dalam bentuk kepribadian manusia (Yuhasriati, 2012). Siswa yang sedang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Fery Ferdiansyah, Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP

BAB II KAJIAN TEORETIS

Kemampuan berpikir kreatif mendapatkan perhatian yang cukup besar dalam bidang pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LATERAL MATEMATIS SISWA MELALUI PEND EKATAN OPEN-END ED

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan seorang akan menjadi manusia yang berkualitas. UU No 20 tahun

BAB II LANDASAN TEORI

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Melalui pendidikan akan lahir generasi-generasi penerus yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dapat menuju ke arah hidup yang lebih baik dengan menempuh

I. PENDAHULUAN. manusia. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan Sumber daya

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik yang dikehendaki dunia kerja (Career Center Maine Department

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah banyak merubah

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dalam berbagai bidang. Hal ini dikarenakan matematika

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dalam suatu negara dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fathimah Bilqis, 2014

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan kehidupan manusia yang merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat,

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda-beda. Jika kemampuan berpikir kreatif tidak dipupuk dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sebab pendidikan merupakan wadah untuk meningkatkan dan. mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP N 1 BAMBANGLIPURO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Widhi Anugrah Sukma Gemilang, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nina Indriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2).

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. teknologinya. Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATISDAN DISPOSISI MATEMATISDALAM PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATANANG S FRAMEWORK FOR MATHEMATICAL MODELLING INSTRUCTION

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hesty Marwani Siregar, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dalam menghadapi perkembangan zaman, siswa dituntut menjadi individu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika sebagai ilmu yang timbul dari pikiran-pikiran manusia yang

PENERAPAN PEMBELAJARAN OSBORN BERBANTUAN WINGEOM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KREATIF DAN BERPIKIR KRITIS MATERI KUBUS DAN BALOK SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ditinjau dari aspek kehidupan manapun, kebutuhan akan kreativitas sangatlah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan. Dari pendidikan anak usia dini hingga menengah atas,

TINJAUAN PUSTAKA. Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMAHAMAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN HEURISTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. berada. Pada dasarnya setiap peserta didik sudah memiliki potensi yang baik di. dapat berkembang melalui proses pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kompetensi agar menjadi manusia yang berkarakter baik secara intelektual,

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan karena pendidikan akan menuntun masa depan seseorang dan salah satu faktor yang mendukung perubahan intelektual manusia. Berdasarkan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan juga dapat mengubah sikap dan perilaku manusia, oleh sebab itu pendidikan sangat dibutuhkan dalam menjadikan individu yang lebih baik. Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memegang peranan penting baik dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun dalam bentuk kepribadian manusia (Yuhasriati, 2012). Siswa yang sedang mengalami proses pembelajaran matematika, memerlukan kemampuan berpikir yang memiliki kemampuan logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta memiliki kemampuan bekerja sama (Hasraluddin, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa dalam belajar matematika siswa harus memiliki kemampuan berpikir kreatif. 1

2 Ketika pada saat proses pembelajaran matematika berlangsung, siswa akan mendapat permasalahan yang diberikan oleh guru baik berupa latihan soal maupun soal berbasis masalah matematika. Oleh karena itu, dibutuhkan pemecahan masalah sebagai jalan keluar dari kesulitan siswa. Pemecahan masalah adalah suatu proses untuk mengatasi kesulitankesulitan yang dihadapi untuk mencapai tujuan yang diharapkan, dalam matematika kemampuan pemecahan masalah harus dimiliki oleh siswa untuk menyelesaikan soal-soal berbasis masalah (Sumartini, 2016). Proses pemecahan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dan dapat menciptakan ide baru serta menyelesaikan model matematika dari suatu masalah matematika. Ketika menyelesaikan masalah matematika dibutuhkan kemampuan berpikir kreatif agar siswa memiliki beragam penyelesaian dari masalah tersebut. Kemampuan berpikir kreatif seseorang diperlukan untuk penentu kesuksesan individu dalam menghadapi aktivitas kehidupan (Husen, 2015). Akibatnya, dengan adanya kreatifitas, individu dapat menghasilkan sebuah gagasan atau ide serta membuat strategi-strategi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Komponen kemampuan berpikir kreatif itu meliputi kemampuan: 1) memahami informasi masalah, yaitu menunjukkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, 2) menyelesaikan masalah dengan beragam jawaban, 3) menyelesaikan masalah dengan satu cara kemudian dengan cara lain dan siswa memberikan penjelasan tentang berbagai metode penyelesaian itu, 4) memeriksa jawaban dengan berbagai metode

