PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI WACANA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN SQ4R PADA SISWA KELAS VII A SMP PANCASILA CANGGU TAHUN PELAJARAN 2012/2013



dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

MENGANALISIS ASPEK-ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA. Sumarni. Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kamaludin Gumilar, 2013

I. PENDAHULUAN. analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. Metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) pada Siswa Kelas

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MEMAHAMI HAKEKAT DAN ASPEK-ASPEK DALAM READING (MEMBACA)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan di sekolah memiliki tiga variabel yang sangat

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa digunakan

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI PENERAPAN STRATEGI PQ4R KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI GEMBONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

BAB II KAJIAN TEORI. Hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca

PENERAPAN METODE SQ3R DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS V SD NEGERI TRIREJO

PENTINGNYA PEMBINAAN KEGIATAN MEMBACA SEBAGAI IMPLIKASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UCI SUGIARTI ABSTRAK

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. Action Research (Wardhani, dkk., 2007: 1.3). Selanjutnya Suharsimi

2015 PENERAPAN METODE PQ4R (PREVIEW QUESTION READ REFLECT RECITE REVIEW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA MEMINDAI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI BACAAN MELALUI TEKNIK MEMBACA SCANNING

2015 FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB II LANDASAN TEORI. menyimak atau mendengarkan (listening skills), keterampilan berbicara (speaking

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB II LANDASAN TEORI. Pada dasarnya membaca merupakan suatu proses. Berikut akan dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN NASKAH DRAMA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 PADANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah pisah.aktivitas yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

PENERAPAN MODEL PQ4R DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROCEDURAL FLUENCY SISWA. NANANG PBU MAN Tlogo Blitar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran.

BAB III METODE PENELITIAN. disarankan adalah penelitian tindakan. Dari namanya itu sendiri sudah. bukanlah kepentingan guru) (Arikunto, 2012:2).

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2 PENERAPAN METODE THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMPULKAN ISI BERITA YANG DIBACAKAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VII 2 SMPN TELAGA TAH

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN SAWOJAJAR V KOTA MALANG

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research).

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Wawat Suryati STKIP-PGRI Bandar Lampung ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

PENGGUNAAN METODE MEMBACA SQ4R UNTUK MENINGKATKAN READING SKILL MAHASISWA

PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY MENGGUNAKAN HANDOUT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. atau berita, fakta, dan pendapat dari seorang penutur kepada pendengar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Nurdia Artu. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Oleh: Prihatini Mualifah Program Studi Pendidikan dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang kita pakai sehari-hari dan juga

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN KARTU BERGAMBAR SISWA KELAS SATU

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) ruang lingkup penelitian, dan (5)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Sri Lestari Dr. Sunarti, M.Pd Universitas PGRI Yogyakarta

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eka Fanovita Mulyani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan

MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN TEKNIK BRAINWRITING PADA SISWA KELAS X SMK MA ARIF 4 KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pula pembelajaran bahasa-bahasa asing, di antaranya bahasa Inggris, bahasa

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MEDIA GAMBAR SERI DI KELAS IV SDN 5 BILUHU KABUPATEN GORONTALO

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN: PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI STRATEGI MEMBACA EKSPRESIF

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum sekolah keterampilan berbahasa biasanya mencakup empat segi,

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN. MELALUI METODE SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) PADA

PENGGUNAAN STRATEGI SQ4R (SURVEY, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan untuk mewujudkan diri menjadi manusia yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN METODE MIND MAPPING

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari kebudayaan manusia

Transkripsi:

1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI WACANA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN SQ4R PADA SISWA KELAS VII A SMP PANCASILA CANGGU TAHUN PELAJARAN 212/213 Oleh : Ni Luh Eka Noviyanti NPM : 9.8.3.51.31.1.5.2712 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHA SARASWATI DENPASAR TAHUN 213

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Membaca adalah suatu proses yang di lakukan serta dipergunakan untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media katakata atau bahasa tertulis (Tarigan, 1986:7). Kebiasaan membaca masih belum berkembang sepenuhnya baik di sekolah maupun di masyarakat. Di sekolah, keterampilan membaca perlu mendapat perhatian baik dari kalangan guru maupun murid, karena manfaatnya akan terlihat tidak saja pada pelajaran Bahasa Indonesia, tetapi juga pada pelajaran lainnya.kecenderungan mendapatkan informasi melalui percakapan secara lisan tampaknya masih lebih kuat dari pada melalui bacaan atau secara tertulis.ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa minat dan kebiasaan membaca juga merupakan bukti kecenderungan di atas.(tampubolon, 1987:41). Minat dan kebiasaan membaca yang baik, sebagai bagian yang penting dari budaya tulisan tidak mungkin dimiliki dalam waktu singkat.pengembangannya memakan waktu yang relative lama dan harus sejalan dengan perkembangan pendidikan masyarakat pada umumnya, khususnya di sekolah perlu mendapatkan perhatian. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (27:6), terdapat pembelajaran membaca yang menuntut siswa untuk memahami berbagai wacana,

