BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri atau identitas diri. Pencarian jati

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sebagai pakaian yang ketinggalan zaman, bahkan saat ini hijab sudah layak

BAB I PENDAHULUAN hingga (Unicef Indonesia, 2012). Menurut Departemen Sosial

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase

BAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. diwarnai dengan berbagai macam emosi, baik itu emosi positif maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan individu yang telah lulus dari perguruan tinggi disebut sebagai Sarjana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

PENDAHULUAN. seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang memiliki bentuk tubuh yang ideal memang menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai warga masyarakat. Meskipun manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan

BAB I PENDAHULUAN. Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. individual yang bisa hidup sendiri tanpa menjalin hubungan apapun dengan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dikarenakan kompleksnya permasalahan-permasalahan yang ada di dalamnya. Masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB III GAMBARAN UMUM VARIABEL SOSIALISASI KELUARGA DAN PERILAKU PROSOSIAL ANAK

: PETUNJUK PENGISIAN SKALA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas perkembangan yang sangat penting yaitu mencapai status

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia melalui kegiatan pengajaran, kegiatan pengajaran ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan individu menghadapi persaingan global yang menuntut adanya

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

BABI PENDAHULUAN. Persahabatan merupakan hal yang bersifat universal yang dapat dirasakan

Jalani kehidupan Penuh badai menghadang Akan mudah dijelang Dengan hadirnya seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

A. SAJIAN DATA. 1. Respon Guru Jika Murid Tidak Mengerti Materi Pembelajaran

LEMBAR HASIL WAWANCARA (INFORMAN)

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya menuju dewasa. Remaja cenderung memiliki peer group yang

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

Pedoman Wawancara Proses Komunikasi Antarpribadi Efektif Pegawai P2TP2A Kabupaten Serdang Bedagai dengan Anak Korban Kekerasan Seksual

PENDAHULUAN. Mahasiswa yang menjalani kuliah di kampus ada yang merasa kurang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

PEDOMAN OBSERVASI FENOMENA KORBAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DALAM DUNIA PENDIIDKAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. rumah bibi subjek pertama dan dirumah subjek sendiri selaku subjek

BAB I PENDAHULUAN. dengan komunikasi adalah kecemasan komunikasi. masalah-masalah yang banyak terjadi pada remaja maupun dewasa dikarenakan

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang ditandai dengan tumbuh kembangnya organisasi atau perusahaan. Adanya

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pondok Pesantren Daar el-qolam merupakan salah satu pondok pesantren

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu

Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa unggul merupakan salah satu Universitas swasta yang

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep

BAB V PENUTUP. yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Kesimpulan tersebut meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

Informan S1 S2 S3 S4 S5

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tempat yang terdekat dari remaja untuk bersosialisasi sehingga remaja banyak

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA MAHASISWA AKTIVIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, berikut ini adalah gambaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan komunikasi memiliki kaitan yang sangat erat, segala sesuatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Coakley (dalam Lerner dkk, 1998) kadang menimbulkan terjadinya benturan antara

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasaya. perubahan penampilan pada orang muda dan perkembangan

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

PEDOMAN WAWANCARA. Eksistensi Komunitas Lesbian Di Kota Bandung. (Suatu Fenomenologi Tentang Eksistensi Komunitas Lesbian Di Kota Bandung)

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan manusia pada masa remaja terjadi perubahan-perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari hari, tanpa disadari individu sering kali bertemu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beranjak dewasa. Selain tugas-tugas akademis yang dikerjakan, mahasiswa juga

BAB IV ANALISIS DATA. maupun pengamatan lapangan. Pada Bab ini peneliti akan menguraikan data

