BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penderita DM pada tahun 2013 (2,1%) mengalami peningkatan dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. di pasar saat ini adalah berbentuk flake. Sereal dalam bentuk flake dianggap

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. Proses penggilingan padi menjadi beras tersebut menghasilkan beras sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah pengidap diabetes melitus (diabetesi) di dunia saat ini terus

BAB I PENDAHULUAN. seperti selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Karbohidrat pada ubi jalar juga

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (2000), 57 juta angka kematian di dunia setiap

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya terus meningkat secara global, termasuk di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 230 juta. Angka ini akan mengalami kenaikan sebesar 3% atau bertambah

BAB I PENDAHULUAN. oleh konsumen rumah tangga dan industri makanan di Indonesia. Tepung

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

I. PENDAHULUAN. Saat ini masyarakat mengkonsumsi mie sebagai bahan pangan pokok

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya untuk menanggulangi permasalahan gizi dan kesehatan.

UJI GLUKOSA DAN ORGANOLEPTIK KUE BOLU DARI PENAMBAHAN TEPUNG GAPLEK DAN BEKATUL SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai macam masalah. Menurut McCarl et al., (2001),

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah pengidap diabetes mellitus tipe 2 dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN. yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi.

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan jagung, dan ubi kayu. Namun, perkembangan produksinya dari tahun ke tahun

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor

I. PENDAHULUAN. Bertambahnya populasi penduduk usia lanjut, perubahan gaya hidup terutama

I. PENDAHULUAN. ketergantungan terhadap tepung terigu, maka dilakukan subtitusi tepung terigu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah gizi merupakan masalah global yang terjadi di sebagian besar belahan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN mg/dl. Faktor utama yang berperan dalam mengatur kadar gula darah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil umbi-umbian, antara lain

BAB I PENDAHULUAN. dasar tepung terigu yang digemari oleh semua kalangan usia (subagjo,

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. ubi jalar merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penderitanya mengalami peningkatan yang cukup pesat dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

lain-lain) perlu dilakukan (Suryuna, 2003).

DISERTASI. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Doktor di Program Doktor Ilmu Pertanian

MAKANAN UTUH (WHOLE FOODS) UNTUK KONSUMEN CERDAS. Fransiska Rungkat Zakaria, PhD, Prof. Anggota Badan Perlindungan Konsumen Nasional

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk semi padat yang biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. terdapat pada waluh. Secara umum waluh kaya akan kandungan serat, vitamin, dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. bersifat praktis. Salah satu contohnya dalam memenuhi kebutuhan nutrisi

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. antara lain serealia, palmae, umbi-umbian yang tumbuh subur di hampir

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, teksturnya yang lembut sehingga dapat dikonsumsi anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Undang-undang No.18 Tahun 2012 tentang Pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pola penyakit bergeser dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan pangan menurut Indrasti (2004) adalah dengan

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan terigu oleh masyarakat Indonesia terus meningkat. Berdasarkan data dari APTINDO (2014) dilaporkan bahwa konsumsi tepung

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan salah satu. permasalahan gizi di Indonesia (Herman, 2007). Balita yang menderita KEP

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap konsumsi tepung. terigu cukup tinggi. Berbagai produk pangan yang diolah menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

I. PENDAHULUAN. Sejak dulu, tanaman aren atau enau merupakan tanaman penghasil bahanbahan

I. PENDAHULUAN. mempunyai keunggulan, yaitu kaya karbohidrat. Oleh karena itu, ubi jalar dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai masalah yang berkaitan dengan pangan dialami banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami?