3 baik sastra maupun nonsastra. Selain dalam pembelajaran membaca, juga terdapat pembelajaran menyimak, berbicara dan menulis. Keterampilan membacalah yang sangat di butuhkan untuk memahami isi wacana (sebuah wacana) daripada ketiga keterampilan lain. Tarigan (1985:7) menyatakan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakkukan serta di pergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang di sampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Untuk memahami pesan yang di sampaikan penulis, pembaca tidak hanya memahami makna hariah, kata perkata tetapi juga pembaca harus memahami makna secara global dari pesan tersebut. Dengan demikian, untuk memahami makna keseluruhan pesan tersebut, pembaca memerlukan strategi atau cara belajar yang tepat. Pengajaran yang baik meliputi mengajarkan siswa bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berpikir dan bagaimana memotivasi diri mereka sendiri.pengajaran setrategi belajar berdasarkan pada dalil bahwa keberhasilan siswa sebagian besar bergantung pada kemahiran untuk belajar mandiri dan memonitor belajar mereka sendiri.hal inilah yang menjadikan strategi belajar mutlak diajarkan kepada siswa sendiri mulai dari sekolah dasar dan terus belajar sampai sekolah menengah dan pendidikan tinggi. Hal lain yang dianggap penting dalam mengajarkan strategi belajar adalah alur pemikiran Arends (dalam Trianto, 27:143), yang memberikan kelemahan guru dalam tugas mengajarkan siswa bagaimana belajar sebagai tujuan pendidikan. Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah di tentukan.dihubungkan dengan belajar-mengajar, strategi dapat di artikan sebagai

4 pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajarmengajar untuk mencapai tujuan yang telah di gariskan. Strategi belajar mengacu pada prilaku dan proses-proses berpikir yang di gunakan oleh siswa yang mempengaruhi materi yang di pelajari, termasuk proses memori dan metakognitif. Selanjutnya Pressley (dalam Trianto, 27:144) mengatakan, bahwa strategi belajar adalah operator-operator kognitif yang meliputi proses-proses yang secara langsung terlibat dalam menyelesaikan tugas (belajar). Berdasarkan hasil observasi awal yang telah peneliti lakukan di kelas VII A SMP Pancasila, ternyata proses pembelajaran masik bersifat konvensional. Metode ceramah dan pemberian tugas masih mendominasi dalam proses pembelajaran, sehingga siswa cendrung pasif dan malas mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Kondisi itu berpengaruh juga pada prestasi belajar siswa yang menjadi rendah. Nilai rata-rata kelas dalam materi memahami isi wacana adalah 59,2 masih di bawah kriteria ketuntasan minimum (KKM) yaitu 7. Siswa kelas VII A SMP Pancasila Tahun Pelajaran 211/212 masih mengalami kesulitan dalam memahami satu isi wacana. Ini tampak jelas ketika siswa diminta menceritakan kembali isi wacana yang telah di bacanya, sebagian besar siswa tidak mampu menceritakannya.jumlah siswa yang banyak yaitu 38 orang merupakan salah satu penyebab pembelajaran menjadi kurang kondusif. Oleh karena itu, guru dituntut kreatif untuk mengembangkan pembelajaran yang inovatif untuk menanggulangi masalah yang di hadapi oleh siswa kelas VII A SMP Pancasila. Berdasarkan paparan di atas, peneliti ingin menerapkan strategi belajar SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review) dalam pembelajaran