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri atau identitas diri. Pencarian jati diri remaja biasanya ditandai oleh keinginan untuk mencoba berbagai macam hal yang mereka sukai dan cocok untuk memenuhi kebutuhan diri remaja. Masa remaja memiliki keunikan tersendiri yang berbeda dengan tahapan kehidupan sebelumnya atau sesudahnya. Remaja bukan lagi seorang anak, demikian juga belum bisa disebut dewasa. Masa remaja masih serba canggung dan belum bisa dianggap dewasa di bagian masyarakat dewasa (Santrock, 2007). Menurut Hurlock (2004) salah satu karakteristik remaja adalah mulai memasuki hubungan teman sebaya (peer group), remaja sudah mulai mengembangkan interaksi sosial yang lebih luas dengan teman sebaya dan beradaptasi dengan lingkungannya. Dalam proses adaptasi dan pencarian jati diri ini, remaja dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi yang baik seperti mampu bersikap kritis dalam menyampaikan pendapat serta mampu mengatasi konflik (Hurlock, 2004) Dengan kata lain, kemampuan berkomunikasi secara efektif remaja idealnya telah berkembang sehingga mampu menghindari konflik dengan lingkungan sekitarnya. Selain itu, sejalan dengan pencarian jati diri, remaja menghadapi berbagai persoalan antara lain secara psikologis seperti kurangnya rasa nyaman dengan

2 kelompok teman sebaya, keinginan untuk mengikuti kegiatan kelompok, sering terlibat konflik karena kurang mampu mengendalikan emosi (Santrock, 2007). Fenomena yang berkaitan dengan komunikasi juga terjadi di SMA Don Bosco Jakarta Selatan pada tahun 2010. Di SMA tersebut pernah terjadi pemukulan dan kekerasan oleh senior dalam kegiatan MOS bersumber dari persoalan yang sepele yaitu salah satu siswa merasa diremehkan dan direndahkan (edukasi.kompas.com), Begitu pula kasus kekerasan yang terjadi di Sekolah Menengah Pertama al Jannah, Jakarta Timur, yang dipicu oleh ledekan oleh teman-teman yang tidak menyukai siswa tersebut, telah membuat siswa keluar dari sekolahnya (www.news.okezone.com). Artinya, munculnya perilaku-perilaku negatif terjadi karena ada kesalahpahaman sehingga informasi yang disampaikan tidak dapat diterima dengan baik oleh lawan bicara, akibatnya terjadi sikap yang tidak mampu menghargai oranglain serta berperilaku kasar. Kasus lain yang terjadi pada remaja di Pontianak siswa sekolah menengah umum yang ditemukan tewas bunuh diri karena putus dari pacarnya orangtua nya menemukan selembar surat yang berisi pernyataan bahwa siswa tersebut melakukan tindakan tersebut karena merasa kecewa dengan pacarnya. Dari kasus tersebut maka komunikasi efektif antara orang tua dengan anak kurang terjalin. Utamadi (dalam Titi, 2002) mengungkapkan hasil penelitiannya pada remaja awal tentang hubungan komunikasi efektif tentang seksualitas dalam keluarga dengan sikap remaja awal terhadap pergaulan bebas antar lawan jenis. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara sikap terhadap pergaulan bebas

3 pada remaja awal perempuan dan laki-laki dengan komunikasi efektif tentang seksualitas dalam keluarga. Semakin tinggi komunikasi efektif tentang seksualitas dalam keluarga yang diberikan maka akan semakin tinggi pula sikap remaja awal perempuan maupun laki-laki terhadap pergaulan bebas antar lawan jenis. Hal yang terjadi pada remaja SMKN 1 Kotaagung Timur Lampung, yang menjadi subyek penelitian ini memiliki masalah dalam komunikasi dengan temantemannya seperti terlihat dari beberapa wawancara di bawah ini : Subyek A: Di sekolah saya punya teman deket tapi ga punya teman banyak disini, sekarang lagi marahan sama dia, ga jarang saya marahan sama dia. Kalau udah marahan kayak gini kita cuma diem-diem aja. Masalahnya kan waktu ada acara di sekolah kan ngadain lomba tarian daerah nah saya dipilih sama temen saya yang lain dan temen deket saya buat jadi anggota tarian trus kita selama seminggu latihan terus dan pas udah mau deket ke hari H nya temen saya langsung gantiin saya dengan yang lain tanpa sepengetahuan saya, dan saya merasa kecewa tapi ga bisa apa-apa dan dia ga ada penjelasan kenapa saya ga jadi diikutin lomba itu. Anggota yang lain juga ga bilang apa-apa ke saya. Setelah lomba, temen deket saya itu negor saya buat ngajak ngobrol tapi saya diemin trus saya tinggal pergi. Sekarang temen deket saya itu malah ngediemin saya sampe sekarang (DS, kelas XI, perempuan). Dari hasil wawancara DS, DS sulit mengungkapkan perasaannya ke temannya sehingga muncul sikap diam dan ketika temannya mencoba untuk berbicara DS tidak menanggapi temannya, DS merasa dikecewakan ketika tidak diikutsertakan dalam acara lomba tarian daerah oleh temannya padahal DS selalu mengikuti latihan tarian. Subyek B: temen-temen di sini sih biasanya kalau dikelas bentuk geng (kelompok) 4-6 orang dan mereka maunya komunikasi antar geng aja, saya ga punya geng disini, kayak kemarin kan ada pembagian tugas kelompok yang dikasih sama pak guru, nah kita disuruh buat kelompok masing-masing,kebanyakan mereka pilih geng-nya aja dan saya ga kebagian kelompok. Sering kayak gini ga kebagian kelompok. Ga tau