3 penyelesaian dan kemudian membuat metode yang berbeda (Putra, 2012). Siswa diberi kebebasan dalam mencari alternatif penyelesaian masalah selain yang pernah diajarkan oleh guru tujuannya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatifnya. Siswa dapat menemukan metode baru yang berbeda dari metode yang pernah diajarkan oleh guru dalam menyelesaikan masalah tersebut. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran di SMP Raden Fatah Kota Batu pada tanggal 4 Desember 2017, pembelajaran matematika masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang bersifat teacher centered dimana guru berperan aktif dalam menyampaikan materi pembelajaran. Hal ini mengakibatkan siswa bersifat pasif dan hanya mendengarkan, menyalin apa yang diberikan oleh guru. Kurikulum 2013 menjelaskan bahwa pembelajaran harus bersifat student centered, sehingga siswa dituntut untuk lebih aktif guru hanya sebagai fasilitator. Hasil wawancara dengan guru dan pernyataannya adalah ketika guru memberikan soal yang berbasis masalah kepada siswa, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaiakan masalah tersebut, karena masih banyak siswa yang hanya mengikuti penyelesaian dari contoh masalah yang di berikan oleh guru. Oleh sebab itu, ketika guru memberikan soal berbasis masalah dan berbeda dengan contoh soal berbasis masalah yang diberikan guru maka siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal berbasis masalah tersebut. Siswa masih memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah. Hal ini untuk meningkatkan

4 kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran matematika, perlu dilaksanakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya. Berdasarkan permasalahan yang telah di uraikan diatas maka model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan kreatif siswa dalam menyelesaikan soal berbasis masalah salah satunya adalah model Treffinger. Model Treffinger merupakan model yang menangani masalah kreativitas secara langsung dan memberikan saran-saran praktis bagaimana mencapai keterpaduan. Model pembelajaran Treffinger melibatkan dua ranah, yaitu kognitif dan afektif. Model Treffinger menunjukkan saling hubungan dan ketergantungan antara keduanya dalam mendorong belajar kreatif (Munandar, 2009). Model Treffinger dapat meningkatkan kreatif siswa dan meningkatkan sikap kognitif dan sikap afektif siswa. Berdasarkan permasalahan dan hasil observasi yang dideskripsikan sebelumnya, maka peneliti akan melakukan penelitiannya untuk menganalisis kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah matematika pada model pembelajaran Treffinger di SMP Raden Fatah Kota Batu Kelas VII-A. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut: 1 Bagaimana penerapan model Treffinger pada kelas VII-A SMP Raden Fatah Batu pada materi bangun datar segi empat

5 2 Bagaimanakah tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VII-A SMP Raden Fatah Batu dalam menyelesaikan masalah matematika melalui model pembelajaran treffinger? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kreatif dalam menyelesaikan masalah matematis siswa kelas VII- A SMP Raden Fatah Batu melalui pembelajaran model Treffinger. 1.4 Pembatasan Masalah Batasan masalah ini yaitu analisis kemampuan berpikir kreatif dalam menyelesaikan soal matematika yang berbasis masalah pada model pembelajaran Treffinger. Penelitian ini terfokus pada materi bangun datar segiempat. Penelitian dilakukan pada kelas VII-A di SMP Raden Fatah kota Batu. 1.5 Manfaat Penelitian a) Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi referensi terhadap upaya peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam konteks pembelajaran model Treffinger. b) Manfaat Praktis Manfaat penelitian ini secara praktis adalah sebagai berikut: 1. dapat mengaplikasikan materi perkuliahan yang didapatkan 2. dapat memperoleh pelajaran dan pengalaman dalam menganalisis kemampuan berpikir kreatif siswa.

6 3. dapat menambah pengalaman mengajar di lingkungan sekolah. 4. dapat memberikan sumbangan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. 1.6 Definisi Operasional a) Berpikir kreatif Berpikir kreatif adalah suatu proses untuk menemukan ide atau gagasan dalam memecahkan masalah. Berpikir kreatif memiliki indikator, yaitu: kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), elaborasi (elaboration). b) Masalah matematika Masalah matematika adalah suatu pertanyaan atau soal cerita yang bersifat menantang, yang tidak dapat diselesaikan dengan prosedur rutin atau prosedur yang sudah biasa dilakukan oleh siswa. Masalah matematika tersebut di berikan kepada siswa kelas VII di SMP Raden Fatah kota Batu dengan materi bangun datar segiempat. c) Model pembelajaran Treffinger Model Treffinger adalah proses pembelajaran matematika yang menekankan pada kemampuan berpikir kreatif siswa dalam penyelesaian masalah. Model Treffinger memiliki tiga langkah inti, yaitu: 1) basic tools; teknik berpikir divergen, 2) practice with process; pengembangan proses penyelesaian masalah, dan 3) working with real problems; keterlibatan dalam masalah nyata.