5 memahami isi wacana. Dengan penerapan strategi belajar SQ4R, diharapkan kemampuan siswa kelas VII A SMP Pancasila dapat di tingkatkan. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul Peningkatan Kemampuan Memahami Isi Wacana Melalui Strategi Belajar SQ4R pada Siswa Kelas VII A SMP Pancasila Tahun Pelajaran 211/212. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di kemukakan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah dengan penerapan strategi belajar SQ4R dapat meningkatkan kemampuan memahami isi wacana pada siswa kelas VII A SMP Pancasila Tahun Pelajaran 211/212? 2. Bagaimana langkah-langkah strategi belajar SQ4R dalam pembelajaran memahami isi wacana pada siswa kelas VII A SMP Pancasila Tahun Pelajaran 211/212? 1.3 Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini ada dua tujuan yang ingin di capai yaitu: (1) tujuan umum dan (2) tujuan khusus. 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memupuk dan mengembangkan kecakapan berbahasa Indonesia secara lisan dan tulisan serta memupuk dan mengembangkan kecakapan berpikir dinamis rasional dan praktis. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah:

6 1. Untuk mendapatkan data yang pasti dapatkah strategi belajar SQ4R meningkatkan kemampuan memahami isi wacana pada siswa kelas VII A SMP Pancasila Tahun Pelajaran 211/212. 2. Untuk menemukan langkah-langkah strategi belajar SQ4R yang tepat dalam pembelajaran memahami isi wacana pada siswa kelas VII A SMP Pancasil Tahun Pelajaran 211/212. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Bertitik tolak dari masalah dan tujuan penelitian ini maka perlu adanya batas pembahasan dalam penelitian tindakan kelas ini.dilihat dari penjelasan masalah penelitin diatas,maka ruang lingkup penelitian dibatasi pada peningkatan kemampuan memahami isi wacana melalui strategi belajar SQ4R pada siswa kelas VII A SMP Pancasila Tahun Pelajaran 211/212. 1.5 Manfaat Penelitian Suatu penelitian dikatakan berhasil apabila dapat memberikan manfaat yang berarti bagi bidang yang ditelitinya.penelitian keterampilan berbahasa Dallam hal ini kemampuan memahami isi wacana melalui strategi belajar SQ4R,secara garis besar dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis. 1.5.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan motivasi dan pembaharuan kepada pemerhati pendidikan khususnya guru untuk pengembangan strategi belajar yang tepat dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. 1.5.2 Manfaat Praktis

7 1.5.2.1 Manfaat Bagi Dunia Pendidikan 1. Bagi guru,sebagai bahan dalam menentukan teknik atau metode yang tepat dalam menyajikan pelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam memahami isi wacana. 2. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai input atau masukan untuk meningkatkan pemahaman tentang isi suatu bacaan,sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. 1.5.2.2 Manfaat Bagi Peneliti 1. Peneliti dapat mengetahui kemampuan siswa dalam memahami isi wacana dalam kurun waktu tertentu. 2. Manfaat bagi pengembang kurikulum hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan agar pelajaran memahami isi wacana diberi waktu secara proporsional. 1.6 Asumsi Pada hakikatnya asumsi adalah suatu pernyataan yang kebenarannya tidak di ragukan lagi, dugaan sementara yang tidak perlu di teliti lagi.hal ini sesuai dengan pendapatnya Netra (1977:92). Asumsi merupakan padanan dari kata postulat (dalil) keduanya disejajarkan dasar atau praduga dalam bahasa Indonesia (Jendra, 1981:14).Jadi asumsi atau anggapan dasar dapat diartikan sebagai jawaban sementara atau perkiraan saja yang tidak perlu di buktikan lagi. Peneliti berasumsi bahwa:

8 1. Semua siswa dianggap mempunyai kualitas dan kuantitas yang sama terhadap pengajaran Bahasa Indonesia berdasarkan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). 2. Situasi belajar siswa di dalam kelas dianggap sama. 3. Setiap siswa mempunyai buku pegangan/buku paket yang sama. 4. Guru ditempat diadakannya penelitian mempunyai kewenangan mengajarkan Bahasa Indonesia di SMP Pancasila.

9 BAB II LANDASAN TEORI Sebagai landasan teori untuk mncapai tujuan yang diteapkan dalam penelitian ini,maka perlu diberikan uraian secara teoritis berdasarkan keputusan yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.adapun teori-teori yng digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang berkenaan dengan konsep yang disesuaikan denagn judul penelitian yaitu: a).membaca sebagai keterampilan berbahasa,b). hakikat membaca,c). tujuan membaca, d). komponen-komponen keterampilan membaca, e). ragam membaca,f). pengertian membaca pemahaman, g). unit pemahaman membaca, h).mengembangkan keterampilan membaca, i). strategi belajaar SQ4R. 2.1 Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa Keterampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah biasanya mencakup empat segi, yaitu: (a) keterampilan menyimak/mendengar (listening skills), (b) keterampilan berbicara (speaking skills), (c) keterampilan membaca (reading skills) dan (d) keterampilan menulis (writing skills). Setiap keterampilan tersebut erat sekali hubungannya dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka rona (Tarigan, 1979:1). Dalam memperoleh keterampilan berbahasa maka kita biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur.mula-mula pada masa kecil, kita belajar menyimak, setelah itu kita belajar berbicara, kemudian membaca dan menulis.keempat keterampilan