4 kenapa saya ngerasa ga dibutuhin kalo ada tugas kelompok. Mereka ga mau terima saya, alasannya udah pas kelompoknya. Mereka kayak ga peduli sama saya. Sama pak guru, saya dimasukin ke satu kelompok, pas udah masuk kelompok, saya ga diajak buat berdiskusi ( F, kelas XI, Laki-laki). Dari pernyataan F, remaja di sekolah tersebut hanya mau berkelompok dengan teman yang sudah akrab. F memiliki kelompok ketika ada pembagian tugas dan F merasa tidak dipedulikan didalam tugas kelompok. Berdasarkan beberapa wawancara remaja DS dan remaja F diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi tidak efektif yang ditandai oleh sikap menutup diri, sikap yang kurang menghargai teman seperti mengacuhkan teman, tidak membantu teman saat kesulitan, akan berdampak pada relasi yang tidak menyenangkan seperti sikap abai. Berikut hasil wawancara dengan beberapa remaja SMKN 1 Kotaagung Timur Lampung yang merasa mampu berkomunikasi efektif: Subyek C : komunikasi saya disekolah sih biasa-biasa aja kayak yang lain. Temenan sama siapa aja, disetiap kelas saya pasti punya temen, sering pulang bareng-bareng sambil cerita-cerita kalo udah cerita saya dengerin aja sampe temen selesai cerita abis itu baru saya yang gantian cerita. Pernah sih ada masalah sama temen, Kalau ada hal yang ga enak dihati, saya lebih suka dibicarain langsung ke orangnya karena saya gak mau jadi beban pikiran. Urusan dia terima apa gak nya belakang. yang penting saya jujur sama perasaan saya. Selebihnya kita sejalan sih... (M, kelas X, laki-laki). Dari pernyataan M, menyatakan bahwa M mampu berkomunikasi dengan siapa saja, mampu berbagi cerita serta menanggapi dengan baik dan tidak memilih-milih teman. M lebih suka berbicara jujur dengan perasaannya.

