan Case Fatality Rate (CFR) 26,8%. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sekian banyak penyakit degeneratif kronis (Sitompul, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang banyak menyebabkan kematian. Masalah tersebut menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan prevalens penyakit ini terus

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. kasus. Kematian yang paling banyak terdapat pada usia tahun yaitu

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya.

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB I PENDAULUAN. morbiditas dan mortalitas di perkirakan pada abad ke-21 akan terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh gangguan sekresi insulin, penggunaan insulin atau keduanya(ada,

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin pesat mengakibatkan adanya perubahan pola penyakit dari penyakit menular ke penyakit tidak menular (PTM). PTM merupakan penyebab kematian yang paling sering di sebagian besar negara di Amerika, Mediterania Timur, Eropa, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat. Dari 56 juta kematian yang terjadi di dunia tahun 2012, 68% disebabkan oleh PTM terutama penyakit jantung, diabetes mellitus, kanker, dan penyakit pernapasan kronis. Hampir 82% dari kematian akibat PTM terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2014). Di Indonesia sendiri, penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan yang penting dan dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat. Hal tersebut menjadi beban ganda dalam pelayanan kesehatan, sekaligus tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia. Peningkatan PTM berdampak negatif pada ekonomi dan produktivitas bangsa. Pengobatan PTM seringkali memakan waktu lama dan memerlukan biaya besar. Selain itu, salah satu dampak PTM adalah terjadinya kecacatan termasuk kecacatan permanen. Secara global, regional dan nasional pada tahun 2030 diproyeksikan terjadi transisi epidemiologi dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular (Kemenkes, 2014). Penyebab paling utama kematian akibat PTM secara global pada tahun 2012 adalah penyakit kardiovaskular (46,2%), kanker (21,7%), penyakit sistem 1

2 pernapasan termasuk asma dan penyakit paru obstruksi kronik (10,7%) dan diabetes mellitus (4%). Keempat penyakit inilah yang berkontribusi terhadap 82% kematian akibat penyakit tidak menular (WHO, 2014). Salah satu PTM yang menjadi masalah di dunia adalah Diabetes Mellitus (DM). DM adalah penyakit gangguan metabolik menahun yang lebih dikenal sebagai pembunuh manusia secara diam-diam atau silent killer. DM dikenal juga sebagai mother of disease yang merupakan induk dari penyakit-penyakit lain seperti hipertensi, penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke, gagal ginjal, dan kebutaan (Depkes, 2008). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016, DM terdiri dari 4 tipe yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional, dan gangguan toleransi glukosa. Sebagian besar penderita DM di dunia merupakan penderita DM tipe 2. Sebagian besar diantara penderita DM tipe 2 tersebut merupakan akibat dari kelebihan berat badan dan kurangnya aktivitas fisik. Namun semua tipe DM dapat menyebabkan komplikasi di banyak bagian tubuh dan dapat meningkatkan risiko mati muda. Prevalensi DM secara global tahun 2014 telah mencapai 8,5% pada orang dewasa diatas usia 18 tahun. Prevalensi yang tertinggi terdapat di daerah Mediterania Timur (14%) dan paling rendah di Eropa (8%) dan Pasifik Barat (9%) (WHO, 2014). Menurut International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2015, prevalensi penderita DM di dunia yang berusia antara 20-79 tahun sebesar 8,8%. Sekitar 75% diantaranya berada di negara dengan pendapatan rendah dan

3 menengah. Sebanyak 642 juta orang di dunia atau satu dari 10 orang yang berusia 20-79 tahun diperkirakan akan terkena DM pada tahun 2040. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi DM pada umur 15 tahun di Indonesia berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar 1,5%. Sedangkan DM terdiagnosis dokter atau gejala (poliuria, polidipsia, polifagia dan berat badan menurun) sebesar 2,1%. Untuk kelompok umur yang paling tinggi prevalensinya adalah pada kelompok umur 55-64 tahun (10,3%) dan prevalensi jenis kelamin perempuan lebih tinggi (4,0%) daripada laki-laki (3,4%). Berdasarkan data dari Riskesdas dalam angka Provinsi Sumatera Utara tahun 2013, prevalensi DM pada umur 15 tahun di Sumatera Utara yang terdiagnosis sebesar 1,8%. Prevalensi yang tertinggi terdapat di Kabupaten Deli Serdang (2,9%) dan diikuti oleh Kota Medan (2,7%), Kota Pematang Siantar (2,2%), Kabupaten Asahan (2,1%) serta Kota Gunungsitoli (2,1%). Prevalensi terendah terdapat di Kabupaten Mandailing Natal (0,3%) (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan penelitian Mendrõfa tahun 2011 di RSUD Gunungsitoli, proporsi penderita DM pada kelompok umur 45 tahun lebih tinggi (82,4%) daripada kelompok umur <45 tahun (17,6%) dengan proporsi jenis kelamin perempuan lebih besar (53,9%) daripada laki-laki (46,1%). Sedangkan berdasarkan pendidikan, proporsi tertinggi terdapat pada pendidikan SLTA/Sederajat (50%) dan berdasarkan pekerjaan, proporsi tertinggi terdapat pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 55,9%. Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunungsitoli, penderita DM tipe 2 dengan komplikasi

4 yang dirawat inap di RSUD Gunungsitoli sebanyak 142 orang pada tahun 2015. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunungsitoli tahun 2015. 1.2 Perumusan Masalah Belum diketahui karakteristik penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunungsitoli tahun 2015. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui karakteristik penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunungsitoli tahun 2015. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan, status perkawinan, dan tempat tinggal). b. Mengetahui distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan keluhan utama. c. Mengetahui distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan jenis komplikasi. d. Mengetahui distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan ada tidaknya pemeriksaan kadar gula darah sewaktu dan kadar pemeriksaan.

5 e. Mengetahui distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan penatalaksanaan medis. f. Mengetahui distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan sumber biaya. g. Mengetahui distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan lama rawatan rata-rata. h. Mengetahui distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang. i. Mengetahui proporsi umur berdasarkan kategori komplikasi. j. Mengetahui proporsi jenis kelamin berdasarkan kategori komplikasi. k. Mengetahui proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan kategori komplikasi l. Mengetahui proporsi lama rawatan rata-rata berdasarkan kategori komplikasi. 1.4 Manfaat Penelitian a. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunungsitoli untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap sehingga dapat merencanakan pengobatan dan penanganan yang lebih lanjut bagi penderita. b. Untuk menambah wawasan penulis terkait permasalahan DM tipe 2 dengan komplikasi dan sebagai sarana dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan.

6 c. Sebagai referensi atau sumber informasi bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian tentang DM tipe 2 dengan komplikasi.