1 berbahasa tersebut merupakan satu kesatuan (Dawson, dalam Tarigan, 1979:1).Demikianlah dalam tinjauan umum ini, keterampilan berbahasa dalam bahasa Inggris di sebut language (arts and skills).istilah art digunakan untuk melukiskan sesuatu yang bersifat personal, kreatif, dan original.sebaliknya kata skills keterampilan dipakai untuk menyatakan sesuatu yang bersifat mekanis, eksak dan impersonal. Salah satu keterampilan berbahasa, keterampilan membaca merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi menggunakan bahasa secara tertulis.yang berarti pula bahwa dengan membaca, manusia berkomunikasi terhadap sesama (Wiryodijoyo, 1989:1).Membaca merupakan aktivitas berbahasa yangbersifat aktif-reseptif.membaca dikatakan reseptif karena dalam kegiatan membaca, pembaca bertindak selaku penerima pesan dalam suatu hubungan komunikasi antara penulis dengan pembaca yang bersifat tidak langsung.dikatakan akrif karena di dalam kegiatan membaca sesungguhnya terjadi semacam interaksi antara pembaca dengan penulis.pembaca tidak hanya sekedar menerima indormasi dari apa yang di bacanya. Melainkan juga memikirkan informasi-informasi dari apa yang di bacanya, melainkan juga memikirkan informasi-informasi yang tidak di terima tersebut. Untuk dapat memahami semua informasi tersebut, pembaca perlu memahami makna yang tersirat di balik bacaan itu.dalam keadaan de3mikian, untuk mendapakan keterampilan membaca yang memadai, perlu dilatih secara terus menerus. 2.2 Hakikat Membaca Beberapa ahli membeerikan definisi tentang membaca. Andirson (dalam Tarigan, 1979:7) mengatakan, bahwa dari segi linguistik, membaca merupakan

11 suatu proses penyandian kembali dan membaca sandi, berlainan dengan berbicara atau menulis yang justru melibatkan penyandian. Sejalan dengan pendapat tersebut, Carol (dalam Wiruodijoyo, 1989:14) menyatakan bahwa membaca adalah dua tingkat proses dari penerjemahan dan pemahaman pengarang menulis pesan berupa kode (tulisa) dan membaca adalah mengartikan kode itu. Secara umum, menurut Tarigan (1979:7), membaca dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak di sampaikan oleh penulis melalui media katakata/bahasa tulis, misalnya saat kita membaca sebuah bacaat tentu tujuan kita adalah untuk memahami arti dari bacaan tersebut yang di sampaikan melaluimedia kata. Pendapat tersebut relatif sama dengan yang di sampaikan Syafi ie dalam Mahyuni, 29:11), bahwa membaca adalah kegiatan berbahasa untuk menerima isi pesan komunikasi yang disampaikan dengan medium bahasa, pesan komunikasi yang di maksud antara lain berupa informasi, fakta gagasan, serta ungkapan perasaan, misalnya ketika seorang pembaca cerpen, tentu pembaca akan memperoleh pesan yang di sampaikan oleh penulis baik itu yang berupa pendapat atau yang berupa ungkapan perasaan. Terkait dengan kegiatan membaca, Kridalaksana (1984:94) menyatakan, bahwa membaca adalah suatu cara untuk mengambil informasi dari teks baik berupa gambar atau media tulis dan juga kombinasi dalam bentuk lambanglambang grafik dan perubahan menjadi wicara bermakna dalam bentuk pemahaman secara diam-diam ataupun keras-keras. Yamin (dalam Mahyuni, 29:12) menjelaskan bahwa membaca adalah suatu cara untuk mendapakan informasi yang di sampaikan secara verbal dan merupakan hasil ramuan pendapat,