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan banyaknya ketersediaanya pangan lokal asli yang ketersediannya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik kronis (gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein akibat defisiensi insulin absolut) yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan kelainan pembuluh darah (mikromakroangiopati). Diabetes mellitus ada dua tipe yaitu diabetes tipe I (diabetes juvenile) adalah diabetes yang umumnya didapat sejak masa kanak-kanak dan diabetes tipe II yaitu diabetes yang didapat setelah dewasa (Riskesdas, 2013). Penyakit Diabetes Melitus dahulu banyak dijumpai pada orang dewasa dan kelompok masyarakat menengah keatas. Penderita diabetes mellitus tipe II setiap tahun meningkat diseluruh dunia terutama di negara berkembang karena perubahan gaya hidup yang tidak tepat. Studi populasi diabetes mellitus tipe II di berbagai negara oleh WHO menunjukkan jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia menempati urutan keempat terbesar dari 8,426 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,257 juta pada tahun 2030 (WHO, 2013). Sejalan dengan WHO, Intenational Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009, memperkirakan kenaikan jumlah penderita diabetes mellitus dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan WHO dan IDF menunjukkan adanya peningkatan jumlah penderita diabetes mellitus sebanyak 2 sampai 3 kali lipat pada tahun 2030 (PERKENI, 2011). Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia sebesar 1,5% dan Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu wilayah di Indonesia dengan prevalensi penderita diabetes mellitus sebesar 2,1% (Riskesdas, 2013). Diabetes mellitus merupakan penyakit yang beresiko diturunkan apabila pemahaman tentang cara mengatur pola hidup sehat kurang, seperti pola makan, aktivitas fisik, waktu istirahat, dan gaya hidup. Menurut Suyono (2002) diabetes mellitus tidak saja faktor keturunan, diperlukan faktor lain yang disebut dengan faktor resiko atau faktor pencetus misalnya kegemukan, pola makan yang salah, minum obat yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah, proses menua, stress. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit diabetes mellitus yaitu peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar dan menurunnya kualitas sumber daya manusia. Penyakit diabetes mellitus dapat dicegah, ditunda 1

kedatangannya atau dikendalikan faktor resikonya (Kemenkes, 2010). Penderita diabetes mellitus dapat dikendalikan dengan empat pilar pengendalian, salah satu pilar pengendalian diabetes mellitus adalah penatalaksanaan diet yang disarankan untuk mempertahankan kadar gula darah agar tetap terkontrol dan dipertahankan mendekati normal, mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal, memberi cukup energi untuk mempertahanakan atau mencapai berat badan normal, menangani atau menghindari komplikasi akut pasien dan meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal (Almatsier, 2010). Strategi dalam pengaturan pola makan untuk membantu mengendalikan glukosa darah salah satunya melalui konsumsi makanan yang tidak menimbulkan peningkatan glukosa darah secara cepat (Franz, 2012). Ubi jalar merupakan salah satu sumber karbohidrat kompleks, serat, dan tergolong memiliki Indeks Glikemik rendah (IG=44) dibandingkan dengan sumber karbohidrat lain seperti beras (IG=51), kentang (IG=74), jagung (IG=59), dan ubi kayu (IG=46). Konsumsi karbohidrat kompleks 50% dari total energi dapat meningkatkan dan memperbaiki pembakaran glukosa dijaringan perifer dan memperbaiki sel β pankreas (Avianty, 2014). Tanaman ubi jalar relatif mudah dibudidayakan karena memiliki daya penyesuaian yang tinggi terhadap kekeringan. Selain itu, zat gizi yang terkadung dalam ubi jalar dapat mengimbangi zat gizi yang terdapat pada gandum dan beras. Namun, permintaan dan pemanfaatan ubi jalar di Indonesia masih cukup rendah (Margareth, 2006). Ubi jalar yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas ubi jalar cilembu. Pengolahan ubi jalar di Indonesia masih cukup sederhana dan pengolahan masih dalam bentuk ubi segar seperti dipanggang, direbus, dan digoreng. Ubi jalar dalam bentuk tepung akan lebih mudah diolah menjadi berbagai produk olahan (Margareth, 2006). Tepung ubi jalar cilembu memiliki kandungan gizi yaitu karbohidrat 91,83%, protein 4,77%, lemak 0,95%, air 6,11%, dan abu 2,44% (Julita, 2012). Ubi jalar kaya akan vitamin (B1, B2, C, dan E), mineral (kalsium, potassium, magnesium, dan zink), serat pangan (Suda et al. 2003). Keunggulan ubi jalar cilembu dibandingkan dengan jenis ubi jalar lainnya adalah rasa manis alami seperti madu. Ubi jalar cilembu mengandung beberapa jenis gula oligosakarida. Menurut penelitian Marlis (2008) ubi jalar cilembu mengandung oligosakarida sebesar 0,34% yang dapat bersifat sebagai prebiotik dan mendukung pertumbuhan prebiotik. Selain itu ubi jalar cilembu mempunyai kandungan 2