5 Subyek D : kalo di kelas biasanya ngobrol sama temen cowo kalo ga cewe, tapi seringan ngobrolnya sama temen cowo soalnya lebih bisa dengerin cerita sih dan lebih nyaman ketimbang sama temen cewe, kalo di mintain bantuan juga lebih enak ke temen cowo. Kaya misalnya minta bantuin ngerjain tugas dari guru yang saya ga ngerti terus dia mau bantuin ngajarin nyelesain tugas itu sampe saya paham. Kalau saya udah paham, Kadang-kadang juga temen yang cewek suka minta bantuan saya juga, ya saya sih ga apa-apa kan berbagi ilmu..hehehe (SN, kelas X, perempuan). Dari pernyataan SN, menyatakan bahwa SN lebih senang berkomunikasi dengan laki-laki daripada perempuan, SN lebih nyaman berkomunikasi dengan laki-laki karena lebih mudah memahami dirinya. SN memiliki rasa peduli kepada temannya. Menurut Rakhmat (2011), bahwa komunikasi efektif ditandai oleh adanya hubungan interpersonal yang baik, yaitu: sikap percaya, sikap suportif, dan sikap terbuka. Dengan kemampuan komunikasi yang efektif memungkinkan individu dapat diterima oleh lingkungan sekitarnya (Rakhmat dalam Nurul Fitri, 2012). Terlihat dari wawancara remaja M dan remaja SN memiliki kemampuan komunikasi efektif, remaja tersebut mampu mengungkapkan perasaannya kepada teman, dan memiliki kedekatan dengan temannya, mampu menanggapi dengan baik, dan membantu teman yang sedang kesulitan dalam proses belajar. Berbeda dengan siswa yang memiliki kemampuan komunikasi tidak efektif, seperti wawancara remaja DS dan F siswa cenderung sulit mengungkapkan perasannya, sulit menghargai orang lain, kurang berempati, tidak ekspresif, dan tidak memiliki sikap kesetaraan. Berikut adalah wawancara salah satu guru di SMKN 1 Kotaagung Timur Lampung, kelas multimedia kelas XI :

6 Disini cara pengajaran khususnya untuk melatih kemampuan berkomunikasi murid tiap masing-masing guru berbeda-beda dan tekniknya tidak ditentukan oleh pihak sekolah. ada yang memakai teknik diskusi kelas yang mewajibkan siswa berdiskusi kelompok tentang materi pelajaran yang diberikan, ada yang memakai teknik problem solving seperti yang saya gunakan yaitu guru memberi kasus tentang materi pelajaran kemudian siswa diminta untuk mencari pemecahan permasalahan secara berkelompok, setelah tugas yang saya berikan selesai lalu tugas dikumpulkan kemudian saya bahas bersama-sama di kelas agar masing-masing paham dan biasanya mereka merespon dengan baik seperti ada siswa yang bertanya kemudian saya tanggapi, tapi banyak juga kalau ditanya mereka hanya diam dan menganggukan kepala padahal belum memahami materi yang disampaikan (R, komunikasi pribadi, 20 Februari 2017). Dari hasil wawancara guru R, teknik pengajaran guru berbeda-beda disetiap kelas, guru R menggunakan teknik problem solving yaitu memberikan materi kepada remaja kemudian meminta remaja untuk berdiskusi dan memberi kesempatan untuk saling menanggapi agar remaja mudah memahami apa yang telah disampaikan. Guru R membuka sesi tanya jawab dalam diskusi tersebut. Menurut Jacobs (2000) dalam pembelajaran kooperatif (teknik problem solving), guru mengajarkan kepada remaja untuk berkolaborasi atau mengenai kemampuan sosialnya sehingga remaja dapat bekerjasama dengan lebih efektif. Tentu saja kerjasama bukan hanya sebuah cara dari sebuah pembelajaran, namun juga sebuah hal tentang berkomunikasi dan belajar. Kemampuan sosial yang dimaksud ialah mengetahui pendapat dari yang lain, meminta yang lain untuk berpendapat, dan menjaga ketenangan saat berdiskusi atau dalam sebuah percakapan. Menurut Rakhmat (2011) komunikasi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Dengan demikian

7 dapat disimpulkan bahwa komunikasi efektif sangat penting untuk membina interaksi secara interpersonal dengan orang-orang disekitarnya. remaja yang memiliki kemampuan komunikasi yang efektif, lebih mudah membina relasi dengan teman sebayanya dan juga sikap ekspresif seperti saling menanggapi. Sebaliknya remaja yang tidak memiliki komunikasi efektif tidak mampu menanggapi pertanyaan yang diberikan guru. Dari hasil uraian tersebut peneliti ingin melihat gambaran komunikasi efektif remaja SMKN 1 Kotaagung Timur Lampung. B. Identifikasi Masalah Dalam menjalani relasi yang dekat, akrab, dan mampu menyesuaikan diri dengan interaksi di lingkungan sekitarnya membutuhkan kemampuan komunikasi yang efektif yaitu mampu menanggapi informasi dengan senang hati, mampu untuk memberikan bersikap positif terhadap lawan bicara, mampu memahami lawan bicara serta kemampuan mengelola dan mengatasi konflik dengan orang lain. Namun kenyataannya ada beberapa remaja di SMKN 1 Kotaagung Timur Lampung, yang memiliki masalah dalam berkomunikasi, yang terlihat dari pernyataan remaja yang tidak menghargai oranglain, kurang berempati, bahkan kurang terbuka dalam mengungkapkan perasaannya. Akan tetapi masih ada juga remaja yang memiliki kemampuan komunikasi yang efektif. remaja tersebut mau mengungkapkan perasaannya di kelas, mengemukakan pendapatnya dikelas, dan bisa menyenangkan teman-teman. Dengan demikian efektif dan tidaknya komunikasi remaja akan