12 gagasan, teori, hasil penelitian para ahli untuk diketahui dan menjadi pengetahuan siswa. Kemudian pengetahuan tersebut dapat di terapkan dalam berpikir, menganalisis, bertindak dan dalam pengambilan keputusan.karena itu, membaca secara psikologis memang berat, membaca menguras pikiran, membutuhkan ketenangan, konsentrasi, kenyamanan, kesehatan dan lain sebagainya. Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat di simpulkan bahwa membaca adalah suatu proses kegiatan memahami lambang, simbol-simbol, sandi, atau kode berupa tulisan ke dalam wujud makna sehingga memperoleh pesan atau informasi sesuai dengan yang di sampaikan oleh penulis. Membaca membutuhkan keterampilan dan pembiasaan, banyak orang-orang yang rajin membaca akan terapi dia tidak menemukan apa-apa dari bacannya. Membaca membutuhkan konsentrasi, penguasaan kata-kata dan kecepatan membaca, membaca tidak dapat dilakukan dengan aktivitas lain, seperti membaca sambil menulis, mendengar, bercakap cakap dan lain-lain. Salah satu aktifitas ini akan menganggu membaca. 2.3 Tujuan Membaca Dalam melakukan kegiatan membaca manusia tentu memiliki tujuan yang ingin di capai.tujuan membaca sangat bergantung pada keinginan pembaca. Secara umum, tujuan membaca tersebut adalah untuk mendapatkan informasi dari apa yang di baca, misalnya seorang pembaca memerlukan inforrmasi tentang keadaan tanah dan letak geografis, maka buku yang dibaca adalah bacaan yang berkaitan dengan geografi. Sehubungan dengan hal tersebut, Tarigan, (1979:9) mengatakan, bahwa membaca adalah untuk mencari informasi yang mencakup isi dan makna bacaan. Bila dirinci secara lebih detail, menurut Tarigan (1979:9) ada beberapa tujuan penting dalam membaca. Tujuan yang dimaksud adalah (a)

13 membaca untuk memperoleh fakta-fakta, (b) membaca untuk memperoleh ide-ide utama, (c) membaca untuk mengetahui urutan dan susunan organisasi cerita, (d) membaca untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan (e) membaca untuk menilai atau mengevaluasi, dan (f) membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan. Membaca untuk memperoleh fakta-fakta yaitu kegiatan membaca untuk menemukan informasi tentang suatu hal yang benar-benar terjadi misalnya membaca koran mengenai pemilihan gurbernur atau akan memperoleh fakta pemilihan tersebut yang sedang hangat dibicarakan. (a) Membaca untuk memperoleh ide-ide utama adalah kegiatan membaca untuk memperoleh hal-hal pokok yang berkenan dengan bacaan. Misalnya membaca sebuah teks yang terdiri atas paragraf tentu dalam paragraf tersebut terdapat ide utama/ide-ide pokok yang selanjutnya diikuti dengan kalimat penjelas. (b) Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan cerita dalam bacaan. Kegiatan membaca ini adalah untuk memberikan simpulan dan memberikan kesan, pendapat, atau pandangan teoritis terhadap isi bacaan. Misalnya, seseorang membaca surat pembaca akan menemukan bagian-bagiannya yang mana merupakan pembukaan, isi dan penutup. (c) Membaca untuk mengklasifikasikan yaitu kegiatan membaca yang bertujuan untuk melakukan penyusunan bersistem mengenai isi bacaan dalam kelompok atau golongan yang tepat. Misalnya seseorang membaca bacaan mengenai sebuah peristiwa, maka pembaca akan bisa

14 menyimpulkan dan menduga-duga apa yang terjadi dalam peristiwa tersebut. (d) Membaca untuk menilai atau mengevaluasi yang dimaksud adalah pembaca mampu memberikan penilaian terhadap isi bacaan yang telah di baca. Misalnya membaca sebuah karya sastra untuk kemudian memberikan penilaian tentang isi atau peristiwa yang ada dalam karya sastra tersebut. (e) Membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan yaitu kegiatan membaca untuk membandingkan apa yang di baca dengan kenyataan yang di hadapi dalam kehidupan pembaca. Misalnya membaca mengenai pendapat para ahli tentang sesuatu, maka pembaca akan membandingkan atau mempertentangkan pendapat tersebut. Sehubungan dengan tujuan membaca,suriyadi (dalam Landuh, 1997:7) berpendapat bahwa tujuan membaca adalah (a) mengisi waktu luang/mencari hiburan, artinya suatu kegiatan membaca yang dilakukan untuk mengisi kekosongan waktu dan untuk mencari hiburan ketika tidak melakukan suatu pekerjaan atau sudah sesusai pekerjaan misalnya membaca komik atau novel pada jam istirahat sehingga waktu tidak terbuang percuma, (b) membaca untuk kepentingan studi. Membaca ini dilakukan untuk kepentingan pendidikan dan menambah pengetahuan serta wawasan mengenai teori-teori yang sedang dipelajari. Misalnya membaca sebuah buku untuk memperoleh sebuah teori untuk melengkapi tugas, (c) membaca untuk mencari informasi penting yaitu suatu kegiatan membaca yang dilakukan untuk mencari informasi yang bersifat utama, pokok dan berguna bagi pembaca, misalnya membaca untuk mengetahui