vitamin A dalam bentuk β-karoten sebesar 8.509 mg per 100g (Mayastuti, 2002) yang lebih banyak dibandingkan dengn ubi jalar varietas lain. Betakaroten adalah sumber antioksidan yang berperan untuk menangkal radikal bebas, penederita diabetes mellitus umumnya memiliki tingkat radikal bebas yang lebih tinggi dan rendah antioksidan. Tepung bekatul merupakan hasil samping dari proses penggilingan padi yang jumlahnya mencapai 8-12% (Damardjati, 1995). Tepung bekatul memiliki kandungan gizi yang tinggi terutama vitamin B15. Vitamin B15 mampu menyempurnakan metabolisme dalam tubuh. Selain itu kandungan serat makanan khususnya serat larut, minyak, dan kandungan komponen bioaktif yaitu oryzanol dapat menyehatkan tubuh (Wirawati, 2009). Menurut Luh (1991) tepung bekatul mengandung protein 12,0-15,6%, lemak 15,0-19,7%, dan karbohidrat 6,6-9,9%. Tepung bekatul mempunyai kandungan serat kasar yang tinggi mencapai 20,9%. Serat yang terkandung didalam tepung bekatul terdiri dari karbohidrat (selulosa, hemiselulosa, pektin, dan lignin) yang tidak dapat dihidrolisa oleh enzim pencernaan. Bahan yang mengandung banyak serat akan mempercepat transit time makanan di usus sehingga menjadi lebih pendek, serat pangan juga dapat menurunkan kolesterol dalam darah. Tepung bekatul memiliki rasa pahit yang berasal dari saponin. Saponin merupakan senyawa fitokimia yang dapat menghambat penyerapan glukosa usus halus, dan menghambat pengosongan lambung, dengan melambatnya absorbsi makanan akan semakin lama dan kadar glukosa darah akan membaik (Mahendra dan Fauzi, 2005). Perkembangan teknologi pangan di Indonesia semakin meningkat seiring perkembangan zaman, ditandai dengan inovasi produk pangan terbaru yang mulai bermunculan di pasaran. Salah satu jenis pangan yang dikenal masyarakat adalah pangan fungsional. Pangan fungsional merupakan bahan pangan yang kandungan komponen aktifnya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, diluar manfaat yang diberikan zat-zat gizi yang terkandung didalamnya (Yuniastutik, 2016). Salah satu bentuk dari pangan fungsional yang saat ini mulai dikenal adalah sereal dengan bentuk flakes (lembaran dengan ukuran kecil). Produk pangan flakes merupakan salah satu produk yang digemari oleh masyarakat, karena ukuran, bentuk, dan rasa yang bervariasi, serta mudah disajikan hanya dengan penambahan susu atau air panas. Rasa dari flakes bervariasi mulai dari rasa coklat, vanila, madu, buah-buahan, hingga rasa alami seperti corn flakes. Pada umumnya produk ini dibuat dari serealia (gandum, 3