8 mempengaruhi kemampuan remaja tersebut untuk membina relasi yang nyaman dengan lingkungan sekitarnya. Dari uraian tersebut diatas peneliti ingin melihat gambaran komunikasi efektif remaja di SMKN 1 Kotaagung Timur Lampung. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah : 1. Mengetahui gambaran komunikasi efektif di SMKN 1 Kotaagung Timur- Lampung 2. Mengetahui efektif dan tidak efektif komunikasi efektif berdasarkan data penunjang 3. Mengetahui dimensi dominan dari komunikasi efektif di SMKN 1 Kotaagung Timur-Lampung D. Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis penelitian ini adalah : Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu psikologi, khususnya psikologi komunikasi. Manfaat Praktis penelitian ini adalah : Ingin memberikan deskripsi kepada remaja untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi efektif di lingkungan sekitarnya.

9 E. Kerangka Berpikir Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi sosial secara efektif merupakan hal terpenting bagi seseorang, terutama bagi remaja. Hal ini dikarenakan masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini remaja mengalami perubahan, baik perubahan fisik maupun psikologis, yang dapat mempengaruhi hubungan antar pribadi dan komunikasi dengan lingkungan sosialnya. Sebagai remaja yang sedang menuntut ilmu siswa diharapkan mampu berinteraksi dengan guru, teman-temannya dan lingkungan pergaulannya, agar mendapatkan pengalaman untuk perkembangan relasi sosialnya. Salah satu kemampuan yang dibutuhkan untuk berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya adalah komunikasi efektif. Komunikasi efektif adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih baik itu relasi dengan guru, teman, lingkungan sekitarnya yang melibatkan kemampuannya untuk bersikap terbuka dalam mengungkapkan pendapat, mampu menjalin sikap empati sehingga siswa mampu merasakan apa yang dirasakan temannya, siswa mampu bersikap positif memfokuskan perhatiannya dengan memuji segala keberhasilan atas penghargaan yang didapat temannya tanpa merasakan adanya persaingan, remaja mampu menunjukkan kedekatan serta menunjukkan perhatian dan perasaan senang terhadap lawan bicaranya, menggunakan lawan bicaranya untuk menunjukkan adanya kedekatan. Remaja juga harus mampu mengekspresikan

10 perasaan dan pemikirannya, memberikan feedback (verbal maupun nonverbal) yang sesuai terhadap pesan yang disampaikan oleh lawan bicara dengan menggunakan nada suara dan perhatian yang baik. Remaja yang memiliki kemampuan komunikasi yang efektif mereka akan mampu menanggapi informasi dengan baik, mampu berbagi pengalaman kepada lawan bicara, mampu merasakan apa yang dirasakan lawan bicara, mampu bersikap positif dan mampu menghargai lawan. Sebaliknya remaja yang memiliki kemampuan komunikasi yang tidak efektif mereka cenderung mengacuhkan teman, dan tidak menghargai teman maka akan berdampak menimbulkan masalah komunikasi.

11 Komunikasi Efektif Remaja SMKN 1 Kotaagung Timur Lampung : Komunikasi Efektif Keterbukaan Empati Sikap positif Sikap Ekspresif Kesetaraan Komunikasi Tidak efektif Menutup diri Tidak berempati Bersikap negatif Tidak bersikap ekspresif Tidak memiliki kesetaraan Gambar 1.1 Bagan Kerangka Berpikir