15 perkembangan politik atau hal penting lainnya, (d) membaca untuk memperkaya perbendaharaan kosakata dilakukan dengan tujuan untuk menambah perbendaharaan yang dimiliki. Misalnya membaca kata-kata yang masih asing untuk menambah penguasaan kosakata. Berdasarkan kedua pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan yang ingin di capai dalam membaca pemahamanan yaitu, (a) memperkaya perbendaharaan kosakata, (b) untuk mencari fakta, (c) untuk kepentingan studi, dan (d) untuk mencari informasi. 2.4 Komponen-Komponen Keterampilan Membaca Setiap guru bahasa perlu menyadari serta memahami bahwa membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks dan rumit karena mencakup atau melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil.terkait dengan hal itu, Broughton (dalam Tarigan, 1997:1) menyatakan bahwa ada tiga komponen yang perlu diperhatikan dalam keterampilan membaca. Komponen yang dimaksud sebagai berikut: 1) Pengenalan terhadap aksara serta tanda baca. Keterampilan tahap ini merupakan suatu kemampuan untuk mengenal bentuk-bentuk yang di sesuaikan dengan kode yang berupa gambar-gambar atas suatu lembaran, lengkungan, garis, titik-titik dalam hubungan yang berpola teratur rapi. 2) Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik formal. Keterampilan kedua ini merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan tanda-tanda hitam di atas kertas dengan bahasa. Tidak mungkin belajar membaca tanpa kemampuan belajar memperoleh serta

16 memahami bahasa. Hubungan itu jelas sekali terlihat antara unsur-unsur dari pola tersebut dan unsur bahasa yang formal. 3) Hubungan antara aksara, tanda baca, serta unsur linguistik dengan makna atau meaning. Keterampilan ketiga ini mencakup keseluruhan keterampilan membaca, pada hakikatnya merupakan keterampilan intelektual. Ini merupakan kemampuan atau abilitas untuk menghubungkan tanda-tanda di kertas dengan bahasa yang formal, yaitu kata-kata atau bunyi, dengan makna yang dilambangkan oleh kata-kata tersebut. Sesuai dengan pandangan tersebut, Broughton (dalam Tarigan, 1979:12) membedakan keterampilan atas dua aspek penting. Kedua aspek tersebut sebagai berikut: 1. Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah. Aspek ini mencakup: (a) pengenalan bentuk huruf, (b) pengenalan unsur-unsur linguistic (fonem, kata, frase, klausa, kalimat dan lain-lain), (c) pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan- ejaan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis) dan (d) kecepatan membaca bertaraf lambat. 2. Keterampilan yang bersifat pemahaman yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi. Aspek ini mencakup: (a) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorika), (b) memahami signifikasi atau makna (maksud dan tujuan pengarang/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca), (c) evaluasi atau penilaian (isi, bentuk), (d) kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah di sesuaikan dengan keadaan.

17 Selanjutnya menurut Broughton (dalam Tarigan, 1979:12) bahwa untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan mekanisme (mechanical skills), aktivitas yang paling sesuai adalah membaca nyaring, membaca bersuara (reading aloud: oral reading). Kemudian untuk keterampilan pemahaman (comprehension askills), yang paling tepat adalah dengan membaca dalam hati, (client reading), yang dapat juga di bagi atas: 1. Membaca ekstensif (ekstensive reading). Membaca ekstensif ini mencakup: (a) membaca survey (survey reading), (b) membaca sekilas (skimming), dan (c) membaca dangkal (super ficial reading). 2. Membaca intensif (intensive reading). Membaca intensif ini mencakup (a) membaca telaah isi (content study reading), yang mencakup: membaca teliti (close reading), membaca pemahaman (comprehensive reading), membaca kritis (critical reading), membaca ide (reading for ideas), dan (b) membaca telaah bahasa (language study reading), yang mencakup: membaca bahasa asing (foreign language reading) dan membaca sastra (literatury reading). Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan perhatian pada aspek keterampilan membaca yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi. Hal itu dilakukan karena peneliti ingin mengetahui keterampilan dan tingkat pemahaman siswa terhadap suatu bacaan keterampilan membaca yang dimaksud di sini berupa membaca pemahaman tepatnya membaca dalam hati dengan kategori membaca intensif, khususnya membaca telaah isi, yang mencakup: membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, membaca ide. Keempat