jagung, dan beras) dengan penambahan bahan lain kemudian diproses menggunakan panas untuk menurunkan kadar air dan mematangkan produk (Cauvain dan Young, 2006). Namun penggunaan flakes tersebut dapat disubstitusi dengan tepung yang bersumber dari bahan lain dengan kandungan pati yang tinggi dan kaya serat (Pacheco, 2005). Produk pangan flakes merupakan produk pangan yang relatif mahal di daerah tropis, karena sebagian besar menggunakan gandum impor (Edema et al, 2005). Oleh karena itu dilakukan usaha untuk mencari substitusi tepung gandum atau terigu dengan bahan-bahan lokal yang dapat menurunkan impor gandum (Giami, 2004). Guna membuat flakes menjadi makanan selingan untuk diet penderita diabetes mellitus maka diperlukan substitusi tepung gandum dari bahan pangan lokal, dengan pemanfaatan pangan lokal dapat mendukung program pemerintas dalam diversifikasi pangan. Ubi jalar cilembu merupakan salah satu bahan pangan lokal yang dapat digunakan dalam pembuatan flakes. Beradasarkan uraian diatas, diperlukan suatu kajian penelitian tentang produk dari bahan pangan lokal yaitu tepung ubi jalar cilembu dan tepung bekatul sebagai bahan pembuatan flakes untuk penderita diabetes mellitus. Flakes dengan substitusi tepung ubi jalar cilembu (Ipomoea batatas (L)) dan tepung bekatul (rice bran) memiliki kandungan gizi sesuai dengan diet diabetes mellitus B, diharapkan flakes menjadi alternatif makanan selingan penderita diabetes mellitus. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui nilai gizi, mutu kimia, dan mutu organoleptik pada pengembangan tepung ubi jalar cilembu dan tepung bekatul sebagai bahan baku pembuatan flakes untuk penderita diabetes mellitus. B. Rumusan Masalah Bagaimana formulasi flakes substitusi tepung ubi jalar cilembu da tepung bekatul terhadap mutu kimia (protein, lemak, karbohidrat, dan serat) dan mutu organoleptik (rasa, warna, aroma, dan tekstur) untuk penderita diabetes melitus B? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum : Mengetahui perbandingan formulasi tepung ubi jalar cilembu dan tepung bekatul yang tepat untuk penderita diabetes melitus tipe B terhadap mutu kimia dan mutu organoleptik pada flakes. 4

2. Tujuan Khusus : a. Menghitung nilai energi flakes hasil formulasi tepung ubi jalar cilembu dan tepung bekatul b. Menganalisis mutu kimia (protein, lemak, karbohidrat, dan serat) flakes hasil formulasi tepung ubi jalar cilembu dan tepung bekatul c. Menganalisis mutu organoleptik flakes hasil formulasi tepung ubi jalar cilembu dan tepung bekatul d. Menentukan taraf perlakuan terbaik flakes hasil formulasi tepung ubi jalar cilembu dan tepung bekatul e. Menghitung angka kecukupan gizi per serving size flakes hasil formulasi formulasi tepung ubi jalar cilembu dan tepung bekatul. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis : Penelitian ini menjadi salah satu alternatif pengembangan makanan selingan berbahan baku lokal untuk penderita diabetes mellitus sebagai makanan selingan berupa flakes hasil substitusi tepung ubi jalar cilembu (Ipomoea batatas (L)) dan tepung bekatul (rice bran) pada flakes untuk penderita diabetes melitus B. 2. Manfaat Keilmuan : Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai alternatif makanan selingan yang dapat diberikan kepada penderita diabetes mellitus B, serta dapat menunjang program disversifikasi pangan dengan pemanfaatan sumber daya lokal. 5

E. Kerangka Konsep Diabetes Mellitus Tipe II Terapi Gizi Medis Diet Diabetes Mellitus B Askandar Tjokroprawiro Formulasi flakes dengan pemanfaatan bahan lokal Tepung Ubi Cilembu Dan Tepung Bekatul Nilai Energi Mutu Kimia - Protein - Lemak - Karbohidrat - Serat Mutu Organoleptik - Rasa - Warna - Tekstur - Aroma Keterangan garis : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : 6