18 keterampilan membaca telaah isi tersebut tidak di bedakan secara tegas dalam penelitian ini.artinya, pemahaman terhadap kualitas keterampilan membaca siswa dilakukan dengan melihat kemampuan siswa menelaah isi bacaan yang mencakup keempat keterampilan tersebut. Hal itu sejalan dengan pandangan Tarigan (1979:56) yang mengatakan bahwa membaca telaah isi pada prinsipnya sama dengan membaca pemahaman. Jenis membaca ini biasa digunakan untuk memahami standar-standar atau norma kesusastraan, resensi kritis, drama tulis, dan pola-pola fiksi. 2.5 Ragam Membaca Sesuai dengan aspek-aspek atau komponen-komponen yang baru saja diuraikan, Aminudin (25:16) mengatakan beberapa ragam membaca yang secara keseluruhan meliputi: (1) membaca dalam hati, (2) membaca cepat, (3) membaca teknik, (4) membaca bahasa, (5) membaca estesis, (6) membaca kritis, dan (7) membaca kreatif. Ketujuh ragam membaca tersebut terangkum dalam pendapat Tarigan (1979:11-12) yang membedakan ragam membaca menjadi dua macam.ragam membaca yang dimaksud adalah sebagai berikut. 1. Membaca nyaring yaitu suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid ataupun membaca bersama-sama dengan orang lain atau mendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran dan perasaan seorang pengarang. Kegiatan membaca ini dilakukan disertai dengan kegiatan menyimak untuk memahami apa yang di bacakan orang. 2. Membaca dalam hati yaitu kegiatan membaca dengan mempergunakan ingatan visual, yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan pada membaca dalam hati sang anak mencapai kecepatan pemahaman frase-

19 frase, memperkaya kosakata, dan memperoleh keuntungan dalam hal keakraban dengan sastra yang baik. Membaca dalam hati dibedakan lagi menjadi dua yaitu membaca ekstensif dan membaca intensif.membaca intensif terdiri dari membaca telaah isi dan membaca telaan bahasa. Berikut akan dijelaskan kedua macam membaca intensif. 1. Membaca telaah bahasa yaitu membaca telaah bahasa mencakup juga membaca sastra. Hal itu berdasarkan fakta bahwa pada hakikatnya segala sesuatu yang bersifat konkret, terdiri atas bentuk dan isi. Begitu pula dengan bacaan, terdiri dari isi, seperti informasi-informasi yang tersirat didalamnya dan bentuk berupa bahasa yang berupa pilihan kata, kalimat-kalimat, serta ejaan. Aktivitas membaca yang terbatas mengkaji bahasa, tidak sampai pada mengkaji isi merupakan aktivitas membaca telaah bahasa. 2. Membaca telaah isi, setelah menemukan bahan atau hal yang menarik hati pada membaca sekilas, maka biasanyakita ingin mengetahui serta menelaah isinya secara lebih mendalam. Menelaah isi suatu bacaan menuntut ketelitian, pemahaman, kekritisan berpikir serta keterampilan menangkap ide-ide yang tersirat dalam bahan bacaan. Karena itu dalam membaca telaah isi, dapat dibagi atas membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis dan membaca ide. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskanpada kegiatan membaca telaah isi atau membaca pemahaman.sebagaimana telah di sampaikan pada bagian

2 terdahulu, hal itu dilakukan karena peneliti ingin mengetahuui keterampilan dan tingkat pemahaman siswa terhadap suatu bacaan. 2.6 Pengertian Membaca Pemahaman Tarigan (1979:56) menegaskan bahwa membaca telaah isi pada prinsipnya sama dengan membaca pemahaman. Jenis membaca ini biasanya digunakan untuk memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan, resensi kritis, drama tulis, dan pola-pola fiksi. Terkait dengan jenis membaca pemahaman, Burhan (1971:19) menjelaskan bahwa membaca pemahaman adalah suatu perbuatan yang dilaksanakan berdasarkan kerja sama beberapa kemampuan yaitu mengamati, memahami, dan sekaligus memikirkan isi bacaan. Dalam hal ini membaca dilakukan tidak hanya membaca secara sekilas tanpa mempertimbangkan pemahaman terhadap isi bacaan. Supriyadi (dalam Arthana, 1997:8) menyatakan definisi membaca pemahaman merupakan jenis bacaan yang dilakukan tanpa menyuarakan apa yang dibaca dengan tujuan untuk keperluan studi menambah pengetahuan dengan memperoleh informasi. 2.7 Unit Pemahaman Membaca Bruns dan Roe (dalam Sudiana, 27:22-27) membedakan unirt pemahaman membaca menjadi lima yaitu: 2.7.1 Pemahaman Kata Pembaca dituntut untuk mengenali kata-kata yang terdapat dalam bacaan atau teks.dalam hal ini, pembaca dituntut untuk mampu mengucapkan, baik dalam hati maupun dengan bersuara, kata-kata tersebut dengan lafal yang benar.

21 Dalam memaknai kata perlu diperhatikan jenis-jenis kata.ada dua jenis makna kata, yaitu makna kata denotative adalah makna dasar, atau makna kata umum suatu kata.disamping kata dasar, ada kata yang juga memiliki konotatif yaitu makna tambahan atau makna sampingan. 2.7.2 Pemahaman Frasa Frasa merupakan suatu bahasa yang besar daripada kata.dalam kajian sintaksis, frasa lazim disebut kelompok kata.frasa sebagai kelompok kata menduduki salah satu unsure fungsional kalimat, seperti subjek, predikat, objek atau keterangan.untuk memahami suatu teks, pembaca perlu mengetahui makna frasa-frasa yang membentuk kalimat. 2.7.3 Pemahaman Kalimat Untuk mengetahui makna kalimat, pembaca perlu mengetahui struktur dan fungsi kalimat.struktur kalimat berkaitan dengan bentukbentuk kalimat. Hal ini mengisyaratkan proses sebuah kalimat tersebut disusun atau di bangun. Fungsi kalimat berkaitan dengan penggunaan kalimat tersebut dalam komunikasi.terkaitdengan fungsi tersebut dikenal dengan adanya kalimat berita, kalimat Tanya dan kalimat perintah. 2.7.4 Pemahaman Paragraf Paragraf merupakan satauan bahasa yang lebih luas dari kalimat.sebuah paragraf dibangun dengan mengorganisasikan sejumlah kalimat.kalimat-kalimat yang membentuk paragraf mendukung pengungkapan suatu ide pokok. Dalam membaca, pemahaman terhadap masing-masing paragraf sangat penting untuk memahami teks secara keseluruhan. Tanpa

22 pemahaman paragraf yang memadai, pemahaman keseluruhan teks sudah tentu akan sangat terlambat. Pemahaman terhadap paragraf akan sangat membantu pembaca dalam memahami teks. 2.7.5 Pemahaman Keseluruhan Teks keseluruhan teks tersusun dari jumlah unit bahasa yang lebih kecil, yaitu kata, frasa, kalimat, dan paragraf. Pemahaman terhadap keseluruhan teks sangat bergantung pada pemahaman terhadap unit-unit bahasa yang lebih kecil. Unit bahasa yang secara langsung membentuk teks adalah paragraf.sejumlah paragraf disusun sedemikian rupa untuk membangun sebuah teks. Keseluruhan teks tersebut dapat mempresentasikan pemaparan ide, deskripsi objek atau proses, narasi, atau argumentasi. 2.8 Mengembangkan keterampilan membaca Setiap guru bahasa perlu menyadari serta memahami bahwa membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, rumit dan mencakup atau melibatkan serangkaian kerampilan-keterampilan yang lebih kecil.terkait dengan hal itu Brougton (dalam Tarigan, 1979:1) menyatakan bahwa adalah tiga komponen yang perlu diperhatikan dalam keterampilan membaca. Kompenen yang dimaksud adalah sebagai berikut: (1) pengenalan terhadap aksara serta tanda baca. Keterampilan tahap ini merupakan suatu kemampuan untuk mengenal bentukbentuk yang disesuaikan dengan mode yang berupa gambar-gambar diatas suatu lembaran, lengkungan, garis, titik-titik dalam hubungan yang berpola yang teratur rapi. (2) korelasi aksara berserta tanda-tanda baca dengan unsure-unsur linguistic yang formal. Keterampilan kedua ini merupakan suatu kemampuan untuk